I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AM
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Tempat/Tanggal lahir : Ujung pandang / 16 April 1989
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan / sekolah : Dinas Perhubungan
Alamat / No. Tlp : BTN Minasaupa / 085342688624
No Status / No. Reg : 314290
A. Keluhan Utama
Sering mendengar suara bisikan
1
melempar-lempar barang dan memukul laptopnya ketika bisikan tersebut muncul lagi. Awal
perubahan perilaku dialami pasien sejak tahun 2012 ketika pasien mengikuti kajian agama
dan membaca buku agama. Sejak itu pasien mengalami keluhan sering mendengar bisikan
dan sulit tidur karena mendengar bisikan tersebut.
Pasien mengaku bahwa dia sering mondar-mandir dan bicara dan tertawa sendiri
sebelumnya. Riwayat dibawa ke RSKD Dadi tahun 2017 dan di rawat inap selama 3 hari
dan diberi obat Trihexipenidil, Haloperidol, dan Clorpromazine. Sebelum terkena penyakit,
pasien mudah bergaul dan pernah menjadi ketua organisasi. Tidak ada riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama.
Hendaya/disfungsi
Hendaya sosial (+), pasien agak sulit bersosialisasi dengan baik dengan keluarga maupun
tetangga.
Hendaya pekerjaan (-), pasien dapat bekerja normal seperti kebiasaanya sejak kejadian.
Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya
Riwayat trauma (-)
Riwayat infeksi (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat merokok (+), pasien menghabiskan satu setengah bungkus setiap hari.
Riwayat minum alkohol (+)
NAPZA (+) pernah menggunakan ganja 2 kali.
2
3. Riwayat Gangguan Psikiatri
Awal perubahan perilaku dialami pasien sejak tahun 2012 ketika pasien mengikuti kajian
agama dan membaca buku agama. Sejak itu pasien mengalami keluhan sering mendengar
bisikan dan sulit tidur karena mendengar bisikan tersebut. Riwayat dibawa ke RSKD Dadi
tahun 2017 dan di rawat inap selama 3 hari dan diberi obat Trihexipenidil, Haloperidol, dan
Clorpromazine. Pasien rutin kontrol di RSKD Dadi setiap bulan. Kemudian pada tanggal 5
April 2019 pasien datang ke Poli Jiwa RS Bhayangkara untuk sambung obat. Pasien
mengaku keluhan bisikan sudah berkurang sejak minum obat. Pasien dapat bekerja seperti
biasa tanpa keluhan.
3
(b) Riwayat pekerjaan
Saat ini pasien bekerja di Dinas Perhubungan
(c) Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah
(d) Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam.
Genogram:
Keterangan :
Perempuan Meninggal
Lelaki Pasien
4
F. Situasi Sekarang
• Pasien tinggal dengan ayah dan ibunya. Saat ini pasien masih kontrol pengobatan dan
rutin meminum obat. Pasien merasa keluhan bisikan yang dialami sebelumnya sudah
jarang muncul tetapi bila bisikan muncul pasien bisa mengamuk dan melempar
barang.
2. Kesadaran
Kuantitatif : Compos mentis (GCS 15)
Kualitatif : Baik.
Kontak mata (+), verbal (+).
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara, pasien tampak tenang
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati dan Perhatian
Mood : Eutimik
Afek : Appropriate
Keserasisan : Serasi
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
6
- Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (Insight)
Tilikan 6 – Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
1. Status Internus :
Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Status Neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
7
pasien mudah bergaul dan pernah menjadi ketua organisasi. Tidak ada riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama.
Saat ini, pasien tidak mengalami keluhan. Menurutnya, pasien tidak lagi mendengar bisikan.
Pasien kadang mondar-mandir. Tidur pasien baik dan nafsu makan baik. Perawatan diri pasien baik.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan seorang laki-laki usia 30 tahun, wajah sesuai umur,
berpakaian rapi. Perawakan tinggi dan status gizi tampak baik, perawatan diri kesan cukup. Perilaku
dan aktivitas psikomotor saat wawancara, pasien tampak tenang. Mood eutimik, afek appropriate,
produktivitas arus pikir baik, preokupasi tidak ada, gangguan halusinasi yaitu halusinasi auditorik.
Pasien sering mendengar suara-suara seperti ada 2 orang yang berbicara untuk
memerintahkannya melakukan sesuatu. Suara tersebut sering didengar sejak tahun 2012.
Tilikan 6, pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan.
8
Axis IV
Tidak ada
Axis V
GAF scale Score 80, gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, dll
A. Organo biologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tapi terdapat ketidakseimbangan
neurotransmitter, maka pasien memerlukan farmakoterapi.
B. Psikologik
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan psikoterapi suportif.
C. Sosial
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu
senggang maka membutuhkan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
a. Faktor pendukung
- Tidak ada kelainan organik
- Keluarga pasien selalu memberikan dukungan kepada dirinya
b. Faktor penghambat
- Akses ke layanan kesehatan/ Poli Jiwa Bhayangkara terbatas
- Keluhan pasien telah menghilang, kemungkinan pasien malas konsumsi obat teratur
A. Farmakoterapi :
Onzapin 10 mg 0-0-I
9
B. Psikoterapi:
● Konseling:
-Ventilasi: Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hatidan
keinginannya sehingga pasien merasa lega.
-Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami
penyakitnya, bagaimana cara menghadapinya, manfaat pengobatan, cara pengobatan,
efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan. Memberikan dukungan
kepada pasien serta memotivasi agar minum obat secara teratur.
● Sosioterapi:
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang disekitarnya
tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka dapat menerima dan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses pemulihan pasien
X. FOLLOW UP
10
antipsikotik, tetapi masalah selanjutnya seperti emosi tumpul atau perilaku aneh biasanya
menetap hingga ke fase residual. Eksaserbasi akut dapat terjadi walaupun pasien minum
obat dengan teratur.1
Subtipe skizofrenia terbagi menajdi 5, yaitu:2
Skizofrenia paranoid : ditandai dengan preokupasi satu atau lebih waham atau
halusinasi auditorik yang menonjol. Terutama dikarakteristikkan dengan
waham persekutorik atau grandeur. Pasien menunjukkan regresi yang kurang
dari kemampuan mental mereka, respon emosi dan perilaku bila dibandingkan
dengan tipe skizofrenia yang lain. Pasien dengan skizofrenia paranoid biasanya
kaku, curiga, waspada, pendiam, dan kadang-kadang agresif, tetapi mereka
dapat menyesuaikan perilaku mereka pada situasi tertentu.
Tipe disorganisasi (kacau) : ditandai dengan regresi perilaku menjadi primitif,
tanpa larangan, perilaku tidak terstruktur dan tidak terdapat gejala yang
memenuhi kriteria katatonik
Tipe katatonik : ditandai dengan gangguan pada fungsi motorik termasuk
stupor, negativisme, rigiditas, excitement, atau posturing. Gejala lain fapat
berupa stereotyping, mannerism, dan fleksibilitas cerea.
Tipe tidak terinci : tidak memenuhi kriteria salah satu subtipe skizofrenia
Tipe residual
11
- ‘ delusions of passivity’ : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (dirinya = merujuk ke
pergerakan tubuh atau anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
- ‘delusional perception’ : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus – menerus terhadap
perilaku pasien
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalkan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus
arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme
perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika
12
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap lrut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
13
b halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain- lain
perasaan tubuhm halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
c. waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusions of influence), atau “passivity” (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
Menurut buku ajar psikiatri FKUI, waham dan halusinasi pada skizofrenia
paranoid menonjol, sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh.
Beberapa contoh gejala paranoid yang sering ditemui4 :
- Waham kejar, waham rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi
dan cemburu
- Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, dan menghina
14
Tabel 1. Antipsikotik tipikal6
15
Tabel 2. Antipsikotik atipikal6
16
Tabel 3. Dosis antipsikotik yang dianjurkan6
17
dan terapi suportif. Obat yang diberikan adalah golongan atipikal , yaitu Risperidone
dan Clozapine. Obat ini bekerja dengan cara bekerja memblokade dopamine pada
reseptor pasca sinaps neuron di otak (Dopamine D2 rDMeptors) disertai dengan
psikoterapi dan sosioterapi untuk memperkuat perbaikan klinis.6
Prognosis pasien ini adalah dubia et bonam, dinilai dengan melihat faktor-faktor
pendukung dan penghambat penyembuhannya.
Faktor-faktor yang mendukung prognosis:
1. Tidak ada gangguan organik
2. Adanya dukungan keluarga
Faktor-faktor yang memperburuk prognosis:
1. Pasien merasa dirinya tidak sakit
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Black DW, Andreasen NC. Schizophrenia spectrum and other psychotic disorders:
Introductory textbook of psychiatry. Ed kw 6. American psychiatric publishing. 2014.
2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Schizophrenia spectrum and other psychotic disorder: Kaplan
and Sadocks Synopsis of psychiatry. Edisi ke 11. New york: Wolter kluwers; 2014
3. Departemen Kesehatan RI, Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, danWaham dalam Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III/PPDGJ III. Jakarta, Departemen
Kesehatan RI, 1993.
4. Amir, N. Skizofrenia: Buku Ajar Psikiatri FKUI. Jakarta :2010. Hal 170-196
5. Marangell LB, Martinez JM. Antpsikotik: Concie Guide series. Baylor College of Medicine:
texas.
6. Owen G, Wessely SS, Murray SR editor. Maudsley handbook of practical psychiatry. Edisi ke
6. Oxford university press : 2014.
7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 3. 2007 Jakarta : FK
Unika Atma Jaya. Hal. 25, 38.
19