Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DAN

KELUARGA BERENCANA DI DAERAH TRANSMIGRASI


DI SULAWESI TENGGARA

Tukiran
Pande Made Kutanegara*

Abstract
The improvement of health facilities has been a major priority of the government
policy. It is related to the effort of controlling population growth by reducingfertility
and mortality rate. In line with this, one issue is worthwhile to question: whether or
not those facilities productively utilized by the local people. This research was
conducted in Lambuya subdistrict, Kendari, Southeast Sulawesi, the area which is
considered to be successful in the implementation of the family planning program.
The utilization of health and family planning services, from the aspect of age,
education, and resident of clients is quite satisfactory. Based on these three aspects,
it is not surprising if they can rely on health andfamily planning providers. Besides
the health workers at the primary health care, there are 91 traditional healers who
take over health problems. The awareness of the local people to revisit the primary
health care after an initial treatment is more of a causative effect of the initiative of
health providers, than the desire of the clients themselves. Effort on enlightenment
by improving quality of information to the people is influential in making people
utilized the services available at the primary health care.

Pendahuluan
Propinsi Sulawesi Tenggara Sementara itu, hasil estimasi dari data
merupakart salah satu daerah penerima Sensus Penduduk 1990 angka fertilitas
transmigran dengan jumlah yang total (TFR) masih relatif tinggi, yakni
relatif besar bila dibandingkan dengan 4,9 per wanita usia subur, angka
jumlah penduduk di daerah tersebut. kematian bayi (IMR) 77, dan angka
Angka pertumbuhan penduduk prevalensikontrasepsi pada tahun 1991
selama periode 1980-1990 masih sangat adalah 41,9 persen. Sejalan dengan
tinggi yakni 3,7 persen per tahun. keadaan tersebut maka pembangunan

* Drs. Tukiran, M.A. adalah staf peneliti pada Pusat Penelitian Kependudukan,
Universitas Gadjah Madadan staf pengajar pada Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada.
Drs. Pande Made Kutanegara, M.Si. adalah staf peneliti pada Pusat Penelitian
Kependudukan Universitas Gadjah Mada dan staf pengajar pada Jurusan Antropologi,
Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.

Populasi, 7(1), 1996 ISSN: 0853 - 0262


Tukiran & Pande Made Kutanegara

prasarana dan sarana pelayanan pelayanan yang ditawarkan tidak


kesehatan dan KB telah lama cukup dimanfaatkan (Pachauri, 1992).
mendapatkan prioritas utama untuk Kurangnya perhatian pada aspek
menurunkan angka fertilitas dan kebutuhan pemakai jasa pelayanan
mortalitas, yang sekaligus akan kesehatan tidak dapat dibuktikan dan
menurunkan angka pertumbuhan hasil program pembangunan kesehat¬
penduduk. Sejalan dengan hal ini an di beberapa negara berkembang
muncul pertanyaan sampai seberapa tidak memuaskan. Kegagalan
jauh pusat pelayanan kesehatan seperti pemanfaatan pelayanan sering
puskesmas, puskesmas pembantu, dituduhkan pada masyarakat pemakai
balai pengobatan, dan sejenisnya yang jasa layanan, pada kepercayaannya,
sudah ada di daerah transmigrasi adat-istiadat atau kemiskinannya.
dimanfaatkan oleh penduduk lokal Beberapa studi (Lasker, 1981) justru
maupun transmigran. Adakah menyebutkan bahwa pelayanan yang
kesesuaian antara kemampuan dari diberikan tidak cukup sensitif dengan
petugas pelayanan kesehatan dan KB kebutuhan mereka. Oleh karena itu,
dengan keinginan penduduk dalam kualitas pelayanan (quality of care)
memanfaatkan pusat pelayanan yang merupakan determinan penting yang
tersedia? mempengaruhi pemanfaatan pelayan¬
Penelitian ini dilaksanakan di an (IPPF, 1989; Jain, 1989; Bruce, 1989;
daerah transmigrasi dengan tujuan Vera, 1993). Pelayanan yang
untuk mengetahui pemanfaatan memuaskan bagi pasien/klien akan
pelayanan kesehatan dan KB. Secara mendorong mereka imtuk memanfaat¬
rinci penelitian ini bertujuan untuk kan pelayanan yang sudah tersedia
mengetahui hal-hal sebagai berikut: (Ross, et ah, 1989). Beberapa elemen
1. Pemanfaatan fasilitas pelayanan yang dapat menjelaskan kualitas
kesehatan dan KB oleh penduduk pelayanan antara lainialah tersedianya
lokal, transmigran lokal, dan pilihan berbagai jenis obat-obatan dan
transmigran umum. metode kontrasepsi, kualitas informasi
2. Nilai-nilai sosial budaya yang yang disampaikan kepada pasien/
mempengaruhi pemanfaatan klien, kemampuan petugas dalam
fasilitas kesehatan dan KB. memberikan pelayanan, hubungan
3. Kemampuan dan kualitas petugas antara petugas dengan pasien/klien,
pelayanan kesehatan dan KB yang ketepatan dalam memberikan layanan,
ada di daerah transmigrasi. dan mekanisme layanan lanjutan
(Kumar, et ah, 1981 dan Bruce, 1989).
Tinjauan Pustaka
Beberapa hasil penelitian
Beberapa studi tentang pemanfaat¬ menunjukkan bahwa terdapat
an pelayanan dan keluarga berencana hubungan positif antara ketersediaan
di negara-negara berkembang jenis kontrasepsi dengan peningkatan
menyimpulkan bahwa kurangnya pemakaian kontrasepsi (Freedman dan
akses sebagian penduduk terutama di Berelson, 1976; Snodgrass, 1979;
daerah yang miskin atau terpencil Chamratrithirong, 1984; dan Lapham
merupakan sebab utama mengapa dan Mauldin, 1985). Seperti disebutkan

50
Pemanfaatan Pelayan Kesehatan & KB

oleh Jain (1989), dengan penambahan kan penurunan angka prevalensi


satu jenis kontrasepsi dalam pelayanan kontrasepsi sebesar 4,5 persen (Cleland
dapat ditingkatkan sekitar 12 persen dan Mauldin, 1987).
akseptor. Penelitian di Nigeria Dimensi kualitas pelayanan
(Maidouka, 1986) menunjukkan bahwa berikutnya adalah hubungan antara
klien yang tidak mendapatkan layanan petugas dengan klien. Seberapa jauh
jenis kontrasepsi yang diinginkan petugas mampu menjalin hubungan
cenderung tidak datang lagi pada baik secara berkesinambungan dengan
kunjungan berikutnya. Dengan klien sehingga klien menaruh
demikian, dapat dikatakan bahwa kepercayaan terhadap informasi dan
ketersediaan berbagaijenis kontrasepsi pelayanan yang diberikan. Jumlah
dan obat-obatan tetap merupakan pertemuan, pemberian pelayanan, dan
syarat utama peningkatan kualitas intensitas antara keduanya dapat
pelayanan. memberikan pengaruh yang kuat akan
Kualitas informasi yang disampai- terbentuknya hubungan erat antara
kan kepada klien mencakup berbagai petugas dengan klien (Bruce, 1989).
jenis kontrasepsi yang ada, cara Penelitian Vera (1993) di Chili
penggunaan, dan efek samping yang mengungkapkan bahwa kualitas
mungkin ditimbulkan. Dalam aspek pelayanan yang sangat baik menurut
kesehatan, dirasa perlu disampaikan klien apabila mereka diperlakukan
berbagai jenis penyakit tertentu yang secara manusiawi (being treated like a
memerlukan pelayanan lanjutan. human being). Kemudian, secara lebih
Kualitas informasi mencakup pula rinci Huntington dan Schuler (1993)
penyampaian informasi yang mampu mengungkapkan beberapa hal yang
menjelaskan pada klien apabila terjadi biasanya menghambat hubungan
beberapa masalah karena ketidakjelas- antara petugas dengan klien yakni
an informasi yang diterima, misalnya pemahaman yang kurang baik tentang
adanya kepercayaan, adat-istiadat, dan informasi kesehatan dan KB. Rendah-
pemahaman agama yang kurang nya empati merupakan masalah yang
lengkap (Whells dan Sherries, 1989). berkaitan dengan perbedaan status
Kualitas pelayanan tidak dapat sosialdan perbedaan kerangka berpikir
terlepas dari aspek kemampuan antara petugas dengan klien. Rasa
petugas, baik yang bersifat teknis percaya diri antara petugas dan klien
maupun nonteknis. Kesuksesan banyak dipengaruhi oleh keempat
program lebih banyak dipengaruhi aspek tersebut. Dijelaskan pula oleh
oleh kemampuan petugas untuk Gay (1980) dan Snodgrass (1979)
meyakinkan klien bahwa apa yang tentang pentingnya cara berkomuni-
diberikan kepada klien sesuai dengan kasi petugas dengan kliendan lamanya
kemampuan tempat pelayanan yang waktu yang dibutuhkan untuk
tersedia. Kompetensi klinis yang relatif berdialog (Philiphs et al, 1986).
rendah akan mengurangi performasi Mekanisme pelayanan lanjutan
program yang sedang dilaksanakan kepada klien merupakan aspek yang
(Bruce, 1989). Kegagalan tubektomi cukup penting dalam pemberian
laparoscopi di Bangladesh menyebab- pelayanan. Meskipun demikian, hal ini

51
Tukiran & Pande Made Kutanegara

banyak diabaikan oleh petugas. Daerah Penelitian


Beberapa program kesehatan dan KB Penelitian ini dilaksanakan di
yang bertujuan meningkatkan jumlah
Kabupaten Kendari sebagai salah satu
kunjvmgan dan jumlah akseptor dirasa daerah yang cukup banyak menerima
kurang memperhatikan aspek
transmigran di Propinsi Sulawesi
kelangsungan pemakaian dan dampak Tenggara yang mencakup 22
yang dihasilkan. Penelitian di Bali dan kecamatan. Sebanyak 19 kecamatan di
Nusa Tenggara Timur (Dwiyanto et al,
antaranya berada di Kabupaten
1993) maupun di Botswana oleh
Kendari dan 3 kecamatan di wilayah
Stephens (1978) mengungkapkan kota administratif Kendari. Darijumlah
bahwa terdapat hubungan positif
kecamatan tersebut diambil satu
antara kunjungan petugas ke rumah
kecamatan yakni Kecamatan Lambuya
klien dengan peningkatan status
dengan tiga pertimbangan. Pertama,
kesehatan dan kelangsungan pemakai¬
dilihat dari kriteria pelayanan
an kontrasepsi. Untuk daerah-daerah
kesehatan dan KB, wilayah ini
tertentu, terutama yang mengalami
mewakili pelayanan untuk wilayah
isolasi geografis, model community
terpencil. Kedua, dilihat dari tingginya
based distribution programs seringkali
angka prevalensi kontrasepsi wilayah
dipilih dan dijadikan pilihan utama ini merupakan kelompok yang cukup
dalam memberikan pelayanan kesehat¬
sukses dalam pelaksanaan KB. Ketiga,
an dan KB (Phillips, J. 1974; London,
dilihat dari program transmigrasi
K.A. etal, 1985).
sebagai daerah penerima, wilayah ini
Secara umum dapat dikatakan
sudah cukup lama, yakni sejak tahun
bahwa, untuk menentukan alasan-
1970-an menerima transmigran dan
alasan mengapa pelayanan yang
sampai saat penelitian dilakukan masih
ditawarkan kadang tidak dimanfaat-
merupakan lokasi penempatan
kan secara maksimal, program
transmigran.
pelayanan harus mempertimbangkan Untuk mendapatkan gambaran
faktor variasi sosial maupun perilaku.
keadaan wilayah Kecamatan Lambuya
Besarnya jarak sosial antara pemberi secara menyeluruh, penelitian ini
dan pemakai layanan sering disebut
mengambil sampel sebanyak empat
sebagai alasan terjadinya masalah desa dari 31 desa yang ada, dengan
tersebut. Oleh karena itu, kualitas karakteristik yang berbeda-beda dilihat
pelayanan yang memfokuskan dari jenis transmigran. Keempat desa
perilakupemberi layanan dan interaksi tersebut adalah sebagai berikut:
antara pemberi dan pemakai layanan
1. Desa Matahoalu merupakan lokasi
bisa menjadi dasar pemikiran dan
penempatan transmigran lokal dari
pemakai layanan bisa menjadi dasar penduduk sekitar Kecamatan
pemikiran dalam mendesain maupun Lambuya, seperti dari Pondidaha,
mengimplementasikan pelayanan Wawotobi, dan Sampara.
kesehatan dan keluarga berencana.

52
Pernanfaatan Pelayan Kesehatan & KB

2. Desa Tawamelewe merupakan Pada saat'pertama kali transmigran


salah satu lokasi penempatan berada di lokasi penempatan
transmigran umum. transmigrasi, rata-rata jumlah jiwa
3. Desa Sandarsi Jaya merupakan dalam rumah tangga transmigran lokal
lokasi penempatan transmigran (4,5 jiwa) lebih banyak dibandingkan
umum dan transmigran lokal. dengan transmigran umum (3,6 jiwa).
4. Desa Tawarotebota merupakan Pada saat penelitian dilakukan rata-
lokasi tempat tinggal penduduk rata jumlah jiwa untuk transmigran
lokalyang tidak mengikuti program lokal (6,5 jiwa) lebih banyak
transmigrasi. dibandingkan dengan transmigran
Dalam penelitian ini yang dipilih umum (5,2 jiwa) dan penduduk lokal
sebagai responden penelitian tentang (5,7 jiwa). Rata-rata jumlah anak pada
pernanfaatan pelavanan kesehatan dan saat penelitian dilakukan untuk
KB yakni transmigran umum, transmigran lokal (5,5 jiwa) jauh lebih
transmigran lokal, dan penduduk banyak daripada transmigran umum
lokal. Di samping itu, diperlukan pula (3,9 jiwa) dan penduduk lokal (4,5
informasi yang dapat mewakili subjek jiwa). Dilihat dari rata-ratajumlah anak
pelayanan tersebut yakni tenaga medis masih hidup sebelum berangkat
dan nonmedis dari puskesmas mengikuti program transmigrasi,
setempat, termasuk dukun yang cukup transmigran lokal (4,7 jiwa) lebih
berperan dalam pelayanan kesehatan. banyak daripada transmigran umum
Kegiatan survai awal dilaksanakan (3,2 jiwa). Pada saat penelitian
pada Desember 1994 dan pengumpul- dilakukan rata-rata jumlah anak masih
an data primer pada Januari 1995. hidup transmigran lokal (5,2 jiwa) jauh
lebih banyak daripada transmigran
Penduduk Lokal dan Transmigrasi umum (3,8 jiwa) dan penduduk lokal
Dalam penelitian ini yang (4,1 jiwa). Angka prevalensi
dimaksud dengan penduduk lokal kontrasepsi untuk transmigran lokal
adalah penduduk di daerah penelitian (42 persen) lebih rendah daripada
yang bukan transmigran. Sebagian penduduk lokal (49 persen) dan
besar mereka berasal dari etnis Tolaki, transmigran umum (69 persen).
Bugis, Makasar, Buton, dan Toraja. Dilihat dari rata-rata jumlah jiwa
Transmigran lokal adalah penduduk dalam rumah tangga, jumlah anak lahir
lokal yang mengikuti program hidup dan anak masih hidup, tampak-
transmigrasi. Mereka dipilih oleh nya ada kecenderungan bahwa nilai-
Departemen Transmigrasi dan nilai lama yang ada di daerah asal,
ditempatkan di lokasi transmigrasi seperti rendahnya anak dan tingginya
bersama-sama dengan transmigran angka prevalensi kontrasepsi, ikut
umum. Transmigran umum adalah terbawa ke daerah transmigrasi.
mereka yang berasal dari Pulau Mengapa fertilitas yang dilihat dari
Jawa-Bali yang pada saat penelitian rata-rata jumlah anak lahir hidup dan
sudah relatif lama bertempat tinggal di anak masih hidup cukup besar
daerah penelitian melalui program perbedaannya antara transmigran
transmigrasi. umum dan transmigran lokal meski-

53
Tuktran & Pcmde Made Kutxmegara

pun dalam hal umur istri tidak jauh kontrasepsi yang ada, seringkali hal itu
berbeda? Meskipunjumlah anak masih bias pada program dari BKKBN.
hidup sebelum mengikuti transmigrasi Banyak keluhan yang muncul sebagai
untuk transmigran lokal sudah relatif akibat terbatasnya obat-obatan dan
banyak, mengapa tambahan jumlah jenis kontrasepsi yang tersedia. Bagi
anak masih relatif tinggi selama petugas medis, khususnya dokter,
mengikuti transmigrasi? Penelitian terbatasnya jenis obat-obatan dapat
lanjutan di daerah transmigrasi akan dilihat dari dua aspek yang cukup
menarik apabila memasukkan aspek berlawanan yaitu rasa pesimis sebagai
nilai anak dalam kaitannya dengan petugas pelayanan dan praktik kerja di
pekerjaan transmigran, seperti luar jam kerja puskesmas. Keterbatasan
pembukaan dan pengolahan lahan di obat-obatan dan alat kontrasepsi dapat
daerah transmigrasi. Hal ini berkaitan dimanfaatkan untuk menambah
dengan kerangka analisis tingginya jenisnya dalam pelayanan di luar jam
jumlah anak sebagai sumber daya kerja puskesmas sebagai dokter praktik
tenaga kerja. swasta. Problem yang muncul di
daerah penelitian adalah tidak semua
Kualitas Pelayanan penduduk memiliki akses yang sama
Pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam memanfaatkan obat-obatan
dan KB berhubungan erat dengan yang tersedia di luar puskesmas.
kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan
Kualitas Informasi
yang baik mempengaruhi dan
memotivasi masyarakat untuk Kualitas informasi yang diberikan
memanfaatkan fasilitas dan pelayanan petugas kepada klien sangat
yang diberikan. Dalam membahas membantu dalam memiliki dan
kualitas pelayanan kesehatan dan KB di memahami treatment yang diberikan
daerah penelitian akan dilihat lima oleh petugas, terutama informasi
aspek yakni: 1) ketersediaan pilihan, 2) tentang risiko,kontraindikasi,manfaat,
kualitas informasi, 3) kemampuan efek samping, dan cara mengatasi, dan
petugas, 4) hubungan antara petugas pelayanan dari sumber lain bila
dengan klien, dan 5) mekanisme diperlukan. Hasilpenelitianmenunjuk-
pelayanan lanjutan. kanbahwaada hubunganpositif antara
penerimaan informasi yang cukup baik
Ketersediaan Pilihan dengan kecenderungan masyarakat
Ketersediaan pilihan dapat dilihat untuk datang lagi ke puskesmas.
dari jenis obat-obatan dan alat Kenaikan jumlah kunjungan ke
kontrasepsi yang tersedia pada pusat puskesmas, baik untuk berobat
pelayanan. Di daerah penelitian maupun sekedar berkonsultasi tentang
obat-obatan standar yang tersedia masalah kesehatan dan KB meningkat.
belum lengkap sehingga sering teijadi Ini berarti bahwa ada kecenderungan
pemberian obat yang sama untuk meningkatnya kebutuhan akan
keluhan sakit klien yang berbeda. perlunya konsultasi pada petugas
Demikian pula dengan jenis medis dan bukan hanya berobat kalau

54
Pemanfaatan Pelayan Kesehatan & KB

penyakitnya sudah parah. Meskipun petugas yang ada di puskesmas,


demikian, pemahaman dari sebagian mereka masih dibantu oleh 91 dukun
penduduk ialah bahwa berkunjung ke bersalin. Sekitar dua per tiga dari para
puskesmas sama artinya dengan suntik dukun merupakan dukun terlatih.
(istilah setempat suntik sehat). Hampir semua petugas yang ada (92,6
Demikian pula datang ke dokter gigi persen) bertempat tinggal di daerah
sama artinya dengan akan cabut gigi. lingkup puskesmas sehingga
Dokter yang tidak mau menyuntik atau memudahkan untuk melakukan
mencabut gigi pasien akhirnya akan mobilitas dari tempat tinggal ke
dijauhi oleh masyarakat setempat, puskesmas. Dari beberapa ciri-ciri
meskipun dari aspek medis tindakan tersebut, untuk lingkup pelayanan
tersebut dapat dibenarkan. Pemaham¬ tingkat puskesmas, secara teoretis
an yang salah seperti ini harus segera dapat dikatakan bahwa mereka cukup
dibenahi dengan cara pemberian siap dan dapat diandalkan sebagai
informasi secara berkesinambungan. petugas pelayan kesehatan.
Diakui oleh petugas medis bahwa
dibutuhkan waktu relatif lama untuk Hubungan Petugas dengan Klien
menyadarkan cara memanfaatkan Dimensi ini mencoba melihat
pelayanan secara baik dan benar. seberapa jauh petugas membangun
hubungan positif dengan klien
Kemampuan Petugas sehingga mereka percaya akan
Secara umum dapat dikatakan kemampuan dan kemauan baik
bahwa petugas pemberi layanan pemberi layanan. Hubungan petugas
kesehatan dan K6 di daerah penelitian dengan klien lebih bersifat dialogis dan
cukup baik. Kriteria yang dilihat dari terbuka untuk menciptakan rasa aman
rasio antara jumlah petugas terhadap antara keduanya. Dari hasil penelitian
jumlah penduduk adalah 1:812. didapatkan fakta bahwa petugas
Perbandingan ini lebih rendah medis, yakni dokter, cukup
daripada angka nasional yaitu 1:910 menyediakan waktu bagi klien yang
(BPS, 1993). Dari 27 petugas pada kadangkala banyak omong tentang
tingkat puskesmas, sekitar dua per tiga keluhankesehatan. Hal ini tampak jelas
merupakan petugas medis dan sisanya dari lama pemeriksaan atau pemberian
merupakan tenaga administrasi dan layanan yang kadang-kadang melebihi
penyuluh kesehatan lingkungan. waktu 30 menit. Keeratan hubungan
Dilihat dari latar belakang pendidikan, tersebut akan menyebabkan keterbuka-
sekitar 60 persen tamat pendidikan an warga masyarakat, terutama yang
SLA dan lebih seperti pendidikan berhubungan dengan hambatan
kejuruan kesehatan yakni pendidikan budaya (cultural barriers).
sanitasi, gizi, dan rawat gigi. Apabila Peranan dukun sebagai pilihan
dilihat dari umur petugas, hampir tiga tempat pengobatan masih cukup
per empat (70,4 persen) berumur tinggi. Klien seringkali mengatakan
kurang dari 35 tahun. Rata-rata lama bahwa mereka sudah pergi ke dukun
bekerja ialah sekitar 8,7 tahun. Selain sebelum ke puskesmas. Untuk menjaga

55
Tukiran & Pande Made Kutanegara

agar tidak terjadi perselisihan antara terutama sebagai langkah antisipasi


dukun dan petugas medis, akhirnya dini apabila terjadi ketidakcocokan
ditempuh cara yang cukup kompromis. atau keluhan terhadap penggunaan
Petugas medis menganjurkan boleh obat danalat kontrasepsi. Halini dirasa
saja warga datang berobat ke dukun perlu untuk menanggulangi dampak
asalkan pengobatan pertama secara negatif dari pelayanan yang diberikan
medis telah dilakukan terlebih dahulu kepada klien. Hasil penelitian
oleh petugas medis. menunjukkan bahwa kesadaran
Cara kompromis yang ditempuh penduduk untuk datang lagi ke
oleh petugas pelayanan di daerah puskesmas lebih banyak atas inisiatif
penelitian cukup berhasil dan cukup petugas medis daripada atas kemauan
efektif dalam upaya mencegah terjadi- sendiri. Untuk itu, peran petugas
nya konflik antara petugas medis pelayanan menjadi sangat penting,
dengan dukun dan penduduk terutama untuk klien tertentu dengan
setempat. Meskipun demikian, ada jenis penyakit yang cukup berbahaya.
sejumlah klien yang ditemui selama Satu hal yang cukup menarik dan
penelitian dan mereka mengatakan seringkali terjadi di daerah penelitian
bahwa sebagian warga masyarakat ialah apabila ada klien minta disuntik
enggan dan takut pergi ke puskesmas atau dicabut giginya. Petugas medis
terutama dalam hal pemakaian tidak melayaninya karena ada
kontrasepsi. Hal ini disebabkan pernah alternatif pengobatan yang lain. Ada
terjadi pemaksaan pemakaian salah kecenderungan yang cukup kuat
satu jenis metode kontrasepsi. bahwa klien cenderung untuk tidak
Pemaksaan itu dilakukan untuk mau datang ke puskesmas lagi. Jadi,
mengejar target program. Hasil datang ke klinik atau puskesmas
penelitian di Nepal (Schuler et al, 1995) identik dengan suntik (istilahnya
menunjukkan gejala yang sama bahwa suntik sehat) atau untuk mencabut gigi.
terjadi drop out akseptor karena Kadangkala petugas medis menggu-
kesalahan konsultasi yang terjadi nakan aquades atau air mineral untuk
sebagai akibat ketidaktepatanmekanis- menyuntiknya, walaupun sebenarnya
me hubungan antara petugas dengan tidak perlu dilakukan. Keadaan seperti
klien. Sisi ini sebetulnya tidak semata- ini cukup dilematis dan bahkan tidak
mata menjadi kesalahan dari petugas akan menyelesaikan masalah yang
pelayanan, namun lebih disebabkan sebenarnya terjadi. Sejalan dengan ini
perbedaan kerangka berpikir antara maka frekuensi penyuluhan, kualitas
klien dengan petugas. Dalam beberapa informasi, dan pelayanan lanjutan
hal seringkali hal itubias pada program menjadi sangat penting artinya.
yang telah ditetapkan oleh instansi
tempat petugas bekerja. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
dan Keluarga Berencana
Mekanisme Pelayanan Lanjutan
Dengan fasilitas kesehatan yang
Mekanisme pelayanan lanjutan ini tersedia, kuantitas pemanfaatan
diperlukan untuk memantau klien, pelayanan kesehatan tampak cukup

56
Pemanfaatan Pelayan Kesehatan & KB

besar. Hal itu tampak dari tingginya untuk mendapatkan pengobatan yang
jumlah kunjungan mereka ke lebih tepat. Faktor lain yang penting
puskesmas, yakni sekitar 96 persen. adalah faktor sugesti. Mereka lebih
Namun demikian, masih ditemui percaya kepada dokter dibandingkan
adanya perilaku masyarakat yang dengan paramedis (bidan, mantri, atau
cenderung menunda-nunda kedatang- perawat).
an mereka ke puskesmas. Beberapa Pemanfaatan pengobatan sistem
kasus menunjukkan bahwa kedatang- medis modem ternyata berjalan seiring
an mereka ke pusat pelayanan dengan medis tradisional. Masyarakat
dilakukan setelah penyakit yang yang menggunakan kedua sistem
diderita cukup parah. tersebut tampak cukup besar yakni
Pemilihan sumber perawatan erat sekitar 88 persen. Penggunaan dukun,
berkaitan dengan jarak tempat tinggal baik sebagai penolong persalinan
penduduk dengan tempat pelayanan maupun berbagai penyakit yang lain,
kesehatan. Tempat tinggal penduduk tampak cukup besar. Sekitar 77 persen
lokal yang sangat dekat dengan dokter di antara mereka masih tetap
dan puskesmas menyebabkan mereka menggunakan jasa dukun. Walaupun
banyak memanfaatkan jasa dokter demikian, frekuensi kunjungan ke
dibandingkan dengan petugas medis dukun tidak terlampau sering yakni
yang lain. Biaya yang lebih besar hanya sekitar 1-2 kali dalam enam
bukanlah hambatan dibandingkan bulan. Tingginya peran dukun dalam
dengan kualitas pelayanan yang masyarakat rupa-rupanya selain
diperolehnya. Transmigran umum dan ditopang oleh sistem budaya
transmigran lokal lebih banyak masyarakat yang masih menganggap
menggunakan pelayanan kesehatan di bahwa dukun sangat penting dan
puskesmas pembantu. Itu berarti menentukandalam kehidupanmereka,
bahwa mereka lebih banyak dilayani juga ditopang oleh kelenturan petugas
oleh paramedis selain dokter. Berkaitan medis modern dalam menyikapi
dengan tingkat kepuasan, mereka keadaan tersebut. Petugas medis
menyatakan cukup puas dengan modem umumnya dapat menerima
pelayanan yang diberikan. Yang sering keadaan tersebut. Mereka tidak
menjadi keluhan masyarakat adalah memandang dukun sebagai saingan
terasa kurang manjurnya obat-obatan dalam peningkatan kesehatan masya¬
yang diberikan petugas di puskesmas rakat. Dalam struktur masyarakat
pembantu dibandingkan dengan transmigran yang sangat heterogen,
dokter. Hal ini bisa dipahami karena pemanfaatan dukun tidak ditentukan
petugas medis di puskesmas pembantu oleh suku bangsa asal penggunanya.
lebih bertanggung jawab pada jenis- Transmigran yang berasal dari suku
jenis penyakit yang minor sifatnya, Jawa tidak selalu menggunakan dukun
selanjutnya menjadi tanggung jawab yang berasal dari suku yang sama,
dokter. Pada gilirannya beberapa demikian juga dengan masyarakat
keluhan penyakit tertentu tidak bisa lainnya. Keadaan ini dari sisi lain
diatasi di puskesmas pembantu. Pasien sangat menguntungkan, terutama jika
harus datang ke puskesmas induk dikaitkan dengan upaya integrasi pada

57
Tukiran & Parade Made Kutanegara

masvarakat transrrugran. Pemanfaatan mendapat respons dari masyarakat


dukun yang berasal dari suku yang sekitar. Bagi transmigran, kebiasaan
berbeda akan mengakibatkan tercipta- semacam itu bukanlah hal yang aneh
nya interaksi antarsuku sehingga karena di daerah asalnya (Jawa dan
muncul pemahaman antarbudaya Bali) penggunaan kontrasepsi
masvarakat. Oleh karena itu, di daerah semacam itu sudah bersifat umum.
transmigrasi dukun ternyata tidak Walaupun demikian, bukan berarti
hanva berfungsi sebagai penolong masyarakat lokal sama sekali tidak
dalam masalah kesehatan, tetapi juga memiliki alat kontrasepsi tradisional.
sebagai agent of integration dalam Mereka pun kadangkala masih ada
masvarakat tersebut. yang menggunakan akar pohon dan
Berkaitan dengan program KB, rumput serta perhitungan kalender
tampak bahwaketerlibatanmasvarakat lokal sebagai pencegah kehamilan.
dalam program tersebut cukup besar.
Angka prevalensi kontrasepsi di Penutup
daerah ini cukup tinggi yakni di atas 80 Pemanfaatan pelayanan kesehatan
persen. Angka tersebut jauh berada di sangat berkaitan erat dengan penilaian
atas prevalensi nasional yaitu 54,7
penduduk pemakai jasa layanan
persen maupun angka prevalensi tentang kualitas pelayanan yang
Sulawesi Tenggara yang besarnya 46,3 diberikan. Kualitas pelayanan dapat
persen. Dilihat dari jenis kontrasepsi dilihat dari beberapa aspek, antaranya
yang digunakan, tampak ada variasi adalah ketersediaan pilihan, kualitas
antarkelompok masyarakat yang informasi, kemampuan petugas
diteliti. Sebanyak 55 persen dari pelayanan, hubungan antara petugas
penduduk lokal menggunakan suntik, dengan klien, dan mekanisme
sementara penggunaan alat kontrasep¬ pelayanan lanjutan. Ketersediaan
si sterilisasi hanya 4 persen, dan alat pilihan obat-obatan dan jenis metode
kontrasepsi tradisional hanya 2 persen. kontrasepsi menjadi penting artinya
Penggunaan alat kontrasepsi bagi petugas di lapangan dalam
tradisional tampak agak tinggi (18,1 memberikan layanan kepada klien.
persen) pada transmigran umum dan Keterbatasan jenis obat dapat
12 persen pada transmigran lokal. menurunkan minat masyarakat dalam
Sementara itu, penggunaan alat memanfaatkan pusat pelayanan
kontrasepsi pil tampak cukup tinggi kesehatan yang ada. Kualitas informasi
pada transmigran lokal yakni 64 menjadi penting artinya dalam rangka
persen, sedangkan pada transmigran memberikan pemahaman kepada
umum penggunaan AKDR, suntik, dan masyarakat untuk memanfaatkan
pil tampak merata yakni sekitar 25 pelayanan secara baik dan benar.
persen. Pemahaman tentang pengertian sehat,
Masih digunakannya alat sakit, dan pilihan cara pengobatan
kontrasepsi tradisional seperti jamu, menjadi penting karena pengobatan
pijat walik, ramu-ramuan tradisional dengan injeksi/suntik tidak selalu
seperti rumput-rumputan dan akar menjadi pilihan utama. Sejalan dengan
pohon rupa-rupanya masih cukup

58
Pemanfaatan Pelayan Kesehatan & KB

ini maka kemampuan petiigas membatasi gerak para dukun, yang


lapangan pada tingkat puskesmas kadangkala cukup kaku pendiriannya
menjadi penting artinya dalam dalam menangani kesehatan. Pada sisi
memberikan penvuluhan kesehatan lain yang seringkali belum diberikan
kepada masvarakat. oleh petugas pelayanan adalah
Pendekatan kompromis antara mekanisme pelayanan lanjutan untuk
petugas medis dengan dukun jenis-jenis penvakit yang dianggap
merupakan bukti dari kemampuan berbahaya. Kesehatan klien yang telah
petugas dalam menghindari konflik memanfaatkan puskesmas sebagai
menangani masalah kesehatan. pilihanpengobatan dalam beberapa hal
Keputusan untuk membiarkan tidak terpantau karena beberapa hal
penduduk berobat ke dukun sebagai seperti isolasi geografis, transportasi,
alternatif pengobatan dilakukan, dan variasi jenis obat yang terbatas.
asalkan pengobatan secara medis telah Sementara itu, dana bagi petugas medis
dilakukan terlebih dahulu oleh petugas untuk mengunjungi klien tidak
medis di puskesmas sebelum tersedia.
penduduk berobat ke dukun. Cara ini Profil pemanfaatan pelayanan
cukup efektif untuk menghindari kesehatan dan KB ini hanya berlaku di
konflik antara petugas medis dan daerah transmigrasi dalam status
dukun. Dukun merasa masih diberi daerah terpencil. Penelitian sejenis
kebebasan dalam menangani problem- perlu dilaksanakan di daerah
problem kesehatan masyarakat. transmigrasi lainnya agar diperoleh
Sementara itu, penvuluhan tentang gambaran secara menveluruh tentang
pemanfaatan pelayanan kesehatan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan
vang benar terus berjalan dalam rangka KB.

Referensi

Bruce, Judith. 1990. "Fundamental Cleland, J., and W.P. Mauldin. 1987.
elements of the quality of care: a Study of compensation payments and
simple framework", Studies in family planning in Bangladesh: main
Family Planning, 21(2): 61-91. finding and recomendation. Dhaka:
Chamratrithirong, A., et al. 1984. "How World Bank and NIPORT.
family planning availability affects Freedman, R. and B. Berelson. 1976.
contraceptive use: the case of "The record of family planning
Thailand", dalam Ross, et ai, ed., program", Studies in Family
Survey analysis for the guidance of Planning, 7(1): 1-40.
family planning programs. New Gay, Jill. 1980. A literature review of the
York: Center for Population and client/provider interface in maternal
Family Health, Columbia and child health and family planning
University. clinic in Latin America. s.l.:Pan
American Health Organization.

59
Tukircm & Pande Made Kutanegara

Jain, Anrudh K. 1989. "Fertility Ross, Rich M., danJanet P.M. 1989.
reduction and the quality family Management strategies for family
planning services", Studies in planning programs. New York:
Family Planning, 20(1): 1-16. Center for Population and Family
Jain, Anrudh K., Judith Bruce, and Health, Columbia University.
Barbara Menseh. 1993. "Quality Schuler, S.R. et al. 1985. "Barriers to
care in family planning: standard, effective family planning in
ves. Standard, no.", Populi, 20(4): Nepal", Studies in Family Planning,
12-13. 16(5): 260-270.
Kumar, S., Anrundh Jain and J. Bruce. Snodgrass, Donald R. 1979. "The family
1989. Assesing the quality of family planning program as a model for
planning services in developing administrative improvement in
countries. New York: The Indonesia", Ekonomi dan Keuangan
Population Council. Indonesia, 27(2): 237-256.
London, Kathy, A., et al. 1985. "Fertility Vera, Heman. 1993. "The client's view
and family planning survey: an of high-quality care in Santiago,
update", Population Reports, Series Chili", Studies in Family Planning,
M, No. 8, September-October. 24(1): 40-49.
Phillips, James. 1974. "National Wells, Elisa and J. Sherries. 1992.
demographic survey density "Contraceptive services: a client's
findings", makalah pada The choice", Populi, 19(3): 8-9.
International Committe on Applied
Research in Population, The
PopulationCouncil, October, 1974.

60

Anda mungkin juga menyukai