Loupe Chapel
SITUATION
Dikarenakan situasi perletakan bangunan berada ditengah-tengah lapangan terbuka agar
menjadi sebagai elemem penyatuan kembali dari wilayah atau tempat tempat sekitar. Di
persimpangan jalan berbagai tempat, pohon kenari tua menunjukkan pintu masuk ke alun-
alun kecil di depan gereja.
TRADITION
Setelah menganalisis gereja-gereja tradisional Protestan, proyek ini menekankan variasi
spasial dari sebuah gereja, dari transept ke chancel. Transisi dari ruang horizontal ke ruang
vertikal, melewati suksesi lipatan yang memberikan ritme struktural ke volume interior.
GEOMETRY AND FORM
Terinspriasi dari bentukan origami Jepang yang gagasan utamanya membengkokkan lipatan
lurus dengan refleksi tentang sebuah pesawat. Bentuknya mengekspresikan kesederhanaan,
dan efisiensi. Dibagian luar lipatan pertama mendefinisikan teras masuk dan ujung yang lain
yang naik diujung lainnya diambil dari menara tempat lonceng bergantung. Bentuk atap yang
mirip memudahkan air hujan mengalir. Permukaan yang tidak teratur juga meningkatkan
akustik dan pencahayaan bangunan.
STRUKTUR
Menggunakan stuktur plat lipat dengan material utama kayu. Pelat kayu laminasi dengan
ketebalan 40mm untuk dinding dan 60mm untuk atap. Plat dirakit dengan plat baja yang
dilipat di sepanjang lipatann dan hanya ditutup sekrup.
NATURAL LIGHTS
Cahaya alami sangat penting untuk memberi suasana tenang di ruang angkasa, berkontribusi
pada introversi spiritual, serta memperkuat nilai simbolisnya. Terdapat bukaan pada arah
timur dan barat. Agar dapat mengontrol kualitas dan kuantitas cahaya secara tepat, serta
menawarkan privasi spasial sambil terbuka pada konteks alami, para arsitek merancang fasad
dengan double layer. Ini terdiri dari tekstil di luar dan panel polikarbonat bergelombang di
bagian dalam. Kedua lapisan didukung oleh kerangka bagian kayu pinus yang tegak dan
diagonal yang mengingatkan struktur jendela kaca patri tradisional.
Tampak Depan Tampak Belakang
Tampak Samping
Potongan
Denah
Siteplan
Detail