Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk

wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan

tujuannya. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik

pembeli. Setelah melalui proses pengolahan seperti, abon ikan patin. Makanan tadi

tidak tetap stabil, dia akan terus mengalami perubahan, sehingga sangat diperlukan

pemilihan pengemasan yang tepat untuk itu sehingga masa simpan bahan pangan

dapat ditingkatkan dan nilai gizi bahan pangan masih dapat dipertahankan.

Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap

mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang pengerat

lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di dalamnya tidak

boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh berkurang kadar airnya. Jadi

wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya

bau atau gas yang tidak diinginkan tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan

jangan sampai merembes keluar melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan

atau benturan dapat menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak dalam arti

berubah bentuknya (Winarno, 1983).

Bahan pengemas yang digunakan adalah bahan yang mudah didapat dan

sangat fleksibel penggunaannya yaitu plastik sebagai kemasan primer dan karton

sebagai kemasan sekunder.


Plastik yang digunakan sebagai kemasan primer adalah jenis plastik

polietilen. Jenis plastik polietilen biasa digunakan untuk packing/pembungkus

makanan kering/snack, sedotan plastik, kantong obat, penutup, cup plastik, dan lain-

lain.

Jenis plastik polietilen memberikan kesan positif yang sangat baik pada

produk abon ikan patin yaitu kandungan asam lemak bebas pada abon ikan patin

menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan karena sifat polietilen kedap air dan

memiliki kerapatan yang baik. Selain itu, kemasan polietilen juga memiliki sifat

antara lain, daya rentang tinggi tanpa sobek, thermoplastik, tahan terhadap asam,

basa, alkohol, dan deterjen, penampakan bervariasi dari transparan hingga keruh,

mudah dibentuk, lemas, dan mudah ditarik (Nurminah, 2002).

Karton yang digunakan sebagai kemasan sekunder adalah kotak karton

gelombang yaitu kotak yang terbuat dari satu atau beberapa lembar kertas kraft liner

dan kertas medium sebagai lapisan gelombangnya. Menggunakan tipe single wall

yaitu satu lapis dengan ketebalan ± 3,2 – 3,9 mm (C/Flute). Kemasan sekunder

menggunakan karton berfungsi menjamin supaya kemasan primer sampai ke tangan

konsumen selalu dalam keadaan baik. Karena itu, kemasan sekunder harus didesain

sedemikian rupa agar kemasan primernya selalu aman, tidak berdebu, tidak

terkelupas, tidak rusak, patah, penyok, dan tidak berubah warna.

Kelebihan dan Kekurangan Kemasan Plastik dan Karton antara lain,

Kelebihan Kemasan Plastik adalah Penampakan bervariasi dari transparan hingga

keruh, mudah dibentuk, lemas dan mudah ditarik, daya rentang tinggi tanpa sobek.,

tahan terhadap asam, basa, alkohol dan deterjen, dapat digunakan untuk menyimpan
bahan pada suhu pembekuan hingga -50°, serta kedap air dan uap air. Sedangkan

kelemahan kemasan plastik adalah tidak cocok digunakan untuk mengemas bahan

berlemak atau mengandung minyak, dan tidak cocok digunakan untuk mengemas

bahan beraroma karena transimis gas cukup tinggi. Dan kelebihan Kemasan Karton

adalah mempunyai bobot yang lebih ringan untuk material yang mempunyai

kekuatan yang sama, biaya yang lebih murah, mempunyai permukaan yang halus,

mempunyai sifat meredam yang baik, mudah dicetak dan diberi label, mudah untuk

dirakit atau dibongkar dalam penyimpanan, serta mudah didaur ulang dan digunakan

kembali. Sedangkan kelemahan kemasan karton adalah lebih mudah terbakar, lebih

mudah robek, tidak tahan air, serta mudah lapuk.

1.2. Tujuan dan Manfaat


BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengenalan Produk Abon Ikan Patin

Abon ikan adalah produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan,

melalui kombinasi proses pengolahan yaitu proses penggilingan dengan penambahan

bahan pembantu dan bahan penyedap sehingga mudahd alam pembuatannya (Mustar,

2013).

Pembuatan abon merupakan salah satu alternatif pengolahan ikan untuk

mengantisipasi kelimpahan bahan baku ataupun untuk penganekaragaman produk

perikanan. Jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku abon pada industri kecil

belum selektif, bahkan hampir semua jenis ikan dapat dijadikan abon ikan. Namun,

beberapa faktor yang menjadi penunjang dalam pengolahan abon ikan adalah

pengemasan dan suhu penyimpanan. Dan masalah kemasan sangat penting dan perlu

diperhatikan, sebab kemasan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

kelancaran pemasaran barang yang dikemas.

B. Pengertian Kemasan

Pengemasan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk melindungi bahan

pangan dari penyebab-penyebab kerusakan baik fisik, kimia, biologis, maupun

mekanis , sehingga dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik dan

menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari kertas, plastik, gelas, logam,

fiber, hingga bahan-bahan yang di laminasi. Bentuk dan teknologi kemasan juga

bervariasi dari kemasan botol, kaleng, tetraptak, corrugated box, kemasan vakum,

kemasan aseptik, kaleng bertekanan, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pintar
( active and intelligent packaging) yang dapat menyesuaikan kondisi lingkungan di

dalam kemasan dengan kebutuhan produk yang dikemas

Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah

utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah

kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah

utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang

dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu,

untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis

makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi

kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi

makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan

(Winarno, 1983).

Adanya pengemasan dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi

terjadinya kerusakan- kerusakan. Menurut Brody (1972) kerusakan terjadi karena

pengaruh lingkungan luar dan pengaruh kemasan yang digunakan. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang

digunakan menurut Winarno dan Jenie (1983) dapat digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu golongan pertama kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah dari

produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan, misalnya perubahan kimia,

biokimia, fisik serta mirobiologi; sedangkan golongan kedua, kerusakan yang

ditentukan oleh lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan

yang dapat digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan,

absorpsi dan interaksi dengan oksigen.


C. Bahan-bahan Kemasan

1. Kemasan Plastik

Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam

perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh

sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan

ekstruksi (Syarief, et al., 1989).

Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut

polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-

menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga terkandung

beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu

sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut komponen nonplastik yang

berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan

aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat

dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).

Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan

dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat,

termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O 2, CO2. Sifat

permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu

berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall

dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan yang

dapat menarik selera konsumen.

 Jenis-jenis Plastik
a. Polyethylen
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai

kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi

lunak dan mencair pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah

serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai

0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang

thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik

(Sacharow dan Griffin, 1970).

Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang

diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi

yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi yang dijalankan

dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan molekul makro

dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara

kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan

molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.

b. Low Density Polyethyelen (LDPE)

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel

dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60OC sangat resisten terhadap

senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik

bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis plastik HDPE mempunyai

sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya dan kurang terasa berlemak.

c. High Density Polyethylen (HDPE).


Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara

molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah, sedangkan

high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis low

density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras,

buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga

berperan dalam menentukan titik leleh plastik (Harper, 1975).

d. Polypropilena

Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya

juga serupa. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang

rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan

cukup mengkilap. Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara

thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang

lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan

menggunakan katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen

(Birley, et al., 1988).

2. Kemasan Karton

Karton adalah kemasan paling tebal. Pembuatannya tidak dilakukan

pengelantangan, tetapi digunakan filler tanah liat. Umumnya terdapat dalam bentuk

corrugated atau bergelombang (Herudiyanto, 2008).

 Jenis-jenis Karton
1. Karton (Paperboard)

Karton adalah kertas tebal yang disebut sebagai paperboard, pembuatannya

sama dengan pembuatan kertas. Perbedaan kertas dengan karton umumnya pada

ketebalan, dimana ketebalan karton 10 kali lebih tebal dari ketebalan kertas dan

gramatur karton di atas 224 gr/m2 menurut International Organisation for

Standardisation. Karton dapat di bentuk menjadi satu lapis (single wall) atau berlapis

(multi-ply). Karton yang dibuat menjadi karton lipat dan kaku disebut dengan

boxboard. Karton umumnya dibuat menjadi karton gelombang (corrugated board)

yang mudah dipotong, dibentuk, ringan dan kuat yang sering di buat menjadi

kemasan. Kemasan paperboard dapat dibagi dalam beberapa kelas dan memiliki

karakteristik yang berbeda, sesuai dengan berbagai kebutuhan dan persyaratan :

A. Solid Bleached Sulfate (SBS)

Solid Bleached Sulfate (SBS) merupakan kelas paperboard mutu tinggi yang

dihasilkan dari 80% bleached pulp kayu asli. Umumnya bleached paperboard dilapis

tipis dengan kaolin untuk meningkatkan permukaan cetak dan juga dilapisi tipis

dengan polietilen (PE) yang berfungsi untuk menambah kekuatan pada keadaan basah

yang sering digunakan untuk kemasan makanan. Segmen pasar utama yang

menggunakan Solid Bleached Sulfate (SBS) adalah kemasan medis (medical

packaging), kemasan susu dan jus, aceptic, minuman kotak, kemasan kosmetik dan

parfum serta kemasan makanan beku (frozen food packaging).

B. Coated Unbleached Kraft Paperboard (CUK)


Coated unbleached kraft paperboard (CUK) adalah jenis karton kelas unggul yang

dihasilkan dari 80% unbleached pulp kayu asli. Paperboard CUK dilapis tipis dengan

kaolin yang berfungsi untuk meningkatkan permukaan cetak dan juga dilapisi tipis

dengan polietilen (PE) untuk menambah kekuatan dalam keadaan basah yang sering

digunakan untuk kemasan makanan. Segmen pasar utama yang menggunakan

paperboard CUK adalah kemasan makanan beku, kemasan karton susu,

pharmaceutical packaging.

C. Uncoated Recycled Paperboard

Bahan baku uncoated recycled paperboard adalah bahan kertas bekas, yang daur

ulang kertas bekas dan dipublikasi biasanya diberi lapisan tipis kaolin untuk

meningkatkan permukaan cetak. Segmen pasar utama yang menggunakan uncoated

recyled paperboard adalah shoeboxes, composite cans dan fiber drums.

D. Coated Recycled Paperboard

Bahan baku coated recylced paperboard adalah paperboard bekas yang diproduksi

kembali dengan mendaur ulang paperboard bekas dan dipublikasi. Biasanya diberi

lapisan tipis kaolin untuk meningkatkan peremukaan cetak. Segmen pasar utama yang

menggunakan coated recycled paperboard adalah kemasan sabun dan deterjen,

kemasan cookie dan creaker, kemasan cake mix, cereal kotak, kemasan makanan

kering.

2. Karton Tipis (Folding Box/Cardboard Box)

Penggunaan karton tipis untuk kemasan, mendapat tambahan bahan-bahan

tertentu dan kualitas karton tipis yang dihasilkan tergantung dari jenis bahan

tambahan tersebut. Misalnya : untuk bahan pangan yang harus selalu dalam keadaan
segar yang disimpan dalam lemari es, maka digunakan karton tipis yang dilapisi

plastik (PE coated) atau dilapisi lilin (wax coated ). Jenis ini digunakan untuk

pengemasan udang, daging atau ikan beku atau mangkuk untuk es krim. Jika design

kemasan dibuat menarik, maka karton tipis dapat digunakan sebagai display box.

3. Karton Kerdut/Gelombang (Corrugated Fibreboard)

Corrugated box disebut juga karton bergelombang atau karton beralur. Karton

gelombang(corrugated board) adalah karton yang dibuat dari satu atau beberapa lapisan

kertas medium bergelombang dengan kertas liner sebagai penyekat dan pelapisnya.

Terdiri dari 2 macam

corrugated sheet , yaitu :

1. kertas kraft (kraft liner ) untuk lapisan luar dan dalam.


2. kertas medium untuk bagian tengah yang bergelombang Ukuran berat

(grammage) dari kertas kraft dan kertas medium. Ukuran berat (grammage)

dari kertas kraft dan kertas medium adalah sebagai berikut :

Kertas kraft Kertas medium


125 gram/m2 112 gram/m2
150 gram/m2 115 gram/m2
200 gram/m2 125 gram/m2
300 gram/m2 150 gram/m2

Corrugated sheet ada beberapa macam, yaitu :

 single wall : satu lapis dengan ketebalan ± 3 mm (B/Flute) dan 4 mm

 Double wall : 2 lapis dengan ketebalan ± 7 mm (CB/Flute)

 Triple Wall : 3 lapis, dan lain-lain.


A. Jenis Flute Karton Gelombang Flute Tinggi gelombang, mm Jumlah

gelombang/m

A 4,8 118

Flute A: Memiliki sifat bantalan yang sangat baik,digunakan utk barang mudah pecah

B 2,4 168

Flute B: Memiliki CMT lebih besar dari flute A, bantalan yang lebih rendah,

digunakan untuk produk yang dikemas dalam kaleng.

C 3,6 13

Flute C: Merupakan pendekatan dari sifat – sifat yang dimiliki flute A dan B

D 1,2 316

Flute D: Merupakan pengganti solid fiber board (Kamarijam,1996)

E. Untuk memperbaiki sifat – sifat karton bergelombang, diperlukan :

a. Ketahanan yang lebih baik terhadap gaya tekan

b. Bending stiffness yang lebih tinggi

c. Kemampuan cetak yang lebih baik

d. Ketahanan air yang lebih tinggi

F. Kualitas karton bergelombang ditentukan oleh


a. Jumlah gramatur liner

b. Ketahanan retak ( bursting strength,BS)

c. Ketahanan tekan tepi (edge crush resistance, ECT)

D. Kelebihan dan Kekurangan Kemasan

 Kelebihan dan Kekurangan Kemasan Plastik

Kelebihan dan Kekurangan Kemasan Plastik dan Karton antara lain,

Kelebihan Kemasan Plastik adalah Penampakan bervariasi dari transparan hingga

keruh, mudah dibentuk, lemas dan mudah ditarik, daya rentang tinggi tanpa sobek.,

tahan terhadap asam, basa, alkohol dan deterjen, dapat digunakan untuk menyimpan

bahan pada suhu pembekuan hingga -50°, serta kedap air dan uap air. Sedangkan

kelemahan kemasan plastik adalah tidak cocok digunakan untuk mengemas bahan

berlemak atau mengandung minyak, dan tidak cocok digunakan untuk mengemas

bahan beraroma karena transimis gas cukup tinggi.

 Kelebihan dan Kekurangan Kemasan Karton

kelebihan Kemasan Karton adalah mempunyai bobot yang lebih ringan untuk

material yang mempunyai kekuatan yang sama, biaya yang lebih murah, mempunyai

permukaan yang halus, mempunyai sifat meredam yang baik, mudah dicetak dan

diberi label, mudah untuk dirakit atau dibongkar dalam penyimpanan, serta mudah

didaur ulang dan digunakan kembali. Sedangkan kelemahan kemasan karton adalah

lebih mudah terbakar, lebih mudah robek, tidak tahan air, serta mudah lapuk.

BAB III.
METODE KERJA
III.1. Waktu dan Tempat
Pembuatan kemasan “Abon Ikan” dilaksanakan mulai dari 17 Maret 2019 s/d

20 Maret 2019 dan didesain dengan menggunakan PicsArt. Kemasan ditempah di

Jalan Bangau Sakti, Panam, Pekanbaru.


III.2. Prosedur Pelaksanaan

Setiap anggota kelompok terlebih dahulu menentukan bentuk kemasan dan

jenis komoditi yang dikemas. Kemasan diberikan desain grafis dengan berbagai

inovasi dan kreatifitas yang sesuai dengan produk. Setelah itu, kemasan dibuat atau

ditempah. Untuk kemasan karton, bisa digunakan print biasa maupun print khusus.

Agar produk dapat bertahan lama, diberikan plastic PE sebagai kemasan dalam.

III.3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode survey, pengambilan data primer dilakukan

dengan cara observasi, dokumentasi, dan partisipasi langsung antar anggota

kelompok. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur yang terkait

terhadap materi makalah ini.

BAB IV.
ANALISIS KEUNGGULAN
BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai