Anda di halaman 1dari 11

“MAKALAH TEMBAGA”

Disusun Oleh :

Sutikno 152073 T

KELAS TEKNIKA C

AKADEMI MARITIM JOGJAKARTA


Mata kuliah : Ilmu Bahan

Dosen : Ir. Salim, M.T


I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan
apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai
keabuan.Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang
komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti
oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral
tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit
(Cu2(OH)2CO3), dan azurite (Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit tembaga dapat diklasifikasikan
dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam
batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam
intrusi/mafik, serta deposit nativ.
Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan
endapan magmatic dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme. Logam tembaga
digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik.
Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik,
generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor,
konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor,
bidang telekomunikasi, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan
panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung-tabung dan klep di pabrik penyulingan.
Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi
tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar
kawat berukuran kecil, peralatan industri yang berhubungan dengan larutan, industri
konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan
perunggu, dekorasi rumah, mesin industri nonelektris, peralatan mesin, pengatur temperatur
ruangan, mesin-mesin pertanian. Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat
di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Tembaga (Cu)
Tembaga adalah logam merah-muda yang lunak, dapat ditempa, liat. Ia melebur pada
1038 . Karena potensial electrode standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+),ia tak
larut daalm asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
terlarut sedikit. Dalam table periodik unsur – unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan
nomor atom (NA)29 dan mempunyai bobot atau berat atom (BA)63,546. Unsur tembaga di
alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam
bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Selain itu, tembaga
(Cu) juga terdapat dalam makanan. Sumber utama tembaga adalah tiram, kerang, kacang-
kacangan, sereal, dan coklat. Air juga mengandung tembaga dan jumlahnya bergantung pada
jenis pipa yang digunakan sebagai sumber air.
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan
apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai
keabuan.
Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang
komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti
oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral
tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit
(Cu2(OH)2CO3), dan azurite (Cu3(OH)2(CO3)2).
Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat,
dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan
volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih
tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat
berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.
2. Deskripsi Mineral Copper (Tembaga)
Formula Kimia : Cu
Sistem Kristal : Reguler
Warna : Merah-tembaga, atau merah-mawar terang.
Kilap : Metalik
Kekerasan : 2,5 – 3
Berat Jenis : 8,94
Indeks Bias : 1. 544 - 1.553
Goresan : Merah
Belahan : Tidak satupun
Pecahan : Hackly
Tenacity : Ductile dan Malleable
Derajat Ketransparanan : Opaque
Kemagnetan : Diamagnetit

3. Proses Pemisahan Tembaga Dari Kalkopirit


 Pengapungan (Floating)
Pada proses ini bijih tembaga dipekatkan dengan menambahkan detergen dan NaOH.
Dengan proses ini zat – zat pengotor (Biasanya Al) akan larut dan mengapung.
 Pemanggangan (Roasting)
Pada proses ini kalkoprit akan bereaksi dengan oksigen.
4CuFeS2(s) + 9O2 → 2Cu2S(s) + 2Fe2O3(s) + 6SO2(g)
Dengan menahbahkan SiO2 maka besi akan terpisah sebagai ampas.
Fe2O3(s) + 3SiO2(s) → Fe2(SiO3)3(s)
Pada proses pemanasan selanjut nya Cu2S akan teroksidasi.
2Cu2S(s) + 3O2(g) → 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
 Reduksi
Proses reduksi terjadi antara Cu2O dengan Cu2S yang masih ada dalam proses
sebelumnya.
2Cu2O(s) + Cu2S(s) → 6Cu(s) + SO2(g)
Cu yang diperoleh dengan proses ini mempunyai kemurnian mendekati 99%
 Pemurnian
Proses pemurnian dilakukan dengan cara elektrolisis larutan CuSO4 dengan anode
yang terbuat dari Cu karbon dan katode dari Cu murni. Reaksi nya:
Di anode : Cu(s)kotor → Cu²+(aq) +2e
Di katode : Cu²+ (aq) + 2e → Cu(s)bersih
4. Senyawaan tembaga (Cu)
Terdapat 2 senyawa tembaga yaitu Tembaga (I) atau cupro dan Tembaga (II)
atau cupri. Tembaga (I) oksida merupakan senyawa yang berwarna hitam dan Cu²+ umum
nya berwarna biru.CuSO4.5H2O dikenal dengan nama terusi atau prusi yang berwarna biru,
tetapi bila dipanas kan H2O nya menguap dan warna nya menjadi putih. Dalam badan
perairan laut, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3-,
CuOH. Pada batuan mineral atau lapisan tanah, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk –
bentuk seperti :
1. Chalcocote (Cu2S)
2. Covellite (CuS)
3. Chalcopyrite (CuFeS2)
4. Bornite (Cu5FeS4)
5. Enargite [Cu3(AsSb)S4]
Tembaga di alam memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga dengan bilangan
oksidasi +2 merupakan tembaga yang sering ditemukan sedangkan tembaga dengan bilangan
oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan tembaga ini hanya stabil jika dalam bentuk
senyawa kompleks. Selain dua keadaan oksidasi tersebut dikenal pula tembaga dengan
bilangan oksidasi +3 tetapi jarang digunakan, misalnya K3CuF6.
Beberapa senyawaan yang dibentuk oleh tembaga seperti yang tertera pada Tabel.

Tembaga(II) Nama Tembaga(I) Nama


CuO tembaga(II) oksida Cu2O tembaga(I) oksida
Cu(OH)2 tembaga(II) hidroksida tembaga(I) klorida
CuCl2 tembaga(II) klorida CuCl tembaga(I) iodida
CuF2 tembaga(II) fluorida CuI
CuS tembaga(II) sulfida
CuSO4.5H2O tembaga(II) sulfat
Cu(NO3)2.3H2O pentahidrat atau vitriol biru
tembaga(II) nitrat trihidrat
5. Sifat dan Kegunaan Cu
a. Sifat fisika

 Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan seperti emas kuning.
 Mudah ditempa (liat) dan bersifat elastis sehingga mudah dibentuk menjadi pipa,
lembaran tipis, dan kawat.
 Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
 Titik leleh : 1083 dan titik didih 2301 .
b. Sifat kimia
 Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi.
Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang
berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, CuOH2CO3.
 Pada kondisi yang istimewa, yakni pada suhu sekitar 300 tembaga dapat bereaksi
dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi, yakni sekitar 1000 akan terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O) yang
berwarna merah.
 Logam Cu dan beberapa bentuk persenyawaan, seperti CuO3, Cu(OH)2, dan
Cu(CN)2, tidak dapat larut dalam air dingin atau air panas tetapi dapat dilarutkan
dengan asam.
 Logam Cu itu sendiri dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat (H2SO4) panas
dalam larutan basa NH4OH.

6. Kegunaan tembaga (Cu)


a. Dalam bidang industri
 Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
 Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
 Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi methanol
menjadi metanal.
 Digunakan untuk menambah kekuatan dan kekerasan mata uang dan perkakas –
perkakas yang terbuat dari emas dan perak.
 Dalam industri, tembaga banyak digunakan dalam industri cat, industri fungisida
serta dapat digunakan sebagai katalis, baterai elektroda, sebagai pencegah
pertumbuhan lumut, turunan senyawa – senyawa karbonat banyak digunakan
sebagai pigmen dan pewarna kuningan.
b. Dalam tubuh
 Penting dalam pembentukan Hb dan eritrosit.
 Tembaga adalah komponen dari berbagai enzim yang diperlukan untuk
menghasilkan energy, anti oksidasi, dan sintesa hormone adrenalin serta untuk
pembentukan jaringan ikat.
 Membantu absorbs unsur Fe.
 Memelihara fungsi sistem syaraf.
 Sintesis substansi hormon.

7. Daur (Siklus) Cu
a. Cu (tembaga) dalam tubuh mikroorganisme
Sebagai logam berat, Cu (tembaga) berbeda dengan logam-logam berat lainnya
seperti Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan kedalam logam berat esensial, yang
artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan
tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. Karena itu, Cu juga termasuk kedalam logam-logam
esensial bagi manusia, seperti besi (Fe). Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan bekerja
dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh organisme
dalam jumlah besar atau melebihi nilai organisme terkait.
Selain manusia, organisme hidup lainnya juga akan berbalik menjadi bahan racun
untuk manusia bila masuk dalam jumlah berlebihan sangat membutuhkan Cu untuk
kehidupannya. Mulai dari tumbuh-tumbuhan sampai pada hewan darat ataupun biota
perairan. Misalnya, kerang. Kerang membutuhkan jumlah Cu yang tinggi untuk
kehidupannya. Biota tersebut membutuhkan Cu untuk cairan tubuhnya. Disamping itu,
kerang juga mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap akumulasi Cu dalam tubuhnya.
Setiap studi toksikologi yang pernah dilakukan terhadap penderita keracunan Cu,
hampir semuanya meninjau metabolisme Cu yang masuk kedalam tubuh secara oral. Dari
studi-studi yang dilakukan di Amerika, disimpulkan bahwa orang-orang Amerika baik secara
sengaja ataupun tidak sengaja telah mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
Cu sebesar 2-5 mg setiap harinya. Dari jumlah yang terkonsumsi itu, hampir semuanya
dikeluarkan kembali bersama feces. Penyerapan Cu ke dalam darah dapat terjadi pada kondisi
asam yang terdapat dalam lambung. Pada saat proses penyerapan bahan makanan yang telah
diolah pada lambung oleh darah. Sehingga Cu yang ada turut diserap oleh darah. Dalam
darah, Cu terdapat dalam 2 bentuk ionisasi, yaitu Cu+dan Cu++. Apabila jumlah Cu dalam
kedua bentuk itu yang terserap berada dalam jumlah normal, maka sekitar 93% dari serum Cu
berada dalam seruloplasma dan 7% lainnya berada dalam fraksi – fraksi albumin dan asam
amino. Serum Cu albumin ditransfortasikan ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Cu juga
berikatan dengan sel darah merah sebagai eritrocuprein, yaitu sekitar 60% eritrosit-Cu,
sedangkan sisanya merupakan fraksi-fraksi yang labil. Darah selanjutnya akan membawa Cu
ke dalam hati. Dari hati, Cu dikirimkan ke dalam kandung empedu. Dari empedu, Cu
dikeluarkan kembali ke usus untuk selanjutnya dibuang melalui feces.
b. Cu dalam lingkungan
Tembaga masuk kedalam tatanan lingkungan perairan dapat berasal dari
peristiwa-peristiwa alamiah dan sebagai efek samping dari aktivitas yang dilakukan oleh
manusia.
Secara alamiah, Cu masuk kedalam badan perairan sebagai akibat dari erosi atau
pengikisan batuan mineral dan melalui persenyawaan Cu di atmosfir yang dibawa turun oleh
air hujan.
Secara singkat daur tembaga di lingkungan adalah sebagai berikut :
Kandungan tembaga yang terdapat dalam bebatuan terkikis oleh air hujan. Air hujan ini
memecah kandungan tembaga dalam bebatuan dan melarutkan ion tembaga tersebut dalam
air. Air yang mengandung tembaga terus mengalir ke sungai, ke sumber-sumber air, dan
meresap ke dalam tanah. Didalam tanah yang mengandung tembaga, unsur hara tersebut akan
diserap oleh akar tanaman dalam bentuk kation Cu2+ melalui suatu proses aktif. Dengan
adanya kandungan tembaga ini akan membantu tumbuhan dalam pembentukan
klorofil.kemudian tumbuhan yang mengandung tembaga ini dimakan oleh consumer sehingga
tembaga berpindah ke hewan. Tumbuhan dan hewan mati, feses dan urinnya akan terurai
menjadi Cu2+. Oleh bakteri, tembaga tersebut akan diubah menjadi tembaga yang dapat
diserap oleh tumbuhan. Dan seperti ini akan terus berulang.
Aktivitas manusia seperti buangan industri, pertambangan Cu, industry galangan
kapal dan bermacam-macam aktivitas pelabuhan lainnya merupakan salah satu jalur yang
mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam badan-badan perairan. Masukan
sebagai efek samping dari aktivitas manusia ini, lebih ditentukan oleh bentuk dan tingkat
aktivitas yang dilakukan. Proses daur ulang yang terjadi dalam sistem tatanan lingkungan
perairan yang merupakan efek dari aktivitas biota perairan juga sangat berpengaruh terhadap
peningkatan Cu dalam badan perairan.
8. Bentuk – Bentuk Keracunan Cu
Bentuk tembaga yang paling beracun adalah debu-debu Cu yang dapat mengakibatkan
kematian pada dosis 3,5 mg/kg. Garam-garam khlorida dan sulfat dalam bentuk terhidrasi
yang sebelumnya diduga mempunyai daya racun paling tinggi, ternyata memiliki daya racun
yang lebih rendah dari debu – debu Cu. Pada manusia, efek keracunan utama yang
ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada
jalur pernapasan sebelah atas. Efek keracunan yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu
atau uap Cu tersebut adalah terjadinya kerusakan atropik pada selaput lendir yang
berhubungan dengan hidung. Kerusakan itu, merupakan akibat dari gabungan sifat iritatif
yang dimiliki oleh debu atau uap Cu.
Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan
keracunan akut dan kronis. Terjadinya keracunan akut dan kronis ini ditentukan oleh besar
dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut.
a. Keracunan akut
Gejala – gejala yang dapat dideteksi sebagai akibat keracunan akut tersebut adalah :
 Adanya rasa logam pada pernapasan penderita.
 Adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara berulang –
ulang.
b. Keracunan kronis
Pada manusia, keracunan Cu secara kronis dapat dilihat dengan timbulnya penyakit
Wilson dan Kinsky.gejala dari penyakit Wilson ini adalah terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan
pada otak, dan demyelinas, serta terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu
dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku
dan berwarna kemerahan pada penderita. Sementara pada hewan seperti kerang, bila didalam
tubuhnya telah terakumulasi dalam jumlah tinggi, maka bagian otot tubuhnya akan
memperlihatkan warna kehijauan. Hal ini dapat menjadi petunjuk apakah kerang tersebut
masih bisa dikonsumsi manusia atau tidak.

9. Efek
a. Kekurangan tembaga
Kekurangan tembaga jarang terjadi pada orang sehat. Paling sering terjadi pada bayi-
bayi prematur atau bayi-bayi yang sedang dalam masa penyembuhan dari malnutrisi yang
berat. Orang-orang yang menerima makanan secara intravena (parental) dalam waktu lama
juga memiliki resiko menderita kekurangan tembaga.
Gejala orang yang kekurangan tembaga, diantaranya adalah :
 Terjadi pendarahan berupa titik kecil di kulit dan aneurisma arterial.
 Penurunan jumlah sel darah merah (anemia) dan sel darah putih ( leukopenia).
 Penurunan jumlah kalsium dalam tulang
 Kadar tembaga rendah dalam darah
 Rambut yang sangat kusut.
 Keterbelakangan mental.
 Kegagalan sintesa enzim yang memerlukan tembaga.
b. Kelebihan tembaga
Tembaga yang tidak berkaitan dengan protein merupakan zat racun. Mengkonsumsi
sejumlah kecil tembaga yang tidak berkaitan dengan protein dapat menyebabkan mual dan
muntah.
 Gejala orang yang kelebihan tembaga ,diantaranya adalah :
 Mengalami kerusakan ginjal.
 Menghambat pembentukan air kemih.
 Menyebabkan anemia karena pecahnya sel-sel darah merah (hemolisis).
 Penyakit Wilson(yang ditandai dengan gejala sakit perut, sakit kepala, perubahan
suara).
 Pengumpulan tembaga dalam kornea mata yang menyebabkan terjadinya cincin
emas atau emas kehijauan.
 Menyebabkan kerusakan otak berupa tremor, sakit kepala, sulit berbicara, hilangnya
Koordinasi, psikosa.

10. Cara Mengobati Dampak Keracunan Tembaga (Cu)


Pengobatan keracunan Cu yang paling efektif untuk pengobatan toksisitas Cu ialah
kelator penisilin. Kelator ini juga sangat baik untuk pengobatan beberapa penyakit seperti
Wilson diseases dan beberapa penyakit lain termasuk radang sendi Rhematoid arthritis.

11. Daerah Persebaran


Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya
menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
Lokasi penyebaran mineral tembaga terdapat di beberapa tempat, yaitu: Sungai
Mentawai Sausu, Perbukitan Tompera Sausu, Sungai Mentawa, Sungai Torue, Perbukitan
Tomborong Maninili Siaga, Sungai Silitunang Maninili UPT Trans, Sungai Ganonggol,
Sungai Bugis Swakarsa, Wanagading, Sungai Moutong dan Sungai Tinombo.

DAFTAR PUSTAKA
Asaanniin, Attibabul. Mineral.
http://www.scribd.com/doc/55369569/63/Fungsi-Tembaga-Cu. 30 Maret 2012.
Cahyani, Agung. Tembaga Lengkap.
http://www.scribd.com/doc/56706894/tembaga-lengkap. 30 Maret 2012
Darmono. (2006). Lingkunga Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia. UI-Press.
Dewi, Cindra. Mekanisme Toksisitas Logam
Berat. http://www.scribd.com/cindra_dewi/d/57745594-Mekanisme-Toksisitas-Logam-Berat.
30 Maret 2012.
Menasda, Iqbal. 2010. Tembaga
http://iqbalmenasda.blogspot.com/2010/01/tembaga. 31 Maret 2012.
Petrucci, H. (1989). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Rachman, Arif. 2008. Mekanisme Toksisitas Logam Berat.
http://mavia-lontong.blogspot.com/2008_06_01_archive.html. 30 Maret 2012.
Seran, Emel. 2010. Tembaga : Tambang, Sifat, dan
Kegunaan.http://wanibesak.wordpress.com/2010/11/07/tembaga-tambang-sifat-dan-
kegunaan/. 30 Maret 2012.
www.wikipedia.org/seng diakses pada 10 Oktober 2009
www.wikipedia.org/pembicaraan-seng diakses pada tanggal 10 Oktober 2009
Anonim. 2010. Kromium (Cr).
(online). http://lovekimiabanget.blogspot.com/2010/04/kromium-cr.html. Diakses pada
tanggal 8 Agustus 2010
Anonim. 2008. Krom. (online). http://www.chem-is-try.org/. Diakses pada tanggal 8 Agustus
2010
Anonim. 2009. Latar Belakang Sejarah. (online). http://www.icdachromium.com/chromium-.
Diakses pada tanggal 8 Agustus 2010
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia
Mulyana, Segena. 2008. Kromium (online). http://kiminuklir.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 8 Agustus 201

Anda mungkin juga menyukai