Anda di halaman 1dari 6

Perancangan Alat Pendinginan Portable

Menggunakan Elemen Peltier


R. Umboh, J. J O. Wuwung, E. Kendek Allo, B. S. Narasiang,
Jurusan Teknik Elektro-FT,
Elektro UNSRAT, Manado-95115, Email: umboh.ronald@gmail.com

Abstrak - Teknologi refrigerasi adalah bidang teknik yang Upaya untuk mengatasi penggunaan refrigeran yang
berkaitan dengan penggunaan mesin untuk menjaga suhu dapat merusak lapisan ozone adalah dengan
suatu objek pada titik atau range tertentu, yang biasanya menggunakan bahan kimia ia lain yang tidak merugikan
berkisar dari 25oC (suhu ruangan) sampai dengan -18oC. atau mengaplikasikan metode lain yang tidak
Teknologi refrigerasi saat ini menggunakan sistem kompresi
menggunakan bahan kimia. Perlu dipertimbangkan
gas yang menggunakan refrigeran sebagai penukar
kalornya. metode yang tetap bekerja sebagai pompa kalor, namun
Refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi gas dalam aplikasinya, tidak lagi menggunakan siklus
merupakan senyawa sintetik yang dirancang sedemikian kompresi-uap
uap seperti yang digunakan
digunaka lemari es saat ini.
rupa sebagai penukar kalor ideal. Namun, refrigeran ini Sebut saja efek termoelektrik. Efek termoelektrik
dapat merusak lapisan
an ozon jika terurai di udara. Sehingga, adalah hubungan antara energi panas dan energi listrik
rusaknya lapisan ozon ini memberikan dampak langsung yang terjadi pada titik temu antara dua jenis logam yang
pada pemanasan global. berbeda. Efek termoelektrik ini kini dikembangkan dalam
Berdasarkan masalah tersebut, penulis memanfaatkan suatu alat yang disebut elemen Peltier. Dengan kelebihan
efek termoelektrik melalui elemen peltier dengan beberapa
maupun kekurangannya, elemen ini dapat direkayasa
komponen penunjang seperti heatsink dan kipas dalam
merekayasa sistem pendingin. Sistem pendingin tersebut dalam merancang suatu sistem pendingin yang nantinya
dapat digunakan untuk menjaga suhu suatu objek berada dapat menggantikan sistem yang konvensional.
dibawah suhu lingkungan. Untuk menunjang kerja sistem
pendingin diperlukan sistem-sistem
sistem tambahan seperti II. LANDASAN TEORI
termometer agar kita ta dapat mengetahui suhu sistem
pendingin dan menentukan suhu objek yang ingin kita jaga A. Efek Termoelektrik
melalui pengaturan setpoint suhu. Sistem pengendalian ini Efek termoelektrik pertama kali
kal ditemukan pada
dikerjakan sepenuhnya oleh mikrokontroler AVR tahun 1821 oleh T. J. Seebeck. Ia menunjukkan bahwa
ATmega8535.
gaya gerak listrik (ggl) dapat dihasilkan dengan
Kemampuan pendinginan dari sistem pendingin ini
tergantung
rgantung dari objek atau beban pendinginan yang kita memanaskan titik sambungan antara dua penghantar
rata suhu minimum yang dicapai adalah 20oC
berikan. Rata-rata listrik yang berbeda. Efek Seebeck dapat
untuk pendinginan selama 1 jam. didemonstrasikan dengan membuat sambungan antara
dua kawat dari jenis logam yang berbeda ( misalnya,
Kata Kunci : Teknologi Refrigerasi, Efek Termoelektrik, tembaga dan besi). Ujung kawat lainnya dihubungkan ke
Elemen Peltier, Sistem Pendingin galvanometer atau voltmeter yang sensitif. Jika
sambungan antara kawat dipanaskan, maka alat ukur akan
I. PENDAHULUAN membaca adanya sejumlah kecil tegangan. Susunan Susuna
demonstrasi ini ditunjukkan pada gambar 1. Dua kawat
Pemanfaatan teknologi telah merambah dalam semua dapat dikatakan membentuk sebuah termokopel. Didapati
aspek kehidupan manusia, salah satunya teknologi juga bahwa besar tegangan termoelektrik sebanding
household appliances yang sudah tidak terlepas dari dengan perbedaan suhu antara titik sambungan
keseharian kegiatan manusia saat ini. Household termokopel dan koneksinya pada alat ukur.
appliances atau peralatan rumah tangga adalah berbagai Tiga belas tahun setelah Seebeck melakukan
peralatan yang mempermudah manusia dalam melakukan penemuannya, J. Peltier, seorang pembuat jam tangan,
kegiatan sehari-hari
hari di dalam rumah/tempat tinggalnya.
Peralatan rumah tangga adalah salah satu contoh
teknologi yang terus berkembang mengikuti kebutuhan
manusiaia akan berbagai faktor, misalnya, kemudahan,
keandalan, kenyamanan, ekonomi, dan sebagainya.
Seiiring perkembangan teknologi dalam bidang
household appliances,, manusia menyadari bahwa
terdapat hal yang merugikan. Beberapa bahan kimia yang
digunakan manusia ia sebagai salah satu sumber daya
peralatan rumah tangga, terbukti berbahaya/tidak ramah
lingkungan. Salah satunya adalah refrigeran yang
digunakan dalam lemari es. Refrigeran adalah bahan
kimia yang digunakan dalam siklus kerja lemari es yang
dapat merusak struktur lapisan O3 (ozone
ozone) jika terurai di
udara. Hal ini sangat memprihatinkan karena merupakan
penyebab utama terjadinya pemanasan global. Gambar 1. Eksperimen yang menunjukkan efek Seebeck dan Peltier

1
peneliti
eneliti efek termoelektrik yang kedua. Ia mendapati Gambar 4 menunjukkan elemen peltier yang sedang
dimana arus listrik yang melalui suatu termokopel akan dialiri arus listrik dan menimbulkan perbedaan suhu pada
menghasilkan efek pemanasan atau pendinginan kedua interkoneksi. Interkoneksi yang dialiri arus dari
bergantung pada arah aliran arus listrik tersebut. Efek arah semikonduktor tipe-nn ke tipe-p
tipe akan menyerap kalor
Peltier cukup sulit untuk didemonstrasikan menggunakan atau dengan kata lain menjadi dingin. Sedangkan,
termokopel karena selalu terdapat efek pemanasan Joule interkoneksi yang dialiri arus dari arah semikonduktor
yang juga muncul. Jika digunakan susunan
susuna seperti yang tipe-p ke tipe-nn akan membuang/mendisipasi kalor atau
ditunjukkan pada gambar 1,, barulah efek peltier dapat dengan kata lain menjadi panas. Interkoneksi antara
didemonstrasikan, pada prinsipnya, mengganti meter semikonduktor pada elemen peltier terbuat dari
dengan sumber arus searah dan menempatkan termometer konduktor yang menyebabkan arus dapat mengalir dalam
kecil pada titik sambungan termokopel. kedua arah, berbeda dengan dioda yang interkoneksinya
(depletion layer)) hanya membuat arus mengalir dalam
B. Elemen Peltier satu arah saja.
Elemen peltier atau pendingin termoelektrik
(thermoelectric cooler) adalah alat yang dapat III. PERANCANGAN SISTEM
menimbulkan perbedaan suhu antara kedua sisinya jika
dialiri arus listrik searah pada kedua kutub materialnya, A. Skema Perancangan Sistem
dalam hal ini semikonduktor. Pada gambar 2 ditunjukkan Pada Gambar 5, 2 buah elemen peltier yang terdapat
bentuk fisik elemen peltier. Dalam hal refrigerasi, diantara heatsink dan coldsink bekerja saat dicatu oleh
keuntungan utama dari elemen peltier adalah tidak tegangan dc 12 V. Saat elemen tersebut bekerja masing-
masing
adanya bagian yang bergerak atau cairan yang masing sisi elemen akan membuang kalor dan melepas
bersikulasi, dan ukurannya kecil serta bentuknya mudah kalor. Heatsink akan memfokuskan pembuangan kalor
direkayasa. Sedangkan kekurangannya terletak pada dan coldsink akan memfokuskan penyerapan kalor. Kipas
faktor efisiensi daya yang rendah dan biaya perancangan C2 dan C3 akan mempercepat
memper pembuangan kalor
sistem yang masih relatif mahal. Namun, kini banyak sedangkan C1 akan mempercepat penyerapan kalor. Kipas
peneliti yang sedang mencoba mengembangkan elemen C2 dan C3 akan meniupkan udara bersuhu t0 (suhu
peltier yang murah dan efisien. lingkungan) ke heatsink,, sehingga udara yang keluar dari
Gambar 3 menunjukkan elemen peltier tersusun atas heatsink bersuhu t1. Kipas C1 akan meniupkan udara
serangkaian dua tipe semikonduktor (tipe-p
(tipe dan tipe-n) bersuhu t3 melalui coldsink,, sehingga udara yang keluar
yang dihubungkan secara seri. Pada setiap sambungan dari coldsink bersuhu t4. Seiiring waktu, t3 akan mencapai
antara dua tipe semikonduktor tersebut dihubungkan t4 sehingga t3 = t4.
dengan konduktor tor yang terbuat dari tembaga.
Interkoneksi konduktor tersebut diletakkan
diletak masing-
masing di bagian atas dan di bagian bawah
semikonduktor. Konduktor bagian atas ditujukan untuk
membuang kalor dan konduktor bagian bawah ditujukan
untuk menyerap kalor. Pada kedua bagian interkoneksi
ditempelkan pelatelat yang terbuat dari keramik. Pelat ini
bertujuan untuk memusatkan kalor yang berasal dari
konduktor.

Gambar 4. Prinsip kerja elemen Peltier

t0 t0

C3 C2 D
t1 B t1
Gambar 2. Elemen Peltier
A1 A2
t4 t4 Keterangan:
A1 = Coldsink 1
C1 A2 = Coldsink 2
B = Heatsink
t3 t3 C1 = Kipas 1
C2 = Kipas 2
C3 = Kipas 3
D = Elemen
Kabinet Pendingin Peltier

Gambar 5. Skema perancangan


Gambar 3. Struktur elemen Peltier

2
B. Blok Diagram Rangkaian tempelkan pada elemen peltier, terdapat kipas dc
Diagram blok pada gambar 6 dapat diuraikan sebagai yang berfungsi untuk mempercepat pembuangan
berikut: dan penyerapan kalor.
1. Sensor suhu berfungsi untuk membaca suhu dari
kabinet pendingin kemudian meneruskan sinyal C. Perancangan rangkaian tiap blok
analog tersebut ke ADC. Dari rangkaian sensor dan pengkondisi sinyal pada
2. ADC (Analog-to-Digital Converter) berfungsi untuk gambar 7, sensor yang digunakan adalah IC LM35DZ
mengubah sinyal analog dari sensor suhu menjadi yang dapat mendeteksi perubahan suhu dan merubahnya
sinyal digital, kemudian meneruskan sinyal digital menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini kemudian
tersebut ke mikrokontroler. dimasukan ke dalam IC ADC0804 untuk diubah menjadi
3. Input disini adalah tombol “up” dan “down” untuk sinyal digital 8-bit. Naik atau turunnya 1 bit dari keluaran
menaikkan atau menurunkan permintaan suhu ADC tergantung dari resolusi ADC. Resolusi ADC
minimum. adalah berapa besar tegangan yang dibutuhkan untuk
4. LCD (Liquid Crystal Display) akan menunjukkan menaikan atau menurunkan 1 bit pada keluaran ADC.
berapa permintaan suhu minimum yang diatur Untuk menaikkan 1 bit per derajat celcius, resolusi ADC
melalui input (tombol “up” dan “down”). harus diatur menjadi 10 mV.
5. Mikrokontroler berfungsi untuk memproses Seperti dilihat pada gambar 8, mikrokontroler
masukan dari ADC dan membandingkannya dengan digunakan untuk memroses data dari ADC dan up/down
input permintaan suhu minimum, menampilkan counter. Kemudian sebagai output adalah tampilan pada
pembacaan suhu di dalam kabinet pendingin melalui LCD, 7-segment dan sistem pendingin elemen peltier.
7-segment, mengendalikan kerja elemen peltier dan Data dari ADC dimasukan dalam port A, data dari
kipas dc berdasarkan perintah-perintah yang telah up/down counter dimasukan dalam port B, untuk LCD
diprogram sebelumnya di dalam mikrokontroler. dikendalikan dari port D, perintah kendali relay dari port
6. Driver relay berfungsi sebagai rangkaian kopel B dan untuk tampilan 7-segment dari port C.
untuk mengendalikan aktif tidaknya kipas dc, yang Rangkaian referensi suhu pada gambar 10
dipicu dari sinyal output mikrokontroler. menggunakan 2 buah tombol push-on masing-masing
7. Pada masing-masing heatsink dan coldsink yang di- untuk menaikkan dan menurunkan suhu referensi. Untuk
membedakan kombinasi logika yang masuk dalam IC up-
down counter CD4029, digunakan IC SN74LS00.

Gambar 6. Diagram blok sistem

Gambar 8. Rangkaian mikrokontroler ATmega8535

Gambar 7. Rangkaian sensor dan pengkondisi sinyal Gambar 9. Rangkaian tampilan 7-segment

3
LM7805
Vin Vout PortB.1
+12V 1 2
3
Gnd PortB.2
Gnd PortB.3
PortB.4

1kΩ 1kΩ SN74LS00 CD


CD4029
1 14 1 16
A1 Vcc PE Vdd
2 13 2 Q4 15
B1 Y4 Clk
3 12 3 J4 14
Y1 B4 Q3
4 11 4 13
A2 A4 J1 J3
Down Up 5 10 5 12
B2 Y3 Carry In J2
6 9 6 11
Y2 B3 Q1 Q2
7 8 7 10
Gnd A3 Carry Out U/D
8 9
Vss B/D

Gambar 12. Rangkaian Driver Relay

TABEL I
NE555
1 8 10kΩ 100 kΩ
PENGUJIAN CATU DAYA
Gnd Vcc
2 7
Trig Dis
3
Out Thres
6 VOUT /V VOUT /V
4
Rst Control
5 I /A P /W η /%
10µF (Tanpa (Dengan
(Arus) (Daya) (Efisiensi)
Beban) Beban)
12,00 11,99 5,65 67,74 99,91
11,99 11,97 5,70 68,23 99,83
12,01 11,98 5,68 68,05 99,75
Gambar 10. Rangkaian referensi suhu
12,01 11,99 5,68 68,10 99,83
LCD 2x16 karakter 12,00 11,98 5,69 68,22 99,83
LED+

Karakteristik Keluaran LM35


Vee
Vss
Vcc

LED-
Rw

D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
Rs

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11121314
1415 16
450
400
Keluaran LM35 (mV)

Ground
350
+5Vdc
300
PortD.0 250
PortD.1 200
PortD.2
150
100
PortD.4
50
PortD.5 0
PortD.6
0 2 4 6 8 10121416
16182022242628303234363840
PortD.7
Suhu padaTermometer Digital (oC)

Gambar 11.. Rangkaian Tampilan LCD


Gambar 13. Karakteristik Keluaran LM35
Keluaran IC up-down counter CD4029 adalah sinyal
digital 4-bit
bit yang dimasukan ke mikrokontroler sebagai 99, dan 1 buah 7-segment
segment digunakan hanya untuk
input pemilih suhu minimum. Sinyal denyut dibutuhkan menampilkan satuan derajat celsius seperti pada gambar
untuk mengoperasikan pewaktuan pencacah CD4029, 9. 2 buah 7-segment yang digunakan untuk menampilkan
denyut ini disuplai olehh multivibrator NE555. angka masing-masing
masing dihubungkan dengan IC decoder
Tampilan LCD pada gambar 11 telah menjadi BCD-ke-7-segment SN74LS47, untuk mengkonversi
bentuk kit dengan 16 pin. Pin-pin pin ini nantinya bilangan BCD dari mikrokontroler
mikrokontro menjadi tampilan
dihubungkan ke mikrokontroler sebagai monitor dari angka pada 7-segment.. Pada setiap masukan segment
rangkaian input.. Berdasarkan hubungan pin dari LCD ke dihubungkan resistor 1 kΩΩ secara seri untuk membatasi
mikrokontroler dapat diklasifikasikan sifat pin tersebut, tegangan pada LED dalam segment tersebut.
dimana pin D4-D7 D7 adalah sebagai data, pin 4-6 adalah Pada gambar 12, perintah dari mikrokontroler
kontrol dan pin 1-3 adalah catu daya. Pin 15 dan 16 dimasukkan terlebih dahulu ke dalam rangkaian driver
adalah kaki anoda dan katoda dari LED yang menentukan berupa kombinasi transistor switching dan relay, dimana
tingkat kecerahan dari LCD. fungsinya adalah untuk
ntuk mengendalikan kerja kipas di
Untuk menampilkan suhu di dalam kabinet dalam kabinet.. Berdasarkan gambar 12 juga dapat dilihat
pendingin, digunakan 3 buah 7-segment dimana 2 buah 7- 7 dimana digunakan
unakan satu buah driver relay yang digunakan
segment digunakan untuk menampilkan angka 0 sampai sebagai switch pada kipas.
4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN D. Pengujian Sistem Pendingin
Pengujian sistem pendingin dilakukan pada saat tidak
A. Pengujian Catu Daya ada beban pendinginan (kabinet kosong), dan pada air
Untuk menguji catu daya, dilakukan 5 kali dengan tiga massa berbeda, masing-masing
masing 100 gr, 200 gr
pengukuran pada tegangan dan arus keluaran. Untuk dan 500 gr. Dimana pengujian dilakukan selama 60 menit
m
pengukuran tegangan dilakukan pengukuran saat tanpa untuk masing-masing
masing sampel.
sampel Kesimpulan sementara
beban dan saat diberikan beban. Tujuan dari pengujian penulis didapat berdasarkan,
catu daya ini adalah untuk mengetahui efisiensi dari catu 1. Suhu minimum,
daya. a. saat kosong (tidak ada beban) adalah 19oC
Berdasarkan hasil pengujian, tingkat efisiensi catu b. dengan air bermassa 100 gr adalah 22oC
daya berkisar antara 99,75% – 99,91%,, mengingat tidak c. dengan air bermassa 200 gr adalah 23oC
ada catu daya yang sempurna atau memiliki tingkat d. dengan air bermassa 500 gr adalah 23oC
efisiensi 100%. 2. Penurunan suhu yang paling signifikan terjadi
antara menit 0 – 20,
B. Pengujian Sensor Suhu a. saat kosong (tidak ada beban) sebesar 7oC
Untuk menguji sensor suhu, dilakukan perbandingan b. dengan air bermassa 100 gr sebesar 4oC
antara termometer digital yang telah ditera terhadap IC c. dengan air bermassa 200 gr sebesar 2oC
sensor suhu LM35. Pengujian dilakukan pada kisaran d. dengan air bermassa 500 gr sebesar 2oC
suhu 10 oC – 40 oC. Keluaran IC sensor suhu LM35
adalah tegangan dc sebesar 10 mV/oC, oleh karena itu
i T V. KESIMPULAN
pada sensor dapat ditentukan melalui VOUT sensor/10mV.
Setelah melakukan pengujian, dapat disimpulkan sebagai
C. Pengujian Rangkaian ADC berikut:
Untuk menguji rangkaian ADC, masukan analog 1. Suhu minimum yang dapat dicapai sistem pendingin
diberikan oleh keluaran IC sensor LM35, oleh karena itu bergantung pada beban yang diberikan, dimana saat
kisaran tegangan analog adalah 298 mV – 398 mV. kosong suhu minimum adalah 19oC, dengan air
Keluaran dari rangkaian ADC telah dimasukkan ke dalam bermassa 100 gr suhu minimum adalah 22oC,
mikrokontroler sehingga dapat ditampilkan melalui dengan air bermassa 200 gr suhu minimum adalah
tampilan 7-segment, olehh karena itu hasil konversi ADC 23oC, dengan air bermassa 500 gr suhu minimum
dapat langsung dibaca melalui tampilan 7-segment, adalah 23oC.
sehingga pengujian dapat dilakukan dengan membaca
TABEL III
langsung hasil pada tampilan 7-segment
segment saat IC sensor
PENGUJIAN SISTEM PENDINGIN
LM35 diberikan variasi suhu. Keluaran ADC adalah
tegangan
gangan dc dengan 2 keadaan yaitu 5 V saat logika “1” Tn / oC
dan 0 V saat logika “0”.
No. t / menit Air
TABEL II Kosong
100 gr 200 gr 500 gr
PENGUJIAN RANGKAIAN ADC
1. 0 28 28 28 28
VOUT Keluaran ADC Konver 2. 10 25 25 27 27
(IC si
3. 20 21 24 26 26
Sens Biner
4. 30 20 23 25 25
or DB DB DB DB DB DB DB DB ke
5. 40 19 22 24 25
LM3 0 1 2 3 4 5 6 7 Desim
5) al 6. 50 19 22 24 24

298 0 1 1 1 1 0 0 0 30 7. 60 19 22 23 23
309 1 1 1 1 1 0 0 0 31
318 0 0 0 0 0 1 0 0 32
30
328 1 0 0 0 0 1 0 0 33
25
339 0 1 0 0 0 1 0 0 34
Suhu (oC)

20
100 gr
348 1 1 0 0 0 1 0 0 35 15
10 200 gr
359 0 0 1 0 0 1 0 0 36
5 500 gr
369 1 0 1 0 0 1 0 0 37
0 Kosong
379 0 1 1 0 0 1 0 0 38
0 10 20 30 40 50 60
388 1 1 1 0 0 1 0 0 39
Waktu (menit)
398 0 0 0 1 0 1 0 0 40

Gambar 14. Penurunan Suhu Untuk 4 Keadaan Beban


5
2. Penurunan suhu yang paling signifikan terjadi
selama 20 menit dari saat sistem diaktifkan, dimana
saat kosong sebesar 7oC, dengan air bermassa 100 gr
sebesar 4oC, dengan air bermassa 200 gr sebesar
2oC, dan dengan air bermassa 500 gr sebesar 2oC.
3. Setelah 20 menit, suhu akan turun + 1oC per 10
menit sampai suhu konstan pada menit ke 60.

DAFTAR PUSTAKA

[1] W. Arismunandar, Penyegaran Udara, Bandung, 1995.


[2] F. J. Blatt, Physics of Electronic Conduction in Solids, New York
2000.
[3] H. J.Goldsmid, Introduction to Thermoelectricity, London, 2009.
[4] I. M. Gottlieb, Catu Daya-Switching Regulator, Jakarta, 1992
[5] K. Handoko, Lemari Es, Jakarta, 1981.
[6] S. Hasan, Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Jilid 1, Direktorat
Pembinaan SMK, Bandung, 2008.
[7] K. F. Ibrahim, Teknik Digital, Yogyakarta, 1996.
[8] J. H. Lienhard, A Heat Transfer Textbook Third Edition,
Cambridge, 2008
[9] A. K. Maini, Digital Electronics, West Sussex, 2007.
[10] S. Rangkuti, Mikrokontroler ATMEL AVR, Bandung, 2010.
[11] S. Wasito, Vademekum Elektronika, Jakarta, 1984.
[12] D. L. Tobing, Fisika Dasar 1, Jakarta, 1996.
[13] R. J. Traister, Proyek IC 555, Jakarta, 1987.
[14] A. Winoto, Mikrokontroler AVR ATmega8/16/32/8535 dan
Pemrogramannya dengan Bahasa C pada WinAVR, Bandung,
2010.

Anda mungkin juga menyukai