Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan pertimbangan meningkatkan penanaman modal pada kawasan


ekonomi khusus yang dapat menunjang pengembangan ekonomi nasional dan
pengembangan ekonomi di wilayah tertentu serta untuk meningkatkan penyerapan
tenaga kerja, dipandang perlu memberikan fasilitas dan kemudahan di kawasan
ekonomi khusus berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, lalu lintas barang,
ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan, serta perizinan dan non perizinan.

Pembangunan infrastruktur ke seluruh pelosok negeri yang terus digalakkan


pemerintah kian menjadi pertimbangan bagi banyak investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia. Pasalnya pembangunan tersebut diproyeksikan akan
mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya.
Tidak hanya itu, pembangunan infrastruktur tersebut juga bertujuan untuk
meningkatkan daya beli masyarakat .

Dengan begitu diharapkan investor tidak perlu ragu menanamkan modalnya


di wilayah tertentu yang dianggap kurang mempunyai potensi dalam
pengembangan bisnisnya termasuk di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Pemerintah memberikan sejumlah fasilitas untuk pera pelaku usaha dan industri
diantaranya dengan memberlakukan insentif pajak, kepabeanan dan cukai.
B. Landasan Teori
a) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. hal


ini disebabkan karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk
menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan
pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor,
dan pemerataan pembebanan pajak.

b) Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas Dan
Kemudahan Di Kawasan Ekonomi Khusus

c) Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Resmi (2011: 5) pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan
pajak tidak langsung, artinya pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dialihkan kepada orang lain atau pihak ketiga. pihak-pihak yang
mempunyai kewajiban memungut, menyetor, dan melaporkan PPN terdiri
:
a. Pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang
kena pajak/jasa kena pajak didalam daerah pabean dan melakukan
ekspor barang kena pajak berwujud/barang kena pajak tidak
berwujud/jasa kena pajak
b. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusa
kena pajak (PKP).
2. Objek Pajak Pertambahan Nilai
Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) selalu mengalami perubahan
seiring dengan diberlakukannya UU baru. UU No. 42 Tahun 2009 yang
berlaku mulai 1 April 2010. PPN dikenakan atas :
1. Penyerahan BKP didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.
2. Impor BKP.
3. Penyerahan JKP didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean didalam
Daerah Pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
6. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP.
7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP.
8. Ekspor JKP oleh PKP.

d) Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah jumlah harga jual atau
penggantian atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan
dengan keputusan menteri keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang.
Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung
pajak yang terutang yaitu :

1. Harga Jual (DPP untuk BKP) adalah nilai berupa uang, termasuk semua
biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena
penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian (DPP untuk penyerahan (JKP) adalah nilia berupa uang
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak
yang dipungut menurut UU dan potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak.

3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan
bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor
Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang
dipungut menurut UU PPN dan PPnBM. Nilai Impor yang menjadi dasar
DPP adalah harga patokan impor atau Cost Insurance and Freight (CIF)
sebagai dasar perhitungan bea masuk ditambah dengan semua biaya dan
pungutan lain menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Pabean.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau yang seharusnya diminta oleh eksportir.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Alasan memilih judul

Alasan saya memilih judul “ Pajak Pertambahan Nilai atas Kawasan Ekonomi
Khusus” karena saya melihat pada era sekarang ini pemasukan keuangan maupun devisa
Negara terus mengalami peningkatan dari tahun - tahun sebelumnya, sektor perpajakan
menjadi penyumbang pemasukan Negara yang paling besar daripada sektor lain. Dari
Kawasan Ekonomi Khusus sendiri diharapkan dapat menarik investor dari penjuru dunia
untuk menanamkan modalnya di Indonesia dengan melalui KEK. Kawasan Ekonomi
Khusus diharapkan dapat meningkatkan pendapatan Negara melalui fasilitas atau insentif
pajak yang disediakan pemerintah untuk para pelaku usaha. Dalam rangka mempercepat
pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal
melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan ekonomi dan geostrategis.
Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor
dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK
bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan
pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata dan
perdagangan sehingga dapat meningkatkan lapangan pekerjaan.

2. Pembahasan

Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan Ekonomi Khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009


yang diundangkan pada 14 Oktober 2009. Dalam pasal 1 angka 1 dirumuskan bahwa
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Penjelasan bagian umum UU Nomor 39 Tahun 2009 antara lain menegaskan bahwa
dalam KEK disediakan lokasi bagi usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) agar dapat
mendorong terjadinya keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan perusahaan besar, baik
sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung pelaku usaha lain. Pengembangan KEK
bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan
pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata,
dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan kerja. KEK terdiri atas satu atau
beberapa zona, antara lain zona pengolahan ekspor, logistic, industri, pengembangan
teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan
untuk dalam negeri. Dengan mulai berlakunya UU Nomor 39 Tahun 2009 diharapkan :

a. Terdapat satu kesatuan pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi


yang ada di Indonesia dengan memberi kesempatan kepada Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk diusulkan menjadi KEK
b. Tidak terjadi lagi pembentukan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas

Adapun PPN atau PPN dan PPnBM dapat dirinci sebagai berikut :
a) Atas impor BKP dan penyerahan BKP dari tempat lain ke daerah Pabean
memperoleh fasilitas berupa PPN dan PPnBM tidak dipungut.
b) Penyerahan BKP dari KEK ke tempat lain dalam daerah Pabean sepanjang bukan
kepada pihak yang memperoleh fasilitas, dikenai PPN atau PPN dan PPnBM
tanpa fasilitas.
c) BKP asal impor yang dikeluarkan dari KEK dengan tujuan impor untuk dipakai
sepanjang bukan pengeluaran yang ditujukan kepada pihak yang memperoleh
fasilitas PPN, dikenai PPN atau PPNB dan PPnBM.
d) BKP yang dikeluarkan dari KEK untuk tujuan ekspor dikenai PPN atas ekspor
BKP.
Dasar Hukum KEK

Dasar hukum KEK adalah

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4724);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan KEK
8. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Dewan
Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus.
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Dewan
Nasional Kawasan Ekonomi Khusus
11. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Dewan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus, No PER-06/M.EKON/08/2010 tentang tata tertib
persidangan dan tata cara pengembilan keputusan dewan Nasional kawasan Ekonomi
Khusus
12. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Dewan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus, NOMOR : PER-07/M.EKON/08/2010 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Sekretariatdewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus
13. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Dewan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus Nomor: Kep-10/M.Ekon/03/2011 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Dewan Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus Nomor: Kep-40/M.Ekon/Os/2010 Tentang Tim Pelaksana
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus.
Fasilitas Dan Kemudahan Di KEK

A. Badan Usaha dan Pelaku Usaha diberikan fasilitas perpajakan, kepabeanan, dan cukai
berupa:
1. Pajak Penghasilan;
2. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah; dan/atau
3. kepabeanan dan/atau cukai.

B. Fasilitas dan kemudahan yang diberikan bagi Badan Usaha serta Pelaku Usaha di KEK
meliputi:
1. perpajakan, kepabeanan, dan cukai;
2. lalu lintas barang;
3. ketenagakerjaan;
4. keimigrasian;
5. pertanahan; dan
6. perizinan dan nonperizinan.

C. Untuk mendapatkan fasilitas Badan Usaha harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. memiliki penetapan sebagai Badan Usaha untuk membangun dan/atau mengelola
KEK dari Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota atau
Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan
kewenangannya;
2. memiliki perjanjian pembangunan dan/atau pengelolaan KEK antara Badan Usaha
dengan Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota, atau
Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan
kewenangannya; dan
3. membuat batas tertentu areal kegiatan KEK.
D. Untuk mendapatkan fasilitas, Pelaku Usaha harus memenuhi syarat umum sebagai
berikut:
1. merupakan Wajib Pajak badan dalam negeri; dan
2. telah mendapatkan Izin Prinsip Penanaman Modal dari Administrator KEK.

Pajak Penghasilan dalam kegiatan usaha di KEK

1. Kepada Wajib Pajak badan baru yang melakukan penanaman modal baru dengan
rencana penanaman modal baru lebih dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun
rupiah) dan bidang usahanya merupakan rantai produksi Kegiatan Utama di KEK
diberikan fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan untuk jangka waktu
paling kurang 10 (sepuluh) tahun dan paling lama 25 (dua puluh lima) tahun sejak
produksi komersial dan telah merealisasikan nilai penanaman modal.
2. Kepada Wajib Pajak badan baru yang melakukan penanaman modal baru dengan
rencana penanaman modal baru paling sedikit sebesar Rp500.000.000,00 (lima
ratus miliar rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah)
dan bidang usahanya merupakan rantai produksi Kegiatan Utama di KEK
diberikan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan untuk jangka waktu
paling kurang 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun sejak produksi
komersial dan telah merealisasikan nilai penanaman modal.
3. Kepada Wajib Pajak badan baru yang melakukan penanaman modal baru dengan
rencana penanaman modal baru kurang dari Rp500.000.000,00 (lima ratus miliar
rupiah); bidang usaha beserta rantai produksinya merupakan Kegiatan Utama; dan
berlokasi pada KEK yang ditentukan oleh Dewan Nasional, dapat diberikan
fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan untuk jangka waktu paling kurang
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun sejak produksi komersial dan
telah merealisasikan nilai penanaman modal.
4. Besaran pengurangan Pajak Penghasilan badan sebagaimana dimaksud pada
nomor (1) dan (2) diberikan paling rendah 20% (dua puluh persen) dan paling
tinggi 100% (seratus persen) dari jumlah Pajak Penghasilan badan yang terutang.
5. Lamanya waktu pengurangan Pajak Penghasilan badan sebagaimana dimaksud
pada nomor (1) atau (2) dan besaran pengurangan Pajak Penghasilan badan
sebagaimana dimaksud pada nomor (3) ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Keuangan Negara setelah
mempertimbangkan usulan Wajib Pajak badan baru.

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memperoleh
fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari kegiatan usaha
yang memperoleh fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan, tidak
dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak selama periode pemberian
fasilitas pembebasan Pajak Penghasilan badan yang pelaksanaannya diatur
dengan atau berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara; dan
2. Wajib Pajak yang memperoleh fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan
badan, tetap melaksanakan kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak
kepada pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
perpajakan.

Fasilitas / insentif di KEK


Menurut PP 2/2011, pasal 9, menyatakan bahwa pemerintah provinsi dan atau pemerintah
kabupaten / kota, paling sedikit memberikan dukungan dalam bentuk :
a) Komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak
daerah dan restribusi daerah serta kemudahan lainnya
b) Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas dan kemudahan

Fasilitas atau insentif yang diberikan bagi perusahaan dalam wilayah KEK adalah :
1. fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) dan tambahan fasilitas PPh sesuai dengan
karakteristik Zona (UU 39/2009, pasal 30)
2. Fasilitas perpajakan dalam waktu tertentu kepada penanam modal berupa
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (UU 39/2009, pasal 31)
3. Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa: (a) penangguhan bea masuk;
(b) pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau bahan
penolong produksi; (c) tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk
barang kena pajak; dan (d) tidak dipungut PPh impor. (UU 39/2009, pasal 32)
4. Penyerahan barang kena pajak dari tempat lain di dalam daerah pabean ke KEK dapat
diberikan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Penyerahan barang kena pajak dari KEK ke tempat lain di
dalam daerah pabean sepanjang tidak ditujukan kepada pihak yang mendapatkan
fasilitas PPN dikenakan PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (UU 39/2009, pasal 31)
5. Setiap wajib pajak yang melakukan usaha di KEK diberikan insentif berupa
pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain insentif pajak daerah dan retribusi
daerah, pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan lain.(UU 39/2009, pasal
35)
6. Di KEK diberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan (UU 39/2009, pasal 36)
7. Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan usaha, kegiatan
usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhan, dan keimigrasian bagi orang asing
pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas keamanan (UU 39/2009, pasal 38)

a) Pemasukan barang kepada Pelaku Usaha di KEK berasal dari:


1. luar Daerah Pabean;
2. Pelaku Usaha lain dalam satu KEK;
3. Pelaku Usaha pada KEK lainnya;
4. Tempat Penimbunan Berikat diluar KEK;
5. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas; dan/atau
6. TLDDP.
b) Pemasukan barang yang dilakukan oleh Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan
usaha di KEK dari luar daerah pabean diberikan fasilitas berupa:
1. penangguhan bea masuk;
2. pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau bahan
penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena
cukai; dan/atau
3. tidak dipungut Pajak Dalam Rangka Impor.

c) Pemasukan barang yang berasal dari impor oleh Pelaku Usaha di KEK dari lokasi
diberikan fasilitas berupa:
1. penangguhan bea masuk;
2. pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau bahan
penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena
cukai; dan/atau
3. tidak dipungut Pajak Dalam Rangka Impor.

d) Pemasukan barang oleh Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha di KEK
dari lokasi diberikan fasilitas berupa:
1. pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau
bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan
barang kena cukai;
2. tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

e) Barang sebagaimana dimaksud pada huruf (b), (c), dan (d) meliputi:
1. barang dan bahan untuk diolah, dirakit dan/atau dipasang pada barang lain;
2. barang yang diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan,
penyortiran, pengepakan, penggabungan, pendistribusian, perbaikan, dan
perekondisian permesinan.
3. barang modal termasuk peralatan untuk pembangunan/konstruksi yang
digunakan untuk proses produksi; dan/atau
4. barang atau bahan untuk pembangunan/konstruksi yang digunakan untuk
proses produksi.

Peta sebaran Kawasan Ekonomi Khusus


Contoh Kasus

PT. ALAM JATI SEJAHTERA merupakan badan usaha yang memproduksi barang
furniture yang sudah memiliki omset 10 miliar per tahun. Lalu PT. SOJU SEJAHTERA
mendapat pesanan berupa almari dengan harga 10 juta per unit dari konsumen yang
berasal dari luar daerah KEK. Lantaran PPnBM yang telah dibayar atas BKP tersebut
tidak bisa dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 dapat ditambahkan ke
harga BKP yang dihasilkan oleh PT. ALAM JATI SEJAHTERA atau dibebankan sebagai
biaya.

Jika PT. ALAM JATI SEJAHTERA menjual BKP yang dihasilkannya, maka
penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang adalah:

Dasar Pengenaan Pajak = Rp 10.000.000

PPN = 10% x Rp 10.000.000 = Rp 1.000.000

PPnBM = 20% x Rp 10.000.000 = Rp 2.000.000

Bea Masuk = Rp 10.000.000 x 0% = Rp 0

PPN sebesar Rp 1.000.000 yang dibayar merupakan pajak masukan bagi PT ALAM JATI
SEJAHTERA dan PPN sebesar Rp 1.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PT
ALAM JATI SEJAHTERA. Sementara PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat
dikreditkan. Begitu juga dengan PPnBM sebesar Rp2.000.000 yang tidak dapat
dikreditkan oleh konsumen.
Kesimpulan

Kawasan Ekonomi Khusus dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri,


ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai
model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain
industri, pariwisata dan perdagangan sehingga dapat meningkatkan lapangan pekerjaan.
Pemerintah memberikan segala fasilitas atau insentif pajak kepada para pelaku pajak
termasuk investor, pada dasarnya pemerintah memberikan keringanan pajak dan berbagai
kemudahan untuk para investor dalam menanamkan modalnya di KEK. Atas impor BKP
dan penyerahan BKP dari tempat lain ke daerah Pabean memperoleh fasilitas berupa PPN
dan PPnBM tidak dipungut. Penyerahan BKP dari KEK ke tempat lain dalam daerah
Pabean sepanjang bukan kepada pihak yang memperoleh fasilitas, dikenai PPN atau PPN
dan PPnBM tanpa fasilitas. BKP asal impor yang dikeluarkan dari KEK dengan tujuan
impor untuk dipakai sepanjang bukan pengeluaran yang ditujukan kepada pihak yang
memperoleh fasilitas PPN, dikenai PPN atau PPNB dan PPnBM. BKP yang dikeluarkan
dari KEK untuk tujuan ekspor dikenai PPN atas ekspor BKP.
Daftar Pustaka

http://kek.go.id/kek-indonesia

https://mucglobal.com/sharefile/Edisi_02_indonesia.pdf

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/pengampunan-pajak-
perusahaan-cangkang-dan-kawasan-ekonomi-khusus/

http://barensmaramis.blogspot.com/

http://kek.go.id/berita/2017/07/Rencana-Investasi-Refinery-dan-Petrokimia-di-KEK-
Tanjung-Api-Api

http://kek.go.id/fasilitas-dan-insentif

Anda mungkin juga menyukai