Anda di halaman 1dari 20

PERDARAHAN PADA PASCA PERSALINAN

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah MATERNITAS II

Dosen Pembimbing: Anita Rahmawati, S.Kep.Ns.M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Ajeng Rahayu (173210002)

2. Diajeng Dwi Rosita (173210007)

3. Hengki Wahyudi (173210014)

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN

STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentang “PERDARAHAN PADA PASCA
PERSALINAN”. Guna memenuhi tugas mata kuliah Maternitas II. Pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua anggota yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik untuk membangun yang
ditujukan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak.

Jombang, 23 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perdarahan Pada Pasca Persalinan
2.2 Etiologi Perdarahan Pada Pasca Persalinan
2.3 Patofisiologi dan Pathway Perdarahan Pada Pasca Persalinan
2.4 Tanda dan Gejala Perdarahan Pada Pasca Persalinan
2.5 Komplikasi Perdarahan Pada Pasca Persalinan
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Perdarahan Pada Pasca Persalinan
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Perdarahan Pada Pasca Persalinan

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah


konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia
dan struktur sekitarnya, atau keduanya.

Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling
sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian
tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian
ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.

Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering
pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke
rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya
mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.

Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang
spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta,
dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum.
Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering
perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi.
Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara
lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani dan cedera pada serviks uteri.

1.2. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan pendarahan post partum.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien pendarahan post partum.

b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien


pendarahan post partum.

c. Dapat membuat perencanaan pada klien pendarahan post partum.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan


yang telah dilakukan pada klien pendarahan post partum.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan pervaginam 500 ml atau
lebih sesudah anak lahir. Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%)
kematian ibu melahirkan di Indonesia. Pendarahan pasca persalinan dapat disebabkan oleh
atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio uteri dan laserasi jalan lahir .

Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu; ¼ dari kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan (perdarahan postpartum, plasenta previa, solution plaentae,
kehamilan ektopik, abortus dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan postpartum.
Perdarahan postpartum sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia mengurangkan
daya tahan tubuh. Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

a.Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan


Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan pasca persalinan
primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.
Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. Perdarahan Masa Nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan
Pasca Persalinan Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah
24 jam pertama. Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.

Menurut Wiknjisastro H. (1960) post partum merupakan salah satu dari sebab utama
kematian ibu dalam persalinan, maka harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum yaitu :

a. Penghentian perdarahan

b. Jaga jangan sampai timbul syok

c. Penggantian darah yang hilang

Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik maupun
psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil (6 minggu).
Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24 jam pertama,
Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period (minggu kedua sampai
minggu ke enam). Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post
partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum
period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP
(Haemorrhage Post Partum).

Menurut Willams & Wilkins (1988) perdarahan paska persalinan adalah perdarahan
yang terjadi pada masa post partum yang lebih dari 500 cc segera setelah bayi lahir. Tetapi
menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit karena bercampurnya darah dengan
air ketuban serta rembesan dikain pada alas tidur. POGI, tahun 2000 mendefinisikan
perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang
menyebabkan perubahan tanda vital seperti klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat
dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan kadar
Hb < 8 gr %.
2.2. Etiologi

Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan perdarahan post partum adalah sebagai
berikut :

a. Atonia uteri

Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan


sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu
menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya
pendarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada
bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan. Miometrium terdiri
dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting dalam hal kontraksi
untuk menghentikan pendarahan pasca persalinan. Miometrum lapisan tengah tersusun sebagai
anyaman dan ditembus oeh pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah
lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah
partus, dengan adanya susunan otot seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit
pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan menyebabkan
terjadinya pendarahan pasca persalinan.

b. Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan


pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca
persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks
atau vagina.

c. Retensio plasenta

Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta, antara lain :

Ø Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak
efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction
ring.

Ø Kelainan dari plasenta dan sifat perlekatan placenta pada uterus.

Ø Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu
sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik;
pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan serviks kontraksi dan
menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

d. Inversio uteri

Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya
masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi
diluar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya
waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi
darah. Inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan pasca persalinan segera, akan tetapi kasus
inversio uteri ini jarang sekali ditemukan. Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki
kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Inversio
uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.

Inversio uteri bisa terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan. Pada wanita dengan
atonia uteri kenaikan tekanan intraabdominal dengan mendadak karena batuk atau meneran,
dapat menyebabkan masuknya fundus ke dalam kavum uteri yang merupakan permulaan
inversio uteri. Tindakan yang dapat menyebabkan inversio uteri adalah perasat Crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang
belum lepas dari dinding uterus.

2.3. Patofisiologi

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka.
Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-
sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.

Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh
darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama
penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan
seperti robekan serviks, vagina dan perineum.
Pathway

Etiologi

Retensio plasenta Inversio uteri


Atonia uteri Persalinan dengan tindakan
(episiotomi), robekan serviks,
robekan pernieum

Kegagalan
Plasenta tidak dapat Fundus uteri terbalik
miometrium u/
terlepas, masih sisa sebagian/seluruhnya
berkontraksi
plasenta dlam rahim masuk kedalam cavum
uteri

Terputusnya kontinuitas pembuluh


Uterus dalam darah
keadaan relaksasi,
Mengganggu kontraksi
melebar, dan lembek
uterus Lingkaran kontraksi uterus
akan mengecil

Pembuluh darah tidak


dapat menutup
Pembuluh darah tak
mampu berkontraksi Uterus akan terisi dengan
darah

Pembuluh darah tetap


terbuka

PERDARHAN PASCA PERSALINAN

Penurunan jumlah cairan


intravaskuler Persalinan dg tindakan
(episiotomi), robekan serviks,
robekan perineum
Berlangsung secara terus
menerus Terbentuknya porte de entre(pintu
Jumlah hemoglobin dalam
masuknya virus dan bakteri patogen)
darah menurun
Prosedur invasif

Penurun jumlah cairan


Suplai oksigen ke jaringan intravaskuler dlm jumlah Virus/bakteri dpt masuk dgn mudah ke
menurun yg banyak dlm tubuh dan dpt menyebabkan infeksi
Terputusnya kontinuitas
jaringan

Hipoksia jaringan Renjatan hipovolemik

nyeri Resiko infeksi b/d


porte de entre , luka
5L, mukosa pucat, akral pasca operasi
dingin, konjungtiva Resiko syok hipovolemik b/d
anemis, nadi lebih cepat perdarahan aktiv pasca Nyeri akut b/d
tapi lemah persalinan, berkurangnya terputusnya
jumlah cairan intravaskular kontinuitas jaringan,
luka paca oprasi

ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer b/d
penurunan jumlah
hemogblin dalam darah,
perdarahan pasca
persalinan

2.4. Gejala klinik

Untuk memperkirakan kemungkinan penyebab perdarahan paska persalinan sehingga


pengelolaannya tepat, perlu dibenahi gejala dan tanda sebagai berikut :

a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek

b. Perdarahan segera setelah bayi lahir

c. Syok

d. Bekuan darah pada serviks atau pada posisi terlentang akan menghambat aliran darah
keluar

e. Atonia uteri

f. Darah segar mengalir segera setelah anak lahir

g. Uterus berkontraksi dan keras

h. Plasenta lengkap

i. Pucat

j. Lemah

k. Mengigil
l. Robekan jalan lahir

m. Plasenta belum lahir setelah 30 menit

n. Perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras

o. Tali pusat putus

p. Inversio uteri

q. Perdarahan lanjutan

r. Retensio plasenta

s. Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap

t. Perdarahan segera

u. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang

v. Tertinggalnya sebagian plasenta

w. Uterus tidak teraba

x. Lumen vagina terisi massa

y. Neurogenik syok, pucat dan limbung

z. Inversio uteri

2.5. Komplikasi

Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan :

a. Syok hemoragie

Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran
akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh
tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat
dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya
merusak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka
akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.

b. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi
masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak
juga pada asupan ASI bayi.

c. Sindrom Sheehan

Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok.
Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar
hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.

2.6. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan :

a. Pemeriksaan Laboratorium

Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan.

b. Pemeriksaan USG

Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi
intrauterine.

c. Kultur uterus dan vaginal

Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang terjadi.

d. Urinalisis

Memastikan kerusakan kandung kemih.

e. Profil Koagulasi

Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen, aktivasi


masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial.

2.7. Penatalaksanaan

a. Pencegahan
Ø Obati anemia dalam masa kehamilan.

Ø Pada pasien yang mempunyai riwayat perdarahan sebelumnya, agar dianjurkan untuk
menjalani persalinan di RS.

Ø Jangan memijat dan mendorong uterus sebelum plasenta lepas.

b. Penanganan

Ø Tentukan CGS atau tingkat kesadaran.

Ø Bila syok dan koma maka kolaborasikan terapi intravena berupa cairan pengganti atau
tranfusi darah.

Ø Kontrol perdarahan dengan pemberian O2 3lt/menit.

c. Penatalaksanaan secara umum saat terjadinya perdarahan

Ø Hentikan perdarahan.

Ø Cegah terjadinya syok.

Ø Ganti darah yang hilang.

d. Penatalaksanaan khusus:

Ø Tahap I (perdarahan yang tidak terlalu banyak) : Berikan uterotonika, urut / massage pada
rahim, pasang gurita.

Ø Tahap II (perdarahan lebih banyak) : Lakukan penggantian cairan (transfusi atau infus),
prasat atau manuver (Zangemeister, frits), kompresi bimanual, kompresi aorta, tamponade
uterovaginal, menjepit arteri uterina.

Ø Bila semua tindakan di atas tidak menolong : Ligasi arteria hipogastrika, histerekstomi.
2.8. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.

b. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat
dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.

c. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi /


eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia,
perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus,
partus lama / kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.

d. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi

e. Pengkajian fisik :

Tanda vital :

· Tekanan darah : Normal / turun (110/70-120/80 mmHg)

· Nadi : Normal / meningkat (60-100x/menit)

· Pernafasan : Normal / meningkat (16-24x/menit)

· Suhu : Normal / meningkat (36-37,50 C)

Kesadaran : Normal / turun

Fundus uteri / abdomen : lembek / keras, subinvolusi

Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill time memanjang

Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea (jumlah dan jenis)

Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun / berkurang.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan jumlah haemoglobin dalam darah,
perdarahan pasca persalinan.

b) Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan aktif pasca persalinan, berkurangnya jumlah
cairan intravaskuler.

c) Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan, luka pasca operasi.

d) Resiko infeksi b/d porte de entre, luka pasca operasi.

3. Intervensi Keperawatan

a) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan jumlah haemoglobin dalam darah,
perdarahan pasca persalinan.

NOC : perfusi jaringan adekuat / efektif

NIC :

Ø Monitor keadaan umum, dan TTV

Ø Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul

Ø Monitor adanya paretese.

Ø Monitor adanya tanda-tanda hipoksia.

Ø Batasi aktivitas / anjurkan untuk bedrest.

Ø Berikan cairan parenteral : infuse.

Ø Kolaborasi pemberian obat sesuai advis.

b) Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan aktif pasca persalinan, berkurangnya jumlah
cairan intravaskuler.

NOC : tidak terjadi syok

NIC :

Ø Monitor keadaan umum, dan TTV

Ø Monitor tanda-tanda awal syok.


Ø Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan.

Ø Monitor nilai input dan output (balance cairan).

Ø Monitor adanya tanda-tanda hipoksia.

Ø Pantau nilai laborat : Hb. Ht, AGD, elektrolit.

Ø Pertahankan kepatenan jalan napas.

Ø Batasi aktivitas / anjurkan untuk bedrest.

Ø Berikan cairan parenteral : infuse.

Ø Kolaborasi pemberian obat sesuai advis.

c) Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan, luka pasca operasi.

NOC : nyeri berkurang / hilang

NIC :

Ø Lakukan pengkajian nyeri dengan PQRST.

Ø Monitor keadaan umum, dan TTV.

Ø Monitor skala nyeri.

Ø Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

Ø Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai advis.

d) Resiko infeksi b/d porte de entre, luka pasca operasi.

NOC : tidak terjadi infeksi

NIC :

Ø Monitor keadaan umum, dan TTV

Ø Pantau tanda-tanda infeksi.

Ø Lakukan hecting luka.

Ø Melakukan perawatan luka (ganti balut).

Ø Lakukan tindakan dengan prosedur aseptic.


Ø Gunakan alat pelindung diri (APD).

Ø Batasi pengunjung yang datang.

Ø Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai advis.

4. Penatalaksanaan

Penanganan perdarahan pasca persalinan pada prinsipnya adalah hentikan perdarahan,


cegah/atasi syok, ganti darah yang hilang dengan diberi infus cairan (larutan garam fisiologis,
plasma ekspander, Dextran-L, dan sebagainya), transfusi darah, kalau perlu oksigen. Walaupun
demikian, terapi terbaik adalah pencegahan. Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga
pada kasus kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan
tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan
"antenatal care" yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan post
partum sangat dianjurkan untuk bersalin di Rumah Sakit. Di Rumah Sakit, diperiksa kadar
fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila mungkin tersedia donor darah.
Sambil mengawasi persalianan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat
rahim.

Anemia dalam kehamilan, harus diobati karena perdarahan dalam batas batas normal
dapat membahayakan penderita yang sudah menderita anemia. Apabila sebelumnya penderita
sudah pernah mengalami perdarahan post partum, persalinan harus berlangsung di rumah sakit.
Kadar fibrinogen perlu diperiksa pada perdarahan banyak, kematian janin dalam uterus, dan
solutio plasenta.

Dalam kala III, uterus jangan dipijat dan didorong kebawah sebelum plasenta lepas dari
dindingnya. Penggunaan oksitosin sangat penting untuk mencegah perdarahan
pascapersalinan. Sepuluh satuan oksitosin diberikan intramuskular segera setelah anak lahir
untuk mempercepat pelepasan plasenta. Sesudah plasenta lahir, hendaknya diberikan 0,2 mg
ergometrin, intramuskular. Kadang-kadang pemberian ergometrin setelah bahu depan bayi
lahir pada presentasi kepala menyebabkan plasenta terlepas segera setelah bayi seluruhnya
lahir; dengan tekanan pada fundus uteri, plasenta dapat dikeluarkan dengan segera tanpa
banyak perdarahan. Namun salah satu kerugian dari pemberian ergometrin setelah bahu bayi
lahir adalah terjadinya jepitan (trapping) terhadap bayi kedua pada persalinan gameli yang
tidak diketahui sebelumnya.
Pada perdarahan yang timbul setelah anak lahir, ada dua hal yang harus segera
dilakukan, yaitu menghentikan perdarahan secepat mungkin dan mengatasi akibat perdarahan.
Tetapi apabila plasenta sudah lahir, perlu ditentukan apakah disini dihadapi perdarahan karena
atonia uteri atau karena perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan yang disebabkan oleh atonia
uteri, dengan segera dilakukan massage uterus dan suntikan 0,2 mg ergometrin intravena.

5. Evaluasi

Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :

a. Tanda vital dalam batas normal :

Ø Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg

Ø Denyut nadi : 60-100 x/menit

Ø Pernafasan : 16-24 x/menit

Ø Suhu : 36-37,50 C

b. Kadar Hb : 12-16 gr%.

c. Gas darah dalam batas normal.

d. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan
pengobatan yang dilakukan.

e. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan


psikologis dan emosinya.

f. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari.

g. Klien tidak merasa nyeri.

h. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya.

6. Penkes

Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya Perdarahan Post Partum adalah
memimpin kala II dan kala III persalinan secara legeartis. Apabila persalinan diawasi oleh
dokter spesialis obstetric-ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan
ergometrik secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi perdarahan yang
terjadi.

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Post partum / puerperium adalah masa dimana tubuh menyesuaikan, baik fisik maupun
psikososial terhadap proses melahirkan. Dimulai segera setelah bersalin sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil (6 minggu).
Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24 jam pertama,
Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period (minggu kedua sampai
minggu ke enam). Potensial bahaya yang sering terjadi adalah pada immediate dan early post
partum period sedangkan perubahan secara bertahap kebanyakan terjadi pada late post partum
period. Bahaya yang paling sering terjadi itu adalah perdarahan paska persalinan atau HPP
(Haemorrhage Post Partum).

3.2. Saran

Diharapkan askep ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan


pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk
para tim medis agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam
perawatan perdarahan postpartum.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot
Company, Philadelpia.

Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.

Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book,
Philadelpia.

Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.

RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR,
Surabaya

Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.

Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai