PROPOSAL
OLEH :
RECHA MAULIDDAH
NIM: 13.06.2.149.0660
i
DAFTAR ISI
ii
2.2 Konsep Kenakalan Remaja....................................................................... 9
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Kenakalan Remaja di SMPN 1 Palang Tuban Tahun 2016. ................ 20
iii
4.7 Pengumpulan dan Analisa Data.............................................................. 24
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
(adolescence) merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
(Santrock, 2003). Pada fase ini remaja sangatlah rentan mengalami masalah
deliquency). Kenakalan remaja dapat dikaitkan dari kemungkinan pola asuh orang
tua yang tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan remaja. Pola asuh orang
tua merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya selama mengadakan
Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan
keluarga bagi seorang anak dapat dirasakan melalui sikap dari orang yang sangat
1
dekat dan berarti baginya. Dengan kata lain, pola asuh orang tua akan
dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu, orang tua
Salah satu perilaku yang muncul dapat berupa perilaku agresif yang berujung
bentuk pola asuh yang tepat sesuai dengan kebutuhan perkembangan remaja,
sehingga dapat memberikan konstribusi yang positif pada sikap dan perilaku
remaja.
berkembang dengan baik. Pola asuh orang tua menjadi sangat penting dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan anak baik secara fisik maupun psikis.
Untuk itu orang tua membimbing, mendorong dan memotivasi anak untuk hal-hal
2
Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada 20 Oktober
SMPN 1 Palang.
SMPN 1 Palang.
3
1.5.2 Bagi Institusi
terutama bagi orang tua dalam memberikan pola asuh yang efektif bagi anak
remaja.
Penelitian ini mencakup materi tentang pola asuh dan kenakalan remaja.
4
1.7 Orisinilitas Penelitian
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dewasa (Nursalam, 2009). Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa
remaja (adolescence) diartikan masa perkembangan transisi antara masa anak dan
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,
yaitu 12-15 tahun (masa remaja awal), 15-18 tahun (masa remaja pertengahan),
dan 18-21 tahun (masa remaja akhir) (Unayah & Sabarisman, 2015).
minat anak pada dunia luar sangat besar. Pada fase ini, remaja tidak mau
kanaknya. Selain itu, pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu,
Remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan, tetapi masa ini pula
telah timbul unsur baru dalam diri remaja, yaitu kesadaran akan
6
kepribadian dan kehidupan badaniah. Remaja mulai menentukan nilai-nilai
Perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal akan mulai hilang
dan tergantikan dengan kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri
penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu, pada masa
Pada masa ini, remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah
mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan
7
Sedangkan menurut Hurlock (1999) (dalam Unayah & Sabarisman, 2015)
mental yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan
2) Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan
bersifat universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan
perubahan nilai.
masalah.
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk
anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih,
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya
sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan
8
2.2 Konsep Kenakalan Remaja
mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat onar di
sekolah), status pelanggaran (melarikan diri dari rumah), hingga tindakan kriminal
(seperti pencurian) (Santrock, 2007). Dalam pengertian yang lebih luas tentang
anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi
(Sarwono, 2006):
Kenakalan yang bersifat anti sosial, yakni perbuatan atau tingkah laku
yang bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada di lingkungan
hidupnya (Gunarsa, 2007). Kenakalan amoral dan anti sosial tidak diatur
9
berpakaian tidak pantas, keluyuran atau pergi sampai larut malam, dan
mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
ijin.
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri
(internal) maupun faktor dari luar (eksternal) (Unayah & Sabarisman, 2015).
1) Faktor Internal
a) Krisis identitas
10
b) Kontrol diri yang lemah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan
pengetahuannya.
2) Faktor Eksternal
a) Keluarga
keluarga, perselisihan antar anggota keluarga serta pola asuh orang tua
kenakalan remaja.
Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga,
norma dan nilai yan baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat (Hardywinoto
11
Santrock (2007) mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara
atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat
gaya mendidik yang dilakukan oleh orang tua untuk membimbing dan mendidik
yang diinginkan.
terdapat empat jenis gaya pengasuhan orang tua yang berkaitan dengan berbagai
aspek yang berbeda dari perilaku remaja yaitu otoritarian, otoritatif, mengabaikan,
dan memanjakan.
mereka untuk berdialog secara verbal. Pengasuhan orang tua yang bersifat
yang dibesarkan oleh orang tua yang otoritarian sering kali cemas terhadap
12
2) Pengasuhan orang tua yang bergaya otoritatif (authoritative parenting)
anaknya untuk berdialog secara verbal. Di samping itu orang tua juga
Para remaja dari orang tua biasanya mandiri dan memiliki tanggung jawab
sosial.
pengendalian diri yang buruk dan tidak menyikapi kebebasan dengan baik.
13
Jenis pola asuh menurut Hurlock juga Hardy dan Heyes, yaitu pola asuh
Orang tua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha membentuk,
sentuhan, dan kelekatan emosi orang tua dengan anak, sehingga antara
orang tua dan anak seakan memiliki dinding pembatas. Studi yang
tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang
tua dan anak. Dengan kata lain, pola asuh demokratis ini memberikan
yang telah ditetapkan orang tua. Orang tua juga selalu memberikan
bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian terhadap anak mana yang
14
boleh dilakukan dan mana yang tidak. Hal tersebut dilakukan orang tua
sekali. Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab, tetapi
mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan
untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur
anaknya.
Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah (Edward, 2006)
cara yan dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan
peran pengasuhan antara lain, terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak,
kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang tua yang sudah
15
mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih
siap menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu
2) Lingkungan
3) Budaya
anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh
terhadap anaknya.
16
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kenakalan
remaja (Unayah & Sabarisman,
2015) :
1) Faktor Internal
Pola asuh orang tua:
a) Krisis identitas
1) Otoriter
b) Kontrol diri yang lemah
2) Demokratis
2) Faktor Eksternal
3) Permisif
a) Keluarga
b) Teman sebaya
c) Komunitas/lingkurang
Kenakalan remaja
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Kenakalan Remaja di SMPN 1 Palang Tuban Tahun
2016.
17
Dari gambar 3.1, kenakalan remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal ini adalah keluarga berupa pola asuh.
Setiap keluarga biasanya memiliki pola asuh yang berbeda-beda meliputi pola
asuh otoriter, demokratis, maupun permisif. Setiap pola asuh yang diberikan akan
mempengaruhi sikap dan perilaku yang dilakukan oleh remaja, dari perilaku
H1 : Ada hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di SMPN 1
Palang Tuban.
18
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
mengkaji hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen (pola asuh oran
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Variabel independen dan
dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut
(Nursalam, 2013).
19
4.3 Kerangka Kerja
Populasi Penelitian
Seluruh siswa kelas VIII di SMPN 1 Palang Tuban pada tahun 2016
dengan jumlah 104 siswa.
Sampling
Simple random Sampling
Sampel
Siswa kelas VIII di SMPN 1 Palang Tuban sebanyak 83
siswa
Cross Sectional
Analisa Data
Koefisien Kontingensi
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dengan Kenakalan Remaja di SMPN 1 Palang Tuban Tahun
2016.
20
4.4 Identifikasi Variabel
nilainya akan mempengaruhi nilai variabel yang lain (Mustafa, 2009). Variabel
independen atau dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua.
nilainya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variasi nilai variabel lain (Mustafa,
21
4.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di SMPN 1
22
4.6 Sampling Desain
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 1 Palang Tuban sebanyak 104 siswa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yan dimiliki oleh
Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas VIII di SMPN 1 Palang.
N
n= ₂
1+N (d)
Diketahui: N = 104
d = (0,05)2
Jadi: n = _____104______
1+104 (0,05)2
n = 83 orang
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 83 orang responden.
23
4.6.4 Tehnik Sampling
yaitu ”simple random sampling”, yaitu pemilihan ini diseleksi secara acak, jika
sampling frame kecil, nama bisa ditulis pada secarik kertas, diletakkan di kotak,
diaduk, dan diambil secara acak setelah setelah semua terkumpul (Nursalam,
menuliskan kode responden dikertas kecil, diletakan di kotak, diaduk, dan diambil
secara acak. Kertas yang diambil tadi yang dipergunakan sebagai bahan penelitian
4.7.1 Instrumen
atau variabel, dengan kata lain instrumen adalah alat pengukur variabel (Mustafa,
2009). Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, instrumen yang digunakan
(Nursalam, 2013).
24
Proses pengumpulan data pada penelitian ini berawal dari observasi daerah
yang akan diteliti, kemudian meminta ijin kepada pihak – pihak terkait, setelah itu
peneliti memberikan Inform Concent pada siswa kemudian diminta untuk mengisi
kuisioner dan setelah data terkumpul data langsung diolah untuk mendapatkan
hasil penelitian.
1) Editing
diberikan, dan tidak ada kuesioner yang tidak terisi. Hal ini dilakukan
2) Coding
a) Usia siswa:
25
b) Tipe pola asuh orang tua:
3) Scoring
4) Tabulating
5) Analisa Data
data dan dianalisa dengan uji analisa Koefisien Kontingensi dengan SPSS
26
Cara penarikan kesimpulan:
a) Jika p value > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
a) Seluruhnya : 100%
d) Setengahnya : 50%
g) Tidak satupun : 0%
yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan pengambilan sampel. Setelah itu
telah memenuhhi kriteria dengan disertai judul penelitian dan manfaatnya. Bila
subjek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak
mereka.
27
4.8.2 Confidentiality (Kerahasiaan)
kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Setiawan, A. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja di
Desa Kapur Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Sociodev,
Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 3 , 10.
Setyoso, T. A. (2013). Bukan Arek Mbeling. Jakarta: Indie Book Corner.
Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suparyanto. (2011). Desain Penelitian Pra Eksperimen. Dipetik Oktober 22,
2016, dari dr Suparyanto: http://dr-suparyanto.blogspot.com
Unayah, N., & Sabarisman, M. (2015). Fenomena Kenakalan Remaja dan
Kriminalitas. Sosio Informa Vol. 1 No. 02 , 121-140.
Widyarini, M. M. (2009). Psikologi Populer: Relasi Orang Tua & Anak. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
30