Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, dalam konteks berbangsa dan bernegara, tujuan pokoknya tidak
lain adalah menyelenggarakan kebaikan dan mencegah keburukan dengan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
dasar kemanusiaan.
Nilai- nilai demokrasi yang bisa digali dari sumber islam yang konpantibel dengan nilai-nilai demokrasi seperti
dikemukakan oleh Huwaydi dan Muhammad Dhiya al-din Rais adalah;
Konsepsi demokerasi dan HAM bukanlah hal yang asing dalam tradisi pemikiran Islam.
Sejak era kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, praktek-praktek berkehidupan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan HAM telah menjadi bagian hidup yang tak
terpisahkan. Hal semacam itu tidak terlepas dari hakikat kehadiran Nabi Muhammad ke
dunia ini sebagai karunia seluruh alam. Tata cara hidup masyarakat Arab pra-Islam yang
barbar (Jahilliyah) dan dibumbui pertikaian dan amarah saling membunuh, perlahan-
lahan diletakan dalam satu bingkai tata nilai yang menghormati hak sesama manusia.
Pula apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam Piagam Madinah memberikan
petunjuk bagi umat Islam di kemudian hari dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat. Adapun nilai-nilai demokrasi dan HAM yang sejalan dengan prinsip-
prinsi Agama Islam adalah:
Keadilan
Secara terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari
segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah
dan tidak berbeda satu sama lain. Gagasan dan perintah tentang pentingnya
menjunjung tinggi keadilan tersebar di banyak tempat dalam Al-Quran.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (Q.S An Nahl: 90)
Musyawarah
Kata musyawarah berakar pada kata Syûrâ bermakna mengambi dan mengeluarkan
pendapat yang terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang
lain. Proses pertukaran gagasan tersebut tentunya dilakukan dalam kerangka
penyelesaian masyalah dalam perspektif kebaikan. Konsep musyawarah dalam tradisi
Islam, bahkan, tidak hanya didorong dalam kehidupan bermsyarakat dan bernegara,
namun hingga tata kehidupan rumah tanggga. Hal itu menunjukan bahwa keutamaan
musyawarah begitu penting dalam tradisi berkehidupan.
“Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas
dasar kerelaan dan permusyawarahan antara mereka. Maka tidak ada dosa atas
keduanya”. (QS. Al-Baqarah: 233)
Jaminan pertama hak-hak pribadi dalam sejarah umat manusia adalah dijelaskan Al-
Qur’an:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya... dst." (QS.
24: 27-28)
Hak Pemilikan
Islam menjamin hak milik yang sah dan mengharamkan segala daya upaya untuk
memperoleh harta melalui jalan yang keliru. Baik korupsi, mencuri, merampok, maupun
menipu.
"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu
dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu
dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal
kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188).
Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci
adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu
hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).
Begitupula Islam memerintahkan agar selalu menghormati keyakinan tiap orang, karena
hanya Allah SWT yang memiliki kewenangan absolut untuk menjatuhkan penilaian
maupun hukuman. "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256).