Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEWARGANEGARAAN

BENTUK REAL POLITIK PRAKTIS

Di susun oleh:

Nama: Frieska Pusparini

Nim: 920173066

Prodi:S1 Ilmu keperawatan/2b

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya.
Sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas pendidikan kewarganeraan yaitu Makalah
tentang demokrasi dan pemilu di Indonesia dengan baik. Makalah ini disusun menggunakan bahasa yang
efektif dan mudah dimengerti serta dipahami. Sehingga diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu tersusunnya makalah
ini. Semoga awal baik yang diberikan mendapat balasan dari Tuhan yang Maha Esa. Sebagai penulis,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
selalu kami harapkan agar makalah ini dapat lebih bermutu dan bermanfaat. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

Kata
pengantar....................................................................................................................................................2

Daftarisi...........................................................................................................................................................
.....3

BAB1PENDAHULUAN.....................................................................................................................................
4

1.1 latar belakang.........................................................................................................................4

1.2 batasan masalah....................................................................................................................4

1.3 rumusan masalah..................................................................................................................4

1.4 tujuan dan manfaat..............................................................................................................5

1.5 hasil yang diharapkan.........................................................................................................5

BAB
2PEMBAHASAN........................................................................................................................................6

2.1 pengertian politik.................................................................................................................................6

2.2 trori politik......................................................................................................9

2.3 politik praktis......................................................................................................................................12

..

BAB3PENUTUP...............................................................................................................................................
22

3.1 kesimpulan............................................................................................................................22

3.2 saran.........................................................................................................................................23

Daftar
pustaka...................................................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik
suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi
dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia
tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah).
Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari
orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat,
anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.
Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-
aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak
langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang
terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga
negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), telah
menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-
praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat
dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya,
pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.
Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang
lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan,
proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat
negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.
Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial,
kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung
mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola
pengalokasian sumber-sumber masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Politik

Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan
dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakatyang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisiyang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu
politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan
secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari
sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
 politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)
 politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
 politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat
 politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan
politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga
tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

B. Teori politik
Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana
mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain
adalah filsafat politik, konsep tentang sistem
politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan
sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.

C. Pengertian Politik Praktis


Politik praktis adalah sebuah dunia ketika segala itikad, motif, kepentingan, dan ambisi,
hadir bersamaan dan saling berhimpit untuk memperebutkan kekuasaan. Secara kasat mata,
kekuasaan yang dimaksud tak lain adalah jabatan, kedudukan atau posisi. Namun secara implisit,
yang diperebutkan sesungguhnya adalah otoritas dan wewenang untuk membuat keputusan-
keputusan publik.
Dulu, ketika paham demokrasi belum terkonsepsi seperti sekarang ini, politik praktis tak
lain adalah “perang atau benturan fisik” antara dua kubu atau lebih yang saling menghancurkan
untuk memperebutkan kekuasaan. Tapi ketika konsep demokrasi politik telah membumi seperti
saat ini, politik praktis telah menyerupai sebuah pertarungan yang saling melakukan
pembunuhan karakter, saling menghancurkan taktik dan strategi, saling menyerang basis-basis
teritorial, dan saling berlomba mendapatkan simpati publik.
Ada beberapa karakter dasar politik praktis yang dapat kita saksikan hari ini, diantaranya
dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Tidak Ada Yang Pasti
Bahwa tidak ada yang pasti di dunia politik praktis kecuali ketidakpastian dan
kepentingan itu sendiri. Berbeda dengan urusan ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan militer.
Dalam urusan politik praktis, tidak ada epistemologi, strategi, metode, taktik, atau pola-pola
pemikiran dan tindakan yang pasti. Semuanya selalu berubah setiap saat mengikuti anasir
kontekstual yang sedang eksis di dalamnya. Jadi tidak mengherankan jika cara terbaik untuk
memahami dunia politik praktis adalah dengan cara mengalaminya sendiri.
Kita mungkin masih ingat bagaimana Harmoko yang dulunya selalu minta restu ke
Soeharto setiap akan melakukan kegiatan kenegaraan, tiba-tiba mengeluarkan statement yang
menyudutkan posisi Soeharto di akhir rezim Orde Baru. Atau kita bisa simak ketika Amien Rais
dan Gus Dur yang sebelumnya tampil bak saudara kembar untuk menduduki posisi politik paling
penting di negara ini, yakni Ketua MPR RI dan Presiden RI, belakangan tiba-tiba menjadi dua
tokoh sentral yang saling berhadap-hadapan. Bagaimana bisa seorang Amien Rais tiba-tiba ikut
menjatuhkan Gus Dur dan kemudian menggantikannya dengan Megawati yang nota bene sejak
lama tak pernah “akur” dengannya?
Jawabannya adalah itulah politik praktis. Di dalamnya urusan kesetiaan dan solidaritas
sesungguhnya tak lain hanya soal kecocokan di masa-masa penantian menjelang datangnya
masa cekcok.

2. Seperti Bermain Judi


Yah, berpolitik praktis seperti layaknya bermain judi, karena di dalamnya dipertaruhkan
apa saja untuk mengalahkan lawan. Dalam proses memenangkan pertarungan dan tentu saja
ambisi untuk mengalahkan lawan, dunia politik praktis menciptakan seni dan game yang indah,
menggairahkan dan sekaligus mengasyikkan. Tak ada perasaan jenuh dan bosan dalam
membicarakannya. Kita bisa melihat, bagaimana para elit dan praktisi politik rela duduk berjam-
jam hingga tengah malam, sambil mengepulkan asap dan menghabiskan bercangkir-cangkir
kopi, demi untuk membincang dan membedah urusan politik praktis.
Ada semacam rasa ketagihan yang bertalu-talu yang muncul dalam diri para pemain
politik praktis. Kalah dalam percaturan politik, akan menimbulkan rasa penasaran yang pada
gilirannya ingin mengulanginya lagi meskipun sudah terlukai. Sebaliknya, menang di meja judi
politik, tentu saja akan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa dan akan semakin ketagihan
karena sudah terbius dengan nikmatnya kekuasaan, selalu dihormati, disegani, ditakuti dan
bahkan dipuja-puja.
Di panggung politik kita sehari-hari, sangat banyak contoh bagaimana rasa ketagihan
politik seperti itu tampak pada kiprah para politisi kita. Di tingkat Nasional, para elit Orde Baru
yang “pernah” kalah dalam front kompetisi politik di pasca Orde Baru, kembali mulai
bermunculan dan seolah tak mau jera untuk memainkan peran-peran penting dalam event Pilpres
dan dalam berbagai event Pilkada dan Pileg di daerah-daerah.

3. Penuh Kekerasan dan Tipu Daya


Dalam hidup ini, jika Anda hidup lebih tenang dan damai, maka pastikan Anda tidak
berada di dunia politik praktis. Karena di ranah ini, Anda tidak akan pernah merasakan tidur
pulas di malam hari, dan bakal kurang tenang bekerja di siang hari. Selain menghayalkan
nikmatnya menjadi orang yang dipuja dan berkuasa mengatur jabatan, proyek, dan uang (bila
menang tentunya), pikiran Anda juga akan selalu dihantui oleh lawan-lawan politik Anda.
Anda akan sibuk menangkis negative campaign, mengklarikasi black
campaign, meluruskan isu-isu, melayani konstituen, memikirkan para pembelot, menyenangkan
hati tim sukses, dan lain sebagainya. Sebab Anda benar, bersih, dan baik sekalipun, Anda akan
tetap dianggap salah, kotor, bengkok, dan buruk oleh lawan-lawan politik Anda. Mengharapkan
belas kasihan dan meminta gencatan senjata dari lawan politik Anda, sama saja Anda akan
menggantang asap. Tak ada tenggang rasa, belas kasihan, apalagi cinta dalam urusan kompetisi
politik. Karena pada hakekatnya, politik praktis itu kejam.
Bahkan selain kejam, ranah politik praktis juga dipenuhi tipu muslihat. Di era “politik
keemasan” sekarang ini, apapun dapat dapat direkayasa melalui media teknologi dan dikemas
dalam bentuk yang sesuai dengan tujuan politik itu sendiri.
Demikianlah keadaannya di dunia politik praktis, setiap orang yang eksis di dalamnya
harus siap menghadapi kerumunan orang-orang ambisius yang haus kekuasaan dan kemenangan.
Orang-orang seperti itulah yang biasanya tidak mengenal belas kasihan, dan selalu berpikir
bagaimana Anda bisa celaka, gagal, dan kalah yang pada akhirnya hancur tanpa sisa.

D. Sistem Politik Dalam Islam


1. Pengertian Politik Menurut Islam

Politik adalah ‘ilmu pemerintahan’atau ‘ilmu siyasah’, yaitu ‘ilmu tata negara’.
Pengertian dan konsep politik atau siasah dalam Islam sangat berbeda dengan pengertian dan
konsep yang digunakan oleh orang orang yang bukan Islam. Politik dalam Islam menjuruskan
kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syari’at Allah melalui sistem
kenegaraan dan pemerintahan.
Definisi politik menurut para pakar adalah: “Segala daya upaya yang dilakukan, untuk
mempengaruhi kekuasaan (pemimpin atau pemerintahan) demi mencapai tujuan tertentu.” Jika
dikaitkan dengan politik Islam, kurang lebih maknanya: “Segala daya upaya yang dilakukan para
politisi Muslim dalam mempengaruhi kekuasaan, demi mencapai kemaslahatan bagi Islam dan
kaum Muslimin, serta menghindarkannya dari kerugian-kerugian.”
Tujuan dasar politik Islam adalah: menjaga agama dan melindungi kehidupan kaum
Muslimin. Tujuan ini selaras dengan Maqashidus Syariah (tujuan-tujuan Syariat), yaitu
menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga harta, menjaga akal, menjaga keturunan kaum
Muslimin. Menjaga agama dari penyimpangan, penyelewengan, penyesatan, korupsi pemikiran,
ektrimisme, dan sebagainya. Menjaga kehidupan kaum Muslimin dari penindasan, kezhaliman,
penjajahan, perbudakan, dan sebagainya.
“Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku
dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang
menolong.” (AI Isra’: 80)
1. Asas Asas Sistem Politik Islam

Hakimiyyah Ilahiyyah, Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan


hukum tertinggi dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah.
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian pengertian yang berikut:
 Bahawasanya Allah adalah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya
adalah Tuhan yang menjadi Pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia
kecuali patuh dan tunduk kepada sifat Ilahiyyah Nya Yang Maha Esa.
 Bahawasanya hak untuk menghakimi dan mengadili tidak dimiliki oleh sesiapa
kecuali Allah. Oleh kerana itu, manusia wajib ta’at kepada Nya dan ber’ibadat kepada
Nya.
 Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan hukum sebab
Dialah satu satu Nya Pencipta.
 Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan peraturan
peraturan, sebab Dialah satu satu Nya Pemilik.
 -Bahawasanya hukum Allah adalah sesuatu yang benar sebab hanya Dia sahaja
Yang Mengetahui hakikat segala sesuatu, dan di tangan Nyalah sahaja penentuan
hidayah dan penentuan jalan yang selamat dan lurus.

Risalah, Jalan kehidupan para rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunan al huda atau jalan
jalan hidayah. Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima
segala perintah dan larangan Rasulullah SAW. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah
perintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi
hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Sebagaimana Allah SWT
berfirman :
“Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagi
kamu, maka tinggatkanlah.” (Al Hasyr: 7).

1. Khalifah Khalifah berarti perwakilan. Dengan pengertian ini, ia bermaksud


bahawa kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai wakil Allah. Ini juga
bermaksud bahwa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah,
maka manusia dikehendaki melaksanakan undang undang Allah dalam batas batas yang
ditetapkan. Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar
benar mengikuti hukum hukum Allah.

Oleh itu khilafah sebagai asas ketiga dalam sistem politik Islam menuntut agar tugas
tersebut dipegang oleh orang orang yang memenuhi syarat syarat berikut:
 Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang benar benar menerima dan
mendukung prinsip prinsip tanggungjawab yang terangkum di dalam pengertian
khilafah.
 Mereka tidak terdiri daripada orang orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap
Allah serta bertindak melanggar batas batas yang ditetapkan oleh Nya.
 Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang ber’ilmu, berakal sihat,
memiliki kecerdasan, kea’rifan serta kemampuan intelek dan fizikal.
 Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang amanah sehingga dapat
dipikulkan tanggungjawab kepada mereka dengan aman dan tanpa keraguan.

3 Prinsip prinsip Utama Sistem Politik Islam


a. Musyawarah – Prinsip pertama dalam sistem politik Islam ialah musyawarah.
 Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua
negara dan orang orang yang akan menjawat tugas tugas utama dalam pentadbiran
ummah.
 Asas musyawarah yang kedua pula adalah berkenaan dengan penentuan jalan
dan cara perlaksanaan undangundang yang telah dimaktubkan di dalam al gur’an dan
al Sunnah.
 Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan jalan
menentukan perkara perkara baru yang timbul di kalangan ummah melalui proses
ijtihad.
b. Keadilan, Prinsip kedua dalam sistem politik Islam ialah keadilan. Ini adalah
menyangkut dengan ke’adilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi
Islam. Keadilan di dalam bidang bidang sosioekonomi tidak mungkin terlaksana tanpa
wujudnya kuasa politik yang melindungi dan mengembangkannya.
Di dalam perlaksanaannya yang luas, prinsip ke’adilan yang terkandung dalam sistem
politik Islam meliputi dan menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku di dalam kehidupan
manusia, termasuk ke’adilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang
bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antaxa ibu bapa
dan anak anaknya.
c. Kebebasan, Prinsip ketiga dalam sistem politik Islam ialah kebebasan. Kebebasan
yang dipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berteraskan kepada ma’ruf
dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar adalah di antara tujuan
tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta asas asas bagi undang
undang perlembagaan negara Islam.

1. Persamaan, Prinsip keempat dalam sistem politik Islam ialah persamaan atau
musawah. Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapat dan menuntut
hak hak, persamaan dalam memikul tanggungjawab menurut peringkat peringkat yang
ditetapkan oleh undang undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah taklukan
kekuasaan undang undang.

2. Hak Menghisab Pihak Pemerintah, Prinsip kelima dalam sistem politik Islam ialah hak
rakyat untuk menghisab pihak pemeriritah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak
tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalam hal hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan umat. Hak
rakyat untuk disuarakan adalah berarti kewajipan setiap anggota di dalam masyarakat untuk
menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran.
3. Tujuan Politik Menurut Islam
Tujuan sistem politik Islam ialah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan
kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syari’at Islam. Tujuan
utamanya ialah untuk menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya
pemerintahan yang mendukung syari’ah, maka akan tertegaklah keadilan dan berterusanlah
segala urusan manusia menurut tuntutan tuntutan al Din tersebut.
Para fuqaha Islam telah menggariskan sepuluh perkara penting sebagai tujuan
kepada sistem politik dan pemerintahan Islam.
 Memelihara keimanan menurut prinsip prinsip yang telah disepakati oleh ‘ulama’
salaf daripada kalangan umat Islam.
 Melaksanakan proses pengadilan di kalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
di kalangan orang orang yang berselisih.
 Menjaga keamanan daerah daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam
keadaan aman dan damai.
 Melaksanakan hukuman hukuman yang ditetapkan syara’ demi melindungi hak
hak manusia.
 Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi
kemungkinan serangan daripada pihak luar.
 Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
 Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagai mana yang
ditetapkan oleh syara.’
 Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan
negara agar tidak digunakan secara boros ataupun secara kikir.
 Mengangkat pegawai pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan
negara dan menguruskan hal ehwal pentadbiran negara.

Tidak ada pengertian defenitif yang dapat dijadikan rujukan normatif untuk memaknai
dunia politik praktis. Kita hanya disuguhi sebuah realitas sosial dimana seseorang
mempertaruhkan harga diri, waktu, tenaga, pikiran dan -tentu saja- uang, untuk mencapai apa
yang didambakan yakni kemenangan dan kekuasaan.

Salah satu peran ulama adalah memberi penjelasan kepada umat tentang berbagai
aspek kehidupan, termasuk memperkuat keberadaan umat tidak hanya dalam aspek
agama, tetapi juga aspek sosial, politik, dan budaya. Posisinya sebagai perantara antara
dunia bawah (umat) dengan dunia di luarnya yang membuat ulama disebut sebagai
makelar budaya (cultural brokers).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Politik praktis adalah sebuah dunia ketika segala itikad, motif, kepentingan, dan ambisi,
hadir bersamaan dan saling berhimpit untuk memperebutkan kekuasaan. Secara kasat mata,
kekuasaan yang dimaksud tak lain adalah jabatan, kedudukan atau posisi. Namun secara implisit,
yang diperebutkan sesungguhnya adalah otoritas dan wewenang untuk membuat keputusan-
keputusan publik.
Tidak ada pengertian defenitif yang dapat dijadikan rujukan normatif untuk memaknai
dunia politik praktis. Kita hanya disuguhi sebuah realitas sosial dimana seseorang
mempertaruhkan harga diri, waktu, tenaga, pikiran dan -tentu saja- uang, untuk mencapai apa
yang didambakan yakni kemenangan dan kekuasaan.
Tujuan sistem politik Islam ialah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan
kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syari’at Islam. Tujuan
utamanya ialah untuk menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Maschan Moesa, Kiai & Politik Dalam Wacana Civil Society, (Surabaya :
LEPKISS, 2011), hal x.
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, (Yogyakarta : DIVA Press,
2009), hal 104.
Dan Nimmo, Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2009), hal 53.

Anda mungkin juga menyukai