Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakanag

Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi mengenai sendi

yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu berat badan. Kelainan ini

bersifat progresif lambat dan tidak diketahui penyebabnya. Dari beberapa

kelainan sendi, osteoartritis merupakan kelainan sendi yang paling banyak

dijumpai. Di Bagian Rema-tologi RSCM prevalensinya 56,7%. Dengan

meningkatnya usia prevalensi kelainan ini meningkat pula. Osteoatritis lutut

menyebabkan nyeri pada sendi lutut dan daerah sekitarnya (3,4,5), Nyeri akan

bertambah jika melakukan kegiatan yang membebani lutut seperti berjalan,

naik turun tangga, berdiri lama. Gangguan tersebut mulai dari yang paling

ringan sampai yang paling berat sehinggapenderita tidak bisa berjalan (2,4).

Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri sendi. Masyarakat awam

dan bahkan beberapa dokter (secara keliru) langsung beranggapan karena

disebabkan oleh rematik atau asam urat.Sebagian lagi berpikir akibat

osteoporosis. Namun kenyataannya penyebab utamanya nyeri sendi

(khususnya yang dialami oleh yang berusia lebih dari 45 tahun) adalah

osteoartritis. Penyebab osteoartritis bermacam-macam. Beberapa penelitian

menunjukkan adanya hubungan antara osteoarthritis dengan reaksi alergi,

infeksi, dan invasi fungi (mikosis). Riset lain juga menunjukkan adanya

faktor keturunan (genetik) yang terlibat dalam penurunan penyakit ini.

1
2

A. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan

Osteoartritis

B. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada pasien dengan

osteoartritis

2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa masalah serta keluhan pasien

dengan osteoartrits

3. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan berdasarkan rumusan

masalah pada pasien dengan osteoartritis

4. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

osteoartritis

5. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil-hasil tindakan yang dilaksanakan.


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Osteoartritis

Osteoartritis (Artritis Degeneratif, Penyakit Sendi Degeneratif)

adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya

kemunduran pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya,

yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan. Penyakit ini biasanya

terjadi pada usia diatas 70 tahun. Bisa terjadi pada pria dan wanita, tetapi

pria bisa terkena pada usia yang lebih muda.

2. Penyebab

Dalam keadaan normal, sendi memiliki derajat gesekan yang

rendah sehingga tidak akan mudah aus, kecuali bila digunakan secara

sangat berlebihan atau mengalami cedera. Osteoartritis kemungkinan

berawal ketika suatu kelainan terjadi pada sel-sel yang membentuk

komponen tulang rawan, seperti kolagen (serabut protein yang kuat pada

jaringan ikat) dan proteoglikan (bahan yang membentuk daya lenting

tulang rawan).

Selanjutnya tulang rawan tumbuh terlalu banyak, tetapi pada

akhirnya akan menipis dan membentuk retakan-retakan di permukaan.

Rongga kecil akan terbentuk di dalam sumsum dari tulang yang terletak

dibawah kartilago tersebut, sehingga tulang menjadi rapuh.

3
4

Tulang mengalami pertumbuhan berlebihan di pinggiran sendi dan

menyebabkan benjolan (osteofit), yang bisa dilihat dan bisa dirasakan.

Benjolan ini mempengaruhi fungsi sendi yang normal dan menyebabkan

nyeri.

Pada akhirnya, permukaan tulang rawan yang halus dan licin

berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang, sehingga sendi tidak lagi

dapat bergerak secara halus. Semua komponen sendi (tulang, kapsul

sendi, jaringan sinovial, tendon dan tulang rawan) mengalami kegagalan

dan terjadi kelainan sendi.

Osteoartritis dikelompokkan menjadi:

a. Osteoartritis primer, jika penyebabnya tidak diketahui

b. Osteoartritis sekunder, jika penyebabnya adalah penyakit lain

(misalnya penyakit Paget atau ineksi, kelainan bentuk, cedera atau

penggunaan sendi yang berlebihan).

Orang-orang yang pekerjaannya menyebabkan penekanan

berulang pada sendi mempunyai resiko lebih besar untuk menderita

osteoartritis. Jenis pekerjaan ini misalnya pekerja tambang dan supir

bis. Obesitas diduga merupakan faktor utama dalam terjadinya

osteoartritis, tetapi pembuktiannya belum cukup kuat.

3. Gejala

Bila dilakukan x-ray pada orang-orang berusia 40 tahun,

kebanyakan akan memperlihatkan mulai terjadinya osteoartritis, terutama


5

pada sendi penopang beban seperti sendi panggul; tetapi hanya sedikit

yang memiliki gejala.

Gejala biasanya timbul secara bertahap dan pada awalnya hanya

mengenai satu atau sedikit sendi. Yang sering terkena adalah sendi jari

tangan, pangkal ibu jari, leher, punggung sebelah bawah, jari kaki yang

besar, panggul dan lutut.

Nyeri yang biasanya akan bertambah buruk jika melakukan olah

raga, merupakan gejala pertama. Beberapa penderita merasakan kekakuan

pada sendinya ketika bangun tidur atau pada kegiatan non-aktif lainnya,

tetapi kekakuan ini biasanya menghilang dalam waktu 30 menit setelah

mereka kembali menggerakkan sendinya.

Kerusakan karena orteoartritis semakin memburuk, sehingga sendi

menjadi sukar digerakkan dan pada akhirnya akan terhenti pada posisi

tertekuk.

Pertumbuhan baru dari tulang, tulang rawan dan jaringan lainnya

bisa menyebabkan membesarnya sendi, dan tulang rawan yang kasar

menyebabkan terdengarnya suara gemeretak pada saat sendi digerakkan.

Pertumbuhan tulang (nodus Herbeden) sering terjadi pada sendi di ujung

jari tangan.

Pada beberapa sendi (misalnya sendi lutut), ligamen (yang

mengelilingi dan menyokong sendi) teregang sehingga sendi menjadi

tidak stabil. Menyentuh atau menggerakkan sendi ini bisa menyebabkan

nyeri yang hebat.


6

Sendi panggul menjadi kaku dan kehilangan daya geraknya

sehingga menggerakkan sendi panggul juga menimbulkan nyeri.

Osteoartritis sering terjadi pada tulang belakang. Gejala utamanya adalah

nyeri punggung. Biasanya kerusakan sendi di tulang belakang hanya

menyebabkan nyeri dan kekakuan yang sifatnya ringan.

Osteoartritis pada leher atau punggung sebelah bawah bisa menyebabkan

mati rasa, kesemutan, nyeri dan kelemahan pada lengan atau tungkai, jika

pertumbuhan tulang berlebih menekan persarafannya.

Kadang pembuluh darah yang menuju ke otak bagian belakang tertekan,

sehingga timbul gangguan penglihatan, vertigo, mual dan muntah.

Pertumbuhan tulang juga bisa menekan kerongkongan dan menyebabkan

kesulitan menelan.

Ada beberapa faktor risiko terjadinya osteoartritis adalah sebagai

berikut:

a. Wanita berusia lebih dari 45 tahun

b. Kelebihan berat badan

c. Aktivitas fisik yang berlebihan, seperti para olahragawan dan pekerja

kasar

d. Menderita kelemahan otot paha

e. Pernah mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak

mendapatkan perawatan yang tepat.

4. Klasifikasi

Menurut penyebabnya dibagi atas :


7

a. Osteoartritis Primer jika penyebabnya tidak diketahui

b. Osteoartritis Sekunder, dapat disebabkan karena kelainan

kongenital, penyakit metabolik, trauma, inflamasi, penyakit Cermin

Dunia Kedokteran No. 129, 2000 45 endokrin dan degenerasi (5,11)

Menurut distribusinya dibagi atas :

1) Osteoartritis Perifer, dapat terjadi bilateral (85%) atau monoartikuler

(10%). Biasanya mengenai sendi lutut (75%), tangan dan jari-jari

(60%), kaki (40%), panggul (25%), bahu (15%)-(5,11)

2) Osteoartritis Spinal : Biasanya mengenai daerah lumbal (30%) dan

cervical (20%)-(5,11)

Faktor Predisposisi :

1) Umur

Prevalensi osteoartritis makin meningkat dengan bertambahnya

umur (2,12)

2) Jenis kelamin

Di bawah umur 45 tahun frekuensi timbulnya osteoartritis pada

ke dua jenis kelamin sama, sedangkan di atas 50 tahun lebih

banyak dijumpai pada wanita. Wanita dua kali lebih banyak

terkenaosteoartritis lutut daripada laki-laki (1,13).

3) Kegemukan

Sebagian besar pasien osteoartritis mempunyai berat rata-rata di

atas normal
8

4) Trauma

Pekerja yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai

risiko terserang osteoartritis lebih besar dibandingkan dengan

pekerja yang tidak banyak membebani lutut

5) Genetik

6) Penyakit endokrin

Hipotiroidisme dan diabetes melitus dapat menyebabkan

timbulnya osteoartritis

7) Deposit pada rawan sendi

Seperti pada hemokromtatosis, penyakit Wilson, okronosis.

Patogenesis Sampai saat ini masih belum jelas, karena

banyak faktor-faktor penyebab atau faktor-faktor predisposisi

yang mempengaruhinya.

Perubahan-perubahan yang terjadi yaitu :

a) Kerusakan tulang rawan sendi

Dalam keadaan normal matrix tulang rawan berisi lebih

kurang 80% air, 3,6% proteoglikan, 15% kolagen dan sisanya

mineral dan zat-zat organik lain serta kondrosit yang

berfungsi membentuk kolagen dan proteoglikan Kadar

kolagen dan proteoglikan ini yang menentukan agar matrix

tulang rawan berfungsi baik yaitu sebagai penahan beban dan

peredam kejut.
9

(1). Pada tahap awal kerusakan tulang rawan, terjadi

penurunan kadar proteoglikan sedangkan kadar kolagen

masih normal. Hal ini terjadi karena proses destruksi

melebihi proses produksinya sehingga permukaan

tulang rawan menjadi lunak secara lokal. Juga kadar air

menurun sehingga warna matrix menjadi kekuningan

dan timbul retakan dan mulai terbentuk celah.

(2). Tahap kedua, celah makin dalam tetapi belum sampai

ke perbatasan daerah subkondral. Jumlah sel rawan

mulai menurun, begitu juga kadar kolagen.

(3). Tahap ketiga, celah makin dalam sampai ke daerah

subkondral. Kista dapat menjadi sangat besar dan pecah

sehingga permukaannya menjadi tidak teratur.

(4). Tahap keempat, serpihan rawan sendi yang terapung

dalam cairan sendi akan difagosit oleh sel-sel membran

sinovia dan terjadilah reaksi radang. Sementara itu

kondrosit mati, proteoglikan dan kolagen tidak

diproduksi lagi.

b) Pembentukan

Ada beberapa hipotesis mengenai pembentukan osteofit :

1) Akibat proliferasi pembuluh darah di tempat rawan sendi

berdegenerasi.

2) Akibat kongesti vena yang disebabkan perubahan sinusoid


10

sumsum yang tertekan oleh kista subkondral.

3) Akibat rangsangan serpihan rawan sendi, maka akan tim-

bul sinovitis sehingga tumbuh osteofit pada tepi sendi,

pada perlekatan ligamen atau tendon dengan tulang

Gambaran klinik dan radiologik :

Gejala klinik yang paling menonjol adalah nyeri

yang menghebat pada saat bangun tidur dan sore hari juga

bila banyak berjalan, naik dan turun tangga atau bergerak

tiba-tiba. Gejala lain adalah kaku sendi yang biasanya

timbul pagi hari atau setelah istirahat, lamanya tidak lebih

dari 30 menit Selain itu juga ditemukan krepitus,

pembengkakan sendi, nyeri tekan, rasa panas lokal,

terbatasnya pergerakan dan pada keadaan yang lanjut

dapat terjadi deformitas sendi.

Gambaran radiologik osteoartritis dapat berupa :

- Pembentukan osteofit pada tepi sendi

- Penyempitan celah sendi akibat penipisan rawan sendi

- Kista dengan dinding sklerotik pada daerah sunkondral

- Perubahan bentuk ujung tulang

Penatalaksanaan

- Tujuan penatalaksanaan osteoartritis lutut adalah untuk

- menghilangkan nyeri dan radang menstabilkan sendi

lutut dan meringankan beban sendi lutut.


11

Penatalaksanaan sebaiknya dilakukan pada stadium

dini, terutama sebelum terjadi deformitas sendi.

5. Etiologi dan Patofissiologi

Jika daya tahan tubuh menurun maka faktor-faktor luar akan

menjadi patogen dan bila masuk ke dalam tubuh maka akan menyebabkan

obstruksi aliran Ci dan Sie dalam meridian dan kolateral-kolateralnya.

Bila faktor angin lebih dominan dari faktor-faktor lain maka akan

mengikuti sifat angin yang bergerak, penyumbatan dalam meridian

berpindah- pindah, sehingga terjadi Pi bergerak. Jika faktor penyebab

lebih dominan maka akan mengikut sifat lembab, yaitu berat dan

mengendap, penyumbatan dalam meridian tertentu dan menetap sehingga

terjadi Pi menetap. Bila faktor dingin lebih dominan maka penyumbatan

meridian akan disertai pembekuan Ci dan Sie dan meridian akan

mengerut, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat dan terjadi Pi nyeri.

Klasifikasi

1) Berdasarkan etiologinya, dibagi atas : Pi angin, Pi dingin, Pi lembab,

Pi panas.

2) Berdasarkan manifestasinya dibagi atas : Pi bergerak, Pi nyeri, Pi

menetap.

3) Berdasarkan jaringan yang terkena dibagi atas: Pi kulit, Pi tendon; Pi

otot, Pi pembuluh darah, dan Pi tulang.


12

a. Gejala

Gejala utama pada sindrom Pi adalah nyeri, nyeri yang terjadi

bermacam-macam tergantung dari penyebabnya, rasa baal,

terbatasnya gerak fleksi dan ekstensi, pembengkakan dan

perubahan bentuk persendian serta kulit menebal dan berubah

warna

b. Sindrom Pi angin

Menyebabkan terjadinya Pi bergerak. Nyeri sendi ber-gerak ke

atas ke bawah, ke kiri ke kanan mengikuti topografi meridian yang

terkena. Kualitas nyerinya juga berubah-ubah kadang-kadang

nyerinya tajam, kadang-kadang pedih, kadang- kadang seperti

tertekan dan sebagainya

c. Juga disertai panas

dingin, selaput lidah tipis, lengket, nadi dangkal dan lambat.

d. Sindrom Pi dingin

Menyebabkan terjadinya nyeri karena faktor dingin

mengakibatkan meridian mengerut sehingga timbul nyeri yang

hebat. Nyeri akan bertambah jika kena dingin atau beristirahat,

dan berkurang jika dihangatkan atau digerakkan. Keadaan lokal

tidak merah dan tidak panas. Selaput lidah tipis, putih, nadi tegang

dan mengambang.
13

e. Sindrom Pi lembab

Menyebabkan terjadinya Pi menetap, rasa nyeri menetap pada

sendi tertentu dan disertai baal, perasaan berat pada anggota gerak.

Nyeri bertambah jika cuaca berawan dan hujan. Selaput lidah

putih lengket dan nadi halus.

f. Sindrom Pi panas

Menimbulkan nyeri yang disertai tanda-tanda radang lainnya yaitu

merah, bengkak, pada perabaan panas dan sukar digerakkan.

Demam, rasa haus, tendon dan tulang nyeri. Dapat mengenai satu

atau beberapa sendi. Selaput lidah kuning, nadi cepat dan licin.

g. Sindrom Pi kulit :

Kulit terasa baal disertai sensasi dingin

h. Sindrom Pi otot :

Otot terasa nyeri, pegal yang hebat dan baal.

i. Sindrom Pi tendon :

Tendon terasa nyeri, kejang dan kaku.

j. Sindrom Pi pembuluh darah :

Timbul rasa nyeri akibat pembuluh darah mengerut.

k. Sindrom Pi tulang :

Nyeri, pegal pada tulang dan sendi, baal, terasa berat pada

anggota gerak, kaku sehingga sulit digerakkan.


14

6. Pengobatan

Prinsip pengobatan sindrom Pi menurut ilmu akupunktur

tradisional adalah untuk memperlancar aliran Ci dan Sie dan

menghilangkan obstruksi pada meridian dan kolateral-kolateralnya.

Pengobatan dapat dilakukan dengan penjaruman dan moxibusi pada titik-

titik di sekitar persendian yang tekena atau titik ahse dan titik-titik pada

meridian yang melalui daerah nyeriPada osteoartritis lutut faktor yang

lebih dominan adalah faktor dingin dan lembab. Pada sindrom Pi dingin

dilakukan penjaruman dengan moksibusi, pada sindrom Pi menetap

dengan jarum penghangat atau moksibusiPada sindrom yang dibagi

menurut jaringan yang terkena, osteoartritis lutut termasuk dalam Pi

tulang. Untuk Pi tulang dilakukan penjaruman dan moksibusi atau dengan

jarum panas atau dengan jarum kulit dan, (Cermin Dunia Kedokteran No.

129, 2000).

Penatalaksanaan osteoartritis lutut meliputi diet, pemberian obat-

obat analgetik dan anti inflamasi non steroid, kortikosteroid, terapi fisik

dan pembedahan (6,7).

1. Terapi fisik

bertujuan untuk memperbaiki gangguan fungsional penderita,

mengurangi ketergantungannya pada orang lain dan mengurangi

nyeri. Perbaikan pada terapi tersebut dapat mencapai 10-25% pada

rehabilitasi selama 2-4 bulan dan bertahan sampai 8 bulan setelah

rehabilitasi
15

2. Obat-obatan umumnya

hanya bersifat simptomatis untuk mengurangi nyeri dan

inflamasi, jika pemberian obat dihentikan keluhan akan timbul

kembali.

Menurut ilmu akupunktur, osteoartritis lutut dapat

digolongkan dalam sindroma Pi. Pengobatan berupa penjaruman dan

pemanasan dengan moksa sehingga aran Ci dan Sie menjadi lancar

kembali (9,10)
16

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Dasar Data Pengkajian Pasien

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan

stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari.

- Keletihan

Tanda : Malaise

Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau

kelainan pada sendi dan otot

2. Kardiovaskuler

Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

3. Integritas Ego

Gejala : Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial,

pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor

hubunganKeputusasaan dan ketidak berdayaan Ancaman pada

konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya

ketergantungan pada orang lain

4. Makanan Atau Cairan

Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/

cairan adekuat : mual.

- Anoreksia

16
17

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda: Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa

5. Higiene

Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,

ketergantungan pada orang lain.

6. Neurosensori

Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada

jari tangan

Tanda: Pembengkakan sendi

7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala: fase akut dari nyeri

Terasa nyeri kronis dan kekakuan

8. Keamanan

Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga

Kekeringan pada mata dan membran mukosa

9. Interaksi Sosial

Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran:

isolasi

B. Asuhan Keperawatan

Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang

Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol


18

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri ü Membantu dalam menentukan kebutuhan

managemen nyeri dan keefektifan


Ø kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan
program.
intensitas (skala 0 – 10). Catat faktor-

faktor yang mempercepat dan tanda-tanda ü Matras yang lembut/empuk, bantal yang

rasa sakit non verbal besar akan mencegah pemeliharaan

kesejajaran tubuh yang tepat,


Ø berikan matras atau kasur keras, bantal
menempatkan setres pada sendi yang
kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
sakit. Peninggian linen tempat tidur
kebutuhan
menurunkan tekanan pada sendi yang

Ø biarkan pasien mengambil posisi yang terinflamasi / nyeri

nyaman pada waktu tidur atau duduk di


ü Pada penyakit berat, tirah baring mungkin
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur
diperlukan untuk membatasi nyeri atau
sesuai indikasi
cedera sendi.

Ø dorong untuk sering mengubah posisi.


ü Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
Bantu pasien untuk bergerak di tempat
kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan
mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
di bawah, hindari gerakan yang menyentak

ü Panas meningkatkan relaksasi otot dan


Ø anjurkan pasien untuk mandi air hangat
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
atau mandi pancuran pada waktu bangun.
melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sediakan waslap hangat untuk
Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan
19

mengompres sendi-sendi yang sakit dan luka dermal dapat disembuhkan

beberapa kali sehari. Pantau suhu air


ü Meningkatkan elaksasi/mengurangi
kompres, air mandi
tegangan otot

Ø berikan masase yang lembut


ü Meningkatkan relaksasi, mengurangi

kolaborasi
tegangan otot, memudahkan untuk ikut

Ø Beri obat sebelum aktivitas atau latihan serta dalam terapi.

yang direncanakan sesuai petunjuk seperti

asetil salisilat.

Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.

Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

INTERVENSI RASIONAL

Ø Pertahankan istirahat tirah ü Untuk mencegah kelelahan dan

baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.

Ø Bantu bergerak dengan bantuan ü Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan

seminimal mungkin. otot dan stamina umum.

Ø Dorong klien mempertahankan posturü Memaksimalkan fungsi sendi dan

tegak, duduk tinggi, berdiri dan mempertahankan mobilitas.

berjalan.
ü Menghindari cedera akibat kecelakaan

Ø Berikan lingkungan yang aman dan


20

menganjurkan untuk menggunakan seperti jatuh.

alat bantu.
ü Untuk menekan inflamasi sistemik

Ø Berikan obat-obatan sesuai indikasi akut.

seperti steroid.

Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.

Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.

INTERVENSI RASIONAL

Ø Kendalikan lingkungan dengan : ü Lingkungan yang bebas bahaya akan

Menyingkirkan bahaya yang tampak mengurangi resiko cedera dan

jelas, mengurangi potensial cedera membebaskan keluarga dari

akibat jatuh ketika tidur misalnya kekhawatiran yang konstan.

menggunakan penyanggah tempat


ü Hal ini akan memberikan pasien
tidur, usahakan posisi tempat tidur
merasa otonomi, restrain dapat
rendah, gunakan pencahayaan malam
meningkatkan agitasi, mengegetkan

siapkan lampu panggil pasien akan meningkatkan ansietas.

Ø Memantau regimen medikasi

Ø Izinkan kemandirian dan kebebasan

maksimum dengan memberikan

kebebasan dalam lingkungan yang

aman, hindari penggunaan restrain,


21

ketika pasien melamun alihkan

perhatiannya ketimbang

mengagetkannya.

Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri

Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.

INTERVENSI RASIONAL

Madiri ü Mengkaji perlunya dan

mengidentifikasi intervensi yang tepat.


Ø Tentukan kebiasaan tidur biasanya

dan biasanya dan perubahan yang ü Meningkatkan kenyamaan tidur serta

terjadi. dukungan fisiologis/psikologis

Ø Berikan tempat tidur yang nyaman ü Bila rutinitas baru mengandung aspek

sebanyak kebiasaan lama, stress dan


Ø Buat rutinitas tidur baru yang
ansietas yang berhubungan dapat
dimasukkan dalam pola lama dan
berkurang
lingkungan baru

ü Membantu menginduksi tidur


Ø Instruksikan tindakan relaksasi

ü Meningkatkan efek relaksasi


Ø Tingkatkan regimen kenyamanan

waktu tidur, misalnya mandi hangat ü Dapat merasakan takut jatuh karena

dan massage. perubahan ukuran dan tinggi tempat

tidur, pagar tempat untuk membantu


Ø Gunakan pagar tempat tidur sesuai
22

indikasi: rendahkan tempat tidur bila mengubah posisi

mungkin.
ü Tidur tanpa gangguan lebih

Ø Hindari mengganggui bila mungkin, menimbulkan rasa segar dan pasien

misalnya membangunkan untuk mungkin mungkin tidak mampu

obat atau terapi kembali tidur bila terbangun.

Kolaborasi ü Mungkin diberikan untuk membantu

pasien tidur atau istirahat.


Ø Berikan sedative, hipnotik sesuai

indikasi

Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri

Kriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara

mandiri

. INTERVENSI RASIONAL

Ø Kaji tingkat fungsi fisik ü Mengidentifikasi tingkat

bantuan/dukungan yang diperlukan


Ø Pertahankan mobilitas, kontrol

terhadap nyeri dan progran latihan ü Mendukung kemandirian

fisik/emosional
Ø Kaji hambatan terhadap partisipasi

dalam perawatan diri, identifikasi ü Menyiapkan untuk meningkatkan

untuk modifikasi lingkungan kemandirian yang akan meningkatkan

harga diri
Ø Identifikasikasi untuk perawatan
23

yang diperlukan, misalnya; lift, ü Memberikan kesempatan untuk dapat

peninggian dudukan toilet, kursi melakukan aktivitas secara mandiri

roda

Diagnosa 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d

perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan

Untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan

kemungkinan keterbatasan.

INTERVENSI RASIONAl

Mandiri ü Beri kesempatan untuk

mengidentifikasi rasa takut/kesal


Ø Dorong pengungkapan mengenai

menghadapinya secara langsung.


masalah mengenai proses penyakit,

ü Mengidentifikasi bagaimana penyakit


harapan masa depan.
mempengaruhi persepsi diri dan

Ø Diskusikan arti dari interaksi dengan orang lain akan

kehilangan/perubahan pada menentukan kebutuhan terhadap

pasien/orang terdekat. Memastikan intervensi atau konseling lebih lanjut.

bagaimana pandangan pribadi psien


ü Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat
dalam memfungsikan gaya hidup
dapat mempunyai pengaruh mayor
sehari-hari termasuk aspek-aspek
pada bagaimana pasien memandang
24

seksual. dirinya sendiri.

Ø Diskusikan persepsi pasien ü Nyeri melelahkan, dan perasaan marah,

mengenai bagaiman orang terdekat bermusuhan umum terjadi.

menerima keterbatasan.
ü Dapat menunjukkan emosional atau

Ø Akui dan terima perasaan berduka, metode maladaptive, membutuhkan

bermusuhan, ketergantungan intervensi lebih lanjut atau dukungan

psikologis.
Ø Perhatikan perilaku menarik diri,

penguanan menyangkal atau terlalu ü Membantu pasien mempertahankan

kontrol diri yang dapat meningkatkan


memperhatikan tubuh/perubahan.
perasaan harga diri.

Ø Susun batasan pada prilaku


ü Meningkatkan perasaan
maladaptive. Bantu pasien untuk
kompetensi/harga diri, mendorong
mengidentifikasi perilaku positif
kemandirian, dan mendorong

yang dapat membantu koping. partisipasi dan terapi.

Ø Ikut sertakan pasien dalam ü Pasien/orang terdekat mungkin

merencanakan perawatan dan membutuhkadukungann selama

membuat jadwal aktivitas. berhadapan dengan proses jangka

panjang/ketidakmampuan
Kolaborasi

ü Mungkin dibutuhkan pada saat


Ø Rujuk pada konseling psikiatri
munculnya depresi hebat sampai
25

Ø Berikan obat-obat sesuai petunjuk pasien mengembangkan

kemampuankoping yang efektif.


26

BAB IV

KESIMPULAN

1. Osteoartrosis merupakan kelainan yang bersifat progresif lambat yang

mengenai rawan sendi. Kelainan ini akan mengganggu aktifitas sehari-hari

penderitanya, terutama bila mengenai sendi lutut.

2. Banyak faktor yang merupakan predisposisi osteoartrosis sendi lutut, seperti

umur, jenis kelamin, ras, obesitas, merokok dan beberapa penyakit metabolik.

3. Pada penatalaksanaan osteoartrosis sendi lutut, penurunan beban terhadap

sendi lutut hams diperhatikan, baik dengan mengatur aktifitas sehari-hari

maupun dengan mengatur diet dan latihan-latihan otot. Obat umumnya hanya

bersifat simtomatik. Pada keadaan yang lanjut, tindakan bedah dapat

dipertimbangkan.

26
27

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Makalah tentang osteoarthritis.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 16 Januari 2010

Penulis

i
28

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI,


Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia
29

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan Umum .......................................................................... 1
C. Tujuan Khusus ......................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teoritis.................................................................... 1
1. Pengertian Osteoartritis ........................................................ 3
2. Penyebab .............................................................................. 3
3.Gejala .................................................................................... 4
4. Klasifikasi ............................................................................ 4
5. Fatofisiologi ......................................................................... 11
6. Pengobatan ........................................................................... 14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


OSTEOARTRITIS
A. Dasar Data Pengkajian Pasien.................................................. 16

B. Asuhan Keperawatan ............................................................... 17

BAB IV KESIMPULAN............................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA
30

Anda mungkin juga menyukai