Pembuatan Biodiesel Berkualitas Baik Dengan Acid Pre-Treatment
Pembuatan Biodiesel Berkualitas Baik Dengan Acid Pre-Treatment
Dwi Ardiana Setyawardhani*, Sperisa Distantina, Nuryah Dewi, Minyana Dwi Utami
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
*Email : ardiana@uns.ac.id
Abstract: Based on the increasing of energy requirement, the world biodiesel-demand will rise.
The Indonesian production-capacity was 2.5% of total national requirement in 2006. One of the
reasons is using edible oil as feedstock. Exploration of new crops and unexploited oil crops is
needed to develop. Rubber seed is a potential feedstock for biodiesel in case of its high
proportion of oil. By using a proper pretreatment, we could produce high quality biodiesel. A
two-step trans-esterification process was developed to convert the oil to methyl esters
(biodiesel). The first step, acid pre-treatment using HCl, H2SO4 dan H3PO4 on 2,5% v/v as
catalyst on the ratio of methanol to oil is 6 : 1, 60oC in 2 hours . The second step, alkaline
(KOH) catalyzed trans-esterification was processed in 1 hour, 2% catalyst, 50oC, on the ratio
of methanol to oil is 6 : 1.The biodiesel characteristics were analyzed and compared to
biodiesel produced from crude rubber seed oil. The important properties of biodiesel such as
specific gravity, kinematic viscosity, flash point, and pour point were found out and matched to
Indonesian National Standard (SNI), except the Carbon residue, which higher than the
standard.
11
menghasilkan biodiesel berkualitas baik dari Persamaan reaksi esterifikasi total yang terjadi
minyak kasar. Penelitian tentang biodiesel dari adalah :
minyak biji karet yang telah dilakukan CH2-O-COR1 CH2-OH R1-CO-OR’
sebelumnya oleh Ramadhas dkk (2005),
Darismayanti dkk (2008) dan Sukmawati CH-O-COR2 + 3 R’OH CH-OH + R2-CO-OR’
(2009) meninjau pembuatan biodiesel dengan
acid pre-treatment menggunakan katalis CH2-O-COR3 CH2-OH R3-CO-OR’
H2SO4. Ikuwagwu dkk (2000) membuat
trigliserida alkohol gliserol ester
biodiesel tanpa acid pre-treatment Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis
R’ adalah gugus metil, dan R1 – R3
katalis asam anorganik di dalam proses acid
merupakan gugus asam lemak jenuh dan tak
pretreatment terhadap karakter dan kualitas
jenuh rantai panjang.
biodiesel yang dihasilkan. Pengaruh kondisi
reaksi yang meliputi suhu, waktu reaksi,
3. Metodologi
perbandingan minyak dan metanol, serta
Bahan-bahan yang dipergunakan
konsentrasi katalis tidak dipelajari di dalam
dalam penelitian ini meliputi biji karet, metanol,
penelitian ini, tetapi mengacu pada penelitian-
n-heksan, katalis (HCl, H2SO4, H3PO4, KOH)
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
serta bahan-bahan untuk analisis. Tahapan
penelitian yang dilakukan meliputi 1) Preparasi
2. Teori dasar
bahan baku, biji karet dikupas dan
Tanaman karet termasuk famili Hevea.
dihancurkan untuk kemudian diekstrak
Kadar minyak dalam biji karet adalah 40-50%.
minyaknya menggunakan alat soklet dan
Minyak biji karet mengandung 35% asam
pelarut n-heksan.
lemak tak jenuh, 17-21% asam oleat, 35-38%
asam linoleat, 21-24% asam linolenat, 1 %
asam arachidat, 5-12% asam stearat, 9-12% keterangan Gambar :
asam palmitat, dan 2-20% asam lemak bebas. 5 1. Water Bath
Kandungan asam linoleat yang tinggi 2. Labu leher
menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan 4 6 tiga
minyak bertambah dengan cara hidrogenasi 3 3. Termometer
atau dengan penambahan anti oksidan, yaitu 4. Statip
2 5. Motor listrik
tokoferol. 6. Pengaduk
Minyak nabati bisa langsung 7. Stop kontak
dimanfaatkan untuk bahan bakar karena 1 7
memiliki nilai kalor yang tinggi (Watanabe,
2001). Namun demikian minyak nabati Gambar 1. Skema rangkaian alat ekstraksi
memiliki kekentalan yang relatif tinggi
dibanding minyak dari fraksi minyak bumi, 2) Tahap acid pretreatment, minyak
karena adanya percabangan pada rantai direaksikan dengan metanol dalam labu leher
karbonnya yang cenderung panjang. tiga berpengaduk dan berpendingin balik.
Kekentalan ini dapat dikurangi dengan Kondisi yang digunakan dalam reaksi ini
memutus percabangan rantai karbon tersebut adalah suhu 60oC, rasio minyak / metanol 1 : 6
melalui proses esterifikasi (alkoholisis mgek, kecepatan pengadukan 600 rpm, waktu
terhadap asam lemak dari minyak nabati) reaksi 2 jam dan konsentrasi katalis 2,5%
menggunakan alkohol fraksi ringan, misalnya volume minyak. Variabel berubah yang
metanol atau etanol. Pada reaksi esterifikasi digunakan adalah jenis katalis (HCl, H2SO4,
diperlukan adanya katalis karena cenderung H3PO4). 3) Tahap esterifikasi, minyak
berjalan lambat. Katalis berfungsi untuk direaksikan dengan metanol dalam labu leher
menurunkan energi aktifasi. Katalis yang tiga berpengaduk dan berpendingin balik pula.
digunakan dapat berupa asam, basa maupun Namun kondisi yang digunakan dalam reaksi
penukar ion. Dengan katalis basa reaksi dapat ini adalah suhu 50oC, rasio minyak / metanol
berlangsung pada suhu kamar atau lebih 1:6 mgek, kecepatan pengadukan 500 rpm,
rendah, sementara dengan katalis asam reaksi waktu reaksi 1 jam dan konsentrasi katalis
berlangsung dengan baik pada suhu sekitar (KOH) 2% berat minyak. 4) Tahap pemurnian
100C atau lebih. Tanpa katalis, reaksi biodiesel, biodiesel yang diperoleh dari reaksi
esterifikasi baru dapat berlangsung pada suhu esterifikasi dipisahkan dari gliserol sebagai
minimal 250C (Kirk & Othmer, 1980). hasil samping dengan pengendapan selama
Keterangan :
80
1. Labu leher tiga
2. Pengaduk mekanik
3. Pendingin balik 60
4. Water-bath
5. Pengambil cuplikan 40
6. Penampung cuplikan
7. Powerstat
8. Termostat 20
9. Pemanas celup
10 Pengaduk 0
11. Labu Pemanas metanol
Tanpa AP A. P. dengan A. P. dengan A. P. dengan
12. Pemanas metanol
HCl H2SO4 H3PO4
13. Termometer
Gambar 3. Rendemen biodiesel dengan berbagai
Gambar 2. Rangkaian Alat Esterifikasi katalis acid pretreatment
Hasil uji
Biodiesel minyak biji karet
Parameter Acid Pre-treatment (A.P.) dengan SNI 04-7182-
(Metode) Tanpa 2006
katalis :
A.P.
HCl H2SO4 H3PO4
Massa jenis, kg/m3 - 888,8 876,4 907,4 850-890
(ASTM D 1298) (40 0C)
Viskositas kinematik pada 400C, 11,707 12,8703 6,324 1,228 2,3-60
mm2/s(cst)
(ASTM D 445)
Titik nyala (mangkok tertutup), 178 114 106 29 Min 100
0
C
(ASTM D 93)
0
Titik tuang, C 3,0 0 3,0 < -33 Maks 18
(ASTM D 97)
Residu karbon : Dalam contoh 0,852 0,9444 0,426 0,311 Maks 0,05
asli
(ASTM D 189)
Dari data-data di atas terlihat bahwa memenuhi spesifikasi SNI, sementara untuk
secara umum penggunaan acid pre-treatment residu karbon memberikan hasil yang lebih
sangat penting untuk meningkatkan rendemen besar. Namun demikian untuk viskositas,
biodiesel dari minyak biji karet. Menurut spesific gravity, residu karbon dan titik nyala
Ramadhas (2004), minyak biji karet kasar biodiesel dengan katalis H2SO4 lebih rendah
(crude oil) memiliki kadar Free Fatty Acids dibanding dengan katalis HCl. Viskositas yang
(FFA) sekitar 17%. Hal ini hampir tidak rendah akan mengakibatkan minyak mudah
memungkinkan untuk melakukan esterifikasi dialirkan, daya pompa kecil, serta pengabutan
langsung dengan katalis basa. Ini terlihat pada / injeksi yang baik (Tambun, 2006). Titk nyala
tabel 2 yang menunjukkan bahwa perolehan umumnya terkait dengan masalah keamanan
biodiesel hanya 25% dibandingkan volume (safety), sehingga bahan bakar sebaiknya
minyak bahan baku. Setelah mengalami acid memiliki titik nyala cukup tinggi. Sedangkan
pre-treatment, terlihat ada peningkatan kadar residu karbon sebaiknya serendah
terhadap rendemen biodiesel yang dihasilkan. mungkin agar tidak menyumbat pipa dan
Rendemen terbesar dicapai pada esterifikasi nozzle pembakaran serta mengganggu aliran
dengan katalis H2SO4. Namun demikian, bahan bakar. Parameter titik tuang untuk BBM
dengan katalis tersebut, warna biodiesel yang di Indonesia tidak terlalu menjadi masalah,
dihasilkan paling gelap dibandingkan karena suhu udara yang cukup tinggi di daerah
penggunaan katalis asam yang lain. Menurut tropis tidak memungkinkan bahan bakar cepat
Ramadhas (2004) pula, makin tinggi membeku.
konsentrasi H2SO4, warna biodiesel makin Penggunaan katalis H3PO4 untuk acid
gelap. Ada kemungkinan, kadar 2,5% volume pre-treatment ternyata tidak memberikan hasil
yang digunakan pada penelitian ini terlampau yang baik untuk kualitas biodiesel. Dari tabel 3
tinggi sehingga disarankan untuk dikurangi. terlihat bahwa untuk seluruh sifat fisis yang
Sifat fisis biodiesel yang mengalami dianalisis tidak ada yang memenuhi spesifikasi
acid pre-treatment secara umum cukup standar SNI untuk biodiesel.
memenuhi spesifikasi SNI. Untuk biodiesel Sifat fisis biodiesel dari esterifikasi
yang dihasilkan dari esterifikasi dengan katalis langsung minyak biji karet dengan katalis KOH
HCl dan H2SO4, spesific gravity, viskositas, titik (tanpa acid pretreatment) ternyata cukup baik,
nyala (flash point) dan titik tuang (pour point) ditinjau dari viskositas, titik nyala dan titik