DISUSUN OLEH :
1. AYU CITRA WANGSANITA
2. DESI HERIANTI
3. NURINDAH LAILI
4. SRI REDJEKI
5. WIJAYANTI
Rabies (penyakit HPR gila) merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan ditakuti karena
akibat yang ditimbulkan dapat membawa kematian bagi yang terkena rabies. Penanganan rabies
perlu dilaksanakan secara serius dari pemerintah karena berdasarkan petunjuk pemberantasan
rabies di Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2000 dinyatakan bahwa
pada tahun 2005 telah dicanangkan Indonesia bebas rabies. Kenyataan yang terjadi, sampai saat ini
pada tahun 2014 masih banyak kejadian rabies di Indonesia.
Di dalam profil Kesehatan Sumatera Barat Tahun 2012 dinyatakan bahwa di daerah Sumatra
Barat kejadian kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) masih sangat tinggi dan tidak
menunjukkan penurunan kejadian yang berarti. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan
dari masyarakat sehingga hampir seluruh HTR setelah menggigit langsung dibunuh, hal itu
menyebabkan sedikit sekali spesimen yang dilakukan pemeriksaan. Selain hal tersebut, terjadi
peningkatan kasus lyssa, pada tahun 2011 terjadi kasus 10 Lyssa dan pada tahun 2012 meningkat
menjadi 14 Lyssa. Terjadinya peningkatan Lyssa disebabkan karena masyarakat berobat ke fasilitas
kesehatan setelah timbul gejala rabies sehingga sering terlambat mendapatkan VAR dan SAR.
Untuk menghadapi permasalahan tersebut, pemerintahan Sumatra Barat telah membuat
Program Aksi Road Map Pembebasan Rabies di Sumatera Barat Tahun 2015. Terdapat 13 program
lintas sektoral tetapi yang berhubungan dengan Dinas kesehatan terdapat enam program yaitu :
1. Program Surveilans
a. Rasional
Surveilans sebagai intelijen epidemiologi dapat mengungkap perjalanan rabies dengan
berbagai interaksinya di lapangan, sehingga upaya pemberantasan bisa berjalan lebih
efekif dan efisien
b. Tujuan
Mengungkap data epidemiologi rabies untuk memperkuat arah kebijakan / strategi
pemberantasan berdasarkan perkembangan rabies. Karena rabies bersifat zoonosis, maka
kegiatan surveilans wajib dilaksanakan secara terintegrasi, menyangkut data pada hewan
dan manusia
c. Kegiatan yang dilakukan :
Instansi Penanggung
No. Kegiatan Pokok Indikator Capaian
Jawab
1. Koordinasi dengan Dinas Informasi tingkat 1.Disnak/Dinkes
Kesehatan/BPPV & Karantina insiden (incidence Prov/BPPV/ Karantina
untuk integrasi kegiatan rate) atau tingkat 2.Disnak/Dinkes
2. Menetapkan metode sampling penyerangan Prov/BPPV/ Karantina
Pengadaan bahan dan alat yang (attack rate) rabies 3.Disnak/Dinkes
3. diperlukan Prov/BPPV/ Karantina
Informasi peta
Melakukan kegiatan 4.Disnak/Dinkes Prov/
rabies (distribusi
pengumpulan data di lapangan Kab/Kota
geografi)
4. Pendataan & pemetaan kasus 5.Dinkes Prov/ Kab/Kota
gigitan HPR pada manusia Informasi efikasi 6.BPPV/Disnak Prov/
5. Pendataan & pemetaan kasus vaksin pasca Kab/Kota
rabies pada HPR vaksinasi rabies 7.BPPV/Lab Type B/
6. Pengumpulan otak HPR Puskeswan
Informasi tentang
Pelaksanaan surveilans 8.BPPV/Disnak/Dinkes
prediksi besarnya
7. seroepidemiologi Prov
resiko penularan
8. Analisis data dan pelaporan 9.BPPV/Disnak/Dinkes
serta pembuatan data base Prov/ Kab/Kota
rabies keluar dari
9. rabies
daerah tertular
Instansi Penanggung
No. Kegiatan Pokok Indikator Capaian
Jawab
1. Pelatihan tenaga penyuluh Masyarakat 1.Binsos/Disnak/ Dinkes
khusus rabies memahami Prov
2. Tatap muka dengan masyarakat bahaya / ancaman 2.Binsos/Disnak/ Dinkes
adat, cerdik pandai, pemuda dan rabies Prov/Kab/Kota
alim ulama Terjadi perubahan
Dialog interaktif dengan prilaku masyarakat, 3.Binsos/Disnak/ Dinkes
3. masyarakat melalui TV, Radio sehingga terwujud Prov/Kab/Kota
sikap kewaspadaan 4.Binsos/Disnak/ Dinkes
Workshop, Seminar, symposium dini terhadap Prov
4. Iklan Rabies melalui TV, Radio dugaan rabies, baik 5.Binsos/Disnak/ Dinkes
Pemutaran film rabies pada hewan Prov
5. Pembuatan & penyebaran maupun pada 6.Binsos/Disnak/ Dinkes
brosur, leaflet, kalender rabies manusia Kab/Kota
6. Mendukung 7.Binsos/Disnak/ Dinkes
terlaksananya Prov/Kab /Kota
7. Pembuatan buku pedoman program 8.Depkes/Ditjennak/Disn
bimbingan teknis rabies pemberantasan ak & Dinkes Prov.
Pembuatan & pemasangan rabies yang telah 9.Binsos/Disnak/ Dinkes
8. baliho rabies ditetapkan Prov/Kab /Kota
KIE Rabies melalui pertunjukan 10.Binsos/Disnak/ Dinkes
9. tradisional Kab/Kota
10.
Instansi Penanggung
No. Kegiatan Pokok Indikator Capaian
Jawab
1. Pelatihan TOT penyuluhan rabies Pendataan HPR 1.Disnak/Dinkes Prov
(Tokoh Masyarakat, Pemuda, mendekati akurat 2.Disnak Prov/ Karantina
Dewan Mesjid, PKK, dll.) Capaian Coverage 3.Disnak/Dinkes Prov
Pelatihan Kader Check Vaksinasi > 70% /Kab/Kota
2. Point/Karantina. per desa
Operasional petugas Pengawasan lalu
sosialisasi/penyuluh lintas HPR optimum
3.
c. Kegiatan
Instansi Penanggung
No. Kegiatan Pokok Indikator Capaian
Jawab
1. Monev ke Kab/Kota Harmonisasi program 1.Disnak/Dinkes
penanggulangan Prov/BPPV
2. Rapat Evaluasi & Kaji Ulang rabies se Sumatera 2.Binsos/Disnak/
Program Barat, se Sumatra dan Dinkes/BPPV
3. Pelaporan analisis hasil dengan pusat 3.Disnak/Dinkes
monitoring Prov/BPPV
4. Rakor Rabies se Sumbar 4.Disnak/Dinkes Prov
5. Rakor Rabies se Sumatera 5.Disnak/Dinkes
Prov/BPPV
6. Rakor Rabies Nasional 6.Ditjennak/Depkes
5. Program Legislasi
a. Rasional
Semua peraturan dibuat sebelum program penanggulangan rabies dilaksanakan, agar
ada kepastian hukum
b. Tujuan
Agar semua program yang akan diselenggarakan berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Demikian juga pelaksana
program didukung oleh produk peraturan secara legal
c. Kegiatan
Instansi Penanggung
No. Kegiatan Pokok Indikator Capaian
Jawab
1. Pembuatan pedoman teknis Terwujudnya 1.Disnak/Dinkes Prov/
pemberantasan rabies, tingkat harmonisasi produk Kab/Kota
propinsi dan Kab/Kota. peraturan
2. Pembentukan Tim Koordinasi 2.Setda Prov/Kab/ Kota
Peraturan
Rabies termasuk Tim Teknis, di
menunjang
tingkat propinsi dan Kab/Kota.
program
Pembentukan Komite Zoonosis
penanggulangan
3. di tingkat propinsi dan Kab/Kota. 3.Setda Prov/Kab/ Kota
rabies di seluruh
Pembuatan peraturan
Sumatera Barat
penutupan wilayah, di tingkat
4. propinsi oleh Gubernur dan Dideklarasikannya 4.Biro Hukum/ Binsos
tingkat Kabupaten/Kota Sumatera Barat Prov/ Kab/Kota
Pembuatan peraturan bebas rabies yang
penertiban dan pengawasan lalu dituangkan dengan
5. lintas / pemeliharaan HPR, SK. Menteri 5.Biro Hukum/ Binsos
melalui Peraturan Gubernur/ Per Prov/ Kab/Kota
Bupati/Per Walikota/ atau
melalui peraturan daerah
Propinsi / Kabupaten / Kota
Pada tahap akhir (jika target
tercapai), pembuatan produk
hukum bahwa Propinsi Sumatera
6. Barat telah dapat dinyatakan 6.Deptan/Depkes
bebas rabies
Pertemuan deklarasi
pembebasan rabies di Sumbar
7.Setda/Disnak/ Dinkes
7.
Prov
Meskipun sudah ada program pemberantasan rabies, masih banyak kasus gigitan HPR. Tahun
2012, di Kabupaten Tanah Datar kasus gigitan hewan rabies tertinggi di Sumatera Barat sebanyak
347 kasus (profil Kab Tanah Datar).
2. GAMBARAN UMUM
2.1 Keadaan geografis
Kabupaten Tanah Datar terletak pada 00 190 - 00 300 Lintang Selatan dan 1000 190 - 1000 -
510. Bujur Timur . Luas wilayah Kabupaten Tanah Datar 1.336 Km2, dengan batas – batas ilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Agam dan 50 Kota.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok.
c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Padang Pariaman.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung.
Tanah Datar merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Barat. Secara
administrasi pemerintah Kabupaten Tanah Datar terdiri atas 14 Kecamatan, 75 Nagari dan 395
Jorong.
Grafik 1. Total Kasus GHTR dan pemberian VAR di kab. Tanah Datar Tahun 2010-2013
Berdasarkan grafik 1 Jumlah kasus gigitan pada tahun 2011 meningkat yaitu sebanyak 329
kasus gigitan dibandingkan tahun 2010 sebanyak 236 kasus dan menurun ditahun 2012 yaitu
sebanyak 327 kasus. Pada tahun 2013 jumlah kasus gigitan meningkat sebesar 394 dari
tahun 2012 sebanyak 327. Banyaknya kasus gigitan selain disebabkan oleh makin banyaknya
HPR, juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat di Kabupaten Tanah Datar
tentang pencegahan rabies. Dari grafik tersebut juga dapat dilihat pemberian VAR tidak
sesuai dengan PROTAP yaitu pemberian VAR adalah sebanyak dua kali pada kasus gigitan
hewan sementara dari grafik dapat dilihat pemberian VAR kurang dari jumlah gigitan.
Dari data Grafik 2 Jumlah kasus rabies dan lyssa meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011 dan
menurun di tahun 2012 dan 2013. Masih terdapat lyssa di tahun 2011. Pada tahun 2012 dan 2013
tidak terdapat lyssa namun kasus rabies masih tergolong tinggi yaitu 15 kasus di tahun 2012 dan 13
kasus di tahun 2013 sehingga Kabupaten Tanah Datar belum bebas rabies. Pemberian SAR dan VAR
merupakan protap pada pasien positif rabies dan beresiko tinggi. Namun dari grafik tersebut dapat
dilihat bahwa pemberian SAR kurang dari jumlah kasus rabies bahkan di tahun 2010 dan 2012 tidak
ada pemberian SAR pada kasus rabies di Kabupaten Tanah Datar.
4. SITUASI UPAYA KESEHATAN
Di Kab. Tanah Datar terdiri dari 14 Kecamatan dan mempunyai 23 Puskesmas. Dari 23
puskesmas hanya 1 yang yang memiliki RS yaitu di Puskesmas Linthau Buo 1 padahal semua
kecamatan dinyatakan daerah endemik rabies. Saat ini VAR dan SAR berada di Dinkes tidak di
puskesmas atau rumah sakit. Bila ada yang berobat, petugas kesehatan menghubungi dinas
kesehatan via telp, kemudian mengambil VAR dan SAR di Dinkes. VAR dan SAR sering stok kosong
karena tidak dukungan dari pusat berkurang dan belum mendapat dana tambahan dari pemda untuk
pengadaan VAR dan SAR. Perbandingan Kasus GHTR dan pemberian VAR di kab. Tanah Datar Pada
Bulan Januari – Agustus 2014 dapat dilihat pada Grafik 3.
Grafik 3. Perbandingan Kasus GHTR dan pemberian VAR di kab. Tanah Datar
Pada Bulan Januari – Agustus 2014
.
Berdasarkan grafik 3 Terlihat bahwa Puskesmas Lintau Buo 3 mempunyai kasus GHPR
sebanyak 35 orang dan terendah di Puskesmas Pagayungan sebanyak 4 orang. Pemberian
VAR tidak sesuai dengan PROTAP yaitu pemberian VAR adalahsebanyak dua kali pada kasus
gigitan hewan sementara dari grafik dapat dilihat pemberian VAR kurang dari jumlah gigitan.
Perbandingan Kasus Positif rabies dan pemberian SAR di kab. Tanah Datar Pada Bulan Januari –
Agustus 2014 dapat dilihat pada Grafik 4.
Grafik 3. Perbandingan Kasus GHTR dan pemberian VAR di kab. Tanah Datar
Pada Bulan Januari – Agustus 2014
Berdasarkan grafik 4 Terlihat bahwa Puskesmas X Koto 2 mempunyai kasus rabies tertinggi
sebanyak 13 orang dan yang mendapat SAR hanya satu orang. Di Puskesmas Sungayang dan
Puskesmas Gurun terdapat kasus positif rabies tetapi tidak diberi SAR, sedangkan di
Puskesmas Padang Gunting, Puskesmas Lintau Buo 2 dan Sungai Tarab 2, VAR diberikan pada
kasus GHPR dengan luka resiko tinggi meskipun tidak positif rabies.
5. POHON MASALAH
MONEV TIDAK
KURANGNYA PENGETAHUAN DILAKSANAKAN SECARA PENANGANGAN PASIEN BELUM ADANYA
MASYARAKAT DALAM BERKESINAMBUNGAN RABIES TIDAK SESUAI PEMETAAN DAERAH
MELAKSANAKAN ENDEMI RABIES
PENCEGAHAN RABIES KURANGYA KERJASAMA
BELUM TERLATIHNYA KURANGNYA
KOORDINASI LINTAS SEKTOR PENDATAAN TIDAK
PETUGAS KESEHATAN KETERSEDIAAN VAR
AKURAT
KURANGNYA KURANGNYA PERAN MASING-MASING SEKTOR DLM PENANGANAN DAN SAR
PENYULUHAN DARI SERTA MASYARAKAT MEMPUNYAI PROGRAM MASIHNYA
DALAM YANG BERBEDA PELAKSANAAN BANYAK PASIEN BANYAKNYA KASUS
TENAGA KESEHATAN
PENCEGAHAN PELATIHAN YANG YANG TIDAK RABIES YG TIDAK
TENTANG
TIDAK MENYELURUH
KETERBATASAN KURANGNYA
DI PKM DAN RS
JUMLAH TENAGA KESADARAN
KESEHATAN DI KAB MASYARAKAT
DALAM
MELAKSANAKAN
6.POHON TUJUAN
MENURUNNYA ANGKA MORBIDITAS DI KAB. TANAH
DATAR
TERCAPAINYA PROGRAM KAB. TANAH DATAR BEBAS
Stakeholder Bagaimana stakeholder dipengaruhi Kapasitas / motivasi untuk Hubungan dengan stakeholder lain
oleh masalah berpartisipasi dalam mengatasi (misalnya kemitraan atau konflik)
masalah (s)
Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota - Menganalisis kasus dan Mempunyai kapasitas untuk - Hubungan horisontal dengan
menganalisis kebutuhan Sarana mendukung pelaksanaan program RSUD dan RS Swasta
untuk perencanaan pelayanan rabies dalam hal di tingkat - Kemitraan dengan instansi
- Melakukan survelans epidemiologi Prov/Kab/Kota terkait (Diknas, Dep Peternakan,
pelacakan kasus tambahan dan Pemda LSM, organisasi profesi
riset operasional dan dunia usaha)
- Melaksanakan monitoring dan
evaluasi program rabies
- Bekerjasama dengan Diknas untuk
memasukkan masalah rabies ke
dalam kurikulum sekolah sebagai
muatan lokal dengan menyediakan
modul
- Membuat peta daerah tertular
rabies
- Menunjuk rumah sakit kab/kota
dan puskesmas tertentu diwilayah
rawan rabies sebagai pusat
pelayanan rabies (RC)
- Melaksanakan pelatihan bagi
tenaga kesehatan
- Membentuk dan meningkatkan
fungsi RC di tempat-tempat yang
diperlukan dan memenuhi standart
- Meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan petugas UPK dalam
kasus HPR
- Membangun jejaring kemitraan
dengan LSM, organisasi profesi dan
dunia usaha
- Melaksanakan kerja lintas sektoral
dengan instansi terkait seperti
Departemen peternakan dan
pemerintah daerah
- Mengembangkan sistem informasi
menangani rabies
- Melakukan monitoring dan
evaluasi
- Pengajuan rencana penyediaan
bahan VAR/SAR melalui
APBN/APBD
-
Depatemen Peternakan - Membentuk dan meningkatkan Mempunyai kapasitas untuk Kerjasama lintas sektoral saling
fungsi Pos keswan di tempat- mendukung pelaksanaan program mendukung dalam hal keterpaduan
tempat yang diperlukan dan radies sesuai bidangnya lebih program pemberantasan rabies
memenuhi standart dikususkan pada HPR
- Meningkatkan cakupan vaksinasi
HPR & reservoir lain
- Eliminasi HPR liar/tak bermilik
dengan melakukan pengamatan
langsung di temapat-tempat
persembunyian atau sarang-sarang
HPR
- Agar setiap hewan penular rabies
yang menggigit dapat ditangkap
dan diobservasi
- Meningkatkan pengawasan lalu
lintas HPR
- Mengembangkan sistem informasi
menangani rabies
Pemda prov/kab/Kota (Komisi - Membentuk Tikor pembebasan Mempunyai kapasitas untuk Kerjasama lintas sektoral saling
Kab/Kota Pengendalian Zoonosis) rabies propinsi/Kab/Kota mendukung pelaksanaan program mendukung dalam hal keterpaduan
- Mengkoordinasikan perencanaan, radies dalam hal kebijakan baik program pemberantasan rabies
pelaksanaan, pemantauan kegiatan program maupun dana
pembebasan rabies
- Menggerakkan keikutsertaan
seluruh masyarakat dan lembaga
kemasyarakatan di wilayahnya
- Membantu pengadaan VAR/SAR
melalui APBD
- Membentuk Komisi prov/kab/kota
pengendalian zoonosis dalam hal
melaporkan hasil pelaksanaan
pengendalian zoonosis kepada
Gubernur/Bupati/Walikota serta
menyiapkan biaya dengan
membebankan dari anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota
Fasyankes (RS, Puskesmas, - Melaksanakan penanganan kasus Mempunyai kapasitas untuk Hubungan vertikal dengan Dinkes
Puskesmas Rabies Centre) gigitan hewan tersangka mendukung pelaksanaan program Kab/Kota
Rabies Centre rabiesdengan melakukan radies sesuai bidangnya lebih
pencucian luka.gigitan selama 10- dikususkan penanganan penderita
15 menit.dengan air mengalir dan rabies
pemberian antiseptic(alkohol
70%,betadine,dll)
- Melakukan pengobatan Pasteur,
memberikan Vaksinasi Anti rabies
(VAR) dan Serum anti Rabies (SAR)
sesuai dengan Standar Operasi
Procedure (SOP).
- Menyediakan dan menyimpan :
(Khusus Puskesmas/RS yang
ditunjuk sebagai Rabies Center.
- VAR Manusia minimal 1 kuur (4
dosis) disimpan pada suhu 2-8 C di
Puskesmas yang ditunjuk sebagai
Rabies Center.
- Membantu menyimpan vaksi
rabies hewan minimal :200 dosis
pada suhu 4 C.
- Membantu medistribusikan vaksin
rabies hewan ke desa sesuai
tempat dan jadwal pelaksanaan.
- Melakukan penyuluhan
pertolongan pertama pada kasus
gigitan hewan tersangka rabies
kepadamasyarakat.
- Melaporkan kasus gigitan ke
petugas peterkakan setempat.
- Ikut berperan serta dalam
pelatihan kader desa.
- Memberikan Pre Exposure kepada
petugas yang berisiko tinggi bila
diperlukan (Petugas
Laboratorium,Kader Basra)
PORBI (Persatuan Buru Babi) Mewajibkan peserta PORBI untuk Mempunyai kapasitas untuk Hubungan kemitraan dalam hal
melaksanakan vaksinasi bagi HPR mendukung pelaksanaan program mendukung program
Melaporkan ke Dinas Peternakan rabies sesuai bidangnya lebih pemberantasan rabies
semua HPR yang belum di vaksinasi dikususkan mengajak anggota PORBI
untuk vaksinasi
Lab Kesehatan Hewan Tipe A - Pelaksanaan peneguhan diagnosa Mempunyai kapasitas untuk Kerjasama dengan Dinas Kesehatan
(Balai Penyidikan dan Pengujian (Labkeswan Tipe A): mendukung pelaksaaan program Provinsi/Kab/Kota, Dinas
Veteriner/ BPPV) dan Lab Isolasi dan identifikasi rabies sesuai dengan bidangnya Peternakan, Tokoh Masyarakat,
Kesehatan Hewan Tipe B beberapa bakteri atau virus Masyarakat dan LSM
penyebab PHM
Pemeriksaan Patologi Anatomi
serta histopatologi
Pengujian serologi sederhana
maupun komplek seperti uji
aglutinasi cepat, HA/HI, CFT,
Elisa
Penerapan teknis diagnosa
berbasis biologi molecular
seperti: PCR.
- Pelaksanaan peneguhan diagnosa
(Labkeswan Tipe B):
Mendiagnosa rabies
berdasarkan atas penemuan
badan negri (negri body),
penemuan antigen,
penemuan virus (isolasi)
Pengujian secara serologis
seperti aglutinasi cepat, uji
HA/HI, CFT dan Elisa. Isolasi
dan Identifikasi bekteri dan
virus
- Menindaklanjuti laporan kejadian
kasus dengan melakukan
penggalian data termasuk
pengambilan sampel dari hewan
mati/sakit.
- Melaksanakan penyidikan penyakit
hewan secara epidemiologik
veteriner termasuk melakukan
surveilans dan monitoring penyakit
hewan serta melakukan analisa
resiko
- Sebagai Pusat informasi kesehatan
hewan regional
- Melaksanakan pengujian dan
sertifikasi produk asal hewan (food
borne disease dan zoonosis)
- Melakukan pemberian saran teknis
penanggulangan dan penolakan
penyakit hewan
- Melaksanakan penyebaran
informasi kesehatan hewan
- Melaksanakan pengamanan hewan
dan produk asal hewan.
- Melaksanakan sosialisasi dalam
upaya meningkatkan pemahaman
tentanng bahaya rabies
Tokoh Masyarakat/Masyarakat - Melaporkan ke dinas kesehatan Motivasi untuk ikut mendukung Hubungan kemitraan dalam hal
semua penderita yang terkena program pemerintah menjadikan mendukung program
gigitan HPR daerah bebas rabies pemberantasan rabies
- Melaporkan ke dinas peternakan
semua HPR yang belum divaksinasi
- Melaporkan dan mendaftarkan
HPR ke dinas peternakan
- Pemeliharaan HPR secara baik
- Mengikuti program vaksinasi
- Pembatasan kepemilikan HPR
- Melaporkan dan menangkap HPR
yang mengigit
- Mengikuti penyuluhan.
Pemilik HPR - Melaporkan dan mendaftarkan Motivasi untuk ikut mendukung Hubungan kemitraan dengan tokoh
HPR ke Dinas Peternakan dan program pemerintah menjadikan masyarakat, masyarakat, fasyankes
Kesehatan Hewan daerah bebas rabies dan Dinas kesehatan
- Memperhatikan kesehatan dan
kesejahteraan HPR
- Memiliki kartu registrasi HPR
- Memvaksin HPR secara berkala
dengan vaksin rabies
- Memiliki kartu vaksinasi rabies
- Memelihara HPR di dalam
pekarangan rumah dan
mengandangkan atau mengikat
agar tidak berkeliaran di jalan
umum dan di tempat-tempat
umum
- Memakai alat perlengkapan
pengaman.
Penderita Gigitan HPR - Melaporakan kejadian gigitan HPR Motivasi untuk sembuh dari gigitan Hubungan kemitraan dengan tokoh
- Mendapatkan VAR dan SAR HPR dan ikut mendukung program masyarakat, masyarakat, fasyankes
pemerintah menjadikan daerah dan Dinas kesehatan
bebas rabies dan
8. MATRIKS ANALISIS STAKEHOLDER - DAMPAK YANG DIHARAPKAN DARI INTERVENSI YANG DIUSULKAN / SOLUSI
Stakeholder Tujuan utama stakeholder Dampak positif / manfaat Dampak negatif / biaya Dampak
Dinas Kesehatan Menurunkan angka Tidak ada penderita Dengan adanya perubahan Tujuan utama akan
Prov/Kab/Kota kematian akibat gigitan gigitan HPR yang peraturan BPJS terjadi tercapai bila didukung oleh
HPR sampai nol meninggal dunia kendala dalam hal dana tersedianya RC dan VAR
untuk VAR yang cukup
Dinas Peternakan Eliminasi HPR Semua HPR sudah - Gigitan HPR tidak
divaksinasi mengandung rabies
Pemda prov/kab/Kota Terciptanya daerah bebas Tidak ada kasus secara - Tidak ditemukannya kasus
(Komisi Kab/Kota rabies klinis dan epidemiolgi rabies
Pengendalian Zoonosis) serta sudah dikonfirmasi
secara laboratories
Fasyankes (RS, Puskesmas, Penanganan sedini Tidak ada penderita yang - Penderita gigitan HPR
Puskesmas Rabies Centre) mungkin penderita rabies meninggal akibat gigitan sembuh
Rabies Centre HPR
PORBI HPR terpelihara sehingga HPR sudah divaksinasi Berasumsi HPR tidak gesit Bila bertahan dengan
dapat berburu babi untuk diajak berburu asumsi, maka HPR tetap
ada
Lab Kesehatan Hewan Tipe Pelaksanaan peneguhan Ditindaklanjutinya kasus - Adanya hasil diagnosa HPR
A (Balai Penyidikan dan diagnosa rabies dengan
Pengujian Veteriner/ pengambilan sampel dari
BPPV) dan Lab Kesehatan hewan
Hewan Tipe B
Tokoh Membantu program Ditemukan kasus rabies Bila apatis, banyak kasus Menemukan kasus rabies
Masyarakat/Masyarakat pemberantasan rabies tambahan yang tidak diketahui oleh tambahan
dinas peternakan dan
dinas kesehatan
Pemilik HPR Terbebasnya hewan Hewan peliharaan bebas Bila pemilik tidak Pemilik bisa memelihara
peliharaan dari rabies dari rabies melaporkan hewan hewannya dengan bebas
peliharaannya, pemilik dan
masyarakat disekitar bisa
terancam virus rabies
Penderita Gigitan HPR Sembuh dari virus rabies Mendapatkan VAR dan Meninggal Dunia Selamat dan sembuh dari
SAR gigitan HPR/rabies
9. MATRIKS KERANGKA LOGIS 4X4
Ringkasan narasi Indikator yang diverifikasi Cara untuk verifikasi (MOV) Asumsi / resiko
Goal
Terciptanya Kabupaten Tanah Datar Dalam waktu dua tahun terakhir tidak Laporan Rabies (P1, P2, P3) Program dapat
Sumatra Barat bebas rabies pada tahun ada kasus lyssa dan rabies secara klinis lancer
2015 dan epidemiolgi serta sudah
dikonfirmasi secara laboratoris
Purpose 1
Meningkatkan pengetahuan masyarakat Masyarakat mampu melaksanakan a. Data kunjungan pasien a. Kerjasama
tentang pencegahan rabies pencegahan rabies dengan cara HPR b. Data Lab terlaksana
divaksinasi, pemakaian kalung bagi HPR c. Data vaksinasi dan b. Adanya per
yang divaksinasi, pemeriksaan HPR yang pemakaian kalung di masyaraka
telah menggigit manusia Dinas peternakan pelaksanaa
pemberant
Output/Result 1
1. 80% masyarakat yang tinggal di Perbandingan masyarakat tinggal di a. Data kunjungan pasien a. Kerjasama
daerah endemi melaksanakan daerah rawan penyakit rabies yang b. Data Lab terlaksana
pencegahan rabies telah melaksanakan pencegahan c. Data vaksinasi dan b. Adanya per
rabies dengan cara memeriksakan pemakaian kalung di masyaraka
HPR yang telah menggigit manusia Dinas peternakan pelaksanaa
ke lab, melaksanakan vaksinasi dan pemberant
memakaikan kalung sebagai bukti
sudah melaksanakan vaksinasi
dengan seluruh masyarakat yang
tinggal di daerah tersebut yang
memelihara HPR
Aktifitas 1
1.1.1
1.1 Tatap muka dengan masyarakat 1.1 Kesediaan tokoh masyarakat dalam a. Data kunjungan pasien a. Kerjasama
adat, cerdik pandai, pemuda dan mengajak warganya melaksanakan b. Data Lab terlaksana
alim ulama pencegahan rabies c. Data vaksinasi dan b. Adanya per
1.2 – 1.5 Masyarakat mengetahui cara pemakaian kalung di masyaraka
1.2 Pemutaran film rabies pencegahan rabies dengan Dinas peternakan pelaksanaa
1.3 Pembuatan & penyebaran brosur, menonton film rabies, membaca d. Jadwal kegiatan pemberant
leaflet, kalender rabies brosur, leaflet, kalender rabies, penyluhan
1.4 Pembuatan & pemasangan membaca tulisan di baliho dan
baliho rabies menonton pertunjukan/kegiatan
1.5 KIE Rabies melalui tradisional
pertunjukan/kegiatan tradisional 1.6 Masyarakat tidak langsung
1.6 Memberikan penyuluhan kepada membunuh HPR tetapi diperiksakan
masyarakat untuk tidak ke lab
membunuh HPR 1.7 – 1.9 Melaksanakan kerjasama
1.7 Bekerjasama dengan departemen lintas sektoral tentang data hasil lab
peternakan untuk melaksanakan dan pemakaian kalung bagi HPR
observasi HPR yang telah yang telah divaksinasi
menggigit manusia
1.8 Koordinasi dengan depertemen
peternakan tentang data vaksinasi
HPR dan pemakaian kalung yg
sudah divaksinasi
1.9 Melaksanakan koordinasi dengan
laboratorium untuk HPR 1.10 Peningkatan laporan masyarakat
10. PENGEMBANGAN INDIKATOR PROGRAM DI KAB. TANAH DATAR
FORM 1. BIDANG PROGRAM KESEHATAN
INDIKATOR YANG TERSEDIA ITEM DATA YANG DIPAKAI UNTUK SUMBER DATA
MENYAJIKAN INDIKATOR
1. 80% masyarakat yang tinggal 1.1 Tatap muka dengan masyarakat adat, cerdik pandai,
di daerah endemi pemuda dan alim ulama
melaksanakan pencegahan 1.2 Pemutaran film rabies
rabies 1.3 Pembuatan & penyebaran brosur, leaflet, kalender rabies
1.4 Pembuatan & pemasangan baliho rabies
1.5 KIE Rabies melalui pertunjukan/kegiatan tradisional
1.6 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak
membunuh HPR
1.7 Bekerjasama dengan departemen peternakan untuk
melaksanakan observasi HPR yang telah menggigit manusia
1.8 Koordinasi dengan depertemen peternakan tentang data
vaksinasi HPR dan pekaian kalung yg sudah divaksinasi
1.9 Melaksanakan koordinasi dengan laboratorium untuk HPR
1.10 Mengajak masyarakat untuk melaporkan semua kasus
gigitan HPR dan segera berobatke fasilitas kesehatan
terdekat
2. 80% program terlaksana 1.11 Menyusun rencana pengelolaan program terpadu dengan
sesuai dengan perencanaan lintas sektor
1.12 Melaksanakan monev ke Puskesmas Kecamatan dan rumah
sakit Kab/Kota
1.13 Rapat evaluasi dan kaji ulang program terpadu berdasarkan
hasil monev
1.14 Pelaporanan analisis hasil monitoring ke Dinkes Propinsi
dan Pemda
3. 100% pemberian VAR untuk penderita 3.1 Memberikan VAR bagi penderita kasus
gigitan HPR dengan luka resiko rendah gigitan HPR sesuai jenis VAR, cth PVRC
3.2 Diberikan 4 kali pemberian
3.3 Hari ke- 0, 2 X pemberian sekaligus
3.4 Memberikan pada hari ke 7 dan 21
4. 100% pemberian kombinasi VAR dan SAR 1.15 Memberikan kombinasi VAR dan SAR bagi
untuk penderita gigitan HPR dengan luka penderita kasus gigitan HPRterhadap luka
resiko tinggi dan yang positif rabies dengan resiko tinggi dan dan yang positif
rabies dan yang positif rabies sesuai jenis
VAR, cth PVRC dan serum momolog
1.16 0.5 ml Diberikan VAR 4 kali pemberian dan
serum momolog 20 IU/kg BB (sebelumnya
dilakukan skin test)
1.17 Hari ke- 0, 2 X pemberian VAR sekaligus dan
pemberian SAR
1.18 Memberikan VAR pada hari ke 7 dan 21
1.19 Melakukan ulangan pemberian VAR pada
hari ke 90
6. 100% daerah sudah dipetakan sesuai 1.27 Pendataan kasus gigitan HPR pada manusia
dengan jumlah kasus gigitan HPR (Peta 1.28 Pemetaan kasus gigitan HPR pada manusia
daerah endemi rabies) 1.29 Analisis data dan pelaporan serta
pembuatan data base rabies HPR dan
penderita rabies
FORM 3B : INDIKATOR-INDIKATOR MANA DALAM FORM 2 YANG DAPAT DIJANGKAU
1. 80% masyarakat yang tinggal Data kunjungan pasien 1 kali dalam sebulan
di daerah endemi melaksanakan Data Lab
pencegahan rabies Data vaksinasi dan
pemakaian kalung di Dinas
peternakan
3. 100% pemberian VAR untuk Buku Catatan Tindakan 1 kali dalam sebulan
penderita gigitan HPR dengan Pemberian VAR dan hasil
luka resiko rendah laboratorium
6. 100% daerah sudah dipetakan Data pengunjung penderita 1 kali dalam sebulan
sesuai dengan jumlah kasus gigitan HPR di Puskesmas /
gigitan HPR ( Peta daerah endemi rumah sakit.
rabies) Survey cepat Setelah survey selesai
Data penduduk dilaksanakan
FORM 3C : INDIKATOR-INDIKATOR MANA DALAM FORM 2 YANG ETIS
2. 80% program terlaksana sesuai Valid: program rabies telah ada dalam perencanaan program
dengan perencanaan Dinkes Kab. Tanah Datar
Reliabel: Perbandingan antara kegiatan program yang telah
dilaksanakan dengan perencaaan kegiatan program
Spesifik: program focus pada monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pencegahan rabies
Sensitif: jika program telah terlaksana diharapkan penyakit
rabies di kab. Tanah Datar dapat dieliminasi
Mewakili sasaran program jumlah program pencegahan yang
dilaksanakn di kab. Tanah Datar
3. 100% pemberian VAR untuk Valid: program pelayanan kesehatan dengan memberikan VAR
penderita gigitan HPR dengan telah dilaksanakan di prov. Sumbar
luka resiko rendah100% Reliabel: Perbandingan pemberian VAR terhadap luka resiko
rendah dengan penderita gigitan HPR dengan
seluruh penderita gigitan HPR pada luka resiko
rendah
Spesifik: program khusus pada pemberian vaksin kasus rabies
dan pencegahan rabies
Sensitif: jika program telah terlaksana tidak terjadi lyssa di kab
tanah datar
Mewakili: sasaran program jumlah masyarakat penderita rabies
di wilayah Kab tanah Datar
4. 100% pemberian kombinasi VAR Valid: program pelayanan kesehatan dengan memberikan
dan SAR untuk penderita gigitan SAR telah dilaksanakan di prov. Sumbar
HPR dengan luka resiko tinggi Reliabel: Perbandingan pemberian kombinasi VAR dan SAR
dan yang positif rabies dan yang terhadap luka resiko tinggi dan yang positif rabies
positif rabies dengan penderita gigitan HPR dengan seluruh
penderita gigitan HPR pada luka resiko tinggi dan
yang positif rabies dan yang positif rabies
Spesifik: program khusus pada pemberian vaksin kasus rabies
dan pencegahan rabies
Sensitif: jika program telah terlaksana tidak terjadi lyssa di kab
tanah datar
Mewakili: sasaran program jumlah masyarakat penderita rabies
di wilayah Kab tanah Datar
6. 100% daerah sudah dipetakan Valid: program pemetaan daerah endemis telah
sesuai dengan jumlah kasus dilaksanakan di prov. Sumbar
gigitan HPR (Peta daerah Reliabel: Perbandingan jumlah penderitan gigitan HPR dengan
endemi rabies) jumlah penduduk di daerah yang sudah
dilaksanakan survey
Spesifik: pemetaan untuk daerah endemic rabiesw
Sensitif: pemetaan akan memudahkan pembuat kebijakan
dalam memutuskan tindakan yang perlu dilksanan
untuk pencegahan rabies
Mewakili: sasaran program jumlah masyarakat penderita rabies
di wilayah Kab Tanah datar
FORM 3E. INDIKATOR –INDIKATOR MANA DALAM FORM 2 YANG DAPAT MEWAKILI
1. 80% masyarakat yang tinggal di 60% memenuhi target karena penyuluhan sudah tidak
daerah endemi melaksanakan dilaksanakan lagi karena petugas kesehatan berasumsi bahwa
pencegahan rabies masyarakat sudah mengetahui cara pencegahan rabies dan
sudah dilaksanakan oleh departemen peternakan, tetapi
kenyataan di lapangan terjadi kurangnya kesadaran dari
masyarakat dan organisasi FORBI dalam mendukung program
pencegahan rabies seperti :
- Vaksinasi terhadap HPR disebabkan pemikiran bahwa HPR
yang divaksinasi menjadi tidaak liar/kurang gesit
dalamberburu babi
- Pemeriksaan HPR setelah menggigit tidak diperiksa di lab
2. 80% program terlaksana sesuai 60% memenuhi target disebabkan salah satu program seperti
dengan perencanaan KIE belum memenuhi target.
Stok untuk Var terutama SAR tidak ada karena :
4. 100% pemberian kombinasi VAR -38,5% penderita rabies positif diberi SAR
dan SAR untuk penderita gigitan -VAR dan SAR tidak tersedia di Puskesmas maupun rumah sakit
HPR dengan luka resiko tinggi tetapi berada di Dinkes, bila ada yang sakit puskesmas
dan yang positif rabies dan yang mengambil di Dinkes
positif rabies -Persediaan SAR di Dinkes sangat terbatas
5. 0% terjadinya lyssa Tahun 2013 tidak ada lyssa tetapi masih perlu penelitian lebih
lanjut karena pemakaian VAR dan SAR tidak sesuai protap
6. 100% daerah sudah dipetakan 100% daerah tanah datar sudah dipetakan dimana Kab tanah
sesuai dengan jumlah kasus datar terdiri dari 14 kecamatan dan semuanya dinyatakan
gigitan HPR (Peta daerah endemic rabies, tetapi dari 23 Puskesmas hanya ada 1 RC di
endemi rabies) Kab Tanah Datar yaitu Puskesmas Linthau Buo 1
FORM 4: INDIKATOR-INDIKATOR YANG TERSEDIA YANG PERLU DIPILIH
FORM 6: DATA APA YANG DIPERLUKAN UNTUK SETIAP INDIKATOR DARI FORM 4 DAN 5
INDIKATOR DEFINISI WAKTU DAN SUMBER DATA APAKAH ADA PERUBAHAN YANG
INDIKATOR FREKUENSI DIPERLUKAN TERHADAP SISTEM
PELAPORAN INFORMASI SEHINGGA INDIKATOR
YANG DIHASILKAN DAPAT RELIABLE
DAN SESUAI WAKTU
1. 80% masyarakat yang Perbandingan 1 kali dalam sebulan Data kunjungan pasien Data lebih terperinci
tinggal di daerah endemi masyarakat tinggal di Data Lab Data sharing dengan Lab dan Dinas
melaksanakan daerah rawan penyakit Data vaksinasi dan peternakan
pencegahan rabies rabies yang telah pemakaian kalung di
melaksanakan Dinas peternakan
pencegahan rabies
dengan cara
memeriksakan HPR
yang telah menggigit
manusia ke lab,
melaksanakan vaksinasi
dan memakaikan kalung
sebagai bukti sudah
melaksnakan vaksinasi
dengan seluruh
masyarakat yang tinggal
di daerah tersebut yang
memelihara HPR
2. 80% program terlaksana Perbandingan antara 4 kali dalam setahun Laporan kegiatan Sistem monev harus dapat
sesuai dengan kegiatan monitoring dan pelaksanaan program menjelaskan tingkat keberhasilan
perencanaan evaluasi yang telah program
dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan dengan
perencanaan kegiatan
monitoring dan evaluasi
yang telah ditetapkan
3. 100% pemberian VAR Perbandingan pemberian 1 kali dalam sebulan Buku Catatan Tindakan Pencatatan data kunjungan ditambah
untuk penderita gigitan VAR terhadap luka resiko Pemberian VAR dan hasil dengan keterangan hasil
HPR dengan luka resiko rendah dengan penderita laboratorium pemeriksaan rabies sehingga
rendah100% gigitan HPR dengan seluruh pemakan VAR menjadi rasional
penderita gigitan HPR pada
luka resiko rendah
4. 100% pemberian Perbandingan pemberian 1 kali dalam sebulan Buku Catatan Tindakan Pencatatan data kunjungan ditambah
kombinasi VAR dan SAR kombinasi VAR dan SAR Pemberian SAR dan hasil dengan keterangan hasil
untuk penderita gigitan terhadap luka resiko tinggi laboratorium pemeriksaan rabies sehingga
HPR dengan luka resiko dan yang positif rabies pemakan SAR menjadi rasional
tinggi dan yang positif dengan penderita gigitan
rabies HPR dengan seluruh
penderita gigitan HPR pada
luka resiko tinggi
5. 0% terjadinya lyssa Perbandingan lyssa dengan 1 kali dalam sebulan Catatan Kematian di Laporan lebih terperinci
kasus gigitan HPR. RS/PKM
6. 100% pengadaan VAR Perbandingan kebutuhan 1 kali dalam sebulan Kartu stok Perencanaan sesuai dengan
tersedia di puskesmas dan VAR dengan ketersediaaan kebutuhan
rumah sakit VAR di puskesmas dan Buku kunjungan pasien
rumah sakit Monev terhadap pemberian VAR
7. 100% pengadaan Perbandingan kebutuhan 1 kali dalam sebulan Kartu stok Perencanaan sesuai dengan
SAR tersedia di SAR dengan ketersediaaan Buku kunjungan pasien kebutuhan
puskesmas dan rumah SAR di puskesmas dan
sakit rumah sakit Monev terhadap pemberian VAR
I. Indikator 1 :
Persentase masyarakat yang tinggal di daerah endemi melaksanakan pencegahan
rabies
I.3 Pelaporan :
Satu bulan sekali
II. Indikator 1 :
Persentasi program yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
*)total kegiatan monitoring dan evaluasi yang telah ditetapkan dalam setahun
II.3 Pelaporan :
Empat kali setahun
III. Indikator 1 :
Persentasi pemberian VAR khusus bagi penderita kasus gigitan HPR
III.1.1 Definisi Kinerja :
Penderita gigitan HPR dengan luka resiko rendah (jilatan pada kulit luka, garukan
atau lecet, luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki)
III.1.3 Pelaporan :
Satu bulan sekali
III. Indikator 2 :
Persentasi pemberian SAR khusus bagi penderita positif rabies
Penderita gigitan HPR dengan luka resiko tinggi (jilatan/luka pada mukosa, luka
diatas daerah bahu (muka, kepala, leher), luka pada jari tangan/kaki. Genetalia, luka
yang lebar/dalam dan luka yang banyak
III.2.3 Pelaporan :
Satu bulan sekali
III. Indikator 3 :
Persentasi terjadinya lyssa
III.3.3 Pelaporan :
Satu bulan sekali
IV. Indikator 4 :
Persentasi persediaan Var di Rumah Sakit dan Puskesmas
VI.3 Pelaporan :
Satu bulan sekali
VI.4 Matriks Pelaksanaan Program :
V. Indikator 5
Persentase persediaan SAR di Rumah Sakit dan Puskesmas
V.3 Pelaporan :
Satu bulan sekali