Anda di halaman 1dari 14

RESTRUKTURISASI

PERUSAHAAN

A. Pengertian Restrukturisasi

Perusahaan perlu mengevaluasi kinerjanya serta melakukan serangkaian


perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat bersaing. Perbaikan ini akan dilaksanakan secara
terus menerus, sehingga kinerja perusahaan makin baik dan dapat terus unggul dalam
persaingan, atau minimal tetap dapat bertahan.

Salah satu strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan


adalah dengan cara restrukturisasi. Restrukturisasi dapat berarti memperbesar atau
memperkecil struktur perusahaan. Menurut beberapa ahli, definisi restrukturisasi adalah
sebagai berikut :

a) David F (1997) “Restrukturisasi, sering disebut sebagai downsizing atau


delayering, melibatkan pengurangan perusahaan di bidang tenaga kerja, unit kerja
atau divisi, ataupun pengurangan tingkat jabatan dalam struktur oganisasi
perusahaan. Pengurangan skala perusahaan ini diperlukan untuk memperbaiki
efisiensi dan efektifitas.”
b) Bramantyo (2004) “Strategi restrukturisasi digunakan untuk mencari jalan keluar
bagi perusahaan yang tidak berkembang, sakit atau adanya ancaman bagi
organisasi, atau industri diambang pintu perubahan yang signifikan. Pemilik
umumnya melakukan perubahan dalam tim unit manajemen, perubahan strategi,
atau masuknya teknologi baru dalam perusahaan. Selanjutnya sering diikuti oleh
akuisisi untuk membangun bagian yang kritis, menjual bagian yang tidak perlu,
guna mengurangi biaya akuisisi secara efektif. Hasilnya adalah perusahaan yang
kuat, atau merupakan transformasi industri.”

Strategi restrukturisasi memerlukan tim manajemen yang mempunyai wawasan


untuk melihat ke depan, kapan perusahaan berada pada titik undervalued atau industri
pada posisi yang matang untuk transformasi. Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk
memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.

B. Tujuan Restrukturisasi

Bramantyo (2004) “Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan


memaksimalisasi kinerja perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go public,
maksimalisasi nilai perusahaan dicirikan oleh tingginya harga saham perusahaan, dan
harga tersebut dapat bertengger pada tingkat atas. Bertahannya harga saham tersebut
bukan permainan pelaku pasar atau hasil goreng menggoreng saham, tetapi benar-benar
merupakan cermin ekspektasi investor akan masa depan perusahaan.”

Sejalan dengan perusahaan yang sudah go public, harga jual juga mencerminkan
ekspektasi investor atas kinerja masa depan perusahaan. Sedangkan bagi yang belum go
public, maksimalisasi nilai perusahaan dicerminkan pada harga jual perusahaan tersebut.

C. Jenis-Jenis Restrukturisasi
1. Restrukturisasi Portofolio atau Asset

Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio


perusahaan supaya kinerja perusahaan menjadi semakin baik. Yang termasuk ke
dalam portofolio perusahaan adalah setiap aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau
SBU (Strategic Business Unit), maupun anak perusahaan.

2. Restrukturisasi Modal atau Keuangan

Restrukturisasi keuangan atau modal adalah penyusunan ulang komposisi


modal perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kinerja keuangan
dapat dievaluasi berdasarkan laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, rugi/laba,
laporan arus kas, dan posisi modal perusahaan. Berdasarkan data dalam laporan
keuangan perusahaan, akan dapat diketahui tingkat kesehatan perusahaan. Kesehatan
perusahaan dapat diukur berdasarkan rasio kesehatan, antara lain tingkat efisiensi
(efficiency ratio), tingkat efektifitas (effectiveness ratio), profitabilitas (profitability
ratio), tingkat likuiditas (liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over),
leverage ratio dan market ratio. Selain itu, tingkat kesehatan dapat dilihat dari profil
risiko tingkat pengembalian (risk return profile).

3. Restrukturisasi Manajemen atau Organisasi

Restrukturisasi manajemen dan organisasi, merupakan penyusunan ulang


komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah managerial dan organisasi. Dalam hal
restrukturisasi manajemen atau organisasi, perbaikan kinerja dapat diperoleh melalui
berbagai cara, antara lain dengan pelaksanaan yang lebih efisien dan efektif,
pembagian wewenang yang lebih baik sehingga keputusan tidak berbelit-belit, dan
kompetensi staf yang lebih mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja.

D. Bentuk Retrukturisasi Perusahaan

1. Merger
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan
yang memerger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di
merger dengan begitu perusahaan yang memerger memiliki paling tidak 50% saham
dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya
menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru, (Brealey, Myers,
& Marcus, 1999).
Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh
perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan
nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun
kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan
kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001).
Salah satu alternatif untuk melakukan perluasan usaha adalah dengan cara merger
dan consolidation. Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan
nama perusahaan tersebut merupakan salah satu nama perusahaan dari perusahaan
yang bergabung. Sedangkan consolidation merupakan penggabungan dari dua
perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan tersebut hilang kemudian muncul nama
baru dari perusahaan gabungan.
Tujuan dari merger adalah untuk menciptakan perusahaan yang lebih kuat dan
lebih besar, serta menghindari persaingan antar perusahaan sehingga miningkatkan
efisiensi dalam menggunakan sumber daya.
Merger terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
a. Horizontal Merger, adalah penggabungan dari dua unit usaha atau lebih yang
memiliki produk sejenis baik barang atau jasa. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi persaingan industri, memperkuat pangsa pasar, dan memperoleh
efisiensi biaya operasional.
b. Vertikal Merger, adalah penggabungan antara dua unit usaha atau lebih yang
mempunyai keterkaitan supplier atau pelanggan. Ini dilakukan untuk lebih
menjaga kontinuitas produksi dan operasi perusahaan.
c. Congeneric Merger, adalah merger antara dua unit usaha atau lebih dalam
industri sejenis yang tidak memiliki keterkaitan supplier atau pelanggan.
d. Conglomerate Merger, merupakan merger antara dua unit usaha atau lebih dalam
industri yang berbeda dan tidak ada keterkaitan satu sama lain, sehingga model
ini merupakan diversifikasi usaha untuk mengurangi resiko.
Sebelum melakukan merger, perusahaan juga harus mempertimbangkan beberapa hal,
diataranya adalah syarat – syarat yang harus dianalisis terlebih dahulu sebelum
melakukan merger. Syarat – syarat tersebut antara lain:
1. Kondisi keuangan masing-masing.
2. Kecukupan modal.
3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger.
4. Manfaat bagi konsumen.
Merger mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pengambilalihan melalui merger lebih
sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain merupakan
kelebihan merger. Sedangkan kelemahan merger adalah merger harus ada persetujuan
dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan
persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.
Dalam perkembangannya, merger secara garis besar dibagi menjadi dua
kelompok yaitu: financial merger dan operating merger. Financial Merger adalah
merger dimana perusahaan yang bersangkutan masih tetap beroperasi sehingga tidak
ada keuntungan sinergik secara operasional, Sedangkan Operating Merger diarahkan
pada penggabungan operasional kedua unit usaha dengan harapan memperoleh
keuntungan sinergik.

2. Akuisisi

Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti
pengambilalihan. Kata akuisisi aslinya berasal dari bhs. Latin, acquisitio, dari kata
kerja acquirere. Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan
dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap
ada. Akuisisi bisa juga pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh
kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan
bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar. Contoh : Aqua diakuisisi
oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain. Faktor yang paling mendasari
terjadinya akuisisi adalah motif ekonomi. Trasaksi pembelian tersebut hanya akan
terjadi kalau pembelian tersebut menguntungka kedua belah pihak. Menguntungkan
pemilik perusahaan yang dijual dan juga pemili perusahaan yang membeli.

Kondisi saling menguntungkan tersebut akan terjadi kalau dari peristiwa akuisisi
memperoleh sinergi. Senergi merupakan nilai gabungan dari kedua perusahaan
tersebut lebih besar dari penjumlahan masing – masing nilai perusahaan yang
digabungkan. Selain sinergi, akuisisi dilakukan karena 2 alasan yang yang meragukan
(dubious). Alasan tersebut adalah diversifikasi dan jumlah EPS (earnings per share).

Namun, dari konsep CAPM diketahui bahwa diversifikasi tidaklah


menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai perusahaan berdasarkan
atas resiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi (risiko sistematis).
Sedangkan yang terpenting dalam EPS adalah pertumbuhan EPS bukan jumlah EPS
saat ini, karena analisis dilakukan atas pertimbangan jumlah EPS saat ini.

Akuisisi dibagi ada 3 yaitu :

a. Akuisisi horizontal,yaitu akuisisi perusahaan di industri yang sama dengan


perusahaan yang mengakuisisi,
b. Akuisisi vertikal,yaitu akuisisi yang melibatkan perusahaan dengan tingkatan
yang berbeda dalam proses produksi.
c. Akuisisi konglomerasi,yaitu perusahaan yang diakuisisi dan perusahaan yang
mengakuisisi tidak saling berhubungan satu sama lainnya.

Akuisisi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan akuisisi antara


lain:

a. Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang
saham. Dalam akusisi saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung
dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer
sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. Karena tidak
memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi saham
dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile
takeover).
b. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada
halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi.

Sedangkan kelemahan akuisisi antara lain:

a) Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambil-
alihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar
perusahaan menuju pada akuisisi sehingga akuisisi dapat terjadi. Namun bila
perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
b) Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum
dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.

Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui


merger maupun akuisisi, yaitu

a. Pertumbuhan atau diversifikasi

Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran,


pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun
akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika
melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat
mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.

b. Sinergi

Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi


(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya
overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan
perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang
melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja
yang berlebihan dapat dihilangkan. Sinergi dapat bersumber dari berbagai sebab.
Misalnya, pemanfaatan manajemen, untuk beroperasi lebih ekonomis (operating
economies of scale), untuk pertumbuhan yang lebih cepat, dan pemanfaatan
penghematan pajak. Sinergi dapat berwujud operating maupun financial synergy.

c. Meningkatkan dana

Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan


ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi
eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang
memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam
perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan
meningkatnya dana dengan biaya rendah.

d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi

Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak


adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang
tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk
mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan
yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.

e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke
depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki
kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan
laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang
mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan
mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi.
Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi
berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.

f. Meningkatkan likuiditas pemilik

Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas


yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas
dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil.

g. Melindungi diri dari pengambil-alihan

Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan


yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban
perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang
berminat.

3. Takeover , Tender Offers dan Defenses

a) Takeover
Merupakan suatu istilah yang dipakai dalam dunia perbankan dalam hal pihak ketiga
memberi kredit kepada debitur yang bertujuan untuk melunasi hutang/kreditur kepada
kreditur awal dan memberikan kredit baru kepada debitur sehingga kedudukan pihak
ketiga ini menggantikan kedudukan kreditur awal.
Cara Terjadinya Takeover
Ada 2 cara terjadinya takeover , yaitu:
1. Terjadi karena persetujuan (secara langsung)
inisiatif kreditur yaitu kreditur dan pihak ketiga bertemu dan sama-sama
mengetahui bahwa pihak ketiga akan menggantikan kedudukannya sebagai
kreditur atas debitur yang bersangkutan, subrogasi ini dilakukan dan dinyatakan
dengan tegas bersamaan pada waktu pembayaran, hal ini sesuai dalam pasal 1401
(1) KUHPerdata.
Inisiatif debitur yaitu pihak debitur meminjam uang kepada pihak ketiga
untuk melunasi hutangnya kepada kreditur dan menetapkan bahwa pihak ketiga
tersebut akan mengambil alih posisi kreditur. Agar subrogasi jenis ini sah baik
perjanjian pinjam uang ataupun pelunasananya harus dibuat dengan akta autentik,
dan dinyatakan secara jelas dan tegas bahwa tujuan pembayaran adalah untuk
melunasi hutang di kreditur awal dan secara tegas pula dalam bukti pelunasan
dinyatakan bahwa pelunasan ini berasal dari pihak ketiga. Masih terdapat
pertentangan mengenai perlu tidaknya bukti pelunasan dibuat secara otentik,
sebab prinsip dari pasal 1401 ayat 2 menerangkan bahwa tidak perlu campur
tangan dari pihak kreditur. Seandainya dibuat dalam bentuk autentik, maka antara
pihak debitur dan pihak ketiga serta pihak kreditur wajib untuk ikut
menandatangani akta autentik tersebut, yang berarti pihak kreditur tetap dilibatkan
dalam proses subrogasi. Oleh karenanya dianggap telah cukup menjadi bukti
bahwa tanda pelunasan harus berisi keterangan bahwa pembayaran dilakukan
dengan menggunakan uang yang dipinjam dari pihak ketiga sebagai kreditur
baru.34 Subrogasi ini dapat dilakukan tanpa perlu campur tangan pihak kreditur.
Hal ini sesuai dalam Pasal 1401 (2) KUHPerdata.

2. Terjadi karena undang-undang (secara tidak langsung)


Subrogasi ini diatur dalam pasal 1402 KUHPerdata yang salah satu ayatnya
menyatakan bahwa subrogasi terjadi pada saat seorang kreditur yang melunasi
hutang seorang debitur kepada seorang kreditur lain yang berdasarkan hak
istimewa atau hipotiknya mempunyai hak yang lebih tinggi daripada kreditur
pertama.

Mekanisme Peralihan Kredit ( take over ) yang terjadi adalah :


 Dimulai dari permohonan kredit oleh debitur, penyerahan semua
kelengkapan data dan syarat-syarat pengajuan kredit, dilakukannya survey
oleh Credit offficer (BI Checking, Trade Checking, wawancara debitur
serta apraisal/penilaian ulang jaminan), apabila memenuhi syarat maka
dilanjutkan pembuatan proposal kredit yang akan di ajukan kepada komite
kredit. Jika proposal disetujui oleh komite kredit maka dilanjutkan dengan
penandatanganan akad kredit dan pengikatan jaminan yang wajib dihadiri
pihak bank, debitur dan pasangan ( serta penjamin jika ada ). Setelah
melakukan pengikatan jaminan maka debitur dengan didampingi
marketing menuju ke kreditur awal untuk melakukan pelunasan dengan
dana yang diperoleh dari pihak ketiga. Apabila pelunasan telah dilakukan,
maka wajib meminta slip tanda pelunasan serta asli bukti kepemilikan
jaminan untuk selanjutnya dapat dibebani Hak Tanggungan dengan
terlebih dahulu dilakukan roya (pencoretan hak) atas nama kreditur awal.
 Akibat hukum dari proses peralihan kredit tersebut adalah berakhirnya
hubungan hukum antara kreditur awal dengan debitur. Objek jaminan
yang akan dijaminkan harus dilakukan roya terlebih dahulu dan kemudian
baru dibebani Hak Tanggungan. Akta Pembebanan hak Tanggungan tidak
dapat langsung ditandatangani antara kreditur dan debitur dikarenakan asli
jaminan belum berada di tangan notaris. Hal yang dilakukan pada saat
pengikatan jaminan didahului dengan penandatanganan Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan untuk kemudian menjadi dasar dalam
penandatanganan Akta Pembebanan Hak tanggungan.

Jadi dengan adanya sistem takeover ini akan memberikan dampak positif kepada
perusahaan dimana akan terbantu sistem keuangan yang bisa digunakan untuk kegiatan
operasionalnya. Dan bagi perbankan saya kurang tahu dampak dari take over ini. Tetapi
kalau saya amati dengan adanya takeover ini maka bank juga merasa diuntungkan yaitu
untuk mengurangi kerugian apabila perusahaan (debitur) tidak sanggup bayar .

b) Tenderoffers
Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain
tanpa persetujuan manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan
hostile takeover. Target firm akan tetap bertahan selama tetap ada penolakan terhadap
penawaran. Banyak tender offer yang kemudian berubah menjadi merger karena bidding
firm berhasil mengambil alih kontrol target firm.

4. Divestiture

 Pengertian Divestasi

Divestasi adalah pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial
atau barang, dapat pula disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Ini
adalah kebalikan dari investasi pada aset yang baru.

 Motif Divetasi

Perusahaan memiliki beberapa motif untuk divestasi.

a. Sebuah perusahaan akan melakukan divestasi (menjual) bisnis yang bukan


merupakan bagian dari bidang operasional utamanya sehingga perusahaan
tersebut dapat berfokus pada area bisnis terbaik yang dapat dilakukannya. Sebagai
contoh, Eastman Kodak, Ford Motor Company, dan banyak perusahaan lainnya
telah menjual beragam bisnis yang tidak berelasi dengan bisnis utamanya.
b. Untuk memperoleh keuntungan. Divestasi menghasilkan keuntungan yang lebih
baik bagi perusahaan karena divestasi merupakan usaha untuk menjual bisnis agar
dapat memperoleh uang. Sebagai contoh, CSX Corporation melakukan divestasi
untuk berfokus pada bisnis utamanya yaitu pembangunan rel kereta api serta
bertujuan untuk memperoleh keuntungan sehingga dapat membayar hutangnya
pada saat ini.
c. Kadang-kadang dipercayai bahwa nilai perusahaan yang telah melakukan
divestasi (menjual bisnis tertentu mereka) lebih tinggi daripada nilai perusahaan
sebelum melakukan divestasi. Dengan kata lain, jumlah nilai aset likuidasi pribadi
perusahaan melebihi nilai pasar bila dibandingkan dengan perusahaan pada saat
sebelum melakukan divestasi. Hal ini memperkuat keinginan perusahaan untuk
menjual apa yang seharusnya bernilai berharga daripada terlikuidasi pada saat
sebelum divestasi.
d. Unit bisnis tersebut tidak menguntungkan lagi. Semakin jauhnya unit bisnis yang
dijalankan dari core competence perusahaan, maka kemungkinan gagal dalam
operasionalnya semakin besar.
 Metode Divestasi

Beberapa perusahaan menggunakan teknologi untuk memfasilitasi proses


divestasi beberapa divisi. Mereka mempublikasikan informasi tentang divisi mana saja
yang ingin mereka jual pada situs resmi mereka sehingga dapat dilihat oleh perusahaan
lain yang sekiranya tertarik untuk membeli divisi tersebut. Sebagai contoh, Alcoa telah
mendirikan sebuahonline showroom yang menampilkan divisi yang mereka jual. Dengan
melakukan komunikasi secara online, Alcoa telah mengurangi biaya yang dibutuhkan
untuk membiayai divisi yang bergerak pada hotel, usaha transportasi, dan urusan
pertemuan.

5. Leverages Buyouts
c) Pengertian
Leverage by out merupakan pembelian perusahaan atau divisi bisnis yang teknik
pembiayaannya sebagian besar bersumber dari hutang
Mengapa LBO dapat meningkatkan nilai perusahaan?
Manajemen bekerja“underpressure” untuk tidak hanya bisa membayar hutang
tetapi juga mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Jika nantinya manajer
berubah menjadi pemilik, maka ada motivasi yang kuat untuk bekerja karena keuntungan
yang diperoleh perusahaan akan dinikmati sendiri. Keadaan perusahaan target yang harus
dicapai setelah akuisisi:
1) Adanya peningkatan kinerja manajemen
2) Kemampuan untuk menurunkan memangkas biaya sehingga tercapai economies
of scale atau economies of scope
3) Mampu menghasilkan arus kas yang stabil
4) Mampu mencapai efisiensi penggunaan dana
Karakteristik Perusahaan yang menjadi target LBO

1) Premium Companies
2) Second - tier Companies
3) Troubled Companies

Risiko LBO

1) Risiko Bisnis (Business Risk)


2) Risiko Perusahaan (Corporate Risk)
3) Default Risk

6. Likuidasi

Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena


perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak
menguntungkan.
Likuidasi ditempuh apabila kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak lagi
menguntungkan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam likuidasi adalah likuidas
mungkin akan memakan waktu yang lama dan aktva mungkin aka terpaksi dijual dengan
harga murah (distress price). Disamping itu, perusahaan harus melunasi kewajiban tertentu
lebih dahulu, yaitu kewajiban terhadap para karyawan (gaji yang belum dibayar) dan
pemerintah (pajak yang belum dibayar). Dengan demikian dapat terjadi bahwa akhirnya
kreditur aka menerima jumlah yang relatif sangat kecil dari hasil penjualan aktiva
perusahaan.
Tujuan likuidasi
a) Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum
dari realisasi aktiva.
b) Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
c) Untuk membagikan uang tunai dan tunai dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan
kepada masing-masing sekutu dengan cara yang adil.
Tujuan fungsi akuntansi yang terkait dengan likuidasi adalah untuk menyajikan informasi
yang memadai agar aktiva dapat dibagikan secara adil kepada kreditor dan sekutu dengan
memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian terjadi pergeseran
dari pengukuran rugi laba periodic menjadi penentuan realisasi keuntungan dan kerugian.
Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Melalui penyerahan (proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan).
Likuidasi penyerahan adalah prosedur informal untuk melikuidir hutang, bagi
kreditur cara ini lebih menguntungkan dibanding kepailitan formal karena mereka
menerima lebih banyak. Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga
yang disebut assignee atau trustee. Assignee diinstruksikan untuk menjual aktiva itu
baik di bawah tangan atau melalui lelang umum dan hasilnya dibagikan kepada
kreditur secara pro-rata.
2) Melalui kepailitan formal (berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus).
Likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan yang mempunyai tiga
fungsi penting, yaitu melindungi kreditur dari kemungkinan penipuan oleh debitur,
pembagian aktiva debitur secara adil kepada para kreditur, menghapuskan semua
kewajiban debitur sehingga yang bersangkutan dapat mulai usaha baru tanpa harus
dibebani hutang terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai