Anda di halaman 1dari 4

Fenomena aktualisasi nilai nilai demokrasi dilihat dari ajaran islam ;

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, dalam konteks berbangsa dan bernegara, tujuan pokoknya tidak
lain adalah menyelenggarakan kebaikan dan mencegah keburukan dengan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
dasar kemanusiaan.
Nilai- nilai demokrasi yang bisa digali dari sumber islam yang konpantibel dengan nilai-nilai demokrasi seperti
dikemukakan oleh Huwaydi dan Muhammad Dhiya al-din Rais adalah;

1. Keadilan dan musyawarah


Keadilan berarti kesejahtraan umum, musyawarah ialah hasil dari kesepakatan bersama. Maka dari musyawarah
akan tercipta rasa keadilan.
Keadilan merupakan sunnatullah dimana allah menciptakan alam semesta ini dengan prinsip keadilan dan
keseimbangan.

2. Kekuasaan dipegang oleh rakyat


Dimana kekuasaan sepenuhnya di pegang penuh oleh rakyat
Kedaulatan rakyat mengandung arti, bahwa yang terbaik dalam masyarakat ialah yang dianggap baik oleh semua
orang yang merupakan rakyat. Pengertian kedaulatan itu sendiri adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat
undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara yang tersedia. Oleh karena itu, kedaulatan rakyat
membawa konsekuensi, bahwa rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

3. Kebebasan adalah hak penuh bagi semua warga negara


Yaitu kebebasan berekspresi , kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat, kebebasan beragama, kebebasan
bermusyawarah, kebebasan berpindah tempat.

4. Persamaan di antara sesama manusia khususnya persamaan di depan hukum


Manusia dalam islam dipandang sama. Manusia dilahirkan menurut fitrahnya sesuai dengan keputusan Allah. Dan
dalam hukum manusia memiliki hak yang sama. Tidak ada hak yang istimewa didalam hukum. Tidak ada
diskriminasi dalam hukum. Semua orang harus diberlakukan sama atas dasar kebenaran bukan atas dasar suka atau
benci, kaya atau miskin; kekuasaan atau perbudakan. Seorang hakim harus memperlakukan sama semua orang
tan[pa memandang agama, ras, kelompok, keluarga, dll.oleh karena itu semua manusia berhak atas keadilan tanpa
memandang apapun.dinyatajan dalam QS. AL_Maaidah:8.

5. Keadilan untuk kelompok minoritas


kelompok minoritas adalah pengakuan atas martabat dan persamaan dari setiap individu, yang meningkatkan
pembangunan partisipatoris, dan karena itu memberikan sumbangan untuk mengurangi ketegangan antara
kelompok-kelompok dan individu-invidivu dan ini merupakan faktor utama yang menentukan stabilitas dan
perdamaian.

6. Undang undang diatas segalanya


Segala perbuatan, hukum, hak dan kewajiban diatur oleh undang undang. Undang undang disini merupakan
pedoman negara.

7. Pertanggung jawaban penguasa kepada rakyat


Dalam hal ini, Islam memiliki pandangan berbeda dengan demokrasi. Rasulullah saw. banyak memberikan
penjelasan bahwa rakyat dipilih dari rakyat dan oleh rakyat. Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib dan generasi sesudahnya dipilih sebagai khalifah oleh rakyat, baik secara langsung ataupun
melalui perwakilan. Kekuasaan milik rakyat diserahkan kepadanya. Penguasa dipilih bukan untuk menerapkan
kehendak rakyat, melainkan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi rakyat.
Dimana Fenomena aktualisasi nya adalah kesepakatan Piagam Madinah yang lahir dari ruang kebebasan dan
persamaan serta penghormatan hak hak azasi manusia.
Jelaskan fenomena aktualisasi nilai-nilai demokerasi dan HAM menurut ajaran
islam?

Konsepsi demokerasi dan HAM bukanlah hal yang asing dalam tradisi pemikiran Islam.
Sejak era kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, praktek-praktek berkehidupan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan HAM telah menjadi bagian hidup yang tak
terpisahkan. Hal semacam itu tidak terlepas dari hakikat kehadiran Nabi Muhammad ke
dunia ini sebagai karunia seluruh alam. Tata cara hidup masyarakat Arab pra-Islam yang
barbar (Jahilliyah) dan dibumbui pertikaian dan amarah saling membunuh, perlahan-
lahan diletakan dalam satu bingkai tata nilai yang menghormati hak sesama manusia.
Pula apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam Piagam Madinah memberikan
petunjuk bagi umat Islam di kemudian hari dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat. Adapun nilai-nilai demokrasi dan HAM yang sejalan dengan prinsip-
prinsi Agama Islam adalah:

Keadilan
Secara terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari
segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah
dan tidak berbeda satu sama lain. Gagasan dan perintah tentang pentingnya
menjunjung tinggi keadilan tersebar di banyak tempat dalam Al-Quran.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (Q.S An Nahl: 90)

Musyawarah
Kata musyawarah berakar pada kata Syûrâ bermakna mengambi dan mengeluarkan
pendapat yang terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang
lain. Proses pertukaran gagasan tersebut tentunya dilakukan dalam kerangka
penyelesaian masyalah dalam perspektif kebaikan. Konsep musyawarah dalam tradisi
Islam, bahkan, tidak hanya didorong dalam kehidupan bermsyarakat dan bernegara,
namun hingga tata kehidupan rumah tanggga. Hal itu menunjukan bahwa keutamaan
musyawarah begitu penting dalam tradisi berkehidupan.

“Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas
dasar kerelaan dan permusyawarahan antara mereka. Maka tidak ada dosa atas
keduanya”. (QS. Al-Baqarah: 233)

Persamaan Hak di Hadapan Hukum


Dalam tradisi demokerasi modern tidak dibedakan terhadap siapa pun manusi yang
melakukan pelanggaran hukum, maka dia akan mendapatkan ganjaran sesuai
perbuatan. Hal semacam itu adalah kaidah umum dalam kehidupan masyarakat Islam.
Sebab, setiap manusia pada dasarnya sama derajatnya di hadapan Allah SWT; hanya
amal perbuatan yang membedakan satu dengan lainnya.

Jaminan Hak Pribadi


Islam menjunjung tinggi adanya privasi antara satu orang dengan orang yang lain. Tidak
dibenarkan orang yang tidak berhak untuk menerobos hak-hak individu sesama
manusia. Hal semacam itu dapat menimbulkan persolaan dan konflik besar di dunia; dan
kemarahan dari Allah SWT.

Jaminan pertama hak-hak pribadi dalam sejarah umat manusia adalah dijelaskan Al-
Qur’an:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya... dst." (QS.
24: 27-28)

Hak Pemilikan

Islam menjamin hak milik yang sah dan mengharamkan segala daya upaya untuk
memperoleh harta melalui jalan yang keliru. Baik korupsi, mencuri, merampok, maupun
menipu.
"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu
dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu
dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal
kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188).

Hak Hidup dan Larangan Membunuh

Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan. Apalagi


dilakukan dengan sewenang-wenang dan tanpa dasar yang jelas.
“…….barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka
seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya….” (QS 5:32)

Hak Kebebasan Beragama

Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci
adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu
hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).

Begitupula Islam memerintahkan agar selalu menghormati keyakinan tiap orang, karena
hanya Allah SWT yang memiliki kewenangan absolut untuk menjatuhkan penilaian
maupun hukuman. "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256).

Anda mungkin juga menyukai