Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE KUADRAT


Analysis of Vegetation By Quadratic Method

Ikke Arina Febriyanti/H712160571, Ananda Firsty Nur Maulida2


Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, Jl. Ahmad Yani No. 117, Surabaya, (031) 8410298
Email : ikkearina20@gmail.com

ABSTRAK
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Praktikum yang berjudul “Analisis Vegetasi Dengan Metode Kuadrat”
dilakukan pada hari Sabtu, 20 Mei 2017 di Gununganyar. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan indeks
diversitas dan nilai penting suatu komunitas. Metode analisa yang dilakukan bersifat kuantitatif, yaitu dengan
menghitung distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), dominansi (abudance), indeks nilai penting,
dan indeks diversitas. Dari hasil praktikum, didapatkan hasil bahwa komunitas yang dianalisis ini merupakan
komunitas kurang stabil karena indeks diversitas (E’) yang didapat kurang dari 1 yaitu sebesar 0,579672.

Kata Kunci : analisis, vegetasi, kuadrat, komunitas, diversitas

PENDAHULUAN menempatkan beberapa petak contoh


Vegetasi merupakan kumpulan untuk mewakili habitat tersebut. Dalam
tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari sampling ini ada tiga hal yang perlu
beberapa jenis yang hidup bersama-sama diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh,
pada suatu tempat. Dalam mekanisme cara peletakan petak contoh dan teknik
kehidupan bersama tersebut terdapat analisa vegetasi yang digunakan (Marsono,
interaksi yang erat, baik diantara sesama 1977).
individu penyusun vegetasi itu sendiri Prinsip penentuan ukuran petak
maupun dengan organisme lainnya adalah petak harus cukup besar agar
sehingga merupakan suatu sistem yang individu jenis yang ada dalam contoh
hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi, dapat mewakili komunitas, tetapi harus
tanah dan iklim berhubungan erat dan pada cukup kecil agar individu yang ada dapat
tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat duplikasi atau pengabaian (Harjosuwarno,
akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1990).
1ain karena berbeda pula faktor Beberapa sifat yang terdapat pada
lingkungannya (Marsono, 1977). individu tumbuhan dalam membentuk
Analisa vegetasi adalah cara populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di
mempelajari susunan (komposisi jenis) analisa akan menolong dalam menentukan
dan bentuk (struktur) vegetasi atau struktur komunitas. Sifat – sifat individu
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk ini dapat dibagi atas dua kelompok besar,
suatu kondisi hutan yang luas, maka dimana dalam analisanya akan
kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya memberikan data yang bersifat
dengan sampling, artinya kita cukup kualitatif dan kuantitatif. Analisa

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 1
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan 5. Pemanjat (Climber) yaitu tumbuhan


(frekuensi), kerapatan (density), atau seperti kayu atau berumput yang tidak
banyaknya (abudance) (Indriyanto, 2010). berdiri sendiri namun merambat atau
Dalam pengambilan contoh memanjat untuk penyokongnya seperti
kuadrat, terdapat empat sifat yang harus kayu atau belukar.
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena 6. Terna (Herb) adalah tumbuhan yang
hal ini akan mempengaruhi data yang merambat ditanah, namun tidak
diperoleh dari sample. Keempat sifat itu menyerupai rumput. Daunnya tidak
adalah (Indriyanto, 2010) : panjang dan lurus, biasanya memiliki
1. Ukuran petak. bunga yang menyolok, tingginya tidak
2. Bentuk petak. lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai
3. Jumlah petak. lembut yang kadang-kadang keras.
4. Cara meletakkan petak di lapangan. 7. Pohon (Tree) adalah umbuhan yang
Jika berbicara mengenai vegetasi, memiliki kayu besar, tinggi dan
tidak bisa terlepas dari komponen memiliki satu batang atau tangkai
penyusun vegetasi itu sendiri dan utama dengan ukuran diameter lebih
komponen tersebutlah yang menjadi fokus dari 20 cm.
dalam pengukuran vegetasi. Komponen Untuk tingkat pohon dapat dibagi
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
vegetasi umumnya terdiri dari (Indriyanto, 1. Semai (Seedling) : Permudaan mulai
2010) : dari kecambah sampai anakan kurang
1. Belukar (Shrub) yaitu tumbuhan yang dari 1.5 m.
memiliki kayu yang cukup besar, dan 2. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter
banyak subtangkai. kurang dari 10 cm.
2. Epifit (Epiphyte) yaitu tumbuhan yang 3. Tiang (Poles) : Pohon muda
hidup dipermukaan tumbuhan lain berdiameter 10 cm sampai kurang dari
(biasanya pohon dan palma). Epifit 20 cm.
mungkin hidup sebagai parasit atau (Kurniawan, 2008)
hemi-parasit. Dalam analisa vegetasi ini terdapat
3. Paku-pakuan (Fern) yaitu tumbuhan banyak ragam metode analisa diantaranya
tanpa bunga atau tangkai, biasanya yaitu: (Wolf dkk, 1990)
memiliki rhizoma seperti akar dan 1. Dengan cara petak tunggal
berkayu, dimana pada rhizoma tersebut 2. Dengan cara petak berganda
keluar tangkai daun. 3. Dengan cara jalur (Transek) dengan
4. Palma (Palm) yaitu tumbuhan yang cara garis berpetak
tangkainya menyerupai kayu, lurus dan 4. Dengan cara-cara tanpa petak
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai Metode kuadrat pada umumnya
daun pertama. Daun lebih panjang dari dilakukan jika hanya vegetasi tingkat
1 meter dan biasanya terbagi dalam pohon saja yang menjadi bahan penelitian.
banyak anak daun. Metode ini mudah dan lebih cepat

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 2
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

digunakan untuk mengetahui komposisi, a. Banyaknya Individu (abudance) dan


dominansi pohon dan menaksir volumenya kerapatan (density)
(Harjosuwarno, 1990). b. Persen penutupan (cover percentage)
Adapun parameter vegetasi yang dan luas bidang dasar (LBD)/Basal
diukur dilapangan secara langsung adalah : area(BA)
(Indriyanto, 2010) c. Volume
1. Nama jenis (lokal atau botanis) d. Indek nilai penting (importance
2. Jumlah individu setiap jenis untuk value-IV)
menghitung kerapatan (Indriyanto, 2010)
3. Penutupan tajuk untuk mengetahui 3. Frekuensi
persentase penutupan vegetasi terhadap Frekuensi merupakan ukuran dari
lahan uniformitas atau regularitas terdapatnya
4. Diameter batang untuk mengetahui luas suatu jenis frekuensi memberikan
bidang dasar dan berguna untuk gambaran bagimana pola penyebaran
menghitung volume pohon. suatu jenis,apakah menyebar keseluruh
5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) kawasan atau kelompok. Hal ini
maupun tinggi bebas cabang (TBC), menunjukan daya penyebaran dan
penting untuk mengetahui stratifikasi adaptasinya terhadap lingkungan (Wolf
dan bersama diameter batang dapat dkk, 1990).
diketahui ditaksir ukuran volume 4. Indek Nilai Penting (Importance Value
pohon. Indeks)
Beberapa rumus yang penting Merupakan gambaran lengkap
diperhatikan dalam menghitung hasil mengenai karakter sosiologi suatu
analisa vegetasi, yaitu : spesies dalam komunitas. Nilainya
1. Kerapatan (Density) diperoleh dari menjumlahkan nilai
Banyaknya (abudance) merupakan kerapatan relatif, dominasi relaif dan
jumlah individu dari satu jenis pohon frekuensi relatif, sehingga jumlah
dan tumbuhan lain yang besarnya dapat maksimalnya 300% (Wolf dkk, 1990).
ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif Analisis vegetasi dapat dilanjutkan
dibedakan menjadi jarang terdapat, untuk menentukan indeks
kadang-kadang terdapat, sering terdapat keanekaragaman, indeks kesamaan, indeks
dan banyak sekali terdapat jumlah asosiasi, dan kesalihan yang dapat banyak
individu yang dinyatakan dalam memberikan informasi dalam pengolahan
persatuan ruang disebut kerapatan dan penilaian suatu kawasan (Indriyanto,
yang umunya dinyatakan sebagai 2010).
jumlah individu (Indriyanto, 2010).
2. Dominasi METODE
Dominasi dapat diartikan sebagai Lokasi Studi
penguasaan dari satu jenis terhadap Praktikum ini dilakukan di lahan
jenis lain, sehingga dominasi dapat kampus UIN Sunan Ampel Surabaya
dinyatakan dalam besaran: daerah Gununganyar, Surabaya dekat

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 3
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Tambaksumur, Waru, Sidoarjo, cumini). Sedangkan dari plot 2, ditemukan


7 20’40.5”S 112 47’12.1”E.
o o
tanaman kangkung (Ipomoea reptans
Poir), turi (Sesbania grandiflora), bunga
Alat dan Bahan liar duri putih, duwet (Syzigium cumini),
Alat dan bahan yang digunakan semangka (Citrullus lanatus), bayam
adalah 2 plot berukuran 1x1 meter untuk berduri (Amaranthus spinosus), rumput
menentukan tempat yang akan dianalisis, daun ungu, waru (Hibiscus tiliaceus), dan
dan meteran (rol meter). beluntas (Pluchea indica). Ada 4 tanaman
yang dapat ditemukan di kedua plot, yaitu
Cara Kerja kangkung, turi, bunga liar duri putih, dan
Langkah pertama yang harus duwet. Tanaman-tanaman yang telah
dilakukan adalah menentukan 2 tempat disebutkan diatas ditemukan dalam jumlah
yang akan di analisis. Pada percobaan ini yang berbeda-beda.
diperlukan 2 plot berukuran 1x1 meter Menurut Latifah (2005), faktor-faktor
yang diletakkan pada tempat berbeda yang yang dapat mempengaruhi jumlah spesies
telah ditentukan sebelumnya. Kemudian di dalam suatu daerah antara lain sebagai
dicatat semua spesies tumbuhan beserta berikut :
jumlah tiap spesies yang ditemukan di 1. Iklim Fluktuasi. Suhu maksimum
tempat tersebut. yang ekstrim, persediaan air, dan
Setelah itu, hasil yang telah didapat sebagainya menimbulkan kemacetan
dimasukkan dalam tabel worksheet ekologis (bottleck) yang membatasi
lapangan dan tabulasi data analisis jumlah spesies yang dapat hidup
vegetasi. Dalam tabel tabuasi data, data secara tetap di suatu daerah.
yang telah didapat dihitung dengan 2. Keragaman Habitat Habitat dengan
menggunakan beberapa rumus yaitu daerah yang beragam dapat
frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), menampung spesies
densitas (N), densitas relatif (NR), yangkeragamannya lebih besar di
dominansi (Dom), dominansi relatif bandingkan habitat yang lebih
(DomR), indeks nilai penting (INP), dan seragam.
indeks diversitas Shannon-Wiener (E’). 3. Ukuran Daerah yang luas dapat
menampung lebih besar spesies
HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan dengan daerah sempit.
Dari hasil percobaan yang telah Beberapa penelitian telah
dilakukan, ditemukan beberapa spesies membuktikan bahwa hubungan antara
dari 2 plot yang berbeda. Dari plot 1, luasdan keragaman spesies secara
ditemukan tanaman kangkung (Ipomoea kasar adalah kuantitatif.
reptans Poir), rumput banto (Leersia Spesies yang ditemukan juga
hexandra Sw.), singkong (Manihot memiliki diameter yang berbeda-beda.
utillissima), kacang koro (Mucuna Dari diameter tersebut, dapat dicari basal
pruriens), turi (Sesbania grandiflora), area setiap spesiesnya. Basal area dapat
bunga liar duri putih, dan duwet (Syzigium

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 4
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

dicari dengan menggunakan rumus Berikut adalah data banyaknya


sebagai berikut : jumlah, ukuran diameter, dan hasil
perhitungan basal area tiap spesies.
BA = r2

Tabel 1. Worksheet Lapangan


No. Plot Spesies N R BA
1. 1&2 Kangkung (Ipomoea reptans Poir) 6 0,25 0,19625
2. 1 Rumput banto (Leersia hexandra Sw.) 73 0,05 0,00785
3. 1 Singkong (Manihot utillissima) 2 1 3,14
4. 1 Kacang Koro (Mucuna pruriens) 3 0,35 0,38465
5. 1&2 Turi (Sesbania grandiflora) 2 0,5 0,785
6. 1&2 Bunga liar duri putih 48 0,4 0,5024
7. 1&2 Duwet (Syzigium cumini) 5 0,5 0,785
8. 2 Semangka (Citrullus lanatus) 1 0,35 0,38465
9. 2 Bayam berduri (Amaranthus spinosus) 1 0,75 1,76625
10. 2 Rumput daun ungu 1 0,2 0,1256
11. 2 Beluntas (Pluchea indica) 1 0,5 0,785
12. 2 Waru (Hibiscus tiliaceus) 4 0,2 0,1256
(Sumber : Pribadi)

Setelah didapat data dalam 4. Densitas relatif (NR)


bentuk tabel seperti diatas, kemudian
dihitung dengan beberapa rumus sebagai 𝑁 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
NR = 𝑁 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% (4)
berikut.
1. Densitas (N)
5. Dominansi relatif (DomR)
 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
N = 𝐽𝑚𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙/𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑙𝑜𝑡 (1) 𝐷𝑜𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
DomR = 𝐷𝑜𝑚 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% (5)

2. Dominansi (Dom)
6. Frekuensi relatif (FR)
 𝑏𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Dom = (2) 𝐹 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 FR = 𝐹 𝑥 100% (6)
𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠

3. Frekuensi (F)
Dengan menggunakan rumurs-
 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎 rumus diatas, dihitung satu persatu
F= (3) kemudian dimasukkan ke dalam tabel
 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡
tabulasi data analisis vegetasi.

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 5
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Tabel 2. Tabulasi Data Analisis Vegetasi


NR FR DomR
No. Spesies n ∑BA N F Dom INP E’
(%) (%) (%)
1. Kangkung 6 1,1775 3 4,08 1 12,5 0,58825 2,77 19,35 0,0556
2. Rumput banto 73 0,57305 36,5 49,65 0,5 6,25 0,286525 1,35 57,25 0,147
3. Singkong 2 6,28 1 1,36 0,5 6,25 3,14 14,8 22,41 0,02
4. Kacang koro 3 1,15395 1,5 2,04 0,5 6,25 0,576975 2,72 11,01 0,0338
5. Turi 2 1,57 1 1,36 1 12,5 0,785 3,70 17,56 0,02
6. Bunga liar duri 48 24,1152 24 32,65 1 12,5 12,0576 56,93 102,08 0,1568
putih
7. Duwet 5 3,925 2,5 3,4 1 12,5 1,9625 9,26 25,16 0,0456
8. Semangka 1 0,38465 0,5 0,68 0,5 6,25 0,192325 0,9 7,83 0,014688
9. Bayam berduri 1 1,76625 0,5 0,68 0,5 6,25 0,883125 4,16 11,09 0,014688
10. Rumput daun 1 0,1256 0,5 0,68 0,5 6,25 0,0628 0,29 7,22 0,014688
ungu
11. Beluntas 1 0,785 0,5 0,68 0,5 6,25 0,3925 1,85 8,78 0,014688
12. Waru 4 0,5024 2 2,72 0,5 6,25 0,2512 1,18 10,15 0,04212
 147 - 73,5 99,98 8 100 21,1793 99,91 299,89 0,579672
(Sumber : Pribadi)

Dari hasil penrhitungan diatas, menunjukkan bahwa kedua tanaman


didapatkan bahwa Frekuensi Relatif tersebut yang paling mendominasi di
(FR) terbesar adalah kangkung (Ipomoea daerah tersebut dibandingkan tanaman
reptans Poir), turi (Sesbania yang lain, dimana bunga liar duri putih
grandiflora), bunga liar duri putih, dan adalah yang paling mendominasi.
duwet (Syzigium cumini) dengan FR Nilai INP (indeks nilai penting)
sebesar 12,5 %. Nilai ini menunjukkan dapat dihitung dengan menjumlah
bahwa keempat tanaman tersebut frekuensi relatif (FR), dominansi relatif
memiliki kehadiran yang tinggi di tiap (DomR) dan densitas relatif (NR) adalah
plot dibandingkan dengan spesies sebesar 299,89 %. Indeks nilai penting
lainnya dimana keempat tanaman menunjukkan kepentingan suatu jenis
tersebut ditemukan di kedua plot. tumbuhan serta peranannya dalam
Densitas Relatif (NR) terbesar komunitas (Jumin, 1992).
ada pada rumput banto dengan NR Yang terakhir, yaitu menghitung
sebesar 49,65 diikuti bunga liar duri indeks diversitas. Indeks diversitas atau
putih dengan NR sebesar 32,65. Nilai ini indeks keragaman dapat digunakan
menunjukkan bahwa rumput banto dan untuk menyatakan hubungan kelimpahan
bunga liar duri putih memiliki kerapatan spesies dalam komunitas.
yang tinggi bila dibandingkan dengan Keanekaragaman spesies terdiri dari 2
spesies lainnya. komponen, yaitu : (Jumin, 1992)
Sedangkan Dominansi Relatif 1. Jumlah spesies dalam komunitas
(DomR) terbesar ada pada bunga liar yang sering disebut kekayaan
duri putih dengan DomR sebesar spesies.
12,0576 diikuti tanaman singkong 2. Kesamaan spesies. Kesamaan
dengan DomR sebesar 3,14. Nilai ini menunjukkan bagaimana

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 6
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

kelimpahan spesies tersebar diantara KESIMPULAN


banyak spesies. Dari percobaan yang telah
Indeks diversitas yang digunakan dilakukan, dapat diambil kesimpulan
adalah indeks Shannon-Wiener, yang bahwa komunitas yang dianalisis ini
dapat dipergunakan untuk merupakan komunitas kurang stabil
membandingkan kestabilan lingkungan karena indeks diversitas (E’) yang
dari suatu lingkungan dari suatu didapat kurang dari 1 yaitu sebesar
ekosistem. Indeks diversitas Shannon- 0,579672.
Wiener memiliki rumus sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
E’ = -  (pi log pi) (7) Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar
Ekologi Tumbuhan. Fakultas
Semakin tinggi nilai E’, maka Biologi UGM : Yogyakarta.
komunitas vegetasi tersebut semakin Indriyano. 2010. Ekologi Hutan.
tinggi tingkat kestabilannya. Suatu Penerbit Bumi Aksara: Bandar
komunitas yang memiliki nilai E’ < 1 Lampung.
dikatakan komunitas kurang stabil, jika
Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman.
nilai E’ antara 1-2 dikatakan komunitas
Rajawali Press: Jakarta.
stabil, dan jika nilai E’ > 2 dikatakan
komunitas sangat stabil (Kent dan Kent, M. dan C. Paddy. 1992. Vegetation
Paddy, 1992). Description and Analysis – A
Bentuk kehidupan dari spesies Practical Approach. CRC Press
tumbuhan biasanya memiliki Inc: Boca Raton, Florida.
karakteristik yang tetap. Namun spesies
yang sama dapat menerima bentuk Kurniawan, A. 2008. Asosiasi Jenis-jenis
kehidupan yang berbeda ketika tumbuh Pohon Dominan di Hutan
dibawah kondisi lingkungan yang Dataran Rendah Cagar Alam
berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan Tangkoko, Bitung, Sulawesi
kedalam struktur tanpa menunjuk pada Utara. Jurusan Biologi FMIPA
nama spesies. Ini telah dibuktikan UNS: Surakarta.
terutama dalam floristik lokasi yang
Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi
belum dijamah, dan dalam lokasi dimana
Hutan Alam. USU Reository:
vegetasi tidak dapat diklasifikasikan
Sumatera Utara.
dengan mudah dengan spesies yang
dominan. Ketinggian tumbuhan Marsono, D. 1977. Konservasi
digunakan sebagai kriteria dalam Sumberdaya Alam dan
klasifikasi bentuk kehidupan. Walaupun, Lingkungan Hidup. BIGRAF
berbagai bentuk kehidupan dapat Publishing: Yogyakarta.
memberikan pemikiran khusus dari
stratifikasi atau pelapisan dalam Wolf, Larry dan S.J. McNaughton. 1990.
komunitas (Jumin, 1992). Ekologi Umum. UGM Press:

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 7
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Jogjakarta.

LAMPIRAN

Gambar 1. Rumput banto (Leersia hexandra Sw.) Gambar 2. Singkong (Manihot utillissima)
(Sumber : Pribadi) (Sumber : Pribadi)

Gambar 3. Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Gambar 4. Kacang koro (Mucuna pruriens)
(Sumber : Pribadi) (Sumber : Pribadi)

Gambar 5. Turi (Sesbania grandiflora) Gambar 6. Bunga liar duri putih


(Sumber : Pribadi) (Sumber : Pribadi

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 8
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

Gambar 7. Duwet (Syzigium cumini) Gambar 8. Bayam berduri (Amaranthus spinosus)


(Sumber : Pribadi) (Sumber : Pribadi)

Gambar 9. Semangka (Citrullus lanatus) Gambar 10. Beluntas (Pluchea indica)


(Sumber : Pribadi) (Sumber : Pribadi)

Gambar 11. Waru (Hibiscus tiliaceus) Gambar 12. Rumput daun ungu
(Sumber : Pribadi) (Sumber : Pribadi)

Ikke Arina Febriyanti dan Ananda Firsty Nur Maulida, Analisis Vegetasi Dengan 9

Anda mungkin juga menyukai