Bismillahirahmanirahim
Segela puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang telah
memberikkan kita banyak nikmat, terkhusus nikmat islam, iman, dan
ihsan. Sehingga dengan nikmat yang di berikan tersebut pemakalah
dapat menyelesaikan makalh ini dengan judul “sumpah menggunakan
selain nama Allah (studi kasus fiqh perbandingan)” dengan baik
tanpa ada halangan apapun
Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
baginda kita nabi Muhammad SAW yang dari beliaulah kita ambil suri
tauladannya.
Dalam suatu maqolah ulama "( "اختالف االئمة رمحة االمةperbedaan para
imam adalah rahmat bagi umat), dari hal tersebut dapat kita simpulkan
bahwa perbedaan adalah hal yang menjadi sunnatullah yang tidak bisa
di lepaskan dari kehidupan manusia. Para ulama berbeda pendapat
dalam banyak hal karena perbedaan instinbat hukum dari dalil-dalil yang
ada, hal tersebut menjadi manfaat bagi kita para orang awam terkhusus
bagi kita para mahasiswa untuk mengambil pelajaran yang ada.
Sebagai mahasiswa yang di bebani dengan label “social control”
seyogyanya kita memahami banyak masalah yang terjadi dalam
masyakat dalam segi apapun dan seyogyanya kita harus menjadi pihak
penengah dan pencari benang merah dalam masalah yang terjadi, oleh
karena itu pemakalah berusaha mencari dalil-dalil atau argument dari
para imam mazhab fiqh dalam penulisan makalah ini dengan
mengeluarkan kemampuan yang di miliki agar suata saat dapat
bermanfat bagi pemakalah pribadi terkhusus bagi para mahasiswa, dan
masyarakata awam lainya.
Terlepas dari hal itu akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, karena memang kesempurnaan adalah
milik Allah SWT semata sebagai tuhan semesta alam, maka dari itu
pemakalah memohon kepada pembaca sekalian untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk kemudian kami jadi sebagai koreksi
kami dalam memperbaiki tulisan kami selanjutnya.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
Ciputat, April 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia pada haqiqatnya adalah mahkhluk sosial, yaitu manusia
merupakan makhluk yang berhubungan secara timbal-balik dengan
manusia lain.1 Sekumpulan manusia juga dapat di sebut dengan
masyarakat, dalam masyarakat semua elemen mempunyai tugas untuk
menjaga keutuhan dan stabilitas kehidupan, dengan kata lain manusia
bergantung dengan manusia lain untuk menjaga ke-stabilan sosial.
Akan tetapi dalam beberapa kejadian ke-stabilan dan kekompakan
masyarakat mengalami pergeseran akibat terjadinya beberapa masalah.
Hal paling kecil yang paling terjadi sering terjadi di antara lain adalah
kesalah-pahaman satu sama lain, kesalah-pahaman tersebut sering kali
berakhir dengan perdamaian antara pihak-pihak yang berseteru, akan
tetapi tidak sedikit pula juga yang berakhir dengan pemutusan hubungan
kedua belah pihak.
Untuk mencegah hal tersebut sering kali di gunakan “sumpah”
untuk menyelesaikan perseteruan tersebut. dalam kehidupan masa
sekarang ini tidak asing lagi di telinga kita akan istilah “sumpah pocong”
yaitu seseorang bersumpah dengan menggunakan kaffan selayaknya
orang yang akan dikubur. Dari sini timbul permasalahan, apakah di
benarkan hal tersebut dalam islam, sedangkan nabi sendiri melarang
untuk bersumpah dengan menggunakan selain nama Allah. Lalu
bagaimanakah selayaknya sumpah yang benar, Dan bagaimana
pendapat para imam mazhab dalam hal ini.
1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/makhluk_sosial. diakses pada tanggal, april 2019 pukul 10:12 WIB
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
ومسي هبا احللف الهنم كانوا إذا حتالفوا أخذ كل بيمني صاحب،وىو اليد املقابلة لليد اليسرى
B. Hukum bersumpah
4
al-Sayyid saabiq, Fiqh al-Sunnah ( Mesir, Darul Fath, 2004 M) hal 884.
Adapun pendapat imam 4 mazhab tentang hukum sumpah
adalah sebagai berikut :
1. Pendapat Imam Malik
Imam Malik berpendapat bahwa bersumpah hukumnya
adalah jaiz. Dalam hal yang dimaksudkan untuk
menekankan kepada masalah agama atau mendorong untuk
melaksanakan sesuatu yang lebih maka dianjurkan untuk
melakukan sumpah.
Jika sumpah dilakukan dengan hukum mubah, maka
melanggarnya pun mubah namun tetap harus membayar
denda kecuali jika pelanggaran dari sumpah itu menjadi
lebih baik.
a. Macam-macam sumpah
5
Abdu al-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala mazahibil ‘arba’ah ( Beurut-Lebanon, Darul Kutub al-‘Alamiyah, 2003
H) hal 55-57 jilid 2
b. Kaffarat sumpah
Adapun kaffarat sumpah juga terbagi menjadi 3 macam :
1. Memberi makan
2. Memberi pakaian
3. Membebaskan budak
Dan adapun 3 macam kaffarat ini tersusun di mulai dari yang
terendah yaitu memberi makan, lalu memberikan pakaian, dan terakhir
adalah membebaskan budak. Adapun jika tidak mampu melakukan 3 hal
ini maka harus berpuasa 3 hari berturut-turut.6
Adapun kadar dari pemberian makan dan pakaian itu para imam mazhab
berbeda pendapat.
D. Syarat-syarat bersumpah
6
al-Sayyid saabiq, Fiqh al-Sunnah ( Mesir, Darul Fath, 2004 M) hal 890.
7
Wahbah al-Zuhayli, Fiqh al-Islamy wa ‘adillatuhu ( Suriah, Darul Fikr, 1404 H) hal 393 jilid 3.
E. Shigot bersumpah
8
Wahbah al-Zuhayli, Fiqh al-Islamy wa ‘adillatuhu ( Suriah, Darul Fikr, 1404 H) hal 376 jilid 3.
Para ulama berbedam pendapat tentang sumpah dengan sifat-
sifat Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya.
Perbedaan pendapat tentang sumpah dengan seseuatu yang
diagungkan selain Allah timbul karena ayat tentang sumpah
tampaknya bertentangan dengan hadis.
Ayatnya ialah bahwa Allah bersumpah di dalam al-Qur‟an
dengan sesuatu yang bermacam-macam, seperti :
والسماء واطار ق
9
Ibnu Rusy, Bidayatul Mujtahid ( Kairo-Mesir,Maktabah Ibnu Taimiyah, 1315 H) hal 376-377 jilid 2.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN