Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya harga minyak bumi dan kesadaran manusia akan semakin
menipisnya cadangan minyak bumi, maka usaha – usaha mencari dan
mengembangkan energi alternatif baru terus dilakukan, terutama pemenuhan
kebutuhan energi yang memilki hasil yaitu suatu produk dari pengolahan minyak
baru. Energi sangat dibtuhkan untuk keperluan berbagai bidang diantaranya
adalah bidang transportasi, industri dan rumah tangga. Berbicara masalah energi
maka tidak lepas dari pengamanan sumber – sumber energi berbasis fosil
(minyak, gas, dan batubara) yang jumlahnya semakin menipis. Sekalipun tereteksi
sumber baru, biasanya terletak di daerah – daerah yang sulit dijangkau sehingga
tidak mudah dieksplorasi, dan kalaupun ditambang maka membutuhkan biaya
yang besar sehingga diragukan nilai ekonomisnya. Sumber daya alam merupakan
sumber utama energi di dunia saat ini. Pemakaian yang terus menerus
mengakibatkan sumber ini semakin menipis, maka perlu dikembangkan sumber –
sumber yang baru (Parjana, 2013).
Sampah masih menjadi masalah utama di seluruh negara negara di dunia
termasuk Indonesia. Kalau kita perhatikan di lingkungan sekitar kita, persentasi
limbah plastik jumlahnya lebih besar dibandingkan jenis sampah lainnya. Kalau
kita survei dilapangan banyak orang yang mempunyai wawasan kurang terhadap
pemanfaatan limbah plastik tersebut. Ada sebagian yang mengetahui kegunaan
limbah plastik untuk kerajinan dan mempunyai nilai ekonomis, tapi ada juga yang
beranggapan bahwa limbah plastik yang berupa kantong plastik bekas, sisa
kemasan makanan ringan tidak dapat dimanfaatkan lagi atau dengan kata lain
harus dibakar. Itu salah, dibakar dengan suhu rendah limbah plastik akan
menghasilkan asap dan didalam asap tersebut ada senyawa karsinogen. Dimana
senyawa itu dapat mengakibatkan kanker. Berbagai penelitian sebenarnya sudah
dilakukan untuk mengurangi limbah plastik tersebut menjadi material yang
bermanfaat. Salah satunya adalah mengkonversikan limbah plastik menjadi
sumber energi. Selain meminimalisasikan dampak negatif limbah plastik terhadap
lingkungan, mengkonversikan limbah plastik menjadi sumber energi dapat pula

1
mengatasi permasalahan dunia tentang terbatasnya sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui yaitu sumber energi dari Fosil ( Minyak bumi & batu bara) (Stra,
2016).
Oleh karena itu penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai metode yang
telah berhasil mengkonversikan limbah plastik menjadi minyak dan sumber energi
alternatif, guna untuk menambah wawasan tentang sumber alternatif baru, dan
diharapkan dapat melahirkan ide atau gagasan untuk menciptakan sumber energi
alternatif lain yang ada disekitar kita. Selain tujuan itu penulis juga ingin
menjadikan itu sebagai peluang usaha yang dapat dikembangkan guna kelestarian
lingkungan kita, sehingga terciptalah E-Plastique yang adalah solusi bagi
pengolahan energi berbasis ramah lingkungan, yang dilakukan dengan cara
pirolisis yang atau adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material
mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep dasar dari produk E-Plastique?
2. Bagaimana cara mengurangi limbah plastik menjadi wirausaha?
3. Apa manfaat konversi energi dari limbah plastik menjadi biomassa?
4. Bagaimana penerapan konsep konversi energi dari limbah plastik menjadi
biomassa?
5. Bagaimana konsep kewirausahaan dari produk E-Plastique?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang konsep produk E-Plastique.
2. Untuk mengetahui cara mengurangi limbah plastik menjadi wirausaha.
3. Untuk mengetahui manfaat konversi energi dari limbah plastik menjadi
biomassa.
4. Untuk mengetahui penerapan konsep konversi energi dari limbah plastik
menjadi biomassa.
5. Untuk mengetahui konsep kewirausahaan dari produk E-Plastique.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar E-Plastique
E-Plastique meladaskan akan konversi energi dimana konversi energi adalah
perubahan bentuk energi dari yang satu menjadi energi yang lain. Disini penulis
mengaitkan konversi energi dengan kewirausahaan dimana, penulis membuat
produk yang dibuat dengan pemperhatikan bagaimana proses konversi energi itu
terjadi, yaitu dengan menggunakan energi yang dapat didaur ulang yang diolah
dengan menggunakan sampah anorganik yang dijadikan suatu bahan bakar hemat
energi yaitu, plastik.
Sampah plastik adalah salah satu sumber pencemaran lingkungan hidup di
Indonesia, dimana plastik merupakan produk serbaguna, ringan, fleksibel, tahan
kelembaban, kuat serta relatif murah. Namun, tanpa disadari, karakteristik dasar
plastik, ditambah cara penggunaan yang tidak ramah lingkungan itu justru yang
merusaknya.
Mengkaji dari artikel dan jurnal tentang konversi energi dan konsep dasar
kewirausahaan, hingga didapat pemikiran bahwa penulis dapat memanfaatkan
sampah plastik yang dapat diolah menjadi sumber bahan bakar dan dapat dijual
sehingga mendapat sesuatu yang bermanfaat bagi kelestarian bumi, dan sebagai
tambahan penghasilan.
E-Plastique adalah solusi bagi pengolahan energi berbasis ramah lingkungan,
yang dilakukan dengan cara pirolisis yang atau adalah dekomposisi kimia bahan
organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya,
di mana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase
gas. Pirolisis alternatif lebih baik dibandingkan incinerasi atau dumping.
Incinerasi membakar sampah yang akan membuat kehilangan energi berharga dari
limbah polimer. Dumping limbah polimer menyebabkan polusi tanah. Dengan
pirolisis limbah polimer seperti plastik maka akan mampu di recovery produk
berharga berupa minyak pirolisis, gas hidrokarbon dan arang.

3
B. Cara Mengurangi Limbah Plastik menjadi Wirausaha
Menurut Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia No 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa sampah adalah sisa
kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi
padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Usaha dengan bahan baku barang bekas khususnya limbah plastik masih
sangat minim ditemukan, padahal barang bekas yang kita temui sehari-hari
sebenarnya masih dapat digunakan kembali. Banyak sekali orang yang
memandang sebelah mata pemakaian barang yang terbuat dari barang bekas ini
dapat mengurangi timbunan sampah. Oleh karena itu produk dari barang bekas ini
tergolong bisnis yang cukup menggiurkan.
Plastik adalah bahan yang banyak ditemukan dan dibuang sembarangan
sehingga menumpuk dan tidak memiliki manfaat. Plastik merupakan hal kecil
yang sering dilupakan, namun dapat menjadi masalah yang sangat besar apabila
tidak ditangani secara serius. Sampah plastik yang awalnya hanya mengotori
rumah, dapat diolah menjadi produk yang memiliki fungsi sehingga bisa dipakai
serta mempunyai manfaat bagi lingkungan dan memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Disini penulis mengolah plastik bekas tersebut menjadi biomassa.
Sehingga, kini manusia dapat menemukan solusi yang menjajikan tentang sampah
plastik yang menyebabkan banyak masalah menjadi produk yang bermanfaat. Jika
masyarakat dapat memanfaatkan, mengembangkan, mengaplikasikan, mengolah,
dan mengelola dengan baik maka masalah sampah plastik dapat teratasi.
C. Manfaat Konversi Energi dari Limbah menjadi Biomasaa
Pada konsep E-Plastique ini, memiliki banyak manfaat diantaranya :
a) Mengurangi dampak negatif dari limbah plastik
b) Mengurangi kebiasaan masyarakat dalam penimbunan sampah
c) Memberikan kesadaran masyarakat bahwa limbah plastik memiliki banyak
manfaat selain untuk kerajinan
d) Dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil
e) Membuka lapangan kerja baru, sehingga meningkatkan pendapatan
f) Membantu dalam penghematan energi fosil

4
D. Penerapan Konsep Konversi Energi dari Limbah Plastik menjadi
Biomassa
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh
industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat
diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai
kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi
dan sebagainya (Sasse et al.,1995).
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di
Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan
secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat
dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga
pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan
biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang
plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barangbarang
plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat
diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran
dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie,
2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku
di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE),
polipropilena (PP), dan asoi.

E. Konsep Kewirausahaan dari Produk E-Plastique


Dengan rancangan anggaran pengeluaran yang diperlukan untuk E-Plastique
adalah sebagai berikut :
Bahan Jumlah Harga Satuan Total
Bentonit 50 kg Rp 5.000 Rp 250.000
Tabung Gas (Isi Gas) 1 buah Rp 20.000 Rp 20.000
Gas chromatograpy 1 kali Rp 230.000 Rp 230.000
Kondensor 1 buah Rp 270.000 Rp 270.000
Termokopel 1 buah Rp 100.000 Rp 100.000

5
Kompos Gas + Tabung 1 set Rp 350.000 Rp 350.000
Total Rp 1.220.000

Dengan perhitungan keuntungan bahwa disini diasumsikan 1 kg dari


sampah dapat menghasilakan 1 liter bahan bakar, dengan asumsi bahwa setiap 3
liter yang dihasilkan itu memerlukan bentonit sebanyak 1 kg, setiap pengolahan
dapat dihasilkan 60% solar, 25 % bensin setara premium dan 15% minyak tanah.
Produk yang Jumlah Harga
No. Persentase Total
dihasilkan (/Liter) (/Liter)
1. Solar 60% 90 Liter Rp 6.000 Rp 540.000
2. Bensin 25% 37.7 Liter Rp 7.000 Rp 262.500
3. Minyak Tanah 15% 13.5 Liter Rp 12.000 Rp 162.000
Total Rp 964.500

6
BAB III
METEDOLOGI

7
BAB IV
KESIMPULAN

1. Pupuk

DAFTAR PUSTAKA

Djuami, Nan dkk. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia
Pustaka J.H. Crawford. Dalam Balai Besar Litbang.
Gaur, A.C. 1983. A Manual of Rural Composting. United Nation. Rome: FAO.

8
Harada, Y.,K. Haga, T. Osada, and M. Khosino. 1993. Quality of Compost
Produced from Animal Wastes. J. JARQ 26(4):238-246.
Indriani, Y.H., 2000. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Putri, Asti Chairani dkk. 2016. Laporan Praktikum Pembuatan Kompos.
Semarang: Bagian Kesehatan Lingkungan.
Samekto, Riyo. 2006. Pupuk Kompos. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Saraswati, Rasti dkk. 2017. Percepatan Proses Pengomposan Aerobik
menggunakan Biodekomposer. Bogor. 16(1):44-57.
Suriawiria, U. 2008. Mikrobiologi Air. PT Alumni: Bandung.
Winarko dam Darjati, 2003. Praktek PSA. Surabaya: Jurusan Kesehatan
Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai