Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AM
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Tempat/Tanggal lahir : Ujung pandang / 16 April 1989
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan / sekolah : Dinas Perhubungan
Alamat / No. Tlp : BTN Minasaupa / 085342688624
No Status / No. Reg : 314290

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh secara autoanamnesis dan riwayat rekam medis.

III. RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan Utama
Sering mendengar suara bisikan

B. Riwayat Gangguan sekarang

Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Poli Jiwa RS Bhayangkara untuk


pertama kalinya dengan keluhan mendengar bisikan. Pasien mengaku mendengar suara
bisikan-bisikan yang memerintahkan dan menyuruhnya untuk melakukan sesuatu. Pasien
merasa bahwa dirinya selalu diperhatikan oleh orang-orang bila pasien berada dalam
keramaian. Pasien merasa takut bila bertemu banyak orang dan merasa bahwa ada orang
yang ingin mencelakai dirinya. Saat ini pasien tidak mengalami gangguan tidur, nafsu
makan baik dan perawatan diri cukup.
Awalnya pasien berobat ke RSKD Dadi diantar oleh keluarganya pada tahun 2017
setelah pasien sempat hilang selama 10 hari. Pasien mengaku dia bersepeda ke Pangkep dan
saat sepedanya hilang di Pangkep, pasien pulang ke Makassar dengan berjalan kaki. Pasien
sering berjalan mondar-mandir. Pasien mengatakan bahwa dia merasa seperti ada 2 orang
yang berbisik pada telinganya yang dikeluhkan hampir tiap hari. Pasien juga pernah

1
melempar-lempar barang dan memukul laptopnya ketika bisikan tersebut muncul lagi. Awal
perubahan perilaku dialami pasien sejak tahun 2012 ketika pasien mengikuti kajian agama
dan membaca buku agama. Sejak itu pasien mengalami keluhan sering mendengar bisikan
dan sulit tidur karena mendengar bisikan tersebut.
Pasien mengaku bahwa dia sering mondar-mandir dan bicara dan tertawa sendiri
sebelumnya. Riwayat dibawa ke RSKD Dadi tahun 2017 dan di rawat inap selama 3 hari
dan diberi obat Trihexipenidil, Haloperidol, dan Clorpromazine. Sebelum terkena penyakit,
pasien mudah bergaul dan pernah menjadi ketua organisasi. Tidak ada riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama.

Hendaya/disfungsi
 Hendaya sosial (+), pasien agak sulit bersosialisasi dengan baik dengan keluarga maupun
tetangga.
 Hendaya pekerjaan (-), pasien dapat bekerja normal seperti kebiasaanya sejak kejadian.
 Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)

Faktor Stressor Psikososial


Masalah kepercayaan – adanya riwayat mengikuti kajian agama dan kecewa karena hasilnya
tidak sesuai yang diharapkan.

Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya
Riwayat trauma (-)
Riwayat infeksi (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat merokok (+), pasien menghabiskan satu setengah bungkus setiap hari.
Riwayat minum alkohol (+)
NAPZA (+) pernah menggunakan ganja 2 kali.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit fisik sebelumnya.
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pernah menggunakan ganja 2 kali pada tahun 2009

2
3. Riwayat Gangguan Psikiatri
Awal perubahan perilaku dialami pasien sejak tahun 2012 ketika pasien mengikuti kajian
agama dan membaca buku agama. Sejak itu pasien mengalami keluhan sering mendengar
bisikan dan sulit tidur karena mendengar bisikan tersebut. Riwayat dibawa ke RSKD Dadi
tahun 2017 dan di rawat inap selama 3 hari dan diberi obat Trihexipenidil, Haloperidol, dan
Clorpromazine. Pasien rutin kontrol di RSKD Dadi setiap bulan. Kemudian pada tanggal 5
April 2019 pasien datang ke Poli Jiwa RS Bhayangkara untuk sambung obat. Pasien
mengaku keluhan bisikan sudah berkurang sejak minum obat. Pasien dapat bekerja seperti
biasa tanpa keluhan.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir di Ujung Pandang pada tahun 16 April 1989, lahir normal, cukup bulan di
RS Sitti Khadijah Makassar. Diberi ASI dalam waktu 2 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan
pasien baik.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)


Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak awal pasien berlangsung baik
seperti berjalan, berbicara, serta perkembangan motorik yang berlangsung baik. Pasien aktif
bermain dengan teman seusianya.

3. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)


Pertumbuhan dan perkembangan normal. Pasien masuk Sekolah Dasar, aktif bermain
dengan teman seusianya. Hubungan dengan teman-temannya baik dan tidak mempunyai
permasalahan.
4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien tinggal bersama orang tuanya dan saudaranya. Pasien melanjutkan sekolahnya
dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Pasien
mengaku sering bolos sehingga tidak terlalu dekat dengan teman sebayanya.
5. Riwayat Masa Dewasa
(a) Riwayat pendidikan terakhir
Sekolah Menengah Atas

3
(b) Riwayat pekerjaan
Saat ini pasien bekerja di Dinas Perhubungan
(c) Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah
(d) Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara (♂,♂,♀,♂,♀). Hubungan dengan


keluarganya baik. Saudara pasien belum ada yang meninggal dunia. Tidak terdapat keluhan
yang sama pada keluarga. Pasien tinggal dirumah bersama ayah dan ibunya.

Genogram:

Keterangan :
Perempuan Meninggal

Lelaki Pasien

4
F. Situasi Sekarang
• Pasien tinggal dengan ayah dan ibunya. Saat ini pasien masih kontrol pengobatan dan
rutin meminum obat. Pasien merasa keluhan bisikan yang dialami sebelumnya sudah
jarang muncul tetapi bila bisikan muncul pasien bisa mengamuk dan melempar
barang.

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Sebelum pengobatan, pasien merasa terganggu dengan keluhannya sehingga
memerlukan bantuan dokter. Setelah diberi obat pasien merasa lebih tenang dan
keluhannya hilang.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki berusia 30 tahun, wajah sesuai umur, berpakaian rapi, perawatan diri
kesan cukup.

2. Kesadaran
Kuantitatif : Compos mentis (GCS 15)
Kualitatif : Baik.
Kontak mata (+), verbal (+).
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara, pasien tampak tenang
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati dan Perhatian
Mood : Eutimik
Afek : Appropriate
Keserasisan : Serasi
Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


5
1. Taraf pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikan.
2. Daya konsentrasi
Baik
3. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat: Baik
- Orang : Baik
4. Daya ingat:
- Jangka Panjang : Baik
- Jangka Pendek : Baik
- Jangka Segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Tidak dapat dinilai
6. Bakat kreatif : dinas perhubungan
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi Auditorik (+), pasien mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk
melakukan sesuatu. Setelah pengobatan keluhannya hilang.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Bentuk pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Arus fikiran : Baik
b. Kontinuitas : Relevan, Koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Pre-okupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Tidak terganggu
G. Daya Nilai
- Norma sosial : kurang baik. Riwayat melempar barang.
- Uji daya nilai : Baik

6
- Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (Insight)
Tilikan 6 – Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Internus :
Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Status Neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Poli Jiwa RS Bhayangkara untuk
pertama kalinya dengan keluhan mendengar bisikan. Pasien mengaku mendengar suara
bisikan-bisikan yang memerintahkan dan menyuruhnya untuk melakukan sesuatu. Pasien
merasa bahwa dirinya selalu diperhatikan oleh orang-orang bila pasien berada dalam
keramaian. Pasien merasa takut bila bertemu banyak orang dan merasa bahwa ada orang
yang ingin mencelakai dirinya. Saat ini pasien tidak mengalami gangguan tidur, nafsu
makan baik dan perawatan diri cukup.
Awalnya pasien berobat ke RSKD Dadi diantar oleh keluarganya pada tahun 2017
setelah pasien sempat hilang selama 10 hari. Pasien mengaku dia bersepeda ke Pangkep dan
saat sepedanya hilang di Pangkep, pasien pulang ke Makassar dengan berjalan kaki. Pasien
sering berjalan mondar-mandir. Pasien mengatakan bahwa dia merasa seperti ada 2 orang
yang berbisik pada telinganya yang dikeluhkan hampir tiap hari. Pasien juga pernah
melempar-lempar barang dan memukul laptopnya ketika bisikan tersebut muncul lagi. Awal
perubahan perilaku dialami pasien sejak tahun 2012 ketika pasien mengikuti kajian agama
dan membaca buku agama. Sejak itu pasien mengalami keluhan sering mendengar bisikan
dan sulit tidur karena mendengar bisikan tersebut.
Pasien mengaku bahwa dia sering mondar-mandir dan bicara dan tertawa sendiri
sebelumnya. Riwayat dibawa ke RSKD Dadi tahun 2017 dan di rawat inap selama 3 hari
dan diberi obat Trihexipenidil, Haloperidol, dan Clorpromazine. Sebelum terkena penyakit,

7
pasien mudah bergaul dan pernah menjadi ketua organisasi. Tidak ada riwayat keluarga
dengan keluhan yang sama.
Saat ini, pasien tidak mengalami keluhan. Menurutnya, pasien tidak lagi mendengar bisikan.
Pasien kadang mondar-mandir. Tidur pasien baik dan nafsu makan baik. Perawatan diri pasien baik.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan seorang laki-laki usia 30 tahun, wajah sesuai umur,
berpakaian rapi. Perawakan tinggi dan status gizi tampak baik, perawatan diri kesan cukup. Perilaku
dan aktivitas psikomotor saat wawancara, pasien tampak tenang. Mood eutimik, afek appropriate,
produktivitas arus pikir baik, preokupasi tidak ada, gangguan halusinasi yaitu halusinasi auditorik.

Pasien sering mendengar suara-suara seperti ada 2 orang yang berbicara untuk
memerintahkannya melakukan sesuatu. Suara tersebut sering didengar sejak tahun 2012.
Tilikan 6, pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu berupa halusinasi
auditorik(+), suka tertawa dan berbicara sendiri, suka mondar mandir, dan pasien lebih mudah
marah. Keadaan ini mengakibatkan pasien merasa terganggu dan tidak nyaman (distress)
karena menganggu tidurnya dan konsentrasinya. Ada sedikit hendaya dalam kehidupan sosial
yaitu pasien jadi sulit untuk bergaul (disability). Oleh karena itu, digolongkan sebagai
gangguan jiwa.
Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita yaitu gangguan persepsi
berupa halusinasi auditorik sehingga digolongkan ke dalam gangguan jiwa psikotik. Pada
pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik,
sehingga kemungkinan gangguan mental organic dapat disingkirkan dan pasien digolongkan
ke dalam gangguan jiwa psikotik non organik.
Pada pasien ini ditemukan halusinasi auditorik dan waham persekutorik. Kedua gejala ini
mengarah kepada skizofrenia paranoid, sehingga diagnosisnya menjadi Skizofrenia Paranoid
(F20.0).
Axis II
Dari informasi yang didapatkan, belum cukup data untuk mengarahkan ke salah satu ciri
kepribadian.
Axis III
Tidak ada diagnosis

8
Axis IV
Tidak ada

Axis V
GAF scale Score 80, gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, dll

VII. DAFTAR PROBLEM

A. Organo biologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tapi terdapat ketidakseimbangan
neurotransmitter, maka pasien memerlukan farmakoterapi.
B. Psikologik
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan psikoterapi suportif.
C. Sosial
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu
senggang maka membutuhkan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
a. Faktor pendukung
- Tidak ada kelainan organik
- Keluarga pasien selalu memberikan dukungan kepada dirinya

b. Faktor penghambat
- Akses ke layanan kesehatan/ Poli Jiwa Bhayangkara terbatas
- Keluhan pasien telah menghilang, kemungkinan pasien malas konsumsi obat teratur

IX. RENCANA TERAPI

A. Farmakoterapi :

Onzapin 10 mg 0-0-I

9
B. Psikoterapi:
● Konseling:
-Ventilasi: Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hatidan
keinginannya sehingga pasien merasa lega.
-Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami
penyakitnya, bagaimana cara menghadapinya, manfaat pengobatan, cara pengobatan,
efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan. Memberikan dukungan
kepada pasien serta memotivasi agar minum obat secara teratur.
● Sosioterapi:
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang disekitarnya
tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka dapat menerima dan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses pemulihan pasien

X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit pasien, tanda-tanda


vital pasien dan efektifitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping dari
obat yang diberikan.

XI. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA


Skizofrenia adalah suatu kumpulan gejala dengan variasi penyebab yang belum banyak
diketahui dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronik) yang luas, serta sejumlah
akibat tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada
umumnya ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran
dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.1
Skizofrenia berasal dari kata skizo (terpisah/fragmentasi) dan phrenia (pikiran) karena
menyebabkan seseorang mengalami kegagalan dalam kapasitasnya untuk berpikir jernih
dan merasakan emosi yang normal1
Skizofrenia biasanya diawali dengan fase prodromal pada pertengahan hingga akhir
masa remaja yang ditandai dengan perubahan yang hampir tidak kentara pada emosi,
kognitif, dan fungsi sosial. Kemudian diikuti dengan fase aktif dimana gejala psikotik
mulai berkembang. Gejala psikotik biasanya berespon dengan baik setelah pemberian

10
antipsikotik, tetapi masalah selanjutnya seperti emosi tumpul atau perilaku aneh biasanya
menetap hingga ke fase residual. Eksaserbasi akut dapat terjadi walaupun pasien minum
obat dengan teratur.1
Subtipe skizofrenia terbagi menajdi 5, yaitu:2
 Skizofrenia paranoid : ditandai dengan preokupasi satu atau lebih waham atau
halusinasi auditorik yang menonjol. Terutama dikarakteristikkan dengan
waham persekutorik atau grandeur. Pasien menunjukkan regresi yang kurang
dari kemampuan mental mereka, respon emosi dan perilaku bila dibandingkan
dengan tipe skizofrenia yang lain. Pasien dengan skizofrenia paranoid biasanya
kaku, curiga, waspada, pendiam, dan kadang-kadang agresif, tetapi mereka
dapat menyesuaikan perilaku mereka pada situasi tertentu.
 Tipe disorganisasi (kacau) : ditandai dengan regresi perilaku menjadi primitif,
tanpa larangan, perilaku tidak terstruktur dan tidak terdapat gejala yang
memenuhi kriteria katatonik
 Tipe katatonik : ditandai dengan gangguan pada fungsi motorik termasuk
stupor, negativisme, rigiditas, excitement, atau posturing. Gejala lain fapat
berupa stereotyping, mannerism, dan fleksibilitas cerea.
 Tipe tidak terinci : tidak memenuhi kriteria salah satu subtipe skizofrenia
 Tipe residual

Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia terdiri dari


 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang jelas (biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
 ‘thought echo’ : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau
- ‘thought of insertion or withdrawal’ : isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- ‘thought broadcasting’ : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya

 ‘delusion of control’ : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar
- ‘delusions of influence’ : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar

11
- ‘ delusions of passivity’ : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (dirinya = merujuk ke
pergerakan tubuh atau anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
- ‘delusional perception’ : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
 halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus – menerus terhadap
perilaku pasien
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
 waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalkan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
 halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus
 arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme
 perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
 gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

12
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal)
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap lrut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Etiologi skizofrenia dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor biokimiawi


(hipotesis dopamine), neuropatologi, sirkuit neural, metabolisme otak, gangguan
elektrofisiologi, psikoimunologi, dan psikoneuroendokrinologi.2
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V edisi Text
Revision (DSM - V), diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan berdasarkan kiteria
diagnostik berikut:3
 terdapat dua atau lebih gejala berikut, dimana masing-masing gejala muncul dalam
periode yang signifikan selama 1 bulan. Gejala yang muncul yaitu delusi, halusinasi,
disorganisasi bicara, perilaku katatonik atau disorganisasi perilaku, dan gejala negatif
seperti afek berkurang.
 untuk beberapa waktu yang signifikan semenjak onset gejala muncul terdapat
gangguan pada satu atau lebih dari fungsi kerja, fungsi sosial, hubungan
interpersonal, dan perawatan diri
 gejala berlangsung selama 6 bulan. Periode 6 bulan ini termasuk 1 bulan gejala (atau
tidak jika terapi berhasil) yang mendukung kriteria A dan termasuk periode gejala
proderomal atau residual. Selama periode prodromal atau residual, manifestasi gejala
yang muncul dapat hanya berupa gejala negatif atau 2 atau lebih gejala yang terdapat
pada poin A

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III),


skizofrenia paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria1:
 Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia
 Sebagai tambahan :
- halusinasi dan/atau waham yang menonjol
a. suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)

13
b halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain- lain
perasaan tubuhm halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
c. waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusions of influence), atau “passivity” (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol

Menurut buku ajar psikiatri FKUI, waham dan halusinasi pada skizofrenia
paranoid menonjol, sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh.
Beberapa contoh gejala paranoid yang sering ditemui4 :
- Waham kejar, waham rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi
dan cemburu
- Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, dan menghina

Berdasarkan hasil alloanamnesis dan autoanamnesis, didapatkan adanya gejala


klinis yang bermakna yaitu pasien memiliki halusinasi auditorik dan waham
persekutorik; sehingga dapat dikatakan pasien memiiki gejala khas skizofrenia paranoid
Skizofrenia dapat diobati dengan antipsikotika (AP). Berdasarkan mekanisme
kerjanya obat ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu anti psikotika generasi I dan
antispikotika generasi II. Obat antisikotika generasi I berguna terutama untuk
mengontrol gejala positif. Obat anti psikotika generasi II bermanfaat untuk gejala
positif dan gejala negatif. Pengobatan harus diberikan sesegera mungkin, karena
keadaan psikotik yang lama dapat menimbulkan kemunduran mental pada pasien. Salah
satu terapi yang dapat diberikan yaitu psikoterapi. Psikoterapi merupakan usaha jiwa
yang diberikan agar pasien dapat mengalami perubahan dalam rasa, pikiran, perilaku,
dan kebiasaan yang dilakukan. Psikoterapi biasanya dikombinasikan dengan tindakan
farmakologis agar meningkatkan tingkat kesembuhan yang maksimal.3
Gejala negatif (anergi, apatis, aktivitas spontan berkurang) muncul jika
dopamin berkurang pada jalur mesokortikal terutama yang memproyeksikan ke lobus
frontal. Aktivitas dopamin yang kurang pada lobus frontal dapat menyebabkan tidak
terhalangnya aktivitas dopamin mesolimbik lewat jalur umpanbalik kortikolimbik.
Aktivitas dopamin yang meningkat pada mesolimbik kana menyebabkan timbulnya
gejala positif 5

14
Tabel 1. Antipsikotik tipikal6

15
Tabel 2. Antipsikotik atipikal6

16
Tabel 3. Dosis antipsikotik yang dianjurkan6

Tabel 4. Dosis maksimal antipsikotik6


Karena pada pasien terdapat gejala positif berupa halusinasi dan waham, maka
diperlukan medikasi (tindakan farmakologis) yang diberikan selain dengan psikoterapi

17
dan terapi suportif. Obat yang diberikan adalah golongan atipikal , yaitu Risperidone
dan Clozapine. Obat ini bekerja dengan cara bekerja memblokade dopamine pada
reseptor pasca sinaps neuron di otak (Dopamine D2 rDMeptors) disertai dengan
psikoterapi dan sosioterapi untuk memperkuat perbaikan klinis.6

No. Jenis Obat Merk Dagang Sediaan Dosis Anjuran

Risperidone Tab 1;2;3 mg 2-6 mg/hari


1 Risperidone
Risperdal Tab 1;2;3 mg
Clozaril 25-100 mg/hari
2 Clozapine Tab 25;100 mg
Sizoril

Prognosis pasien ini adalah dubia et bonam, dinilai dengan melihat faktor-faktor
pendukung dan penghambat penyembuhannya.
Faktor-faktor yang mendukung prognosis:
1. Tidak ada gangguan organik
2. Adanya dukungan keluarga
Faktor-faktor yang memperburuk prognosis:
1. Pasien merasa dirinya tidak sakit

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Black DW, Andreasen NC. Schizophrenia spectrum and other psychotic disorders:
Introductory textbook of psychiatry. Ed kw 6. American psychiatric publishing. 2014.
2. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Schizophrenia spectrum and other psychotic disorder: Kaplan
and Sadocks Synopsis of psychiatry. Edisi ke 11. New york: Wolter kluwers; 2014
3. Departemen Kesehatan RI, Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, danWaham dalam Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III/PPDGJ III. Jakarta, Departemen
Kesehatan RI, 1993.
4. Amir, N. Skizofrenia: Buku Ajar Psikiatri FKUI. Jakarta :2010. Hal 170-196
5. Marangell LB, Martinez JM. Antpsikotik: Concie Guide series. Baylor College of Medicine:
texas.
6. Owen G, Wessely SS, Murray SR editor. Maudsley handbook of practical psychiatry. Edisi ke
6. Oxford university press : 2014.
7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 3. 2007 Jakarta : FK
Unika Atma Jaya. Hal. 25, 38.

19

Anda mungkin juga menyukai