TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) Adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berkaitan timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan
pemaksaan, perampasan kemerdekaan yang melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga (Undang-undang no 23 tahun 2004 pasal 1 ayat 1).
Kekerasan dalam rumah tangga tidak memandang status sosial
ekonomi, agama, suku, bangsa dan usia, dimana wanita lebih sering menjadi
korban kekerasan pasangannya. Walaupun wanita juga dapar melakukan hal
yang sama, namun sebagian besar kekerasan dilakukan oleh laki-laki terhadap
pasangan wanitanya.
Kekerasan psikis
Kekerasan Psikis Berat, berupa tindakan pengendalian, manipulasi,
eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam
bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau
ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan; kekerasan
dan atau ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis; yang
masing-masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis berat
berupa salah satu atau beberapa hal berikut:
1. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan
obat atau disfungsi seksual yang salah satu atau kesemuanya
berat dan atau menahun.
2. Gangguan stres pasca trauma.
3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau
buta tanpa indikasi medis)
4. Depresi berat atau destruksi diri
5. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan
realitas seperti skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya
6. Bunuh diri
Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian,
manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan,
dalam bentuk pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial; tindakan
dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan;
ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis;yang masing-
masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa
salah satu atau beberapa hal di bawah ini:
1. Ketakutan dan perasaan terteror
2. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak
3. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi
seksual
4. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala,
gangguan pencernaan tanpa indikasi medis)
5. Fobia atau depresi temporer
Kekerasan seksual
Kekerasan seksual berat, berupa:
1. Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba,
menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta
perbuatan lain yang menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina
dan merasa dikendalikan.
2. Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban
atau pada saat korban tidak menghendaki.
3. Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai,
merendahkan dan atau menyakitkan.
4. Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk
tujuan pelacuran dan atau tujuan tertentu.
5. Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan
posisi ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi.
6. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa
bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka, atau cedera.
Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal
seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan
dan atau secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh
atau pun perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang
tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina
korban.
Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke
dalam jenis kekerasan seksual berat.
Kekerasan ekonomi
Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi
dan pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:
1. Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk
pelacuran.
2. Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.
3. Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan
korban, merampas dan atau memanipulasi harta benda korban.
Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya
sengaja yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya
secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
1.5 Dampak
1) Dampak terhadap wanita
Terus menerus mengalami ketakutan dan kecemasan,
hilangnya rasa percaya diri, hilang kemampuan untuk berindak dan
rasa tidak berdaya
Kematian akibat kekerasan fisik, pembunuhan atau bunuh
diri
Trauma fisik berat : memar berat luar/dalam, patah tulang,
cacat
Trauma fisik dalam kehamilan yang berisiko terhadap ibu
dan janin
Kehilangan akal sehat atau gangguan kesehatan jiwa
Curiga terus menerus dan tidak mudah percaya kepada
orang lain (paranoid)
Gangguan psikis berat (depresi, sulit tidur, mimpi buruk,
disfungsi seksual, kurang nafsu makan, kelelahan kronis, ketagihan
alkohol dan obat-obatan terlarang)
2) Dampak terhadap anak-anak
Perilaku yang agresif atau marah-marah
Meniru tindakan kekerasan yang terjadi di rumah
Menjadi sangat pendiam dan menghindar
Mimpi buruk dan ketakutan
Sering tidak makan dengan benar
Menghambat pertumbuhan dan belajar
Menderita banyak gangguan kesehatan
3) Dampak terhadap masyarakat
Siklus kekerasan akan terus berlanjut ke gerasi yang akan
datang
Anggapan yang keliru akan tetap lestari bahwa pria lebih
baik dari wanita
Kualitas hidup manusia akan berkurang karena wanita tidak
berperan serta dalam aktivitas masyarakat bila wanita tersebut
dilarang berbicara atau terbunuh karena tindakan kekerasan
Efek terhadap produktifitas, misalnya mengakibatkan
berkurangnya kontribusi terhadap masyarakat, kemampuan
realisasi diri dan kinerja, dan cuti sakit bertambah sering
BAB II
KASUS
Kasus 1
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sejumlah warga Desa Cigabus pasar
Rau serang, terjadi kekerasan dalam rumah tangga pada Pasutri:
Nama Istri : Ny. LP Nama Suami : Tn. E
Umur : 35 Tahun Umur : 38 Tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Servis Mesin
Penghasilan : Rp.500.000 per hari (masih
kotor)
Usia pernikahan + 4 tahun, memiliki 1 anak usia 3 tahun, dalam pernikahannya
selama 4 tahun kadang terjadi KDRT, Ny. LP mendapat perlakuan dari suaminya
karena perbedaan pendapat seperti kepala dibenturkan ke tembok, di pukul dan di
tampar. Selama 4 tahun Ny. LP menerima atas perlakuan suaminya tanpa
memberitahu keluarganya atas alasan demi anak dan keutuhan keluarganya.
Empat Bulan yang lalu ny.LP mengalami pertengkaran hebat karena alasan anak,
kepalanya dibenturkan ke tembok sampai berdarah dan kemudian lapor ke RT,
oleh pihak RT dilaporkan ke polsek, setelah di polsek masalah diselesaikan secara
damai karena alasan anak, dan Ny.LP meminta Cerai. Sekarang pasutri tersebut
sudah bercerai.
Kasus 2
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak keluarga warga komplek Taman
Banten Lestari, terjadi kekerasan dalam rumah tangga pada Pasutri:
Nama Istri : Ny. Y Nama Suami : Tn. I
Umur : 48 Tahun Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SPK Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Dagang Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp.2.500.000/ bulan
Usia pernikahan + 5 tahun, memiliki 1 anak usia 4 tahun, dalam pernikahannya
selama 5 tahun kadang terjadi KDRT, Ny. Y mendapat perlakuan dari suaminya
karena alasan cemburu bila ada laki-laki apalagi teman istri datang ke rumahnya,
seperti di tampar dan itu terjadi berkali kali. Ny. Y tidak menceritakan kejadian
yang dialaminya pada pihak keluarga, dan keluarga mengetahui dari anaknya yang
bilang “ mamah di pukul papah”. Ny. Y tidak mengadu pada pihak berwajib
karena demi keutuhan keluarga dan rasa sayangnya pada anak dan suami.
BAB III
PEMBAHASAN
Tindakan yang dilakukan Tn. E dan Tn I pada istrinya dapat menjadi tindak
pidana dan mendapat hukuman sesuai Undang-undang no 23 tahun 2004 pasal 44
ayat 1 bahwa: Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).