Anda di halaman 1dari 6

Names & NIM:

Julian Danang P. / A320160011


Laili Mifta R. / A320160008
Rusby Cholifi / A320160017
Aulianisa Netasya S. / A320160022
Wildhan Bangkit H. / A3201600

Class: G

Ideologi Muhammadiyah
Ideology Muhammadiyah terdiri dari beberapa fase pembentukan. Fase-fase tersebut diawali oleh
gagasan-gagasan dan pokok pikiran KH. Ahmad Dahlan sebagai tokoh skaligus pelopor pendiri
organisasi ini.
Fase-fase yang bersifat ideology tersebut akan saya tampilkan dalam skema gambar berikut
dibawah ini :
Fase yang pertama termaktub dalam muqodiimah anggaran dasar Muhammadiyah yang
diprakarsai oleh Ki Bagus Hadi kusumo yang disahkan dalam sidang tanwir tahun 1951. Hal ini
dilakukan karena Muhammadiyah saat itu sudah berdiri cukup lama dan banyak terjadi kekaburan
konsep dalam diri Muhammadiyah itu sendiri yang terjadi akibat banyaknya pengaruh dari luar
lingkungan Muhammdiyah yang masuk dalam lingkungan internal organisasi ini. Landasan
anggaran dasar ini didirikan adalah Muhammadiyah sebagai suatu organisasi, merupakan alat
perjuangan untuk mencapai suatu cita, suatu tujuan yang telah termaktub dalam cita-cita hidup
Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat muslim yang sebenar-benarnya berdasarkan al-
Qur’ an dan as-Sunnah dari Rasululloh Muhammad SAW sebagai dua warisan yang harus dijaga
dan diimplementasikan dalam kehidupan duniawi untuk menuju ke kehidupan ukhrowi yang
abadi.
Ada 7 prinsip yang menjadi dasar dari Muhammadiyah (kandungan Muqoddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah ) :
1. Hidup manusia harus berdasarkan Tauhid (meng-Esakan Alloh, beribadah dan ta’ at kepadanya).
2. Hidup manusia itu bermasyarakat.
3. Hukum Alloh harus ditegakkan dan satu-satunya yang dapat dijadikan landasan.
4. Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam merupakan wujud dari ibadah.
5. Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat
madani akan berhasil jika mengikuti jejak perjuangan para Nabi, terutama perjuangan Nabi
Muhammad SAW.
6. Perjuangan mewujudkan prinsip pada pokok pikiran tersebut tidak dapat berhasil tanpa
berorganisasi.
7. Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, adil dan makmur yang biasa kita kenal
dengan “ Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur” .
Fase yang kedua adalah kepribadian Muhammadiyah yang disusun pada tahun 1961.
Kepribadian Muhammadiyah merupakan kepribadian yang memang sudah ada sejak berdirinya
organisasi Muhammadiyah itu sendiri. Dalam hal ini KH. Faqih Utsman hanya menegaskan atau
menjelaskan, bukan mengubah prinsip dasar tersebut yang sudah ada sejak berdirinya.
Muhammadiyah dalam kepribadiannya adalah merupakan suatu organisasi yang beranggapan
bahwa untuk mengubah dan mewujudkan masyarakat dan negara yang makmur, adil dan sejahtera
dan tunduk pada perintah Alloh SWT dan Rasul-Nya adalah dengan mengubah pola hidup dan
pola pikir masyarakatnya, bukan dengan jalan politik.
Muhammadiyah bergerak bukan untuk Muhammadiyah sebagai golongan. Hal ini saya garis
bawahi karena banyak perspektif baik dari anggota maupun non-anggota diluar organisasi ini yang
beranggapan bahwa ini adalah pergerakan golongan.
Muhammadiyah memang sebuah organisasi, namun tujuannya adalah untuk menegakkan Islam
melalui organisasi. Dan hal ini sesuai sekali dengan pesan Ali Radiyallohu anhu : “ Kejahatan
yang terorganisir akan lebih unggul dibandingkan kebaikan yang tidak terorganisir.”
Fase terakhir ideology Muhammadiyah berujung pada penyusunan pedoman hidup Islam
warga Muhammadiyah yang disahkan pada tahun 2000. Pedoman hidup Islam warga
Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan norma-norma kehidupan yang bersumber dari al-
Qur’ an dan Hadits untuk menjadi tuntunan dan pola hidup sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
Pedoman yang disusun oleh Muhammadiyah meskipun berlandaskan pada al-Qur’ an dan al-
Hadits juga tetap bersifat aktual, artinya selain mengacu pada dua hal pokok, Muhammadiyah juga
menerapkan arro’ yu baik itu qiyas, ijma’ maupun ijtihad.

Ideologi Modernis
Modernisme Islam adalah sebuah ideologi politik yang dirumuskan oleh kaum modernis untuk
menjadi basis bagi sebuah gerakan politik. Kaum modernis meyakini dan menerima Islam sebagai
ajaran yang bersifat universal, berlaku sebagai petunjuk bagi umat manusia sepanjang zaman.
Sebagai ajaran universal, maka dalam penataan kehidupan masyarakat, ajaran Islam memberikan
petunjuk-petunjuk yang bersifat umum, tidak detil. Hal itu diyakini sebagai kebijaksanaan ilahi,
agar Islam mampu menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.

Dalam menghadapkan Islam dengan tantangan zaman itu, kaum modernis menggalakkan ijtihad,
mendorong tumbuhnya pemikiran baru. Tiap zaman akan memiliki tantangan yang berbeda,
karena itu pemikiran harus tetap terbuka, tidak terkungkung oleh warisan tradisi masa lalu. Karena
itu kaum modernis bersikap lebih fleksibel untuk melakukan dialog antar pemikiran dengan
berbagai peradaban yang berbeda. Kaum modernis tegas menolak sekularisme, agama dengan
kehidupan sosial dan politik tidak mungkin dipisahkan. Islam mencakup segalanya. Islam tidak
hanya berurusan dengan akhirat, tetapi juga berurusan dengan kehidupan duniawi, yang tak
mungkin dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Perjuangan politik memerdekakan dan memajukan bangsa dipandang kaum modernis sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan menegakkan Islam. Di zaman penjajahan, kaum
modernis merumuskan ideologi politik yang total bersikap anti penjajahan dengan titik tolak ajaran
Islam. Modernisme Islam melihat bahwa masyarakat itu majemuk secara eksternal maupun
internal. Kemajemukan harus dihargai dan dihormati.

Modernisme Islam menganggap Islam tidaklah membentuk sistem dalam bidang apapun. Islam
memberi petunjuk, manusia berijtihad membangun sistem. Sistem dianggap sebagai sesuatu yang
fleksibel, tergantung pada kebutuhan zaman. Islam mengajarkan prinsip, penerapan diserahkan
kepada ijtihad. Karena itu kaum modernis berpendapat bahwa tidak ada satu model negara yang
diajarkan Islam. Model bisa beda, sepanjang prinsip diterapkan. Prinsip-prinsip itu antara adalah
keadilan, hukum harus ditegakkan, syura dilaksanakan dan kepentingan umum wajib diutamakan.

Struktur negara juga diserahkan kepada kebutuhan zaman dan kebutuhan nyata sebuah bangsa,
sepanjang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Kaum modernis menerima demokrasi yang oleh
Mohammad Natsir disebut sebagai theistic democracy, demokrasi yang didasarkan atas nilai-nilai
keagamaan. Demokasi dianggap sebagai implementasi konsep syura yang dijiwai oleh semangat
Islam. Struktur pemerintahan bisa parlementer bisa presidensial. Bahkan, bisa pula menerima
monarki konstitusional, sepanjang menjalankan konsep syura sebagaimana diajarkan Islam.

Ketika saya membaca Rancangan UUD yang disiapkan oleh Fraksi Masyumi untuk dibahas di
Konstituante, saya tidak melihat perbedaan struktural dengan UUD Sementara 1950. Mereka
mengajukan alternatif Negara Republik Islam Indonesia atau Negara Republik Indonesia
berdasarkan Islam. Namun rancangan itu siap untuk dibahas dan mencari titik temu dengan semua
kekuatan politik di Konstituante. Sayang Konstituante dibubarkan dengan Dekrit Presiden 5 Juli
1959, kita kembali ke UUD 1945.

Ideologi modernisme Islam seperti dianut oleh Partai Masyumi itu tetap hidup di negara kita ini
dengan segala macam wujud dan bentuknya. Partai Bulan Bintang (PBB) meneruskan ideologi
modernisme Islam itu dengan memperhatikan zaman yang berubah, dibanding zaman Masyumi
dahulu.

Para pendukung ideologi modernisme Islam tetap bercita-cita Indonesia menjadi negara yang
modern dan maju. Indonesia yang majemuk dan demokratis, hidup damai dan harmoni. Sementara
Islam tetap memberikan inspirasi dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Spirit
Islam akan terus memberikan inspirasi dan menyemangati kehidupan bangsa dan negara dan
membawa manfaat bagi seluruh warga bangsa.

Islam Berkemajuan
Dalam pandangan Muhammadiyah, bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-
nilai kemajuan untuk membangun peradaban yang utama dan menjadi rahmat bagi semesta, inilah
yang disebut “ Islam Berkemajuan” (Din al-Hadlarah). Kemajuan dalam pandangan Islam adalah
kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah.
Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian,
keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat
manusia. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku
bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi.

Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah
melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme
Islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud
dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan
memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan
ketidakadilan hidup umat manusia.

Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka


Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang ajaran
akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam
mu’ amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam.

Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang
mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan
Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-
Sunnah (al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman.

Ideologis Reformis

Reformisme adalah keyakinan bahwa perubahan secara bertahap melalui serta di dalam institusi
yang ada, secara pasti dapat mengubah sistem ekonomi dan struktur politik fundamental
masyarakat. Hipotesis mengenai perubahan sosial ini tumbuh dari perlawanan kepada sosialisme
revolusioner, yang berpendapat bahwa revolusi diperlukan untuk terjadinya perubahan struktural
secara fundamental.
Reformisme harus dibedakan dari reformasi pragmatis: reformisme adalah pendapat bahwa suatu
akumulasi reformasi dapat menyebabkan terbentuknya sistem sosial ekonomi yang sama sekali
berbeda dengan bentuk saat ini dari kapitalisme dan demokrasi, sedangkan reformasi pragmatis
mewakili upaya untuk menjaga status quo terhadap perubahan fundamental dan struktural.

Islam Indonesia akan menghadapi dinamika kehidupan baru di abad ke-21 sesuai dengan hukum
perubahan. Berbagai kecenderungan, masalah, dan tantangan kehidupan modern yang lebih
kompleks tengah dan akan terus hadir untuk diberikan jawaban crdas oleh umat Islam. Umat Islam
selain tampil sebagai golongan yang membawa pesan damai, toleran, dan propluralitas, juga harus
menjadi kekuatan yang prodemokrasi, penegakkan hak asasi manusia, dan civil society. Di
samping itu umat Islam Indonesia juga harus menjadi golongan yang unggul di bidang politik,
ekonomi,pendidikan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berdaya saing tinggi.

Islam Berkemajuan dalam pandangan Muhammadiyah, bahwa Islam merupakan agama yang
mengandung nilai-nilai kemajuan untuk membangun peradaban yang utama dan menjadi rahmat
bagi semesta,inilah yang disebut "Islam Berkemajuan" (Din al-Hadlarah). Nabi Muhammad
bersama kaum muslimin selama 23 tahun telah menjadikan Yasrib yang pedesaan menjadi al-
Madinah al Munawwarah, kota peradaban yang cerah dan mencerahkan. Setelah itu selama sekitar
lima sampai enam abad Islam menjadi peradaban yang maju di pentas dunia.

Kesimpulannya, Umat Islam Indonesia tidak cukup hanya berkarakter moderat, tetapi juga harus
maju (berkemajuan), yakni unggul dalam segala bidang kehidupan, sehingga kehadirannya sebagai
pembawa misi rahmat bagi semesta alam benar-benar terwujud dalam kehidupan nyata di muka
bumi ini.

Di sinilah pentingnya posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menghadirkan peran
Islam berkemajuan di Indonesia dalam memasuki abad ke-21!

Kristalisasi Ideologi

Ideologi secara harfiah ialah “sistem paham” atau “sekumpilan ide atau
gagasan”. Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “ideos” (ide, gagasan) dan
“logos” (ilmu logika), tokoh yang memperkenalkan ideologi ialah Destutt de
Tracy (1757-1876), seorang filsuf Prancis, yang menyebut ideologi tentang “ilmu
tentang ide-ide” yaitu sebagai suatu cara berpikir dalam memandang kehidupan,
yang dibedakannya dengan cara berfikir metafisika dan agama (Nashir, 2014: 30).
Ideologi memiliki unsur pokok, yaitu: (1) pandangan yang komprehensif
tentang manusia, dunia, dan alam semestadalam kehidupan; (2) rencana penataan
sodial-politik berdasarkan paham tersebut; (3) kesadaran dan pencanangan dalam
bentuk perjuangan melakukan perubahan-perubahan berdasarkan paham dan
rencana dari ideologi tersebut; (4) usaha mengarahkan masyarakat untuk
menerima ideologi tersebut yang menuntut loyalitas dan keterlibatan para
pengikutnya; (5) usaha mobilisasi seluas mungkin para kader dan masa yang akan
menjadi pendukung ideologi tersebut (Riberu, 1986: 5).
Dalam Muktamar ke-37 tahun digagas pentingnya pembaruan di bidang
ideologi. Muhammadiyah waktu itu lebih memilih istilah “Keyakinan dan Citacita
Hidup” untuk pandangan istilah ideologi. Dalam Tanwir tahun 1969 di
Ponorogo kemudian lahir pemikiran resmi ideologi Muhammadiyah yang dikenal
dengan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”. Inilah konsep

Anda mungkin juga menyukai