Anda di halaman 1dari 7

NAMA : DYTO ELANG N

NIM : 21110116140039

RINGKASAN MATERI PRA UTS


MODEL PERMUKAAN DIGITAL

1. PERTEMUAN KE-1
Pada pertemuan pertama dijelaskan pengenalan dari Model Permukaan Digital
atau yang biasa disebut MPD yaitu dari pengertian model, bagaimana jenis model,
manfaat adanya pemodelan, kharakter model, ada juga cara perolehan data dan
yang terakhir adalah pemanfaatan bentuk model. Berikut adalah ringkasannya :
a. Apa itu model?
Jadi untuk mengawali kuliah Model Permukaan Digital dijelaskan apa itu
model. Model yang dimaksud adalah tiruan, tiruan dari nyata dimana pada
kasus MPD bentuk tiruan itu dikecilkan dengan perbandingan tertentu lalu
bentukannya diubah menjadi bentukan lain yang kita bisa pahami.
b. Guna Model
Menurut pembahasan pertemuan ke-1, manfaat model itu disebutkan seperti
berikut :
 Dengan adanya model maka kita tidak perlu berhadapan langsung
dengan obye ketika kita akan membuat analisa tentang objek
 Kita bisa mengamati bagian atau sisi-sisi objek dengan melihat dari
bentukan model
 Dengan adanya model juga kita bisa melihat tentang karya ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa (ketetapan alam)
 Kita bisa melakukan tindakan teknis kepada model untuk ujicoba
kepada objek
c. Ciri Model dalam MPD
Ciri adalah suatu tanda unik, ciri model disebutkan seperti berikut:
 Akurat yang artinya model adalah bentuk tiruan dari obyek nyata
dikenyataan yang punya nilai nyaris benar
 Deskriptif artinya model adalah bentuk tiruan dari objek
 Fruitfullness, jadi model bisa dijadikan sebagai bahan sumber analisa
 General, model itu bisa banyak untuk diaplikasikan
d. Terkait objek dan model
 Ketinggian mean sea level, kelerengan
 Tutupan lahan : pertanian, perkebunan
 Kependudukan, industri
e. Cara untuk mendapat data
 Terestris, dengan cara seperti praktikum yang dilakukan di kampus
menggunakan alat Total Station, Theodolit dan Waterpass.
 Fotogrametris, caranya seperti yang kita lakukan di laboratorium
fotogrametri dengan membuat foto udara stereo dari dua foto
 GPS, ini adalah meotde ekstra terestris artinya menggunakan satelit
untuk mendapat data
 Inderaja, dengan teknologi SAR dan InSAR kalau yang ini sudah
pernah di praktikumkan juga

2. PERTEMUAN KE-2
Setelah melakukan pengenalan MPD dan cara mendapat datanya maka
sekarnag yang akan kita bahas adalah perwakilan seluruh data atau contoh atau
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai sampling. Sebelum melangkah pada
bahasan sampling, kita mengenal bahwa tampilan permukaan itu bisa secara
teks dan angkat (kualitatif dan kuantitatif). Dengan teks itu seperti kenampakan
alam biasa, gunung, laut, bendungan dan lain-lain, sedangkan dengan angka itu
seperti nilai ketinggian maupun tingkat kelerengan.
Bagaimana kelerengan ditentukan? Dengan permodelan sederhana, bisa
dilihat di gambar pada halaman selanjutnya. Dimana H adalah ketinggian atau
elevasi, W menjelaskan tentang panjang ½ gelombang dan sudut adalah
kelerengannya.

W
Nilai kelerengan = arc tan ( (interval kontur maksimum-minimum) x
Jumlah panjang garis kontur
)
luasan pemetaan

Sampling itu sendiri adalah titik untuk mewakili ketinggian atau data tinggi
guna membentuk model. Ada variabel yang dinilai dalam memilih sampling
atau titik uji yaitu dinilai dari yang pertama adalah dari segi kerapatan titik uji,
nilai akurasi titik uji, dan posisi dari titik uji sendiri.

Pembahasan mengenai sampling selanjutnya dilihat dari sudut pandang yaitu


statistik, geometri, dan unsur. Pembahasan mengenai sudut pandang sampling
adalah sebagai berikut :

1. Statistik
Jadi pada sampling dengan sudut pandang statistik semua permukaan Bumi
(tanah) dianggap sebagai populasi dan sampling diambil secara acak
mewakili seluruh luasan tertentu. Biasa dilakukan pada pengukuran terestris
seperti pada praktikum di kuliahan .
Ada 3 sub sudut pandang lagi yaitu secara sistematis seperti membagi
permukaan atau tanah menjadi kelompok misalnya ketinggian terus dari
kelompok tersebut diambil satu titik untuk mewakili kelompok itu lalu
diambil titik sampling yang lain yang setara dengan satu titik pada kelompok
pertama yang diambil, acak yaitu dengan mengambil data asal tetapi masih
mewakili dari suatu bagian misalnya ketinggian lapangan sepak bola maka
diambil saja titik acak pada lapangan bola tersebut dimana saja asal masih
di lapangan bola, dan stratified itu dengan membagi berdasarkan strata jadi
awalnya missal ada strata daratan rendah, pantai, daratan tinggi, dan daerah
gunung maka tiap dari strata itu diambil titik sampling untuk mewakili data
tingginya.
2. Geometri
Jadi pada bagian geometri, bagian permukaan bumi itu dilihat sebagai wujud
yang punya pola teratur dan tak teratur. Hanya ada 2 jenis dari bahasan
geometri yaitu secara 1D untuk bentukan dari penampakan unsur dan garis
khayal ketinggian atau kontur, sedangkan untuk geometri 2D yaitu untuk
bentukan triangular dan heksagonal.
3. Unsur
Jadi permukaan dianggap sebagai bentukan umum seperti ujung gunung,
punggungan gunung, lerengan bukit dan lain lain.

Cara menentukan titik sampling itu ada 4 yaitu cara seleksi, 1D-Fix, 2D-Fix,
dan campuran. Menurut cara seleksi yaitu seperti kita saat melakukan
praktikum terestris seperti saat praktikum ilmu ukur tanah I, ilmu ukur tanah II,
pemetaan digital yaitu memilih titik yang ingin ditentukan tingginya secara
sembarang untuk mewakili area sekitarnya. Cara 1D-Fix yaitu diterapkan
sebagai metode fotogrametri dengan memainkan nilai x,y, dan z nya. Cara 2D-
Fix yaitu diterapkan pada pekerjaan penginderaan jauh dengan model grid
kecil-besar. Cara campuran yaitu dengan penggabungan cara seleksi dengan
antara 1D-Fix atau 2D-Fix.
3. PERTEMUAN KE-3
Pertemuan ke-3 pada saat ini dibahas tentang cara menentukan sampling yang
lebih detail dari penentuan sampling sebelumnya. Disini ada digitasi
kartografis, fotogrametri, inderaja, dan GPS.
a. Digitasi kartografis sendiri ada dua yaitu secara mengikuti garis dari titik-
titik yang bisa membuat penyusun kontur dan stream yang berwujud
merekam garis khayal ketinggian (kontur) dengan jeda yang telah
ditentukan.
b. Fotogrametri dan Inderaja
Seperti yang pernah dilakukan dalam praktikum yaitu dengan memakai dua
pasang foto udara atau citra satelit dimana dua foto atau dua citra itu
merupakan daerah yang hampir mirip dengan tingkat overlap nya 60%
minimalnya dan tingkat sidelap 20%. Jadi dari dua foto bertempelan bisa
dijadikan model permukaan, lah dari model itu nanti bisa ditentukan tinggi
buat Digital Elevation Model. Di inderaja lebih menggunakan InSAR dan
SAR.
c. GPS
Data yang di dapat itu posisi X,Y dan Z tapi dalam bentuk tinggi ellipsoid.
Paling baik untuk penentuan dengan cara differensial.

4. PERTEMUAN KE-4
Pada pembahasan kali ini model permukaan digital dibagi menjadi tiga
bentuk berdasarkan kharakteristik datanya. Ada bentukan local surface
dimana bentukan ini itu punya nilai lengkap atau komplek data sehingga dari
nilai yang lengkap itu bisa untuk diolah secara bagian per bagian kecil. Yang
kedua adalah bentukan secara global surface, bedanya dengan bentuk model
yang pertama adalah terkait informasi. Jadi pada bentuk global surface data
yang yang akan di proses itu di semua area. Lah dengan adanya perbedaan
antara local surface-global surface, dibentuklah model regional surface yang
nilainya erada diantara mereka.
Pada pertemuan ke-4 juga dibahas mengenai distribusi dimana sumber
data sifatnya regular dan irregular. Sifat regular yang ada ialah sumber data
sudah tersusun di dalam mode grid jadi rapi tersusun. Sumber data yang
sifatnya irregular seperti kita saat menentukan titik-titik yang memungkinkan
untuk menarik garis kontur cara interpolasi, data tinggi yang ada tersebar secara
acak tidak tersusun secara rapi layaknya datat tinggi format regular.
Sekarang model berdasarkan struktur dari datanya. Kita bisa bedah juga
menjadi 3 bagian yaitu tersusun, acak, gabungan. Jelas dari kata tersusun maka
struktur pembangun dari model sendiri terbuat atau berasal dari data yang
tersusun, lah data yang tersusun itu berasal dari data titik (orde 0 untuk buat 1
bidang horizontal) dan data grid(kalau grid minimal butuh 3 titik). Kalau data
yang sifatnya acak atau tidak tersusun makan dia berupa segitiga-segitiga yang
tingginya hasil interpolasi 3 titik pembangun segitiga(TIN), dan yang terakhir
adalah struktur campuran atau hybrid, data tersusun dari dua atau tiga model
diatas.
Lah dari segi konstruksinya, modeljuga bisa dibagi dari konstruksinya
yang ternyata ada dua yaitu konstruksi langsung seperti yang kita lakukan di
praktikum. Langsung dibuat dari data-data yang dimana itu hasil dari
pengamatan langsung dan dari data tersebut dibuat model sesuai dengan hasil
data. Kalau yang konstruksi tidak langsung itu seperti pada praktikuman
fotogrametri yaitu dengan cara membuat model stereo dari 2 foto udara. Nah
itu untuk pembahasan model dari segi konstruksinya.
Balik ke cara menentukan tinggi regular dan irregular juga beda, kalau
regular menggunakan nearest neighbor seperti interpolasi kontur yang
diajarkan di kampus, ada juga metode bilinear interpolation. Sedangkan yang
irregular menggunakan kriging dan juga inverse distance weighting.
5. PERTEMUAN KE-5
Pada pertemuan ini dibahas mengenai Triangular Irregular Network
(TIN). Ternyata bentukan TIN itu ada secara dua dimensi dan tiga dimensi.
Kalau secara dua dimensi itu, TIN dibagi jadi komponen titikknya atau kita bisa
sebut vertex, sisi samping atau kita bisa sebut edge, dan muka TIN yaitu luasan
yang dibatasi edge. Secara bentukan tiga dimensi, TIN punya arah garis normal,
dimana garis normal itu sudutnya tegak lurus terhadap muka TIN.
Jadi dari data yang distribusinya acak juga bisa dibagi lagi cara
mengatasi secara alternatif. Ada dua cara, dinamik sama statis. Bedanya terletak
pada kalau cara dinamik itu dalam satu circle areanya bisa lebih dari 3 titik
sedangkan yang dibutuhkan hanya 3 titik maka penentuan mana model
jaringnya dipilih dari bentuka sudut yang terbesar antara kedau titik ahirnya.
Kalau yang menggunakan statik, menggunakan semua titik sampling. Untuk
membuat jaringnya bisa dimulai dari tengah-tengah area geometri bisa juga dari
tepian (convex hul).

6. PERTEMUAN KE-6
Hanya berisi tugas membuat model permukaan secara digital.

7. PERTEMUAN KE-7
Pada bahasan pertemuan ke-7 adalah uji ketelitian DEM yang dimana intinya
membandingkan tinggi model dengan data masukannya. Kalau dari segi akurasi
DTM kita bisa pecah lai secara akurasi X,Y dan Z. Tujuan adanya uji ini adalah
selain membandingkan model dengan data masukan, juga mencari nilai error,
variansi, dan standar deviasinya. Selebihnya adalah langkah-langkah mencari
ujinya.

Anda mungkin juga menyukai