Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANALISA PENYIMPANGAN SILA KE-LIMA


PANCASILA DALAM KASUS “MEIKARTA”

Disusun oleh:
1. Anjung Twice R 18/427225/KG/11319
2. Azarina Widya A 18/423923/KG/11263
3. Dena Kusuma A 18/427233/KG11327
4. Dhienda Hastinesya 18/427235/KG/11329
5. Gigih Budi W 18/423931/KG/11271
6. Mahanani Sekar A 18/423937/KG/11277
7. Maharani Arifah R 18/427251/KG/11345
8. Nurdini Putri K 18/427261/KG/11355
9. Nushaibah Nafisah 18/427263/KG/11357
10. Salsabiila Zahra 18/423947/KG/11287

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA
2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila, atau yang artinya 5 dasar ini merupakan dasar negara
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah dibentuk dan di cita-
citakan puluhan tahun yang lalu mengalami beberapa penyimpangan.
Padahal, tepatnya pada pertengahan tahun 1945, istilah Pancasila
dilahirkan. Setelah proklamasi dikumanadnagkan, Pancasila resmi menjadi
dasar negara yang wajib diwujudkan oleh segenap bangsa demi
kesejahteraan negara selanjutnya. Setiap sila dari kelima silanya dipelajari,
diamalkan, dan diajarkan ke dari generasi ke generas agar identitas dan
visi bangsa tersebut tepat terlaksana. Akan tetapi, seiring waktu, dapat
ditemukan banyak hal yang menjadi sebuah bukti kepenyimpangan
Pancasila. Terutama dalam sila kelima, sila keadilan sosial. Salah satunya,
dengan melihat beritaterbaru tentang proyek kota terencana di timur
Jakarta yang mendapatkan masalah pengurusan ijin lahan, bernama
Meikarta. Penulis melihat bahwa Meikarta memunculkan poin-poin
penyelewangan bagi sila kelima. Padahal sila kelima, keadilan sosial bagi
seluruh rakyat ini saling melengkapi dengan sila lainnya. Oleh karena itu,
falsafah pancasila sebagai dasar negara harus diwujudkan dengan sebenar-
benarnya dan segala bentuk penyelewangannya wajib dihentikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa keadilan sosial itu dirasa perlu hingga dimasukkan ke dalam
Pancasila?
2. Apa peran pemerintah dalam mewujudkan sila kelima keadilan sosial?
3. Apa saja penyimpangan-penyimpangan sila kelima Pancasila yang umum
terjadi ?
4. Mengapa pembangunan Meikarta disebut sebagai salah satu
penyimpangan sila kelima?
5. Bagaimana dampak pembangunan Meikarta terhadap massyarakat sekitar?
6. Bagaimana solusi dari pemerintah terhadap masalah yang terjadi?
7. Apa peran mahasiswa dalam mengatasi penyimpangan keadilan sosial?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui mengapa keadilan sosial itu dirasa perlu hingga
dimasukkan ke dalam Pancasila.
2. Untuk mengetahui apa peran pemerintah dalam mewujudkan sila kelima
keadilan sosial.
3. Untuk mengetahui apa saja penyimpangan-penyimpangan sila kelima
Pancasila yang umum terjadi.
4. Untuk mengetahui mengapa pembangunan Meikarta disebut sebagai salah
satu penyimpangan sila kelima.
5. Untuk mengetahui bagaimana dampak pembangunan Meikarta terhadap
massyarakat sekitar.
6. Untuk mengetahui bagaimana solusi dari pemerintah terhadap masalah
yang terjadi.
7. Untuk mengetahui apa peran mahasiswa dalam mengatasi penyimpangan
keadilan sosial.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Esensi Keadilan Sosial dalam Pancasila
Berdasarkan rumusan persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasila maka sila
kelima yakni ‘Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia' merupakan suatu
kesatuan dengan sila lainnya didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila Persatuan Indonesia dan sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Menurut Kaelan (2002), pelaksanaan sila kelima
tidak dapat dilaksanakan secara terpisah dengan sila lainnya yang merupakan
unsur dari Pancasila. Pancasila adalah satu kesatuan yang utuh dan saling
berkaitan. Dalam pelaksanaanya sila pertama Pancasila melandasi sila kedua,
ketiga, keempat, dan kelima. Sila kedua dilandasi sila pertama, melandasi ketiga,
keempat dan kelima, begitu pula seterusnya. Hal tersebut memperjelas bagaimana
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup wajib diterima oleh seluruh
warga Negara. Implementasi Pancasila haruslah dilaksanakan secara utuh dan
konsekuen.

Sila kelima Pancasila tekandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara


sebagai tujuan dalam hidup bersama, maka di dalam sila kelima tersebut
terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama.
Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu
keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan
manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan
manusia dengan Tuhannya (Kaelan, 2010).

Perwujudan keadilan sosial dalam negara hukum merupakan unsur utama,


mendasar, sekaligus unsur yang paling luas, struktural dan abstrak. Kondisi ini
karena konsep keadilan sosial, terkandung didalamnya makna perlindungan hak,
persamaan derajat dan kedudukan di hadapan hukum, kesejahteraan umum, serta
asas proporsionalitas antara kepentingan individu, kepentingan sosial dan negara.
Keadilan sosial tidak selalu dapat dilahirkan dari rasionalitas, tetapi juga
ditentukan oleh atmosfir sosial yang dipengaruhi oleh tata nilai dan norma lain
dalam masyarakat. Karena keseluruhan sila di dalam Pancasila merupakan satu
kesatuan yang organis (Purwanto, 2017).

Sesuai makna ‘keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’, dalam


konteks ini untuk mengetahui makna keadilan lebih mendalam. Keadilan
merupakan hak yang dimiliki semua orang dan tidak ada seorang pun yang dapat
menghalangi hak yang dimilikinya. Keadilan memiliki makna keseimbangan bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Keseimbangan yang dimaksud yaitu, tidak ada
perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya atau dapat mengandung makna
persamaan dan tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun. Prinsip keadilan
mendorong munculnya perlakuan yang sama pada setiap warga negara tanpa
melihat ataupun mempedulikan kondisi dan potensinya (Haryanto, 2017).

Oleh karena itu, seluruh komponen Negara mengambil peran penting


untuk menjalankan roda kehidupan demi keadilan bersama. Konsep keadilan
menurut Pawestri (2015) menyatu dengan pondasi negara yang berbasis
kedaulatan rakyat, sehingga tidak ada alasan bagi pemerintah maupun warga
negara untuk tidak mewujudkannya. Sejatinya, keadilan sosial adalah visi, cita-
cita, serta tujuan masyarakat ,berbangsa dan bernegara demi menciptakan
kehidupan yang adil, makmur, dan sejahtera.

2.2 Program Pemerintah dalam Meningkatkan Keadilan Sosial


1. Dana Desa

Dana Desa merupakan dana yang bersumber dari Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), diperuntukkan bagi desa
dengan ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota. Dana Desa dimaksudkan sebagai bantuan stimulan atau
dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program
Pemerintah Desa. Tujuan penggunaan Dana Desa di dalamnya adalah
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat. Dana Desa diprioritaskan untuk pembangunan desa
(Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014). Selain itu, sumber
pendapatan desa yang lain adalah Alokasi Dana Desa.

Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan dana yang cukup signifikan


bagi Desa untuk menunjang program-program Desa. Salah satu tujuan
dari Alokasi Dana Desa adalah pengentasan kemiskinan (Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007). Akan tetapi seiring
dengan besarnya jumlah Dana Desa, masalah kemiskinan masih sulit
untuk diselesaikan (Abidin, 2015).

2. Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga

Kebijakan BBM Satu Harga di Papua dan Papua Barat yang


dicanangkan Presiden Joko Widodo merupakan upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Presiden
berujar bahwa ketidakadilan bagi masyarakat Papua tidak boleh
selamanya dibiarkan. Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan
perekonomian di Papua akan semakin tumbuh kedepannya.

Tidak seperti di Papua, masyrakat yang berada di Indonesia bagian


barat dan tengah selama ini sudah menikmati harga BBM yang sama.
Presiden menggarisbawahi bila terjadi kenaikan harga BBM seribu
rupiah saja, masyarakat di Pulau Jawa langsung bereaksi. Berbeda halnya
dengan wilayah bagian timur, rakyat hanya bisa terdiam ketika harga
BBM berkali lipat lebih mahal dibanding wilayah lainnya.

Sarana infrstruktur transportasi yang belum memadai di daerah


Papua memang memberikan tantangan tersendiri. Terlebih medan dan
kondisi daerah setempat yang dikenal berat turut memperparah hal
tersebut. Tak heran harga-harga komoditas dan juga BBM pun
merangkak naik jauh dari harga normal.

Namun pemerintah tak tinggal diam, salah satu upaya yang


dilakukan pemerintah untuk mendukung kebijakan BBM satu harga ialah
bekerja sama dengan Pertamina. Pemerintah telah menyiapkan dua buah
pesawat pengangkut BBM untuk mempermudah distribusi BBM di
Papua. Pengoperasian pesawat tersebut ditujukan ke daerah-daerah
terpencil yang sulit dijangkau dan dikelola oleh PT. Pelita Air Service
yang merupakan anak perusahaan Pertamina. Selain itu, pemerintah juga
mengembangkan 9 lembaga penyalur baru atau APMS (Agen Penyalur
Minyak dan Solar) yang tersebar di 8 kabupaten, 7 kabupaten di Papua
dan 1 kabupaten di Papua Barat.

2.3 Penyimpangan Umum Keadilan Sosial


1. Bidang Hukum
Penegakan hukum adalah hal yang penting, namun keadilan dalam
melaksanakan adalah hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan.
Contoh kasus yang menggambarkan ketidakadilan hukum di Indonesia
adalah maraknya kasus korupsi yang melibatkan pejabat publik , anggota
legislatif, anggota kabinet, dan politisi partai politik yang dapat merugikan
negara hingga miliyaran rupiah. Para pelaku juga dengan mudah bepergian
keluar negeri walaupun sedang menjalani masa tahanan.
Contoh kasus pelanggaran di bidang hukum lainnya adalah kasus
nenek Minah yang tersandung kasus pencurian 3 buah Kakao di
perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan dan diganjar dengan hukuman
penjara selama 1 bulan 15 hari ditambah masa percobaan 3 bulan.
Kasus tersebut menggambarkan bahwa hukum di Indonesia ibarat
pisau, tumpul ke atas dan lancip ke bawah. Padahal dalam UUD 1945
Pasal 28D Ayat (1) Tentang Hak Asasi Manusia hasil amandemen
disebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum”. Tetapi kenyataan yang terjadi jauh dari apa yang
diharapkan, ini menjadi bukti bahwa sila kelima belum sepenuhnya
ditegakkan.
2. Bidang Kesehatan
Buruknya pelayanan kesehatan masih menjadi keluhan di kalangan
masyarakat kurang mampu di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa aspek: Antrean yang panjang dan menumpuk, kerumitan dalam
mengurus syarat administrasi, penolakan beberapa kalangan dari rumah
sakit, dan pungutan liar untuk memperoleh pengobatan gratis.
Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat kurang
mampu menjadi gambaran bahwa keadilan belum dapat ditegakkan
dengan baik. Di sisi lain, masyarakat yang kaya atau orang yang
mempunyai jabatan atau pangkat tinggi justru mampu mendapatkan
pelayanan yang istimewa. Padahal UUD 1945 Pasal (28) H ayat (2)
tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan”.
3. Bidang Pendidikan

Masalah yang dialami dalam Bidang Pendidikan adalah


ketidakmampuan warga miskin untuk memperoleh pendidikan yang layak,
sehingga banyak anak-anak Indonesia yang tidak mampu untuk sekolah
akibat biaya sekolah yang dirasa memberatkan. Seharusnya pemerintah
memprioritaskan warga miskin di Indonesia dengan memberikan
pendidikan sehingga anak-anak yang kurang mampu tersebut dapat
mengenyam pendidikan yang layak seperti anak-anak pada umumnya.

Masalah lain yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah


pendidikan untuk anak-anak di daerah pedalaman atau perbatasan, banyak
anak di daerah pedalaman seperti anak yang bersekolah di Rimbo Pintar
Sungai Kuning khususnya yang tinggal di wilayah Taman Nasional Bukit
12, mereka rela berjalan selama 2 Jam dengan bekal minum seadanya.
Seharusnya pemerintah lebih meninjau kembali program pendidikan yang
telah dibuat dan lebih mengefektifkannya.
4. Bidang Ekonomi

Masalah paling miris yang ada di Indonesia dari bidang ekonomi


adalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu bukti paling menonjol
dalam penegakkan keadilan yang belum sempurna, padahal dalam konstitusi
telah ditetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar akan dipelihara
oleh negara. Padahal realitanya masih banyak dari mereka yang dibiarkan
berkeliaran di jalan untuk mengemis bahkan mereka rela tidur di bawah
kolong jembatan dengan hanya beralaskan kardus bekas.

Walaupun angka kemiskinan telah mengalami penurunan, namun


masih berada pada angka yang tinggi dan diperlukannya tindak pemerintah
dalam menurunkan dan membantu menunjang warga miskin yang ada di
indonesia. Beberapa di antaranya dengan peninjauan upah minimum untuk
buruh demi mengurangi eksploitasi perusahaan terhadap pekerja mereka.
Berikut penulis sajikan Profil Kemiskinan sampai dengan Maret 2018.
2.4 Relasi Penyimpangan Keadilan Sosial dan Meikarta
Meikarta merupakan sebuah proyek besar yang dibangun oleh perusahaan swasta
dengan tujuan untuk menciptakan sebuah kota yang memiliki fasilitas terlengkap
se - Asia Tenggara. Pembangunan Meikarta tentu memiliki banyak implikasi
sosial yang tidak besesuaian dengan sila ke 5 Pancasila (Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia). Implikasi sosial yang timbul diantaranya adalah :

1. Kebijakan pembangunan tidak merata. Tujuan utama pembangunan


nasional dapat dicapai dengan cara membangun infrastruktur yang lengkap
dan merata. Sedangkan pembangunan di Meikarta hanya mencakup
sebagian kecil dari bangsa Indonesia saja.

2. Semakin terpinggirnya kelompok masyarakat miskin. Proyek Meikarta


hanya dapat dinikmati oleh golongan masyarakat menengah ke atas saja
karena fasilitas yang ditawarkan sangat lengkap. Seperti jangakauan
transport yang mudah, serta hal lain yang tidak bisa didapatkan di luar
Meikarta. Hal itulah yang menyebabkan masyarakat miskin tidak dapat
ikut menikmati karena harga yang ditawarkan tidak dapat mereka jangkau.

3. Adanya lingkungan eksklusif yang mempertontonkan kesenjangan sosial


dan ekonomi antara masyarakat miskin dan masyarakat yang
berkemampuan. Diciptakannya Meikarta sebagai kota yang memiliki
fasilitas sangat lengkap mengakibatkan kesenjangan sosial yang makin
terlihat.

Persoalan mendasarnya adalah bahwa Konsep Pembangunan itu harus


datang dan dirancang oleh Pemerintah Republik Indonesia, dengan
mengedepankan kesejahteraan rakyat dan berkeadilan sosial. Namun berbeda
dengan konsep pembangunan Meikarta yang bahkan tidak memiliki perizinan
sepenuhnya. Meskipun pembangunan infrastruktur pada suatu wilayah negara
merupakan salah satu langkah strategis yang tepat dan dibutuhkan oleh seluruh
masyarakat, hal ini akan menjadi penyimpangan karena infrastruktur tersebut
hanya dapat dinikmati oleh mereka yang berkemampuan.

2.5 Dampak Pembangunan Meikarta terhadap Masyarakat


Pembangunan meikarta dengan target bangunan sekitar 200 hingga 400
bangunan yang dapat menampung kira kira 2 juta penduduk akan memberikan
pengaruh kepada masyarakat.

Awalnya, tanah masyarakat dibeli dengan sangat murah oleh Lippo Group
lalu di jual kembali dengan harga lebih dari 200 juta. Dengan pembangunan
megah itu pun, tentu akan mempengaruhi harga harga tanah dan harga keperluan
pokok disekitaran Meikarta. Hal ini tentu akan membuat masyarakat menengah
dan kebawah tersingkirkan. Untuk masyakarat menengah , mereka hanya akan
mampu menyewa dan mengontrak rumah, dan masyarakat kebawah yang tidak
mampu untuk mengontrak apalagi untuk membeli rumah, mereka akan memilih
tinggal di pinggir jalan atau di bawah jembatan dll. Sedangkan masyarakat
menengah ke atas akan menginvestasi kan uang mereka dengan cara membeli 1
atau lebih rumah di meikarta dengan kemungkinan untuk dijual dengan harga
yang lebih tinggi. Ini membuktikan bahwa akan adanya kesenjangan sosial
sebagai dampak dari pembangunan meikarta. ( Petrus, 2017)

2.6 Solusi terhadap Pembangunan Meikarta dari Sudut Pandang


Pemerintah dan Developer
Proyek Meikarta apabila tidak segera dicarikan solusi bisa menimbulkan
kerugian secara massal. Salah satu Anggota Komisi II DPR Mardani Ali Sera
meminta proyek Meikarta harus dihentikan terlebih dahulu baik pemasaran
maupun transaksi proyek tersebut, musyawarah dengan warga sekitar terkait
pembangunan proyek ini juga diperlukan agar masalah kesenjangan sosial,
budaya, kohesi sosial tidak terjadi.
Salah satu solusi lainnya adalah diberikannya kemudahan dari pemerintah
daerah untuk pihak swasta untuk berinvestasi seperti yang dikatakan Menteri
Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Investasi yang dimaksud adalah seperti dalam hal
ini pembangunan Meikarta di Cikarang, Jawa Barat. Kewenangan untuk
memberikan izin berada di tangan bupati atau wali kota karena mereka yang
paling mengetahui rencana tata ruang wilayahnya

Dari pihak Meikarta, Meikarta selaku pengembang harus memahami dan


mengikuti aturan yang ada di dalan negeri ini seperti yang diucapkan Direktur
Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Soni Sumarsono.
Sebenarnya Meikarta telah mengantongi izin lokasi dan IPPT serta sudah
membuat Amdal. Maka dari itu, rekomendasi Gubernur Jawa Barat dibutuhkan,
sebab Bekasi termasuk kawasan metropolitan yang jumlah penduduknya lebih
dari satu juta jiwa. Namun, aturan melalui Peraturan Gubernur belum dibuat,
padahal hal itu telah diminta pemerintah pusat sejak 2015. Peran pemerintah pusat
dalam hal ini adalah dengan melaukan konsolidasu kepada pemerintah Provini
Jawa Barat untuk meluruskan serta menyelesaikan masalah yang terjadi dan
membuat pertaturan-peraturan terbaru terkait pembangunan Meikarta ini.

2.7 Solusi Perwujudan Keadilan Sosial dari Sudut Pandang Mahasiswa


Ancaman terhadap integrasi bangsa seperti ini kasus Meikarta tidak boleh
dibiarkan terus berlanjut. Berangkat dari Suryawasita (1989), bahwa fokus utama
dari asas keadilan sosial adalah perhatian pada nasib anggota masyarakat yang
terbelakang, maka terhadap anggota masyarakat yang terbelakang inilah fokus
perhatian perlu lebih diberikan, sehingga mereka juga tetap dapat merasakan
keadilan sosial sebagai bagian dari bangsa Indonesia (Suryawasita, 1989).
Keadilan dan persatuan di Indonesia haruslah mengacu pada sikap peduli yang
berimbang, bukan hanya terfokus pada salah satu bagian. Peran serta segala
sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia secara maksimal, termasuk di dalamnya
mahasiswa, menjadi salah satu solusi konkret bagi permasalahan ketidakadilan
sosial yang berujung pada disintegrasi bangsa.
Menurut Nugraheni (2017), peran serta yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa tidak lepas dari posisinya sebagai perantara antara pemerintahan dan
masyarakat, antara lain:
- Dalam hubungannya dengan masyarakat dan pemerintah, mahasiswa
berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas
segala keputusan lembaga dan pemerintah yang memengaruhi hidup
masyarakat luas.
- Mahasiswa juga dapat berperan sebagai penyampai aspirasi masyarkat
dengan cara melakukan interaksi sosial dengan masyarakat sehingga
mahasiswa dapat mengerti realitas yang terjadi dan menyampaikan
realitas tersebut kepada pemetintah.
Peran serta mahasiswa tidak dapat lepas dari karakteristik yang dimiliki
oleh mahasiswa, yaitu intelektualitas, jiwa muda, dan idealism. Dengan
kemampuan intelektualitas yang tinggi, jiwa yang penuh semangat, dan idealism,
mahasiswa dapat memaksimalkan perannya untuk mencapai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks mencapai tujuan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, mahasiswa dapat tampil di depan menjadi motor
penggerak yang didukung oleh kompetensi-kompetensi yang dimilikii mahasiswa.
Dengan kompetensi yang dimiliki mahasiswa, mahasiswa dapat ber[eran sebagai
agen perubahan yang mampu membantu pemerintah dalam menyeselaikan
masalah keadilan di dalam bangsa, mampu menyatakan kepentingan masyarakat,
dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara sehingga dapat
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang memengaruhi kehidupan bangsa
(Nurgraheni, 2017).
BAB 3 KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Setelah melihat pembahasan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:

1. Keadilan sosial berperan penting dalam kehidupan masyarakat


Indonesia yang sejahtera, dan maka dari itu dimasukkan ke dalam
rumusan Pancasila
2. Pemerintah telah menjalankan beberapa program perwujudan sila
kelima yaitu dengan program Dana Desa, dan BBm Satu Harga
3. Terdapat penyelewang asas kelima pancasila dalam bidang hukum,
kesehatan, ekonomi dan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ant, 2017, Soal Meikarta, Kemendagri Harus Jadi Pengarah Utama untuk Cari
Solusi, okezone, diakses pada [05 November 2018],
https://www.google.co.id/amp/s/economy.okezone.com/amp/2017/09/
28/470/1784554/soal-meikarta-kemendagri-harus-jadi-pengarah-
utama-untuk-cari-solusi
Arie, W., 2018, Implementasi Bappenas Anggap Angka Kemiskinan Semakin
Sulit Turun, Globalindo, diakses tanggal 5 November 2018,
http://globalindo.co/bappenas-anggap-angka-kemiskinan-semakin-
sulit-turun/
Haryanto, T., 2017, Implementasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta, Repository UPY, diakses tanggal
5 November 2018, http://repository.upy.ac.id/1716/1/Artikel.pdf
Kurniawan, Tommy, 2018, Perjuangan Anak Rimba untuk Mendapatkan
Pendidikan, Rela Berjalan 2 Jam Demi Sekolah, Globalindo, diakses
tanggal 5 November 2018, http://globalindo.co/bappenas-anggap-
angka-kemiskinan-semakin-sulit-turun/
Machmudin B. 2016. Kebijkan BBM Satu Harga: Upaya Wujudkan Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. www.presidenri.go.id. 5
November (15.25).
Nugraheni, H., Tri, W. L., dan Sukini, 2017, Mahasiswa Pelopor Gerakan
Antikorupsi, Deepublish, Yogyakarta.
Pawestri, W. D., 2015, Keadilan Sosial Dalam Perlindungan Kepentingan
Nasional Pada Penanaman Modal Asing Di Bidang Sumber Daya
Alam, Yuridika, 30(1) : 84-107.
Purwanto, 2017, Perwujudan Keadilan dan Keadilan Sosial Dalam Negara Hukum
Indonesia: Perjuangan Yang Tidak Mudah Dioperasionalkan, Jurnal
Hukum Media Bhakti, 1(1) : 1-19.
Salampessy, S.H., 2017, Pemerintah Minta Masalah Meikarta Segera Dicarikan
Solusinya, RRI, diakses pada [05 November 2018],
http://m.rri.co.id/post/berita/439536/ekonomi/pemerintah_minta_masa
lah_meikarta_segera_dicarikan_solusinya.html
Sari I. M. dan M. F. Abdullah. 2017. Analisis Ekonomi Kebijakan Dana Desa
Terhadap Kemiskinan Desa di Kabupaten Tulungagung. Jurnal
Ekonomi Pembangunan 15(01): 34-49.
Siregar, C., 2014, Pancasila, Keadilan Sosial, dan Persatuan Indonesia,
Humaniora, 5(1):107-112.
Situmorang, Chazali H. 2017. Meikarta dan Keadilan Sosial.
https://telusur.co.id/2017/08/11/proyek-meikarta-chazali-hentikan-
pembangunan-yang-mempertontonkan-kesenjangan/ diakses pada 5
November 2018
Untoro, J., 2014, Implementasi Sila Ke-5 yang Tidak Sesuai Harapan Rakyat
(italic), Kompasiana, diakses tanggal 5 November 2018,
https://www.kompasiana.com/joko_untoro/54f73ef7a3331158148b45
dc/implementasi-sila-ke-5-yang-tidak-sesuai-harapan-rakyat

Anda mungkin juga menyukai