Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHUALUAN

A. Latar Belakang

Upaya manusia dibidang kesehatan pada era pembangunan ini telah

membawa perubahan konsep pelayanan kesehatan. Konsep pelayanan

kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan, baik individu

maupun masyarakat dari berbagai disiplin ilmu kesehatan. Disamping itu,

permasalahan kesehatan saat ini telah bergeser dari pola penyakit menular ke

pola penyakit tidak menular termasuk kelainan bentuk pada tulang belakang.

Anak adalah generasi penerus bangsa sehingga kesehatan fisik

maupun mental harus baik. Oleh karena itu, diperlukan pencegahan sedini

mungkin agar tidak timbul kelainan postur yang akan memberikan dampak

dalam proses belajar.

Aktivitas yang sering dilakukan oleh siswa baik Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah

duduk. Duduk adalah suatu posisi tubuh torso vertikal dengan beban badan

bertumpu pada bokong (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Berkaitan dengan aktifitas anak-anak disekolah, seperti: sikap pada

saat proses belajar mengajar berlangsug, berupa membaca dan menulis

dengan posisi membungkuk terlalu dekat dengan buku, posisi pada waktu

menulis di meja membentuk posisi tubuh bengkok atau miring, serta menulis

sambil punggung memutar, hal tersebut bisa menimbulkan kelainan postur

pada vertebra seperti kyphosis, lordosis yang berlebihan dan scoliosis.


Prevalensi skoliosis di seluruh dunia mencapai 1% dari populasi.

Skoliosis menyerang 2-3% penduduk di US atau sekitar 7 juta orang. Sebagian

besar skoliosis terdiagnosis pada anak dengan rentang usia 10 hingga 15

tahun. Pada tahun 2004, berdasarkan data The American Academy of

Orthopaedic Surgeons, sekitar 1.26 juta pasien dengan masalah gangguan

tulang belakang di layanan kesehatan, 93% diantaranya didiagnosis scoliosis

(Amy C. Parera, dkk)

Menurut ahli orthopedic dan rematologi RSU Dr. Soetomo Surabaya,

dr.Ketut Martiana Sp. Ort.(K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di

Surabaya, setelah diteliti ternyata mengalami tulang bengkok.

Berdasarkan prevalensi yang didapatkan terdapat 15 SD dibawah

Dinas Pendidikan Nasional dan 14 MI dibawah Departmen Agama di

Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Dimana akan dilakukan penelitian

pada 3 SD yang terdapat di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dan akan

menjadi sampel penelitian adalah para guru yang ada di 3 sekolah tersebut.

Jumlah guru pada SD Inpres Mangga Tiga sebanyak 30 orang, SD

Muhammadiyah 2 Berua sebanyak 18 orang dan SD Negeri Pajaiyyang

sebanyak 22 orang. Jadi jumlah keseluruhan guru pada 3 SD yang ada di

Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar adalah 70 orang. Setelah dilakukan

observasi di 3 SD maka hasil yang didapatkan adalah terdapat beberapa guru

yang kurang memahami bahkan tidak mengetahui posisi duduk yang benar.

Pada observasi tersebut peneliti juga memasuki 1 kelas dimasing-masing SD

dan didapatkan hasil bahwa SD Inpres Mangga Tiga dengan jumlah murid 32

orang didapatkan penderita penyakit tulang belakang sebanyak 7 orang, SD


Muhammadiyah 2 Berua dengan jumlah murid 27 orang didapatkan penderita

penyakit tulang belakang sebanyak 5 orang dan SD Negeri Pajaiyyang dengan

jumlah murid 28 orang didapatkan penderita penyakit tulang belakang

sebanyak 8 orang.

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan pancainderanya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan

(beliefs), takhayul (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru

(misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan

pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia (Mubarak, 2011).

Pengetahuan mengenai posisi duduk yang benar, terdiri bagaimana

posisi duduk yang benar, toleransi waktu yang digunakan, penyakit-penyakit

yang dapat terjadi akibat kesalan duduk dan terapi yang digunakan untuk

memperbaiki posisi duduk yang salah. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau kuisioner yang menannyakan tentang isi

materi yang akan diukur dari responden (Notoatmojdo 2005).

Guru juga memiliki peran yang sangat vital dan dan fundamental

dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses

pembelajaran. Karena peran mereka yang sangat penting itu, keberadaan guru

bahkan tak tergantikan oleh siapapun atau apapun sekalipun dengan teknologi

canggih. Alat dan media pendidikan, sarana prasarana, multimedia dan

teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan sebagai pelengkap

saja (Heri Maulana 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Adi Dya Nugroho (2016) di SD No 121

Inpres Kalabbirang Kabupaten Maros yakni pengetahuan mengerti guru


tentang posisi duduk 100%, tidak mengerti 0% yang memahami 63,6%, tidak

memahami 36,4% yang aplikasi 27,3%, tidak aplikasi 72,7%.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I

Dewa, dkk (2015) yang mendapatkan hasil penelitian hubungan antara

pengetahuan tentang posisi duduk dan keluhan nyeri punggung bawah

menunjukan persentase responden dengan pengetahuan cukup dan tidak

pernah mengalami nyeri punggung bawah sebesar 16 responden (59,3%).

Responden dengan pengetahuan cukup dan sering mengalami nyeri punggung

bawah sebesar 11 responden (40,7%). Responden dengan pengetahuan baik

dan tidak pernah mengalami nyeri punggung bawah sebesar 4 responden

(44,4%) dan responden dengan pengetahuan baik dan sering mengalami nyeri

punggung bawah sebesar 5 responden (55,5%).

Idealnya guru yang professional didalam menjalankan pengabdiannya

memiliki tanggung jawab tidak hanya memperhatikan aspek akademik anak

saja, melainkan aspek pertumbuhan pribadi dan perkembangan sosial anak itu

juga harus diperhatikan. Berkaitan dengan hal tersebut, kepedulian guru

terhadap kebiasaan duduk yang baik pada saat belajar sedapat mungkin dapat

diterapkan di sekolah-sekolah guna mencegah terjadinya kemungkinan-

kemungkinan kelainan fisik yang terjadi pada anak.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mengangkatnya dalam

penulisan Proposal Penelitian dengan judul ”Studi Tingkat Pengetahuan

Guru Tentang Posisi Duduk yang Benar pada Anak Sekolah Dasar di

Kecamatan Biringkanaya Makassar ”.


B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran pengetahuan guru tentang posisi duduk yang

benar pada anak Sekolah Dasar di Kecamatan Biringkanaya Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang posisi duduk yang

benar pada Sekolah Dasar di Kecamatan Biringkanaya Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui persentasi pengetahuan guru tentang posisi duduk

yang benar pada anak Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan

Biringkanaya Makassar berdasarkan tingkat pendidikan.

b. Untuk mengetahui persentasi pengetahuan guru tentang posisi duduk

yang benar pada anak Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan

Biringkanaya Makassar berdasarkan masa kerja.

c. Untuk mengetahui persentasi pengetahuan guru tentang posisi duduk

yang benar pada anak Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan

Biringkanaya Makassar berdasarkan pelatihan yang penah diikuti.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pengetahuan dan informasi mengenai tingkat pengetahuan

guru tentang posisi duduk yang benar pada Sekolah Dasar di Kecamatan

Biringkanaya Makassar.

2. Manfaat Ilmiah
a. Sebagai bahan pengetahuan dan informasi kepada para guru tentang

posisi duduk yang benar.

b. Sebagai masukan kepada fisioterapi yakni sebagai kajian dalam upaya

pengembangan studi khususnya dalam hal pencegahan penyakit tulang

belakang akibat kesalahan posisi duduk.

c. Sebagai bahan pengetahuan pentingnya mengetahui posisi duduk yang

benar.

d. Sebagai bahan pengetahuan kepada seluruh masyarakat bahwa

pentingnya pengetahuan tentang posisi duduk yang benar.

e. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan peneliti-peneliti

selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai