Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATANPNEUMONIA PADA ANAK


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Keperawatan Anak
Dosen Mata Ajar: Wiwi Kustio Priliana, A.Kep.,SPd.,MPH

Disusun oleh :
Kelas 3A
Tri Suci Rahmawati ( 2720162866 )
Tyka Puspita Ningrum ( 2720162867 )

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pneumonia”.

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian, etiologi, patofisiologi,


manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis
pneumonia pada anak serta asuhan keperawatan pada kasus pneumonia pada anak. Makalah
ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi kita semua.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih. Semoga Allah Swt senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Amin.

Yogyakarta, September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENGERTIAN .......................................................................................... 1
Pengertian Pneumonia pada Anak ................................................................. 1
BAB II PROSES TERJADINYA MASALAH .................................................... 3
A. Etiologi ...................................................................................................... 3
B. Patofisiologi .............................................................................................. 4
C. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 6
D. Klasifikasi ................................................................................................. 7
E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 7
F. Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 10
A. Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 10
B. Tujuan Keperawatan ................................................................................. 11
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 1.1 Alveoli penderita Pneumonia ...................................................... 1


B. Gambar 2.1 Bakteri Streptococcus pneumoniae ............................................. 4
C. Gambar 2.2 Pathway Pneumonia .................................................................... 6
BAB I

PENGERTIAN

A. Pengertian Pneumonia pada Anak


Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan cairan,
dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveolus dan
rongga interstisium (Sujono R dan Suharsono, 2010).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsodilasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Peradangan ini dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Pneumonia yang umumnya
disebabkan oleh agen-agen penginfeksi ini banyak menyebabkan kematian di
Amerika Serikat (Muhamad A, 2012). Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2006)
pneumonia adalah suatu peradangan suatu peradangan alveoli atau pada
parenchyma paru yang terjadi pada anak.

Gambar 1.1 Alveoli Penderita Pneumonia


Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus), atau virus (respiratory syncytial
virus). Penyebab yang kurang umum adalah mikoplasma, aspirasi benda asing, dan
jamur. Kejadiannya sebagai penyakit primer atau komplikasi penyakit lain, sama-
sama ditandai dengan eksudasi yang kental yang dapat menyumbat alveoli, dan
mengurangi pertukaran oksigen. Pneumonia yang berasal dari bakteri atau virus
terjadi secara cepat. Pengobatan terutama dukungan terhadap sistem pernapasan bila
kerusakan berasal dari virus, dan pemberian antibiotik dan dukungan pernapasan bila
serangan berasal dari bentuk bakteri (Kathleen Morgan Speer, 2007).

Anak dengan daya tahan tubuh terganggu akan menderita pneumonia berulang
atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya
akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru,
anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah,
2005).

Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi, gangguan imun, septisemia,


malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular,
kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik
, benda asing atau disfungsi silier.
BAB II

PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Faktor Presipitasi
Menurut Sujono R dan Suharsono (2010) pneumonia bisa disebabkan
karena beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Bakteri (Pnemokokus, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae
untuk bakteri gram positif dan Haemophilus influenzae, Klebsiella
pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis untuk bakteri yang tergolong
gram negatif
2. Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza).
3. Jamur/ Fungi (Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).
4. Protozoa (Pneumokistis karinti).
5. Bahan kimia (Aspirasi makan/ susu/ isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah, bensin, dll).

Menurut Muhamad A (2012), terjadinya penularan reaksi melalui droplet


sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, melalui selang infus oleh
Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator P.
aeruginosa dan Enterobacter .

Gambar 2.1 Bakteri Streptococcus pneumoniae


B. Faktor Predisposisi
Menurut Maryunani (2010) faktor pendukung telah diidentifikasikan
secara rinci,yaitu faktor yag meningkatkan terjadinya (morbiditas) pneumonia
dan faktor yang meningkatkan terjadinya kematian (mortalitas) pada
pneumonia. Secara umum terdapat 3 faktor pendukung terjadinya pneumonia,
faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor perilaku.
1. Faktor Lingkungan
a. Pencemaran udara dalam rumah
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
memasak dengan konsetrasi tinggi dapat merusak mekanisme
pertahanan paru. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang
ventilisasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu
dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain.
Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih lama
berada dirumah bersama ibunnya sehingga dosis pencemaran
tentunya akan lebih tinggi. Hasil penelitian diperoleh adanya
hubungan pneumonia pada anka yang tinggal di daerah lebih
terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan
6 – 10 tahun.
b. Ventilisasi rumah
Ventilisasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara
kea tau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis.
Fungsi dari ventilisasi yaitu :
1) Mensuplai udara bersih, yaitu udara yang mengundang
kadar oksigen yang optimum bagi pernafasan.
2) Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun
debu dan zat-zat pencemaran lain dengan cara pengeceran
udara.
3) Mengsuplai panas agar hilang panas badan seimbang.
4) Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan
bangunan.
5) Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh
radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan
eksternal.
6) Mendisfungsikan suhu udara secara merata.
c. Kepadatan hunian
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah,
satu orang minimal menempati luas rumah 8 m2. Dengan kriteria
tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan
melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat
menimbulkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada.
2. Faktor Individu Anak
a. Umur anak
Sejumlah studi yang besar menunjukan bahwa insiden penyakit
pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia anak-anak dan
tetap menurun terhadap usia.
b. Berat badan lahir
Berat badan lahir memutuskan pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan mental pada masa balita. Bayi yang BBLR mempunyai
resiko kematia yang tinggi dibandingkan dengan berat badan lahir
normal.
c. Status gizi
Balita denga gizi yang kurang akan lebih mudah terserang
pneumonia dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor
daya tahan tubuhnya kurang. Penyakit infeksi akan menyebabkan
balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan
kekurangan gizi.
d. Vitamin A
Pemberian vitamin A yang dilakukan dengan imunisasi akan
menyebabkan peningkatkan titer antibody yang spesifik dan
tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi.bila
antibody yang ditujukan terhadap bibit penyakit dan bukan sekedar
antigen asing yang tidak berbahaya, maka dapatlah diharapkan
adanya perlindungan terhadap bibi penyakit yang bersangkutan
untuk jangka yang tidak terlalu singkat.
e. Status imunisasi
Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas
pneumonia, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang
mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita pneumonia
diharapkan perkembangn penyakit tidak akan menjadi lebih berat.
Cara yang paling efektif saat ini adalah dengan pemberian
imunisasi campak dan pertusis (DPT).
3. Faktor Perilaku
Faktor perilaku daalam pencegahan dan penanggulangan penyakit
pneumonia pada bayi dan balita. Peran aktif keluarga atau
masyarakat dalam penanganan pneumonia sangat penting. Hal ini
mendapat perhatian yang serius oleh kita semua karena penyakit
ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota
keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan
terampil menangani pneumonia ini ketika anak sakit. Keluarga
perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini pneumonia
dan kapan mencari pertolongan dan rujukan pada system kesehatan
agar penyakit anak balita ini tidak mejadi lebih berat. Dapat
diartikan dengan jelas bahwa peran keluarga dalam praktek
penanganan dini bagi balita saki pneumonia sangatlah penting,
sebab bila praktek pneumonia keluarga yang kurang atau buruk
akan berpengaruh pada perjalanan penyakit dari ringan menjadi
tambah berat.

C. Patofisiologi

Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di


alveolar dan respons tubuh terhadap patogen tersebut. Banyak
cara mikroorganisme memasuki saluran pernapasan bawah. Salah
satunya adalah melalui aspirasi orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada
kaum geriatri saat tidur atau pada pasien dengan penurunan
kesadaran. Melalui droplet yang teraspirasi banyak patogen masuk.
Pneumonia sangat jarang tersebar secara hematogen Misnadiarly (2008).
Faktor mekanis host seperti rambut nares, turbinasi dan
arsitektur trakeobronkial yang bercabang cabang mencegah
mikroorganisme dengan mudah memasuki saluran pernapasan. Faktor
lain yang berperan adalah refleks batuk dan refleks tersedak yang
mencegah aspirasi. Flora normal juga mencegah adhesi mikroorganisme
di orofaringMisnadiarly (2008).
.
Saat mikroorganisme akhirnya berhasil masuk ke alveolus,
tubuh masih memiliki makrofag alveolar. Pneumonia akan
muncul saat kemampuan makrofag membunuh mikroorganisme
lebih rendah dari kemampuan mikroorganisme bertahan hidup.
Makrofag lalu akan menginisiasi repons inflamasi host. Pada saat
ini lah manifestasi klinis pneumonia akan munculMisnadiarly (2008).
.
Respons inflamasi tubuh akan memicu penglepasan
mediator inflamasi seperti IL (interleukin) 1 dan TNF ( Tumor
Necrosis Factor) yang akan menghasilkan demam. Neutrofil akan
bermigrasi ke paru paru dan menyebabkan leukositosis perifer
sehingga meningkatkaan sekresi purulen. Mediator inflamasi dan
neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler alveolar lokal.
Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan
menyebabkan hemoptisis. Kebocoran kapiler ini menyebabkan
penampakan infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta
hipoxemia akibat terisinya alveolarMisnadiarly (2008).
Pada keadaan tertentu bakteri patogen dapat menganggu
vasokonstriksi hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang
terisi cairan hal ini akan menyebabkan hipoksemia berat. Jika proses
ini memberat dan menyebabkan perubahan mekanisme paru dan
volume paru dan shunting aliran darah sehingga berujung pada
kematianMisnadiarly (2008).
Pathway Pneumonia : Virus, Bakteri, Jamur
(Penyebab )

Saluran nafas dalam

Gangguan pemberisihan di paru-paru

Radang bronchial

Radang/ inflamasi pada bronkus → Hipertermi

Akumulasi Mukus Produksi mucus ↑ Kontraksi berlebih

↓ ↓ ↓

Timbul reaksi balik Edema pada mukusa/secret Hiperventilasi paru

↓ ↓ ↓
Ketidakefektifan jalan
Atelketasis
nafas
Pengeluaran energy berlebih → Intolerasi Aktivitas ↓

↓ Hipoxemia

Anoreksia ↓

↓ Kompensasi frekuansi nafas ↑


Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari
kebutuhan tubuh Ketidakefektifan Pola Nafas

Muttaqin (2008)
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik peneumonia pada anak menurut Sutrisno dan
Setyowati (2013) adalah sebagai berikut :
1. Demam
2. Menggigil
3. Batuk
4. Nafas yang tidak teratur, berbunyi dan susah bernafas
5. Muntah
6. Nyeri pada dada dan atau sakit pada perut
7. Rewel dan aktivitas menurun karena cepat lelah
8. Hilangnya nafsu makan.

Ada dua gejala khas yang mudah terlihat dari penderita pneumonia, yaitu
sebagai berikut :
1. Adanya nafas cepat dan sesak
Pada anak yang mengalami pneumonia dapat dilihat dari jumlah
nafasnya dalam 1 menit sesuai umurnya. Nafas cepat yang dialami
anak mencapai jumlah tertentu, seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Ukuran anak dianggap mengalami gangguan nafas cepat


menurut Pudiastuti (2011)

Umur Balita Jumlah Nafas Tiap Menit


2 bulan – 1 tahun 50 kali atau lebih
1 tahun – 5 tahun 40 ali atau lebih
2. Tarikan dinding dada
Menurut Sutrisno dan Setyowati (2013), sesak nafas pada anak
dapat dilihat dari terikan dinding dada ke dalam (chest
indrawing).Normalnya saat bernafas dada tidak sampai cekung.
Tetapi pada keadaan sesak pneumonia, karena usaha bernafas yang
ekstra, dinding dada tertarik sehingga cekung ke dalam. Infeksi yang
ada menyebabkan jalan udara kecil yang ada di paru-paru menjadi
bengkak dan menghasilkan banyak lendir. Lendir ini menghalangi
jalannya udara dan mengurangi jumlah oksigen yang masuk ke dalam
tubuh. Oleh karena itu, nafas anak menjadi sesak. Makin berat
bernafas, maka makin dalam tarikan dinding dada.

E. Klasifikasi
Menurut Sujono R dan Suharsono (2010), pneumonia diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
a. Pneumonia yang di dapat di masyarakat (CAP) disebabkan
pneumokokus.
b. Pneumonia yang di RS (Hospital Acquired Pneumonia/
Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram
negatif dan angka kematian lebih tinggi.
c. Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak.
d. Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta.
2. Berdasarkan kuman penyebab
a. Pneumonia bakterialis/ topikal, dapat terjadi pada semua usia,
beberapa kuman tendensi menyerang seseorang yang peka, misal:
a) Klebsiela pada orang alkoholik.
b) Stapilokokus pada influenza.
b. Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan
disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.
c. Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak.
d. Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder
terutama pada orang dengan daya tahan lemah dan
pengobatannya lebih sulit.
3. Berdasarkan prediksi infeksi
a. Pneumonia lobaris mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan
karena obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses
keganasan.
b. Bronkopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrat pada paru dan
disebabkan oleh virus atau bakteri.
Menurut Shaleh, A (2013), pneumonia berdasarkan dari lokasi infeksi dapat dibagi
menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
1. Infeksi ambulant pneumonia
Adalah infeksi yang terjadi di luar rumah sakit. Penyebabnya antara
lain karena bakteri streptococcus pneumonia (30-60%).
2. Infeksi nosocomial pneumonia
Pasien memperoleh penyakit ini saat dia tinggal dirumah sakit.
Penyebabnya sebagian besar karena 60% gram negatif seperti
pseudomonas dan sisanya gram positif seperti staphylokokken.

Menurut Departemen Kesehatan (2009), klasifikasi pneumonia berdasarkan adanya


batuk dan atau kesukaran bernapas disertai peningkatan frekuensi napas seuai
kelompok umur yakni:

1. Kelompok umur 2 bulan - ≤ 5 Tahun


a. Klasifikasi Pneumonia berat selain batuk dan atau sukar bernapas,
tanda penyerta lain yaitu tarikan dinding dada bagian bawah kedalama
(chest indrawing).
b. Klasifikasi Pneumonia selain ditandai dengan batuk dan atau sukar
bernapas, tanda penyerta lainnya yaitu napas cepat sesuai golongan
umur. Umur 2 Bulan - < 1 Tahun irama napas sama dengan 50 kali
atau lebih/menit sedangkan untuk umur 1 - <5 Tahun irama napasnya
40 kali atau lebih/menit.
c. Klasifikasi bukan Pneumonia hanya ditandai dengan batuk dan atau
sukar bernapas tidak ada tanda penyerta lain yakni tidak ada napas
cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam.

2. Kelompok umur < 2 Bulan


a. Klasifikasi pneumonia berat untuk umur <2 Bulan ditandai dengan
napas cepat > 60 kali atau lebih/menit atau ada tarikan kuat dinding
dada bagian bawah kedalam serta dibarengi dengan batuk dan atau
sukar bernapas.
b. Klasifikasi bukan pneumonia untuk kelompok umur <2 Bulan hanya
ditandai dengan batuk dan atau sukar bernapas serta tidak ada napas
cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(Depkes: 2009)
Klasifikasi pneumonia menurut MTBS (2008) dan Hartati (2011), yaitu sebagai
berikut:
1. Pneumonia berat/penyakit sangat berat ditandai dengan adanya tanda bahaya
umum atau tarikan dinding dada kedalam atau stridor.
2. Pneumonia ditandai dengan adanya nafas cepat
3. Bukan pneumonia ditandai dengan tidak ada tanda-tanda pneumonia atau
penyakit sangat berat.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
adalah :
1. Sinar X
Mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin lebih bersih.
2. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. JDL Leukositosis
Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun.
4. LED Meningkat
5. Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas
meningkat dan komplain menurun
6. Elektrolit Na dan CI mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
8. Aspirasi / biopsi jaringan paru
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly (2008), kepada penderita yang penyakitnya
tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap
tinggal di rumah. Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu di
berikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respons terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan pada pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang di
tentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1. Oksigen 1-2L/menit
2. VFD dekstrose 10% :Nacl 0,9% = 3: 1,+ KCI10 mEq/500 ml cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
4. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
1. Ampisillin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
1. Sefaktosin 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
H. Komplikasi
Menurut Misnadiarly (2008) komplikasi pada pneumonia yaitu :
1. Abses paru.
2. Edusi pleural
3. Empisema
4. Gagal napas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien pneumonia menurut Suyono
(2009); Nursalam, 2005 dan Doengoes, 2000 :
1. Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu dikaji :
a. Keluhan yang dirasakan klien
b. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
2. Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji yaitu :
a. Pernah menderita ISPA
b. Riwayat terjadi aspirasi
c. Sistem imun anak yang mengalami penurunan
d. Sebutkan sakit yang pernah dialami
3. Riwayat penyakit keluarga
a. Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
b. Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia
4. Demografi
a. Usia : Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3
tahun
b. Lingkungan : Pada lingkungan yang sering berkontaminasi
dengan polusi udara
5. Pola pengakajian Gordon
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan .
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, biasanya
orang tua menganggap anaknya benar-benar sakit jika
anak sudah mengalami sesak nafas.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui
kontrol saraf pusat), mual dan muntah (peningkatan
rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme).
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin
akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena
demam.
d. Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak
nafas, sering menguap serta kadang menangis pada malam hari
karena ketidaknyamanan.
e. Pola akitivitas-latihan
Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai
dampak kelelmahan fisik. Anak lebih suka digendong dan
bedrest.
f. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan
nutrisi dan oksigen pada otak.
g. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang
bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan.
h. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak
diam dan selalu bersama orang tuanya
i. Pola seksual-reproduksi
Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
pubertas mungkin tergangguan menstruasi.
j. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah
anak menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan
adalah mudah tersinggung.
k. Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seirng dengan
kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah
SWT.
6. Pemeriksaan fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang
biasanya muncul yaitu :
a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas
b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan
penyakit bisa somnolen
c. Tanda-tanda vital :
1) TD : hipertensi
2) Nadi : takikardi
3) RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal
4) Suhu : hipertermi
d. Kepala :tidak ada kelainan
e. Mata :konjungtiva bisa anemis
f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping
hidung
g. Paru :
1) Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak
simetris jika hanya satu sisi paru, ada penggunaan
otot bantu nafas.
2) Palpasi : adanya nyeri tekan, paningkatan vocal
fremitus pada daerah yang terkena
3) Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan,
normalnya timpani
4) Auskultasi : bisa terdengar ronki
h. Jantung :jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan
jantung tidak ada kelemahan
i. Ekstremitas :sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi
B. Diagnosa
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh dengan
anoreksia, mual, muntah
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
C. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan jalan nafas Mempertahankan jalan 1. Monitor tanda-tanda
berhubungan dengan nafas dan sekret keluar vital.
penumpukan sekret dengan kriteria hasil : 2. Berikan suction sesuai
Pernafasaan normal 50- indikasi
60X/menit 3. Beri posisi yang
nyaman
4. Anjurkan untuk
minum yang banyak
5. Kolaborasi terapi
nebulizer sesuai
dengan ketentuan
No. Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
2. Hipertermi berhubungan 1. Suhu tubuh 1. Monitor temperature
dengan proses penyakit dalam rentang suhu tubuh
normal 2. Observasi TTV
2. Nadi dan RR 3. Anjurkan keluarga
dalam rentang untuk memberikan
normal minum banyak
3. Tidak ada 4. Berikan kompres pada
perubahan lipatan axila dan paha
warna kulit 5. Berikan antipiretik
sesuai progam tim
medis
No. Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Mempertahankan 1. Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan nutrisi yang adekuat makanan
tubuh berhubungan dengan dengan kreteria hasil : 2. Monitor asupan nutrisi
anireksia, mual, muntah menunjukan BB stabil 3. Monitor adanya
penurunan BB
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor mual muntah
6. Berikan informasi
tentang kebutuhan
tubuh
7. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
terapi obat
8. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
diit
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
4. Intoleransi aktivitas 1. Energy 1. Kolaborasi dengan tenaga
berhubungan conversation rehabilitasi medis dalam
dengan kelemahan 2. Activity tolerance merencanakan program terapi yang
3. Self care : ADLs tepat
Dengan kriteria hasil : 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi
1. Berpartisipasi aktivitas yang mampu di lakukan
dalam aktivitas 3. Bentu untuk memilih aktivitas
fisik tanpa disertai konsisten yang sesuai dengan
peningkatan kemampuan fisik, psikologi, dan
tekanan darah, social
nadi, dan RR 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
2. Mampu melakukan mendapatkan sumber yang di
aktivitas sehari- perlukan untuk aktivitas yang di
hari (ADLs) secara inginkan
mandiri 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantu
3. Tanda tanda vital aktivitas yang di sukai
normal 6. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukau
7. Bantu klien untuk membuat jadwal
di waktu luang
5 Ketidakefektifan 1. Respiratory status : 1. Buka jalan nafas
pola nafas ventilation 2. Posisikan pasien memaksimalkan
berhubungan 2. Respiratory status : ventilasi
dengan airway patency 3. Lakukan fisioterapi
hiperventilasi Dengan kriteria hasil : 4. Keluarkan sekret dengan batuk dan
1. Mendemostrasikan suction
batuk efektif 5. Auskultasi suara nafas, catat
2. Menunjukan jalan adannya tambahan suara
nafas yang paten 6. Monitor respirasi dan status O2
3. Tanda tanda vital
dalam rentang
normal
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alveoli Penderita Pneumonia

Gambar 2.1 Bakteri Streptococcus pneumonia


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhamad. 2012. MedikalBedahUntukMahasiswa.Jogjakarta : DIVA


Press.
Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta
:Gramedia
EGC
Hartati S,. 2011. Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumoniapada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta.
[Skripsi].Jakarta: Universitas Indonesia.
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/asses/file/kti/1401100101/7._BAB_2_.pdf

Marni, S. K. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan


Pernapasan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoniapada Balita, Orang


Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Morgan Speer, Kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
Ngastiyah (2005) Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, EGC: Jakarta
Pusdiastuti. 2011. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta: Indeks
Setyowati & Sutrisno. 2013. Jangan Panik Saat Anak Sakit. Yogyakarta: Trans Idea
Publishing
Shaleh, A. 2013. Jadi Dokter Untuk Anak Sendiri. Yogyakarta: Katahati
Suharsono , Sujono Riyadi(2010)Asuhan Keperawatan Klien Anak dengan
Haemoragic Fever, Jakarta
Suriadi, Rita Yuliani (2006) Asuhan Keperawatan Pada Anak, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai