Anda di halaman 1dari 15

BAB II

2.1 Definisi Estimasi Biaya dan Waktu


Estimasi biaya merupakan hal penting dalam industri konstruksi. Ketidakakuratan dalam
estimasi dapat memberikan efek negatif dalam proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Definisi
estimasi biaya menurut National Estimating Society – USA adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas
informasi yang tersedia pada waktu itu. Estimasi biaya erat kaitannya dengan analisis biaya, yaitu
pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai
bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain, menyususn estimasi biaya berarti melihat
masa depan, memperhitungkan dan mengadakan perakiraan atas hal-hal yang akan mungkin terjadi.
Sedangkan analisis biaya menitikberatkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu
yang akan dipakai sebagai masukan Dalam usaha mencari pengertian lebih lanjut mengenai estimasi
biaya, maka perlu diperhitungkan hubungannya dengan cost engineering. Cost engineering menurut
AACE (The American Association of Cost Engineer) adalah area dari kegiatan engineering dimana
pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu
pengetahuan di dalam masalah perkiraan biaya dan pengendalian biaya (Soeharto, 1995).

Estimasi analisis ini merupakan metode yang secara tradisional dipakai oleh estimator untuk
menentukan setiap tarif komponen pekerjaan dianalisa ke dalam komponenkomponen utama tenaga
kerja, material, peralatan, pekerja, dan lain-lain. Penekanan utamanya diberikan faktor-faktor seperti
jenis, ukuran, lokasi, bentuk, dan tinggi yang merupakan faktor penting yang mememngaruhi biaya
konstruksi (Ashworth, 1994). Menurut Pratt (1995) fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi
adalah:

 Untuk melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhii dengan biaya yang ada

 Untuk mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan

 Untuk kompetisi pada saat penawaran.

2.2 Jenis-Jenis Biaya Proyek Konstruksi

Biaya konstruksi dibagi menjadi 2, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.

1. Biaya langsung Biaya langsung merupakan seluruh biaya yang berkaitan langsung dengan fisik
proyek, yaitu meliputi seluruh biaya dari kegiatan yang dilakukan diproyek (dari persiapan hingga
penyelesaian) dan biaya mendatangkan seluruh sumber daya yang diperlukan oleh proyek tersebut.
Biaya langsung dapat dihitung dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan
pekerjaan. Biaya langsung ini juga biasa disebut dengan biaya tidak tetap (variable cost), karena
sifat biaya ini tipa bulannya jumlahnya tidak tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan kemajuan
pekerjaan. Secara garis besar, biaya langsung pada proyek konstruksi sesuai dengan definisi di atas
dibagi menjadi lima (Asiyanto, 2005) Biaya bahan/ material, Biaya upah kerja (tenaga), Biaya alat,
Biaya subkontraktor, Biaya lain-lain

 Biaya material Biaya material adalah biaya pembelian material, hingga material tersebut tiba
di lokasi proyek. Biaya material merupakan kombinasi harga material ditambah dengan ongkos
pengangkutannya sampai pada lokasi proyek. Agar dapat diperoleh biaya tersebut, maka harus
diketahui harga pembelian material dan biaya pemindahannya ke lokais pekerjaan.

 Biaya tenaga kerja Estimasi komponen tenaga kerja merupakan aspek paling sulit dari
keseluruhan analisis biaya konstruksi. Faktor berpengaruh yang harus diperhitungkan antara
lain: kondisi tempat kerja, keterampilan, lama waktu kerja, kepadatan penduduk, persaingan,
produktivitas dan indeks biaya hidup setempat. Satuan tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah
perjam-orang, rupiah perhari-orang, rupiah perminggu-orang dan lain-lain.

 Biaya peralatan Estimasi biaya peralatan termasuk pembelian atau sewa, mobilisasi,
demobilisasi, memindahkan, transportasi, memasang, membongkar dan pengoperasian selama
konstruksi berlangsung. Biaya lain-lain biasanya relatif kecil, tetapi bila jumlahnya cukup berarti
untuk dikendalikan dapat dirinci, menjadi misalnya:

 Biaya persiapan dan penyelesaian

 Biaya overhead proyek

 Dan seterusnya

2. Biaya tak langsung Biaya tidak langsung merupakan seluruh biaya yang terkait secara tidak
langsung, yang dibebankan kepada proyek. Biaya ini biasanya terjadi diluar proyek namun harus ada
dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya ini meliputi antara lain biaya pemasaran,
biaya overhead di kantor pusat/ cabang (bukan overhead kantor proyek), pajak (tax), biaya resiko
(biaya tak terduga) dan keuntungan kontraktor. Nilai keuntungan kontraktor pada umumnya
dinyatakan sebagai persentase dari seluruh jumlah pembiayaan. Nilainya dapat berkisar 8%-12%,
yang mana sangat tergantung pada seberapa kehendak kontraktor untuk meraih pekerjaan
sekaligus motivasi pemikiran pantas tidaknya untuk mendapatkannya. Pada prinsipnya penetapan
besarnya keuntungan dipengaruhi oleh besarnya resiko atau kesulitankesulitan yang akan dihadapi
dan sering kali tidak nampak nyata. Sebagai contoh, keterlambatan pihak pemberi tugas dalam
melaksanakan tugas untuk membayar pekerjaan, dan sebagainya. Biaya tidak langsung ini tiap
bulan besarnya relatif tetap dibanding biaya langsung, oleh karena itu juga sering disebut dengan
biaya tetap (fix cost). Biaya tetap perusahaan ini didistribusikan pembebanannya kepada seluruh
proyek yang sedang dalam pelaksanaan. Oleh karena itu setiap menghitung biaya proyek selalu
ditambah dengan pembebanan biaya tetap perusahaan (dimasukkan dalam mark up proyek).
Biasanya pembebanan biaya ini ditetapkan dalam presentase dari biaya langsung proyeknya. Biaya
ini walaupun sifatnya tetap, tetapi tetap harus dilakukan pengendalian, agar tidak melewati
anggarannya Biaya tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu:

 Biaya overhead Biaya overhead adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan dalam
pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan namun tidak berhubungan langsung dengan biaya bahan,
peralatan, dan tenaga kerja. Biaya overhead umumnya terbagi 2, yaitu biaya overhead umum
dan biaya overhead proyek. - Biaya umum Biaya umum atau lazim disebut overhead cost adalah
gaji personil tetap kantor pusat dan lapangan; pengeluaran kantor pusat seperti sewa kantor
pusat, telepon, dan sebagainya; perjalanan beserta akomodasi; biaya dokumentasi; bunga bank;
biaya notaris; peralatan kecil dan material habis pakai. Biaya overhead umum ini dapat diambil
dari keuntungan yang ditetapkan pada satu proyek - Biaya proyek Pengeluaran yang
dibebankan pada proyek tetapi tidak dimasukkan pada biaya material, upah kerja, atau
peralatan, yaitu: bangunan kantor, lapangan beserta perlengkapannya; biaya telepon kantor
lapangan; kebutuhan akomodasi lapangan seperti listrik, air bersih, air minum, sanitasi, dan
sebagainya; jalan kerja dan parkir, batas perlindungan dan pagar di lapangan

.  Keuntungan atau profit.

 Contingency Biaya tak terduga adalah salah satu biaya tak langsung, yaitu biaya untuk
kejadian-kejadian yang mungkin terjadi atau mungkin tidak. Misalnya naiknya muka air tanah,
banjir, longsornya tanah dan sebagainy. Pada umumnya biaya ini diperkirakan antara 0,5
sampai 5 % dari biaya total proyek. Yang termasuk dalam kondisi kontigencies adalah sebagai
berikut : - Akibat kesalahan Kesalahan dalam desaign, kesalahan dalam metode pelaksanaan
sehingga mengharuskan membongkar dan membuat yang baru - Akibat bencana alam Bencana
alam, misalkan tanah longsor, kebakaran, banjir bandang, erupsi gunung, dan lainnya, Gambar
1. Bagan Alur Tahapan Proyek Konstruksi Terkait Dengan Estimasi Biaya Dari bagan alur
tersebut, dijelaskan jenis cost 1,2 dan 3 yaitu :

 Cost 1 : adalah biaya proyek secara kasar untuk keperluan analisis ekonomi dalam study
kelayakan

 Cost 2 : adalah biaya proyek semi detail untuk keperluan penyediaan dana (budgeting bagi
Owner)

 Cost 3 : adalah biaya proyek secara detail yang bersifat definitif (Nilai kontrak), yaitu
pertemuan angka antara Owner estimate dan Bid price kontraktor

2.3 Tahapan-Tahapan Estimasi Biaya

 Akuisisi Dokumen Kontrak


Kontraktor perlu memiliki dokumen kontrak penawaran.

 Kaji Ulang Dokumen dan Keadaan Proyek


Dokumen yang ada perlu dikaji ulang untuk mengetahui tanggal penawaran,
persyaratan kesempatan yang sama untuk tenaga kerja, persyaratan standar, gaji,
jadwal, alternatif, kontrak, dan lainnya. Informasi umum mengenai proyek umumnya
terdiri atas keadaan proyek, kunjungan ke lapangan, kondisi internal (sumber daya),
dan kondisi eksternal (kondisi luar yang dapat mempengaruhi proyek).

 Menghadiri Rapat Penjelasan


Rapat penjelasan merupakan kesempatan baik bagi kontraktor untuk meminta
klarifikasi mengenai hal-hal yang kurang jelas, atau alternatif - alternatif pekerjaan.

 Menentukan Saat Membuat Penawaran


Keputusan untuk membuat (atau tidak) penawaran atas proyek didasarkan pada kenyataan-
kenyataan yang dikumpulkan oleh estimator, analisis resiko dan apakah proyek tersebut
sesuai dengan rencana strategis perusahaan.

 Pertimbangan Strategi Penawaran


Teknik yang dipakai dalam strategi penawaran dapat terdiri atas metode konstruksi yang
lebih baik, pengetahuan atas saingan lain, pengetahuan akan kebutuhan pemilik proyek,
keberhasilan dalam proyek sejenis, dan pengalaman dalam membangun proyek berkualitas
secara aman.

 Permintaan Daftar Harga dari Para Penyalur Material dan Sub-Kontraktor


Hal ini diperlukan untuk mendapatkan harga yang akurat dari material dan pekerjaan yang
disub-kontrakkan.

 Membangun Metode Konstruksi, Perencanaan, dan Penjadwalan.


Estimasi harus merefleksikan metode konstruksi mengingat masing-masing metode
mempunyai tingkat produktivitas dan persyaratan peralatan yang berbeda.

 Persyaratan Jaminan, Asuransi, dan Biayanya


Estimator perlu memasukkan biaya asuransi dan jaminan dalam penawaran. Dalam
spesifikasi ditetapkan jenis asuransi dan jaminan yang diinginkan pemilik proyek.
Estimator juga perlu menambahkan surat kuasa dari perusahaan penanggung jawab dalam
jaminan penawaran.

 Mempersiapkan Penelaahan atas Spesifikasi


Estimator perlu melakukan penelaahan atas spesifikasi sebelum menelaah kuantitas hal
yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pelayanan yang disediakan kontraktor seperti kantor lapangan untuk arsitek dan
penyedia telepon.
2. Daftar nama arsitek dan penyedia telepon.
3. Persyaratan material dengan kinerja khusus.
4. Persyaratan tahap konstruksi khusus dari pemilik.

 Mempersiapkan Penelaahan atas Kuantitas


Estimator perlu mempelajari ukuran dan karakteristik fisik material, dampaknya terhadap
tenaga kerja, dan jenis peralatan yang diperlukan untuk pemakaian material terpilih.

 Penelaahan Kuantitas Material yang Urut dan Konsisten


Estimator umumnya mengurutkan berdasarkan porsi terbesar dari pekerjaan sehingga
didapatkan gambaran umum tentang suatu proyek, serta perlu konsisten dalam penelaahan
:

1. Nomor harus ditulis dalam urutan yang sama.


2. Beri tanda cek untuk bagian dalam gambar yang telah ditelaah.
3. Konsisten terhadap dimensi.
4. .Hindari menskalakan gambar.

 Satuan Pengukuran
Satuan pengukuran dipakai untuk menghitung kuantitas, harus dapat menunjukkan
penilaian yang tepat.

 Mengukur Perhitungan
Kalkulasi dari estimasi harus akurat dan efisien. Estimator harus mempunyai pengetahuan
yang luas mengenai matematika dasar. Hal ini mencakup aljabar, geometri, trogonometri,
konversi angka dan hukum-hukum matematika.

Beberapa hal mengenai kalkulasi yang perlu diperhatikan :

1. Perhitungan awal perlu dibuat atas ukuran bangunan keseluruhan. Perhitungan


berdasarkan batas-batas bangunan, tinggi bangunan total, dan luas bangunan total
perlu dilakukan untuk membantu penentuan keputusan apakah penawaran akan
dilakukan atau tidak.
2. Perhitungan dedukatif dapat mengurangi waktu dan energi. Luas dinding dapat
dihitung dengan menjumlahkan luas-luas bagian-bagian elemen solid atau dengan
menghitung dinding secara keseluruhan, kemudian dikurangi luas void (pintu dan
jendela).
3. Konversi angka-angka perlu dilakukan jika untuk satu jenis material terdapat lebih
dari satu dimensi satuan dan perbedaan penulisan angka. Estimator perlu membuat
konversi dan memakai pecahan desimal untuk memudahkan.
4. Pembulatan angka umumnya sebesar dua desimal di belakang koma.
5. Menentukan jumlah material yang akan terbuang perlu dilakukan di akhir estimasi.
Estimator perlu melakukan perhitungan ini karena :

a) Ukuran material yang tersedia tidak sesuai dengan yang diperlukan


(misal jika diperlukan 10 balok kayu dengan panjang 4 meter sementara
ukuran standar 5 m, maka akan tersisa 10 balok kayu dengan panjang 1 m),

b) Tempat pemasangan yang berbeda-beda (misal beton yang digunakan


untuk fondasi akan lebih banyak terbuang dibanding beton untuk dinding
disebabkan oleh ketidak-stabilan tanah untuk fondasi), c) Peralatan atau
prosedur penempatan material menyebabkan material terbuang. d)
Prosedur manajemen material yang kurang baik (seperti pekerjaan ulang,
kesalahan pembelian).

2.4 Pihak-Pihak Yang Terlibat


Dalam suatu proyek konstruksi selalu terdapat pihak-pihak yang terlibat yang pada
umumnya adalah: Pemilik (Owner), Konsultan, dan Kontraktor.
Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pengguna jasa adalah orang atau badan yang memiliki proyek dan
memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa
dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut.
Hak pemilik proyek:

 Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).


 Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan
oleh penyedia jasa.
 Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan jalan
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.

Tugas dan tanggung jawab pemilik adalah sebagai berikut.

 Mendefinisikan proyek (kebutuhan)


 Menetapkan tujuan proyek
 Membentuk dan memilih anggota tim proyek
 Mengomunikasikan persyaratan mengenai cara proyek dilaksanakan
 Memastikan ketersediaan dan mengelola pendanaan untuk proyek

Di Indonesia, terdapat dua jenis pemilik yang didasarkan dari sektornya yaitu sector
pemerintah dan sektor swasta.
Perbedaan utama antara sektor pemerintah dengan swasta adalah dari tujuan pelaksanaan
proyek tersebut. Dalam proyek konstruksi, sektor swasta akan lebih cenderung
mengutamakan faktor-faktor ekonomi seperti keuntungan, tingkat pengembalian investasi,
dan risiko.

Kesuksesan proyek dilihat dari seberapa besar keuntungan yang diperoleh. Sementara itu,
sektor pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan publik. Kesuksesan proyek dilihat dari
tingkat kesejahteraan masyarakat pada wilayah setempat akibat dibangunnya sebuah
infrastruktur pada wilayah tersebut.

Dalam pelaksanaan proyek, pemerintah akan selalu diperhatikan oleh publik sehingga
segala aspirasi dan masukan dari publik harus dapat diakomodasi dengan baik.

Konsultan
Konsultan adalah individu atau badan usaha yang memiliki keahlian dalam spesifikasi
pekerjaan tertentu serta memiliki kompetensi untuk memberi masukan teknis pada suatu
proyek.

Secara umum dalam pembangunan proyek teknik sipil atau fasilitas fisik, konsultan
dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.

1. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap
dan mendetail. Konsultan perencana dapat dibedakan menjadi beberapa macam
berdasarkan spesialisasi pekerjaannya.

Hak dan kewajiban Konsultan Perencana :

 Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja,
syarat-syarat, hitungan struktur, dan rencana anggaran biaya.
 Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor
tentang pelaksanaan pekerjaan.
 Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal–hal yang kurang jelas
dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat–syarat.
 Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
 Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2. Konsultan Pengawas
Konsultan ini adalah konsultan yang melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan oleh kontraktor. “Pengawas Konstruksi adalah penyedia jasa orang
perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli di bidang pengawasan jasa
konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserah terimakan.”

Undang – Undang Tentang Jasa Konstruksi, BAB I, Pasal 1, ayat 11. Konsultan pengawas
bertanggung jawab penuh untuk mengawasi pelaksanaan kerja kontraktor serta
mengusulkan, menyetujui, dan menolak pekerjaan yang diusulkan oleh kontraktor.
Hak dan kewajiban Konsultan Pengawas antara lain:

 Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.


 Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Melakukan penghitungan prestasi pekerjaan.
 Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar
berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
 Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari
pembengkakan biaya.
 Mengatasi dan memberikan solusi terhadap persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai
hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas, serta waktu
pelaksanaan yang telah ditetapkan.
 Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
 Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
 Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
 Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah atau berkurangnya
pekerjaan.

Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan biaya yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat.

Kontraktor dipilih setelah melalui proses tender yang diadakan oleh pihak pemilik proyek
untuk menjalankan proyek. Kontraktor bertanggung jawab langsung kepada pemilik proyek,
dan selama melaksanakan tugasnya diawasi langsung oleh Konsultan MK.

Hak dan kewajiban kontraktor antara lain:

 Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat,


risalah penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan syarat-syarat tambahan yang telah
ditetapkan oleh pengguna jasa.
 Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai
wakil dari pengguna jasa.
 Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk
menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
 Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, dan bulanan.
 Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai dengan
ketetapan yang berlaku.

Sub Kontraktor
Sub Kontraktor adalah pihak pelaksana konstruksi yang mempunyai spesialisasi khusus
yang dipilih oleh pihak yang membuka penawaran kerja terlebih dahulu.

Pihak Sub Kontraktor dapat langsung bertanggung jawab kepada pihak pemilik proyek
apabila dipilih langsung oleh pemilik proyek tapi tetap berkoordinasi dengan pihak

Kontraktor Utama dan ada juga Sub Kontraktor yang bertanggung jawab langsung kepada
Kontraktor utama karena sebelumnya telah dipilih oleh Kontraktor Utama

Hak dan kewajiban Sub Kontraktor:

 Melaksanakan pekerjaan dari Pemilik Proyek / Kontraktor Utama yang telah disanggupi
untuk dapat dikerjakan sesuai dengan gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat–
syarat yang ditetapkan.
 Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.
 Bertanggung jawab langsung kepada Pemilik Proyek atau Kontraktor Utama.
 Menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaan dari kontraktor utama atau pemilik proyek
berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.

2.5 Time Schedule

Time schedule atau project schedule dibuat oleh project manager untuk mengatur manusia di

dalam proyek dan menunjukan kepada organisasi bagaimana pekerjaan proyek tersebut akan

dilaksanakan. Setiap proyek membutuhkan Time schedule dan ini merupakan alat untuk

memantau bagi project manager/site manager apakah proyek dan tim masih terkendali atau

tidak. Project schedule berbentuk kalender yang dihunbungkan, sebelum jadwal dibuat WBS

harus terlebih dahulu ada, jika tidak ada maka jadwal tersebut akan terkesan semrawut atau

mengada-ada.

Fungsi Time Schedule

1) Sebagai pedoman kontraktor untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan sebagai

pedoman direksi untuk mengontrol apakah suatu pekerjaan berlangsung sesuai jadwal atau

tidak.

2) Sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah diselesaikan.

3) Sebagai pedoman untuk mengatur kecepatan suatu pekerjaan.

4) Untuk menentukan tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan.

5) Untuk memperkirakan biaya yang harus disediakan dalam jangka waktu tertentu, serta

untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja, jumlah dan macam peralatan, serta material

yang digunakan.

Jenis Time Schedule

Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa jenis model instrumen penjadwalan yang biasa

digunakan baik untuk proyek yang berskala kecil sampai yang besar baik yang bersifat formal
maupun non formal. Secara umum dalam proyek konstruksi sering kita temukan jenis penjadwalan

atau schedule berupa penjadwalan diagram batang/Gantt Chart dan Curve-S yang berfungsi

memproyeksikan kemajuan progres bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaan. Namun jika dikaji

secara luas model penjadwalan memiliki beberapa jenis dan fungsi yang dapat digunakan dalam

proses perencanaan maupun selama proses konstruksi berlangsung, Ada beberapa bentuk time

schedule dalam proyek konstruksi, diantaranya:

1) Schedule Waktu Tertentu

Schedule waktu tertentu seperti Schedule harian, schedule mingguan, bulanan,

tahunan.

2) Bar chart

Sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal, dan kolom

arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah

kegiatan dapat terlihat dengan jelas sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh

panjangnya diagram batang.

3) Curve-S

Sebuah jadal pelaksanaan yang disajikan dalam bentuk table dan bagan menyerupai

huru S. Model penjadwalan semacam ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk

memberikan informasi berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 – 100%

berdasarkan waktu durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut

membentuk kurva yang berbentuk S. Curve-S umumnya berguna dalam

memonitoring kemajuan pekerjaan dalam pelaksanan konstruksi guna bermanfaat

dalam memberikan bukti laporan atas proses administrasi pembayaran kepada


pihak pemilik/owner berdasarkan kemajuan proyek yang telah dikerjakan serta

dapat mengetahui kemajuan kinerja waktu pelaksanaan proyek apakah proyek

mengalami kemajuan waktu pekerjaan atau keterlambatan/varian Curve-S.

4) Gantt Chart

Berupa model penjadwalan atau schedule yang memproyeksikan item

pekerjaan/pada sumbu y terhadap waktu pelaksanaannya yang berupa model

diagram batang/Gantt secara horizontal sepanjang waktu total penjadwalan pada

sumbu x/durasi proyek. Model penjadwalan ini berfungsi memberikan informasi

urutan item pekerjaan yang akan dikerjakan secara sistematis dan juga dapat

memberikan informasi berupa kemajuan proyek berdasarkan jadwal rencana dan

aktual selama proses konstruksi dan tidak memberikan informasi lainnya seperti

kinerja biaya, jalur kritis dan bobot pekerjaan.

5) Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA)

Model penjadwalan atau schedule semacam ini pada dasarnya merupakan

instrumen pengukuran kinerja/performance nilai hasil terhadap waktu dan biaya

suatu proyek khusunya di bidang konstruksi. Parameter dasar pada metode EVM

yaitu:

a) Budgeting Cost Work Performance (BCWP)/Earned Value (EV)

Yaitu nilai hasil bobot pekerjaan aktual di lapangan dikalikan dengan harga satuan

pekerjaan pada setiap item pekerjaan yang telah dikerjakan.

b) Actual Cost Work Performance (ACWP)

Merupakan parameter yang menunjukkan biaya aktual yang telah dikeluarkan pada

suatu pekerjaan sampai periode dilakukannya evaluasi kinerja.


c) Budgeting Cost Work Scheduled (BCWS)/Planned Value/PV

Parameter yang menunjukkan rencana biaya yang akan dikeluarkan berdasarkan

perencanaan schedule yang dibuat.

Pemodelan penjadwalan kinerja ini juga dapat menganalisis tingkat penyimpangan/varians

waktu dan biaya proyek, indeks kinerja waktu dan biaya serta dapat digunakan dalam

meramalkan/estimasi total waktu dan biaya proyek secara keseluruhan berdasarkan index

kinerja proyek yang telah dikerjakan sampai pada saat proyek dievaluasi. Earned Value

Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA).

6) Network Planning/Jaringan Kerja

Jadwal kegiatan pekerjaan berbentuk diagram network, model Ini digunakan dalam

penyelenggaraan proyek yang produknya adalah inormasi mengenai kegiatan kegiatan

yang ada didalam proyek yang bersangkutan merupakan model instrumen pengukuran

jadwal proyek dengan menggunakan logika jaringan kerja untuk mendeteksi item

pekerjaan yang berada pada jalur kritis maupun untuk mengetahui waktu detail pekerjaan

yaitu dapat menentukan waktu yang paling cepat atau Early Time dan waktu paling lama

atau Latest Time untuk dikerjakan dan waktu selesainya pada setiap item pekerjaan yang

akan dilaksanakan.

Model jaringan kerja bisa berupa Critical Path Method (CPM), Predence Diagram Method

(PDM) dan Program Evaluation Review Technique (PERT). Ketiga model jaringan kerja

tersebut disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dikerjakan misalnya untuk metode

PERT lebih ideal gunakan jika proyek masih tergolong baru dimana waktu estimasi

penjadwalannya masih belum pasti dimana perobabilitas waktu pelaksanaannya dapat

lebih cepat ataupun lama.


7) Resources Scheduled Distribution

Model penjadwalan ini merupakan uraian dari penjadwalan sebelumnya dimana dalam

penjadwalan ini hanya berfokus pada sumber daya yang akan dijadwalkan selama proses

konstruksi baik distribusi jadwal tenaga kerja, material dan peralatan proyek. Fungsi dari

model penjadwalan ini yaitu dapat memberikan informasi target alokasi sumber daya

berdasarkan jumlah yang akan direncanakan/digunakan pada periode pelaksanaan proyek,

sehingga dapat mencegah terjadinya keterlambatan waktu alokasi sumber daya proyek di

lapangan yang tentunya mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan.

Pembuatan Time Schedule

Pembuatan jadwal pelaksanaan (Time Schedule) harus memperhatikan beberapa faktor:

1) Kondisi Atau Keadaan Lapangan

Seperti memantau kondisi di lapangan, mempelajari medan yang akan dibangun untuk

proyek konstrusi tersebut atau Penelitian dilapangan, sehingga didapat data-data yang

diperlukan dalam pelaksanaan.

2) Metode Pelaksanaan

Spesifikasi pekerjaan dan gambar secara lengkap yang sesuai dengan persyaratan mutu

pekerjaan yang diperlukan dan Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan proyek.

3) Sumber Daya Manusia (SDM)

Kemampuan dan keahlian yang dimiliki para pekerja, hal ini sangat berpengaruh pada

waktu pelaksanaan pekerjaan.

4) Perkiraan Iklim Dan Cuaca


Faktor cuaca juga mempengaruhi jalannya pelaksanaan, misalnya pengecoran berjalan

kurang baik karena adanya hujan.

5) Jenis Pekerjaan Dan Spesifikasi Teknis

Seperti jenis pekerjaan penggalian, pengecoran atau pekerjaan akan dimulainya proyek,

apakah jalan akses masuk perlu dibuat atau sudah ada, apakah lokasi proyek di tengah hutan

dan mempertimbangkan terlebih dahulu pekerjaan penebasan pohon, land clearing atau

pemindahan tanah.

6) Batasan Yang Ditentukan.

Daerah dimana pekerjaan kontruksi tersebut memiliki batas yang jelas pada suatu wilayah

dan abash secara hukum.

7) Peraturan Pemerintah Daerah

Peraturan yang dibuat dari pemda setempat karena daerah tersebut berkaitan dengan

budaya atau adat dan ijin lahan dan sebagainya yang menjadi acuan dasar untuk melaksanakan

pekerjaan konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai