SPI DI PERHOTELAN (UNSUR-UNSUR SPI, LINGKUP SPI, MERANCANG SPI)
Pengendalian intern dalam arti sempit diartikan sebagai pengecekan penjumlahan,
baik penjumlahan mendatar (cross footing) maupun penjumlahan menurun (footing). Menurut AICPA, pengendalian intern (internal control) dalam arti luas didefinisikan sebagai pengendalian intern yang meliputi struktur organisasi dan semua cara serta alat yang dikordinasikan dan digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi di dalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan. Secara garis besar pengendalian intern dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Pengendalian akuntansi (accounting control) dan pengendalian administratif (administrative control) . Pengendalian akuntansi ini terdiri dari struktur organisasi dan semua prosedur serta catatan yang berkaitan dengan pengamanan aktiva dan dapat dipercayainya catatan keuangan. Sedangkan, pengendalian administratif terdiri dari struktur organisasi dan semua metode dan prosedur yang memiliki hubungan dengan efisiensi operasi dan dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Untuk memenuhi tujuannya, terdapat beberapa elemen yang merupakan ciri pokok dari sistem pengendalian intern yang baik, yaitu sebagai berikut. 1. Adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat dan tegas. 2. Adanya sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang baik untuk melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik perusahaan, hutang, pendapatan dan biaya. 3. Adanya praktik yang sehat didalam menjalankan tugas dan fungsi disetiap bagian dalam organisasi. 4. Tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan funsi, tugas dan tanggungjawabnya. 5. Adanya pengecekan independen. Struktur pengendalian intern menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway) adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan pegawai lainnya yang didesain untuk memperoleh keyakinan yang memadai terkait dengan tujuan: 1. Efektivitas dan efisiensi dari aktivitas operasi 2. Kehandalan dari laporan keuangan 3. Ketaatan kepada peraturan perundangan dan kebijakan yang terkait. Struktur pengendalian intern menurut COSO terdiri dari lima komponen yakni: 1. Lingkungan pengendalian (control environment) Manajemen dan seluruh pegawai harus menciptakan (estanblish) dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat (conscientious). 2. Penilaian resiko (risk assessement) Pengendalian intern harus menyediakan penilaian resiko yang dihadapi oleh organisasi baik yang bersumber dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi. 3. Aktivitas pengendalian (control achivities) Aktivitas pengendalian infern membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian harus efisien dan efektif mencapai tujuan pengendalian. 4. Informasi dan komunikasi (information and communication) Informasi harus dicatat dan dikomukasikan kepada manajemen dan satuan kerja lainnya dalam suatu entitas yang membutuhkan, dalam bentuk dan jangka waktu yang memungkinkan untuk menyelenggarakan pengendalian intern dan tanggungjawab lainnya. 5. Pemantaun (monitoring) Pemantaun pengendalian intern harus selalu menilai kualitas kinerja dan memastikan bahwa temuan audit atau reviue lainya diselesaikan tepat waktu. The Canadian Institute of Chartered Accountants Criteria of Control Committee (CoCo) telah menyusun model pengendalian intern yang mirip dengan COSO tetapi memiliki perbedaan yang cukup signifikan. CoCo memfokuskan diri pada empat pertanyaan utama yakni 1. Apakah perusahaan mempunyai tujuan yang benar? 2. Apakah perusahaan tersebut mempunyai aktivitas pengendalian yang memadai? 3. Apakah perusahaan tersebut mempunyai kapabilitas, komitmen dan lingkungan yang tepat? 4. Apakah perusahaan tersebut melakukan monitoring, pembelajaran dan mengadaptasi? Coco mempunyai empat komponen untuk menjawab keempat pertanyaan tersebut yakni purpose, commitment, capabililty dan monitoring and learning. Keempat komponen tersebut seperti berikut ini. 1) Purpose (1) Tujuan harus dinyatakan dan dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders. (2) Risiko signifikan baik dari dalam maupun iuar organisasi yang terkait dengan pencapaian tujuan harus diidentifikasikan dan dinilai. (3) Kebijakan yang didesain untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan pengelolaan risiko harus dibuat, dikomunikasikan dan dipraktikan sehingga pegawai mengerti apa yang diharapkan dan kebebasan yang diperlukan untuk bertindak. (4) Perencanaan untuk menuntun pencapaian tujuan organisasi harus disusun dan dikomunikasikan. (5) Tujuan dan perencanaan terkait harus mencantumkan target dan indikator kinerja. 2) Commitment (1) Nilai-nilai etika termasuk integritas harus dibuat secara formal, dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders dalam organisasi (2) Kebijakan dan praktik manajemen SDM harus korsisten dengan etika dan nilai-nilai dan pencapaian tujuan (3) Wewenang, tanggungjawab dan tanggunggugat harus secara jelas didefinisikan dan kopsisten dengan tujuan organisasi sehingga keputusan-keputusan dan perlaku-perilaku diperagakan dengan benar oleh pegawai. (4) Atmosfir kepercayaan yang tinggi harus dipelihara dan didukung oleh informasi yang mengalir antara pegawai dan kinerja mereka dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi, 3) Capability (1) Pegawai harus memiliki pengetahuan, keahlian dan peralatan yang cukup untulk mendukung pencapaian tujuan organisasi. (2) Proses komunikasi harus mendukung nilai dan pencapaian organisasi atas tujuan yang telah ditetapkan. (3) Informasi yang cukup dan relevan harus diidentifikaskan dan dikomunikasikan pada saat yang tepat sehingga pegawai dapat menjalankan tugasnya dengan baik. (4) Tujuan dan aktivitas dari bagian-bagian yang berbeda dalam suatu organisasi harus dikoordinasikan. (5) Aktivitas pengendalian harus didesain sebagai kesatuan yang menyeluruh dari suatu organisasi dengan mempertimbangkan tujuan, risiko dan hubungan terkait antar komponen pengendalian.
4) Monitoring And Learning
(1) Lingkungan internal dan eksternal harus dimonitor untuk memperoleh informasi sehingga tujuan dan pengendalian organisasi tetap mutakhir. (2) Kinerja harus dimonitor dibandingkan dengan target dan indikator yang telah ditetapkan. (3) Asumsi yang digunakan dahm penentuan tujuan dan sistem harus secara periodik dikaji ulang. (4) Informasi yang dibutuhkan harus dikaji terus menerus sesuai dengan adanya perubahan tujuan atau adanya pelaporan yang menunjukan penyimpangatn. (5) Prosedur tindaklanjut harus disusun dan dilakukan untuk menjamin bahwa perubahan dan kegiatan yang tepat dilakukan (6) Manajemen secara periodik menilai efektivitas pengendalian dan kemudian mengkonunikasikan hasilnya kepada para pihak yang bertanggungjawab. Dalam praktiknya, model yang dibangun untuk menyusun sistem pengendalian intern yang baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Pengendalian intern hendaknya tidak dilihat sebagai suatu kelompok kegiatan yang terdiri sendiri, tetapi lebih merupakan suatu rangkaian aktivitas yang terjadi pada seluruh operasi eatitas seeara berkesinambungan, dengan berfokus pada risiko operasi. Pengendalian intern harus merupakan bagian yang utuh dari setiap sistem yang digunakan manajemen untuk mengatur dan memandu operasi entitas (yaitu, suatu bagian yang utuh dari infrastruktur), bukan sebagai suatu sistem yang terpisah. 2) Manfaat pengendalian intern harus lebih besar dari pada biaya untuk menyusun, mengimplementasikannya dan risiko yang mungkin bisa terjadi. 3) Aplikasi Sistem pengendalian intern ini harus didukung oleh semua pegawai dalam organisasi dari manajemen puncak hingga staf terbawah. Responsif terhadap perubahan. SPI yang tidak flexibel hanya dapat menghambat pencapaian tujuan dikaitkan dengan perubahan lingkungan di mana organisasi itu beroperasi. 4) Aplikasi Sistem pengendalian intern harus memperhatikan budaya organisasi. Oleh karena itu SPI yang akan diterapkan oleh perusahaan harus dilihat sebagai bagian dari manajemen perubahan.
Widanaputra, A.A. G.P; Suprasto, Herkulanus Bambang; Aryanto, Dodik; Sari, MM. Ratna. 2009. AKUNTANSI PERHOTELAN (Pendekatan Sistem Informasi). Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu