Bab 2
Bab 2
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Definisi Penyakit
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia
kronik.Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di
antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja
dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge
S. 2005).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga
diikuti dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-
perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang
timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara
lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM)
yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup
signifikan di Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan
meningkatnya risiko anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada
Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat
mengakibatkan kematian.Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang
anakanak sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang
tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan
traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma.
Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin
terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko
kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010)
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan
WHO merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi .DM tipe 1
4
5
3) Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode
ini sisasisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan
diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan
insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg
berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa
dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada
orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
4) Periode ketergantungan insulin yang menetap
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada
periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar
tubuh seumur hidupnya.
3. Etilogi
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
7
5. Penatalaksanaan Medis
Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara keperawatan
yaitu :
a) Diet
Diet harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
b) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan –
jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
c) Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara mandiri
dan optimal.
d) Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah
makan dan pada malamhari.
e) Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi
penderita ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala
komplikasi pada dirinya dan mampu menghindarinya.
f) Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement,
karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang
dikeluarkan.
g) Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti
bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika
diperlukan. Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan
pemeriksaan dan perawatan (medikasi) untuk mengetahui
perkembangan luka dan mencegah infeksi luka setelah dilakukan
operasi debridement tersebut. (Smelzer & Bare, 2005)
10
h) Tindakan pembedahan
Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi antara lain :
1) Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau tidak
ada.
2) Derajat I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis,
dan dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan
luka terkontrol dengan baik. (Smelzer & Bare, 2005)
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan
diabetes mellitus:
1) Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
2) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah
3) Integritas Ego
Stress, ansietas
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
6) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
12
7) Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
9) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
e. Pengkajian Fisik
Keadaan Umum, meliputi kondisi seperti tingkat
ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan
respon verbal klien.
Tanda-tanda Vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah
sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan
kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung
memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi, pulse, rate,
respiratory rate dan suhu.
1) Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak
adanya atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan
cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan
pandangan.
2) Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
3) Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
Pemeriksaan penunjang
5. Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler), selanjutnya akan menurun.
c) Fosfor : lebih sering menurun
d) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat
dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya
sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden
( mis, ISK baru)
e) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik. Trombosit darah : Ht
mungkin meningkat ( dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau
infeksi.
f) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (
dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
g) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
h) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak
ada ( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II)
yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .(
autoantibody)
i) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone
tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan
insulin.
14
f. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : Respon auto imun Risiko ketidakstabilan
- Ibu pasien kadar glukosa dalam darah
mengatakan
anaknya susah Kegagalan fungsi sistem
minum dan imun
makan
- Ibu pasien
mengatakan anak Tubuh menyerang
nya sesak jaringan sendiri
- Ibu pasien
mengatakan
anaknya sering Kerusakan sel pankreas
buang air kecil
DO : Defisiensi insulin
- Pasien terlihat
sangat lemas
- Pada pemeriksaan Glikolisis
diagnostik kadar
gula darah
menigkat Risiko ketidakstabilan
- Pasien terlihat kadar glukosa dalam
tremor darah
- Berat badan
pasien menurun
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
1. Implementasi Keperawatan
2. Evaluasi Keperawatan