Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
NPM : 0806316165
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 10 Juli 2013
iii
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan
rahmat -Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan
karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, saya merasa sangat
terbantu oleh banyak pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
(1) Ibu Henny Permatasari,.S.Kp., M.Kep., Sp,Kom, selaku Dosen
Pembimbing saya yang selalu memberikan bimbingan dengan sabar dan
cermat
(2) Ibu Poppy Fitriyani, M.Kep., Sp.Kom., selaku Koordinator Peminatan
PKKMP Komunitas
(3) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;
(4) Ibu Kuntarti S.Kp., M. Biomed, sebagai kepala program studi S1
(5) Keluarga saya, terutama ayah dan ibu serta adik-adik yang selalu dengan
sabar memberikan dukungan baik moril maupun materiil, dan selalu
menjadi sumber semangat saya dalam menjalani proses ini
(6) Teman-teman kelompok peminatan komunitas aggregat dewasa Christin,
Amir, Ayu, Kurni, dan Putri, terimakasih atas kerjasama dan
kekompakannya.
(7) Teman-teman kelompok PKKMP Komunitas Pioneer Perkesmas yang
selalu saling menguatkan
(8) Seluruh teman-teman seperjuangan FIK UI reguler 2008, senang bisa
melewati semua perjuangan ini bersama kalian.
Akhir kata, saya berharap karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa manfaat
positif bagi banyak pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.
iv
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2013
Yang menyatakan
Kata kunci :
Asuhan keperawatan Keluarga, DM, Manajemen Diet DM
vi
Keywords:
Family nursing care, DM, DM Diet Management
vii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH ............................................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2Tujuan Penulisan ............................................................................... 6
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................. 6
5. PENUTUP .............................................................................................. 47
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 47
5.2 Saran.................................................................................................. 48
5.2.1 Keluarga .................................................................................. 48
5.2.2 Masyarakat Cisalak Pasar ...................................................... 48
5.2.3Puskesmas Cimanggis .............................................................. 48
5.2.4 Keperawatan .......................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
Daerah urban memiliki karakteristik tersendiri dan sangat berbeda dengan daerah
rural. Keadaan geografi yang strategis menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat untuk menempuh kehidupan dikota. Selain itu berkurangnya lahan
pedesaan serta upah yang diperoleh tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-
hari mendorong penduduk desa untuk berpindah ke kota. Faktor ini didukung
makna kesejahteraan antara desa dan kota memberi arti tersendiri,yaitu desa
memberi kesan tertingal dan kota memberi kesan kemajuan. Hal-hal inilah
menarik penduduk desa untuk berurbanisasi ke kota.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh
secara individu, tetapi sistem kesehaatan suatu negara. Data WHO menunjukan
bahwa setidaknya ada 171 juta orang hidup dengan DM pada tahun 2000. Jumlah
ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Wild et al,
2004). Peningkatan jumlah penderita diabetes lebih banyak terjadi pada negara-
negara berkembang terutama di kawasan Asia tenggara. Sebanyak 46 juta orang
mengalami diabetes di kawasan Asia tenggara pada tahun 2000. WHO juga
memproyeksikan bahwa pada tahun 2030 jumlah penderita DM di Asia tenggara
menjadi 119 juta orang per tahun (WHO,2010). Di kawasan Asia tenggara,
Indonesia memiliki jumlah penderita DM lebih tinggi jika dibandingkan dengan
negara asia tenggara lainnya seperti Malaisya, Thailand, Singapura dan Myanmar.
Jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 8,4 juta dan ini
akan meningkat menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO,2010). Jumlah ini
cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga Thailand yaitu pada tahun
2000 yaitu 1,5 juta dan ini akan meningkat menjadi 2,7 juta pada tahun 2030
(WHO,2010).
Dalam Pengelolaan diabetes dikenal empat pilar utama yaitu: manajemen diet,
aktivitas dan olahraga, manajemen stress dan penggunaan obat diabetik. Pilar-
pilar ini perlu dijalankan secara kontinuitas. Manajemen diet bertujuan mengatur
pola makan penderita DM sesuai dengan kebutuhannya. Konsusmsi makanan
terutama karbohidrat perlu diatur. Karbohidrat merupakan faktor penting dalam
kontrol glukosa darah terutama dalam penyedian kebutuhan energi untuk kegiatan
sehari-hari (PERKENI,2006). Selain itu aktivitas dan olahraga mampu
menurunkan komplikasi DM. Olahraga mampu meningkatkan sensitivitas insulin
dan melindungi dari penyakit kardivaskuler (American Diabetes Association,
2002). Selanjutnya penanganan stress perlu diperhatikan karena sebagian pasien
DM memiliki kadar glukosa yang tinggi disaat sedang dalam kondisi stress. pilar
yang terakhir adalah minum obat secara teratur untuk mengontrol gula darah.
Saat ini penanganan DM di Indonesia belum berjalan secara Optimal. Hal ini di
karena banyak faktor yang menghambat salah satunya adalah ketidakpatuhan
pasien DM terhadap perencanaan pola makan. Ketidakpatuhan ini merupakan
Keluarga Bapak B (60 tahun) merupakan keluarga Nuclear Family, yaitu dalam
satu rumah terdiri dari suami dan istri, dan 6 orang anak, dengan tahap tumbuh
kembang keluarga dengan anak usia dewasa. Bapak B merupakan kepala keluarga
dan Ibu S (55 tahun) berperan sebagai ibu rumah tangga. Hasil pengkajian riwayat
kesehatan menunjukan bahwa Ibu S sering mengalami pusing, lemas, mudah
lelah, dan sering merasa kesemutan kaki serta pandangan mulai kabur. Ibu S
sudah mengalami diabetes sejak setahun yang lalu dan pernah dirawat di rumah
sakit dengan kadar glukosa 700 mg/dL.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan ..., Dorthea Oje, FIK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN TEORI
8
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan ..., Dorthea Oje, FIK UI, 2013
aspek penduduk, jumlah penduduk kota lebih banyak dan heteregon baik dari
agama, suku dan budaya. Sedang jumlah penduduk di desa terbatas dan bersifat
homogen. Selanjutnya dari aspek sosial, masyarakat perkotaan lebih bersifat
individual jika dibandingkan dengan daerah pedesaan yang masih memegang
budaya gotong royong.
Ditinjau dari segi ekonomi cara hidup masyarakat kota lebih moderen mengikuti
tren dunia jika dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu taraf hidup
masyarakat perkotaan semakin meningkat. Namun hal ini malah menjadi masalah
bagi masyrakat perkotaan karena tuntutan beban hidup yang tinggi, tak heran jika
banyak masalah kesehatan yang terjadi didaerah perkotaan. Yang terakhir
dipandang dari aspek hukum, adanya hak-hak dan kewajiban hukum bagi
penghuni suatu wilayah.
Penanganan diabetes terdiri dari empat pilar utama adalah manajmen diet,
olahraga dan aktivitas, manajemen stress dan terapi medis. Diabetes erat
kaitannya dengan pengaturan kadar glukosa darah. Peningkatan kadar glukosa
sangat dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat yang dikonsumsi. Karbohidrat ini
dapat diperoleh melalui gula, nasi, susu, tepung, dan bahan makanan lainnya.
Jumlah karbohidrat ini perlu dihitung sehingga konsumsinya tidak berlebih.
Nutrisi yang di konsumsi oleh seorang penderita diabetes perlu diatur. Pemenuhan
Nutrisi yang seimbangan bagi penderita diabetes pada masyarakat perkotaan
sangat dipengaruhi oleh bebebrapa faktor yaitu yang pertama adalah faktor
sosialekonomi yang terdiri dari tingkat pendapatan keluarga, pendidikan, budaya
dan agama, dan yang kedua adalah faktor ketersedian makanan (Hitchock,1999).
Ekonomi yang mencukupi sebuah keluarga membantu keluarga memenuhi
makanan yang seimbang. Selanjutnya dengan pendidikan yang tinggi dapat
membantu keluarga mengenai pengetahuan makanan yang seimbang, makanan
yang mengandung tinggi karbohidrat, dan jenis makanan yang rendah rendah
gula. Faktor budaya sangatlah penting karena budaya sangat mempengaruhi
sesorang dalam mengkonsumsi makanan. Fakor resiko yang kedua adalah
ketersediaan makanan yang meliputi kualitas makanan, jumlah makanan, akses
untuk memperoleh makanan. Ketiga hal ini sering dilupakan oleh masyarakat
perkotaan sehingga mengkonsumsi makanan tanpa melihat nutrisi yang seimbang.
Untuk mengatasi hal ini maka peran perawat komunitas sangatlah penting
terutama mengenai edukasi dalam keluarga dan komunitas mengenai nutrisi yang
seimbang bagi penderita diabetes.
Pada kasus diabetes melitus peran perawat keluarga sangat penting. Banyak
keluarga yang belum mengetahui penanganan diabetes secara kompehensif
didalam keluarga. Perawat memberikan edukasi tentang DM, tanda dan gejala,
penyebab serta akibtanya. Perawat membantu anggota keluarga merawat anggota
keluarga dengan DM sesuai dengan empat pilar penanganan DM. Disini perawat
perlu memodifikasi kreativitas intervensi sehingga keluarga mampu secara
mandiri. Hal yang paling utama adalah dengan diet rendah gula. Diet adalah
Mengatur makanan sedemikian rupa sehingga makanan yang dikonsumsi
mencukupi kebutuhan zat gizi yang seimbang, yaitu zat tenaga, pembangun, dan
pengatur. Tujuan Terapi Diet adalah Memperbaiki kesehatan umum penderita,
Mempertahankan glukosa darah dalam batas normal, dan menjag agar berat badan
tetap ideal. Selain itu dengan adanya pengaturan diet DM diharapkan komplikasi
DM dapat diatasi oleh keluarga. Dalam prinsip diet DM yang harus diperhatikan
Tahap tumbuh kembang keluarga perlu dikaji sehingga dapat terliha keluarga
berada pade fase tumbuh kebang yang mana. Dengan ini memudahkan perawat
dalam memberikan intervensi, selain itu tahap tumbuh kembang keluarga
memiliki karakteristik tersendiri dengan masalah kesehatan yang berbeda disetiap
tahap perkembangan keluarga. Pengkajian Lingkungan sekitar dan komunikasi
serta aktivitas dengan tetang sekitar mempengaruhi pasien DM dalam
bersosialisasi. Rumah yang rapih dan teratur lebih membuat pasien DM nyaman
dibandingkan dengan rumah yang tidak teratur. Selain itu sosilisasi dengan tetang
sangat penting sehingga pasien DM dapat mencari informasi kesehatan mengenai
pelayanan kesehatan. Pengkajian struktur menentuka pola komunikasi didlama
keluarga sehingga keluarga mempunyai peran dan fungsi masing- masing
anggota keluarga.
Selain pengkajian Diatas maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik head-toe untuk
mengetahui keluahan yang dirasakan dengan tanda dan gejala yang sebagai data
objektif. Hasil pemeriksaan GDS menentukan apakah pasien mengalami DM
atau tidak. Selain itu TTV merupakan indikator adanya komplikasi lanjutan dari
DM jika DM belum tertangani secara dini.
2.4.4 Implementasi
Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian diabtes melitus, penyebab
diabtes melitus, tanda dan gejala diabtes mellitus. Membantu keluarga
mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah diabtes mellitus . Memberikan
informasi mengenai akibat lanjut dari diabtes mellitus. Memotivasi dan membantu
keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami diabtes
mellitus. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara mengatasi masalah
diabtes mellitus. Mendiskusiskan bersama keluarga tentang diet rendah gula .
Mendiskusikan bersama keluarga bagaimana cara menyajikan
makanan.Mendiskusikan dengan keluarga cara menyimpan bahan makanan yang
mengandung tinggi gula jauh dari tempat memasak . Mendiskusikan bersama
keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi dilihat untuk menilai kesesuai anatara tjuan dan hasil yang diperoleh.
Asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan DM terdiri dari tahap
pengkajian keluarga dan tahap implementasi untuk mengatasi masalah DM. Hasil
evaluasi yang akan dipaparkan oleh penulis .secara ringkas dari semua
implementasi keperawatan keluarga yang telah dilakukan pada keluarga
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan ..., Dorthea Oje, FIK UI, 2013
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian
Kelurga Bapak B (60 tahun) merupakan keluarga Nuclear Family, yaitu dalam
satu rumah terdiri dari suami dan istri, dan 4 orang anak, dengan tahap tumbuh
kembang keluarga dengan anak usia dewasa. Bpk.B merupakan kepala keluarga
dan Ibu S (55 tahun) berperan sebagai Ibu Rumah Tangga. Bapak B berperan
pengambil keputusan dalam keluarga dalam hal keuangan, rencana rekreasi, biaya
sekolah, dan lain-lain. Sedangkan Ibu S ialah pengambil keputusan dalam hal
menu makanan dan kebutuhan sehari-hari. Bapak B dan Ibu S memiliki 6 orang
dan semuanya sudah dewasa. Saat ini keluarga Bapak S sudah memiliki rumah
permanen RT 07 RW 05, Cisalak Pasar, Depok. Bapak B bekerja sebagai sopir
angkot dengan pendapat di bawah Rp 2.000.000,00/bulan. Ibu S adalah seorang
ibu rumah tangga. Ibu S mengatakan dengan penghasilan tersbut sudah cukup
memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Bapak B bersuku Betawi dan merupakan
asli orang Cisalak Pasar, sedangkan Ibu S bersuku Betawi dimana keduanya
mengaku bahwa tidak ada mitos atau kepercayaan tertentu yang diyakini terkait
masalah kesehatan keluarga.
Dari Pola aktivitas; Ibu S tidur cukup. Ibu S tidur pada Pukul 21.00 dan bangun
pada pukul 04.00 pagi, setelah bangun Ibu S tidak dapat tidur lagi. Kadang-
kadang Ibu S mengeluh pada malam hasi sulit tidur dan sering terbangun karena
badannya terasa lemas. Keluarga bapak B terkhususnya Ibu S tidak pernah
melakukan olah raga. Ibu S juga sudah jarang melakukan aktivitas rumah tangga
lainnya seprti mencuci, memasak pada pagi hari karena sudah dibantu oleh
anaknya. Kegiatan ini jarang dilakukan karena ibu S sering mengeluh kaki
kesemutan dan sakit terutama saat Ibu S banyak makan nasi atau kue-kue manis.
Dalam sehari bisa dua atau tiga kali ibu S mengeluh kaki sakit dan kesemutan.
Pengkajian terkait stressor, Ibu S mengatakan bahwa tidak ada masalah yang
dipikirkan. Namun saat seang kunjungan tiba-tiba, ibu S mengatakan bahwa
kapan penyakitnya akan sembuh. Hal ini dipengaruhi karena ibu S sedang
memikirkan kebutuhan finansial untuk keluarga dan anaknya yang belum
menikah. Jika sedang marah ibu S jarang mengungkapkan masalah yang
dialaminya dan cenderung menyimpan di dalam hatinya saja. Ibu S masih aktif
mengikuti perkumpulan ibu-ibu seperti arisan RW, pengajian ibu-ibu maupun
3.2 Diagnosa
Dari data yang ditemukan pada saat pengkajian, dapat disimpulkan beberapa
diagnosa yaitu
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga bapak
terkhususnya ibu S dengan diabetes melitus tipe dua
2. Ketidakefektifan regimenteraupetik pada keluarga bapak terkhususnya ibu
S dengan diabetes melitus tipe dua
3. Resiko perfusi jaringan tidak efektifan pada keluarga bapak terkhususnya
ibu S dengan diabetes melitus tipe dua
4. Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan pada keluarga bapak
terkhususnya ibu S dengan diabetes melitus tipe dua
Dari diagnosa yang diatas diagnosa yang akan di jelasakan dan diselesaikan
adalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga bapak
terkhususnya ibu S dengan diabetes melitus tipe dua
Keluarga juga perlu mengetahui contoh makanan yang boleh dimakan dan tidak
boleh atau dikurangi oleh penderita diabetes, yang pertama Zat tenaga
(Karbohidrat), Yang dianjurkan: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, talas, sagu, roti, dan mie. Yang tidak dianjurkan: gula pasir, gula merah,
permen, dodol, coklat, selai, madu, sirop, limun, minuman ringan, susu kental
manis, es krim, kue manis, kue tart, buah kalengan, dendeng, abon dan
sebagainya. Karbohidrat sederhanaini harus dihindari oleh diabetisi. Contoh
lemak nabati, antara lain: minyak, margarin, dan santan. Sedangkan lemak hewani
harus dibatasi bagi penederita diabetis, misalnya kuning telur dan jeroan; serta
goreng-gorengan.
Yang kedua adalah Zat pembangun (protein), Yang dianjurkan :(seperti kacang-
kacangan, tempe, dan tahu), dan protein hewani (seperti telur, ikan, ayam, daging,
susu dan hasil olahnya). Dan yang ketiga Zat pengatur, Yang Dianjurkan : Buah
dan sayur mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Selain itu
buah dan sayuran juga mengandung serat menjaga kebiasaan buang air besar yang
sehat dan teratur. Buah yang perlu dibatasi adalah buah yang terlalu manis
misalnya durian, rambutan, sawo, jeruk, nanas, dan anggur.
Menyusun jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu seimbang sesuai
dengan bahan makanan yang ada di keluarga berdasarkan :
• Menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (meter)2
BB= 43 kg
TB=148 cmÆ1,48 m
IMT = 43 kg
(1,48 meter)2
IMT= 17,89 Æ Berat badan kurang, jika IMT kurang dari 18,5
= 90 %x (155-100)x 1 kg
= 49 kg
= 90 %x (155-100)x 1 kg
= 49 kg
3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah dengan memberikan eduaksi
tentang diabetes melitus dan cara merawat anggota keluarga yang sedang sakit.
Implementasi dilakukan mulai tanggal 20 mei 2013. Implementasi dimulai pada
tujuan khusus satu perawat mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian
diabtes melitus, penyebab diabtes melitus, tanda dan gejala diabtes melitus,
setelah didiskusikan perawat membantu keluarga mengidentifikasi anggota
keluarga dengan masalah diabtes melitus.
Pada tujuan khusus kedua yaitu keluarga memutuskan merawat anggota keluarga,
maka perawat memberikan informasi mengenai akibat lanjut dari diabtes melitus
dan memotivasi keluarga bapak B untuk memutuskan merawat anggota keluarga
yang mengalami diabtes melitus. Setelah keluarga bapak B bersedia melakukan
perawatan maka perawat bersama keluarga mendiskusikan bersama mengenai
cara mengatasi masalah diabtes melitus. Dalam diskusi ini lebih ditekanan pada
diet rendah gula dengan prinsip perencanan makanan bagi penderita diabetes.
Setelah keluarga memahami mengenai jumlah, jenis, dan jadwal, perawat bersam
keluarga bapak B mendemonstrasikan langsung cara menyediakan makan dengan
menggunakan ukuran rumah tangga. Perawat menggunakan ukuran gelas
belimbing untuk mengukur jumlah nasi yang harus dikonsumsi oleh ibu S yaitu
sebanyak dua gelas. Setelah mencontokan, perawat meminta keluarga untuk
mendemonstraasikan langsung jumlah makanan yang harus dikonsumsi dalam
sehari dengan menggunakan ukuran rumah tangga. Menu yang disusun pun
sederhana salah satu contohnya adalah nasi 2 gelas, telur rebus 1 butir, tempe 2
potong, sayur satu mangkuk, dan buah satu buah.
3.4 Evaluasi
Asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bapak B terkhususnya Ibu S dengan
DM dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan, terdiri dari tahap pengkajian keluarga
selama 2 kali pertemuan dan tahap implementasi untuk mengatasi masalah DM
sebanyak 10 kali pertemuan. Hasil evaluasi yang akan dipaparkan oleh penulis
Keluarga juga mengatakan cara menyajikan adalah sesuai jumlah makan sesuai
dengan porsi, sesuai jadwal menu, makanan bervariasi. Keluarga mengatakan
lebih baik makanan di rebus dari pada digoreng. Ibu S mengatakan akan
memindahkan gula, kecap yang ada di dapur ketempat yang agak tersembunyi.
Keluarga mengatakan manfaat ke pelayanan kesehatan ialah mendapat
pemeriksaan gula setiap bulan, mendapat penyuluhan tentang diabtes melitus.
Keluarga mengatakan setiap tanggal 3 juli akan berkunjung ke dokter untuk
kontrol dan memperoleh obat
3.5.3 Planning
Menganjurkan keluarga untuk mengunjungi pelyanan kesehatan minimal sekali
dalam sebualan.Memotivasi keluarga untuk selalu menyajikan makan dengan
porsi yang sesuai, jenis yang dianjurkan dan makan sesuai dengan jadwal yang
telah diatur.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan ..., Dorthea Oje, FIK UI, 2013
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Kunjungan pertama kali dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013. Pada kunjungan ini
mahasiswa melakukan bina hubungan saling percaya antara keluarga bapak B
dengan mahasiswa. Perawat meminta persetujuan dari keluarga untuk melakukan
kunjungan ke keluarga dalam uasaha penangan DM pada ibu S. Keluarga sangat
antusias dengan kunjungan perawat dan bersedia untuk dikunjungi. Perawat dan
keluarga membuat kontrak selama kunjungan.
Pengkajian dilakukan kurang lebih selama 2 kali kunjungan yaitu pada tanggal 16
Mei 2013 dan 18 Mei 2013. Pengkajian dilakukan selama dua kali berhubung
karena saat pengkajian ada beberapa anggota keluarga yang tidak hadir.
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data bahwa Ibu S mengalami DM sejak
setahun yang lalu dengan GDS, dan saat ini mengeluh BB turun, kesemutan pada
kaki, dan lemas. Hasil saat pemeriksaan GDS adalah 320 mg/dL. Nilai GDS ini
masih belum normal. Hasil pengkajian menunjukan bahawa keluarga belum
teratur dalam mengatur makan mulai dari jenis, jumlah dan jadwal makan. Ibu S
mengatakan bahwa makan hanya sehari sekali dengan alasan bahwa nafsu makan
turun. Hal ini menunjukan bahwa adanya rasa ketakutan gula darah naik sehingga
banyak pasien yang mengkonsumsi nasi (karbohidrat) dalam jumlah yang sangat
sedikit. Selain itu dukungan keluarga sudah bagus, namun karena semua anak dan
suami bekerja makan Ibu S sering sendirian di rumah.
Setelah dua hari yaitu pada tanggal 6 Juni 2013 perawat melakukan kunjungan
dan memeriksakan gula darah dan hasilnya adalah 240 mg/dL. Keluhan
kesemutan dan lemas dan pusing sudah tidak dirasakan lagi oleh ibu S. Setelah
melihat hasil perawat mencoba mefasilitaor kembali kepada keluarga untuk
melanjutkan perawatan. Keluarga mengatakan saat ini gula sudah digunakan
hanya ½ sendok teh jika dibandingkan dengan awal. Keluarga memilih untuk
mengikuti anjuran sesuai dengan pola makan yang telah direncanakan bersama.
Setelah keluarga mampu mengatur pola makan sesuai dengan konversi ukuran
rumah tangga yang telah dijelaskan makan dilanjutkan dengan TUK 3 yang lain
yaitu perawatan kaki, senam kaki diabetes. Sebelum dilanjutkan ke TUK 4 pada
tanggal 10 Juni 2013 perawat mencoba mengevaluasi TUK 3 tentang manajemen
diet. Hasil yang diperoleh ibu S mulai makan 3 kali sehari, dan jam sudah mulai
teratur yaitu pagi jam 07.00-08.00, siang 12.00-13.00, dan sudah mengganti
selingan dengan buah yang rendah gula.
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan adalah tahap untuk membandingkan hasil tindakan
yang dilakukan dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan,
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai
pelaksanaan. Dari hasil tersebut dapat digunakan untuk membuat rencana tindak
lanjut. Hasil evaluasi sumatif akhir yang diperoleh bahawa tingkat pengetahuan
keluarga mulai meningkat, terjadi perubahan perilaku secara perlahan dari jadwal
makan dari satu kali menjadi 3 kali makan. Selain itu keluarga secara penuh
memberi dukungan kepada ibu S untuk mengatur pola makan. Hasil GDS setiap
minggu mulai turun dari awal adal 320mg/dL dan pada terakhir adal 165 mg/dL.
Selain itu keluarga bapak B akan menggunak layanan poswindu terdekat untuk
pemeriksaan GDS serta setaip bulan ke dokter untuk pemeriksaan rutin. Dari
implementasi unggulan yang telah dilakukan, didapat hasil terlihat bahwa GDS
akan dalam batas normal jika pola makan yang diatur. Rencana Tindak lanjut
yang dapat dilakukan adalah keluarga tetap memotivasi ibu untuk mengatur
makanan dengan keluarga sednri mengatur makanan untuk ibu S.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan ..., Dorthea Oje, FIK UI, 2013
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Hasil pengkajian yang diperoleh menunjukan bahwa keluarga bapak B.
adalah keluarga nuclear family dengan tahap tumbuh kembang keluarga
dengan anak usia dewasa. Keluarga bapak B mempunyai masalah dalam
penanganan diabetes pada ibu S diamana hasil pemeriksaan yang
didapatkan bahwa ibu S mengeluh kesemutan, lemas, berat badan
menurun, masih mengkonsumsi makanan manis dan hasil GDS yang
diperoleh adalah 320 mg/dL. Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah
1) Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri khususnya ibu S, 2)
ketidakefektifan regimen teraupetik terkhsusnya ibu S, dan 3)
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan terkhususnya ibu S. Pada
penulisan karya ilimiah ini masalah keperawatan yang diatasi adalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga bapak B
terkhususnya ibu S.
5.1.2 Intervensi keperawatan yang diberikan berdasarkan pilar pengobatan
diabetes melitus dengan intervensi unggulan yaitu manajemen diet bagi
orang diabetes. Perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan kalori dengan
prinsip 3 J yaitu jenis, jumlah dan jadwal. Selain itu jenis makanan
disesuaikan dengan daya beli keluarga dan berdsarkan tujuan umum
kesehatan keluarga
5.1.3 Implementasi keperawatan yang diberikan sesuai dengan intervensi
unggulan yaitu memberikan pendidikan kesehatan terlebih dahulu tentang
DM dan prinsip diet makanan untuk orang DM. Setelah diedukasi keluarga
dilatih psikomotornya dengan menyusun menu makan berdasarkan
kebutuhan kalori tubuh dalam sehari. Kebutuhan ini dikonversikan
kedalam ukuran rumah tangga.
5.1.4 Hasil evaluasi dari implementasi manajemen diet adalah ibu S mengalami
peningkatan pengetahuan tentang DM dan mampu mengatur jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi yaitu dari satu kali makan menjadi 3
kali makan, dengan porsi yang sama dan jadwal makan yang teratur. Mulai
mengurangi konsumsi makanan manis. Selain itu terjadi penurunan kadar
glukosa yaitu minggu I 320 mg/dL, minggu II 340 mg/dL, minggu III 240
mg/dL, minggu IV 189 mg/dL dan minggu terakhir 165 mg/dL.
5.1.5 Rencana tindak lanjut terkait intervensi manajemen diet adalah keluarga
mengikuti pola makan sesuai dengan yang dianjurkan dengan menguatkan
support sistem yaitu anggota keluarga saling mengingatkan dan membantu
untuk menyediakan makan bagi ibu S.
5.2 Saran
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan ..., Dorthea Oje, FIK UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D (2010). Community health nursing:
promoting and protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Allender, J. A & Spradley, B.W (2005). Community health nursing: promoting and
protecting the public’s health. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
American Diabetes Association (2003) Physical Activity/Exercise and Diabetes.
Juni,2013 dari http://www.ncbi.Diaetes care. /Volume 27/suplement 1,
Anderson,E.T & McFarlane.J. (2006). Keperawatan Komunitas:Teori Dan
Praktik. Jakarta: EGC
Balitbangkes Depkes. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
2007. Jakarta : Balitbangkes Departemen Kesehatan
Depkes. (2006). pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas.
Direktoorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisan Medik. Jakarta:
Depkes.
Depkes. (2007). Riskesdas 2007. Juni 29, 2013. http://www.balitbangkes.go.id
Balitbangkes Depkes. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
2007. Jakarta : Balitbangkes Departemen Kesehatan
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. (2002). Pedoman Umum Gizi Seimbang.
Jakarta: Depkes RI
Friedman, M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2003). Family nursing: research,
theory & pravtice. 4th Ed. Ner Jersey: Person Education Inc
Irawan, Dedi.(2010). Prevalensi dan Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas
2007). Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Indonesia
McMyrray, A (2003). Community health and wellness a sociocelogical approach.
2nd. Ed. Australia: Mosby
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.(2006). Konsesus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : Perkeni
Stanhope,M., Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing. 6th. Ed.
St. Louis. Mosby. Inc
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan ..., Dorthea Oje, FIK UI, 2013
Lam
mpiran 1
ASUHA
AN KEPER
RAWATAN
N KELUARG
GA
PENGKAJJIAN KELU
UARGA
I
I. Data Umum
U
1. Naama KK : Bpk. B (60 tahun))
2. Alaamat dan tellfon : RT. 077 RW. 05, Kelurahan
K Ciisalak Pasar,, Kecamatann Cimanggiss, Depok
3. Koomposisi Anggota Keluaarga
No Nama Sex
S Hubu
ungan Keluaarga Usiaa Pendidikan
1. S P Istri 55 taahun SK
KR
2. D L Anak 34 tahun
t SM
MK
3. F P Anak 30 taahun SM
MA
4. S P Anak 28 taahun SM
MA
5. M L Anak 25 taahun SM
MK
6. R P Anak 23 taahun SM
MA
Genogram
ASMA
ASM
MA
D
R
Keterangan::
K
Lakki-laki Perempuan Anggotta keluarga yang sakit
Lakki-laki menin
nggal Perempuan meninggal
m
4. Tipe Keluarga
Keluarga Bpk.B memiliki tipe keluarga inti (nuclear family) dengan tahap perkembangan
keluarga dewasa, dimana anak belum menikah namun anak kedua dan ketiga mereka sudah menikah
dan tinggal bersama suami dan anaknya. Anak ketiga dan keempat masih berada pada tahap dewasa
awal dan saat ini tinggal bersama Ibu S. Sehari-hari Ibu S terbiasa tinggal sendiri di rumah dan Anak
pertama, keempat dan kelima tinggal bersama dirinya. Kedua anaknya yang tinggal diluar juga sering
mengunjungi dirinya. Saat ini Ibu S hanya tinggal bersama dengan anak R karena semua anggota
keluarga yang lain sedang keluar untuk bekerja. Bapak B jarang dirumah berinteraksi dengan keluarga
yang lain karena bapak B sudah berangkat pada ukul 06.00 pagi dan pulang pada pukul 19.00 malam.
Selain itu anak-anak yang lain jarang berada di rumah karena bekerja dan kegiatan lainnya. Ibu S
selalu dibantu oleh anak R, jadi saat Ibu S sedang sakit anak R akan membantu Ibu S. Ibu S tidak ingin
membebani keluarga, beliau menyadari bahwa suaminya bekerja untuk kebutuuhan keluarga.
5. Kewarganegaraan/Suku Bangsa
Bapak B dan Ibu S berasal dari betawi dengan suku yang sama yaitu betawi. Bahasa yang
digunakan di rumah adalah bahasa Indonesia. Bapak B dan Ibu S lahir di garut sedangkan anak-anak
lahir di Depok. Tidak ada pantangan terhadap makanan, makanan yang dikonsumsi terdiri dari nasi,
sayur, lauk, kadang –kadang buah. Cara berpakain keluarga tidak begitu identik dengan daerah asal.
Bapak B dan keluarga menggunaka baju seprti orang pada umumnya. Dekorasi rumah tidak
menggambarkan daerah asal. Tidak ada objek kesenian yang terpampang di rumah bapak B. Keluarga
bapak B tidak menggunakan praktik tradisional untuk mengobati DM yang dialamiu ibu S.
6. Agama
Keluarga bapak B beragama Islam. Adapun kegiatan keagamaan yang dijalankan adalah sholat
dan kadang – kadang mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan oleh RT/RW. Dari aktivitas
pengajian Ibu S jarang mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan oleh ibu-Ibu Si RT. Namun sholat
lima waktu tetap dijalankan. Meskipun kesulitan bergerak pada pagi hari Ibu S tetap berusaha untuk
8. Aktifitas Rekreasi
Ibu S mengakui bahwa keluarganya hampir tidak pernah melakukan aktivitas rekreasi keluarga. Hal
ini dikarenakan keluarga jarang berkumpul bersama karena kesibukan masing-masing. Kegiatan
rekreasi yang sering dilakukan silaturahmi kepada tetangga bila ada waktu luang dengan mengajak
jalan-jalan anak-anaknya, tidak ada jadwal khusus untuk melakukan rekreasi. Anak-anak diberi
kebebasan dalam bermain dengan teman sebayanya.
Dari Pola makan, Ibu S mengatakan mengalami penurunan nafsu makan sehingga makan
hanya sekali sehari. dengan porsi secukupnya yang terdiri dari nasi, sayur asam, soup, soto,
tahu, tempe dan ikan ataupun ayam. Dirinya hanya makan pada makan siang saja. Dari jenis
makanan yang dipilih Ibu S belum memilih secara baik makanan yang rendah gula. Waktu
Dari Pola aktivitas; Ibu S tidur cukup. Ibu S tidur pada Pukul 21.00 dan bangun pada pukul
05.00 pagi, setelah bangun Ibu S tidak dapat tidur lagi. Kadang-kadang Ibu S mengeluh pada
malam hasi sulit tidur dan sering terbangun karena badannya terasa lemas. Keluarga bapak B
terkhususnya Ibu S tidak pernah melakukan olah raga. Ibu S juga sudah jarang melakukan
aktivitas rumah tangga lainnya seprti mencuci, memasak pada pagi hari karena sudah dibantu
oleh anaknya. Kegiatan ini jarang dilakukan karena ibu S sering mengeluh kaki kesemutan
dan sakit terutama saat Ibu S banyak makan nasi atau kue-kue manis. Dalam sehari bisa dua
atau tiga kali ibu S mengeluh kaki sakit dan kesemutan.
Pengkajian terkait stressor, Ibu S mengatakan bahwa tidak ada masalah yang dipikirkan.
Namun saat seang kunjungan tiba-tiba, ibu S mengatakan bahwa kapan penyakitnya akan
sembuh. Hal ini dipengaruhi karena ibu S sedang memikirkan kebutuhan finansial untuk
keluarga dan anaknya yang belum menikah. Jika sedang marah ibu S jarang mengungkapkan
masalah yang dialaminya dan cenderung menyimpan di dalam hatinya saja. Ibu S masih
aktif mengikuti perkumpulan ibu-ibu seperti arisan RW, pengajian ibu-ibu maupun kegiatan
posyandu atau posbindu. Lingkungan rumah rapih, sirkulasi udara baik dan pencahayaan
yang cukup.
Hasil pengkajian berdasarkan lima tugas keluarga didapatkan bahwa keluarga belum
mengetahui secara jelas tentang penyebab DM dan akibat dari DM. Keluarga mengatakan
bahwa akibat dari diabetes adalah luka yang lama sembuh. Dari hasil wawancara didapatkan
bahwa kelurga belum mengatur diet yang benar untuk Ibu S. Keluarga mengatakan bahwa
dengan mengurangi jumlah nasi untuk mengurangi gula. Modifikasi lingkungan dan jenis
F
B
A
D C B E
7M
9M
Keterangan:
Rumah permanen dengan ukuran 7 X 9 M2
A : Ruang Tamu
B : Ruang Tidur Utama
C : Kamar Tengah
D : kamar Tidur
E : Dapur
F : Kamar mandi & WC
V. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afeksi
Bapak B dan Ibu S sangat memperhatikan kebutuhan anak-nakanya, saling mengasihi dan
menghormati antar anggota keluarga. Bapak dan Ibu langsung menegur bila anaknya tidak
berperilaku sopan saat ada tamu.
b. Fungsi Sosialisasi
TB 148 155
BB 43 kg 50
b. Fisik
1. Kepala Kadang mengeluh Pusing Rambut hitam,
pusing, leher distribusi merata,
tegang tidak ada keluhan
2. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, sklera anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ada keluhan ikterik
ada keluhan
3. Telinga Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
serumen, tidak seruma, tidak ada seruma, tidak ada
ada keluhan keluhan keluhan
4. Hidung Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Simetris, tidak ada
seruma, tidak ada
keluhan
5. Mulut dan Tidak ada Tidak ada keluahan Simetris, tidak ada
gigi keluahan seruma, tidak ada
keluhan
SKORING MASALAH
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga bapak B terkhususnya Ibu S dengan
penyakit diabetes melitus
SKORING MASALAH
Ketidakefektifan regimen teraupetik pada keluarga bapak B terkhususnya Ibu S dengan penyakit
diabetes
SKORING MASALAH
Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan pada keluarga bapak B terkhsusnya ibu S dengan
diabetes melitus
Kriteria Bobot Pembenaran
Sifat Masalah 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah terjadi, harus segera diatasi
Aktual
Kemungkinan untuk diubah 1/2 x 2 = 1 Keluarga mampu menyediakan makanan
Sebagian dan memiliki kemauan untuk mengatasi
masalah. Ada mahasiswa FIK yang
melakukan kunjungan dan membantu
mengatasi masalah yang dihadapi.
Potensial dicegah 1/3 x 1 = 1/3 Keluarga tidak mempermasalahkan hal
Rendah tersbut. Pola makan yang dijalankan oleh
Ibu S merupakan suatu kebiasaan
Menonjolnya masalah 0/2 x 1 = 0 Keluarga tidak menganggap adanya suatu
Masalah tidak dirasakan masalah yang harus ditangani tentang
masalah nutrisi
Skore 2 1/3
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada keluarga bapak B terkhususnya Ibu S dengan penyakit
diabtese melitus tipe dua
2. Ketidakefektifan manajemen teraupetik pada keluarga bapak B terkhususnya Ibu S dengan
penyakit diabtese melitus tipe dua
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga bapak B terkhususnya Ibu S
dengan penyakit diabtese melitus tipe dua
1. 2 Menyebutkan Respon
penyebab diabates verbal Keluarga dapat menyebutkan 4 1.2.1. Diskusikan dengan
dari 7 penyebab diabates keluarga tentang
- Faktor keturunan penyebab diabates
- Faktor infeksi , keracunan. 1.2.2. Beri kesempatan
- Faktor nutrisi keluarga untuk bertanya
2. 1 Keluarga mampu
menyebutkan Respon Keluarga dapat menyebutkan 4
akibat lanjut dari verbal dari 5 akibat lanjut dari
penyakit diabates penyakit diabates
- Gangguan pada jantung 2.1.1. Diskusikan dengan
- Gangguan pada ginjal dengan keluarga tentang
- Penglihatan kabur akibat lanjut dari
- Tekanan darah tinggi penyakit diabates
- Luka yang tidak mau 2.1.2. Beri kesempatan pada
sembuh sampai menjadi keluarga untuk bertanya
ganggren sehingga harus bila ada yang belum
2. 2 Keluarga mampu diamputasi jelas
mengambil 2.1.3. Beri reinforcement
III.Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan penyakit
diabates
3.1.Menyebutkan cara
pencegahan Respon
penyakit diabates verbal Keluarga dapat menyebutkan 3
dari 4 cara pencegahan
penyakit diabates 3.3.1. Diskusikan dengan
- Konsul ke tenaga kesehatan keluarga tentang cara
secara teratur untuk cek pencegahan penyakit
gula darah diabates
Diagnosa : Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri pada keluarga Bapak B terkhususnya Ibu S dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Tgl &Waktu Implementasi Evaluasi Paraf
TUK 3: S:
Kamis, 24 Mei • Menjelaskan cara perawatan diabetes mellitus, yaitu: • Keluarga Bpk B mengatakan cara merawat diabetes mellitus
2013 - Manajemen Diet adalah dengan diet makan, Olahraga teratur, jangan terlalu Stress,
Jam 14.00- - Olahraga teratur, Minum obat teratur sesuai dosis dan waktu
15.00 - Manajemen Stress • Bpk B mengatakan makanan yang mengandung karbohidrat yang
- Minum obat teratur sesuai dosis dan waktu. dianjurkan untuk penderita DM adalah beras, jagung, ubi kayu,
• Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara ubi jalar, kentang, talas, sagu, Yang tidak dianjurkan: gula pasir,
perawatan diabetes mellitus gula merah, permen,selai, madu, sirop, minuman ringan, susu
• Memberikan reinforcement positif atas kemampuan kental manis,kue manis,kuning telur dan jeroan; serta goreng-
keluarga menjelaskan cara perawatan diabetes mellitus gorengan.
• Mendiskusikan dengan keluarga tentang makanan yang • Keluarga bapak B mengatakan lauk yang Yang dianjurkan adalah
dianjurkan dan tidak dianjurkan (seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu), dan protein hewani
• Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara mengatur (seperti telur, ikan, ayam, daging, susu dan hasil olahnya).
pola makan berdasarkan: • Keluarga Bapak B mengatakan akan mencoba makan sayuran dan
∗ IMT tubuh buah-buahan kecuali buah yang terlalu manis misalnya durian,
∗ Kebutuhan kalori rambutan, sawo, jeruk, nanas, dan anggur.
∗ Aktivitas • Ibu S mengatakan selama ini yang ia tahu bahwa harus
∗ Umur mengurangi makan nasi saja sehingga mengkonsumsi nasi sekali
• Bersama keluarga menyusun contoh menu dalam saja, dan ngemil yang banyak.
sehari sesuai dengan triguna makanan yaitu • Keluarga mencoba menyusun menu sederhana dengan contoh
karbohidrat, protein, dan lemak, serta vitamin Pagi : nasi 2 gelsa, tempe 2 potong, telur rebus 1 butir, sayur satu
• Bersama keluarga secara perlahan menetapkan jadwal mangkuk,minyak goreng untuk tumis duase tengahsendok
• Keluarga bapak D mengatakan bahwa sarapan pagi akan di
P:
TUK 5: S:
• Menjelaskan kepada kelurga tentang manfaat fasilitas • Keluarga Bpk B mengatakan bahwa manfaat fasilitas kesehatan
kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan adalah mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan,
perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
kesehatan • Keluarga Bpk B mengatakan jenis fasilitas kesehatan yang dapat
• Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat dikunjungi adalah puskesmas kecamatan Cimanggis , rumah sakit
fasilitas kesehatan Tugu Ibu, dan klinik dokter.
• Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis fasilitas • Keluarga Bpk B mengatakan akan membawa ibu S setiap tanggal
kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah 3 juli ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kadar gula darah
sakit, dan klinik dokter. minimal satu bulan sekali.
• Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis- O:
jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan • Keluarga Bpk B mendengarkan saat diberi penjelasan oleh
• Menjelaskan kepada keluarga bahwa keluarga dapat mahasiswa
memeriksakan kadar gula darah ke fasilitas kesehatan • Keluarga bapk B aktif dan kooperatif
tersebut • Keluarga bapk B menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
• Memberikan reinforcement positif bahwa keluarga mahasiswa
mengatakan akan membawa dirinya ke fasilitas kesehatan A:
untuk memeriksakan kadar gula darah minimal satu bulan • TUK 5 tercapai
sekali. P:
• Mengingatkan kembali keluarga untuk melakukan perawatan dan
modifikasi perilaku untuk diabetes mellitus.
• Evalusi sumatif
KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dilakukan selama 6 minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama 6 minggu
mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan
menemukan 3 masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga
termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III”
EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BPK B
Pre-Intervensi
NO. INDIKATOR YA TIDAK
1 Keluarga menerima kehadiran petugas kesehatan 9
2 Menerima yankes sesuai rencana 9
3 Menyatakan masalah kesehatan secara benar 9
4 Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran 9
5 Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran 9
6 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif 9
7 Keluarga melakukan promosi kesehatan secara aktif 9
Total Tingkat Kemandirian 5
Kesimpulan: Kemandirian II
Post-Intervensi
NO. INDIKATOR YA TIDAK
1 Keluarga menerima kehadiran petugas kesehatan 9
2 Menerima yankes sesuai rencana 9
3 Menyatakan masalah kesehatan secara benar 9
4 Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran 9
5 Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran 9
6 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif 9
7 Keluarga melakukan promosi kesehatan secara aktif 9
TOTAL TINGKAT KEMANDIRIAN 6
Kesimpulan: Kemandirian III
Ukuran
Berat Rumah Jumlah
(gr) Kalori
Tangga (URT)
Gula Pasir,
Gula Merah,
Sirup,
Minuman bersoda,
Es Krim,
Selai,
Kue bolu,
Kecap Manis
Analisis keperawatan ..., Dorthea Oje, FIK UI, 2013