Paper Pemeliharaan
Paper Pemeliharaan
Disusun oleh:
DWI PALUPI
NPM. 1406515053
FAKULTAS EKONOMI
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN RINGKAS
konsep pengelolaan barang milik negara, Menteri Keuangan bertindak sebagai Pengelola
Barang yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman
serta penghapusan BMN. Sedangkan Menteri atau Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang berada
Sebagai tindak lanjut atas ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 diatas dan
untuk menjamin tertib administrasi dan tertib pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,
Nomor 6 Tahun 2006. Peraturan ini diterbitkan dengan tujuan untuk memberikan
landasan hukum bagi para penyelenggara negara dalam melakukan tindakan hukum yang
terkait dengan pengelolaan Barang Milik Negara tersebut. Dalam pasal 3 Peraturan
efisien, akuntabilitas dan kepastian nilai. Salah satu lingkup pengelolaan BMN yang
pemeliharaan BMN.
diartikan pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga
sistem peralatan agar bekerja dengan baik.(Heizer,2001,h.45). dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa untuk menjamin aset tersebut dapat bekerja dengan baik maka
diperlukan suatu metode pemeliharaan yang tepat sehingga aset tersebut dapat
Elevator atau sering disebut lift adalah salah satu Barang Milik Negara yang memegang
peran penting dalam operasional entitas. Selain faktor ketersediaannya dalam menunjang
operasional entitas, faktor yang lebih penting dari penggunaan elevator adalah faktor
keamanan. Untuk itu manajemen pemeliharaan untuk barang milik negara ini menjadi
sangat krusial. Pemilihan metode pemeliharaan yang tepat dapat menghindarkan dari
kerusakan yang fatal yang berdampak pada efisiensi biaya pemeliharaan dan juga
Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan study kasus mengenai
pemeliharaan elevator pada Kementerian Perindustrian. Tujuan studi kasus ini adalah
menerapkan prinsip efektif, efisien, dan ekonomis dalam rangka pelayanan prima kepada
pengguna elevator.
52-53 Jakarta Selatan dibangun pada tahun 1983, terdiri dari 21 lantai dengan elevator
a. 4 unit elevator low zone yang melayani pengguna dari lantai dasar sampai dengan
b. 4 unit elevator high zone yang melayani pengguna dari lantai dasar sampai dengan
d. 1 unit elevator khusus barang yang melayani pengguna dari lantai dasar sampai lantai
Dalam operasional sehari-hari, terdapat 1.878 pegawai yang bekerja pada gedung
hanya berjumlah 8 unit, maka 8 unit tersebut harus selalu dalam kondisi prima agar dapat
B. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam studi kasus ini meliputi wawancara mendalam
Perindustrian, dan studi literatur dengan mempelajari beberapa sumber bacaan terkait
dengan metode pemeliharaan aset yang efisien, efektif dan ekonomis. Analisis dilakukan
terhadap kondisi yang ada saat ini dan membandingkan dengan teori yang ada, kemudian
ditarik kesimpulan apakah metode pemeliharaan yang ada saat ini telah sesuai dengan
C. PENDEKATAN TEORI
mengembalikan kondisi peralatan atau sistem, agar kinerjanya sesuai dengan fungsi atau
kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan
baik.(Heizer,2001,h.45)
Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk
memelihara suatu fasilitas, misalnya suatu saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll.
Dalam kondisi seperti ini memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau
serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk menjaga sistem kerja peralatan sesuai dengan
b. Untuk menjamin ketersediaan optimum aset yang dipasang untuk produksi dan
c. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh aset atau peralatan yang
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Corder,
Antony, K. Hadi, (1992) Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama
yaitu:
dengan kata lain deteksi dan penanganan dini kondisi abnormal mesin sebelum
Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations
inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga
tidak terjadi kerusakan di masa yang akan datang. Ruang lingkup pekerjaan
preventive termasuk : inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga
maintenance) yaitu:
seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan baru
jadi,
Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu
ditentukan,
suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi
suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pemeliharaan ini
meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul
Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan korektif (Corrective
Maintenance) adalah : “Remedial maintenance that occurs when equipment fails and
akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan darurat atau
mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun keuntungan lainya
yaitu:
pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang
serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk
keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pada umumnya sistem pemeliharaan
merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa
disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan kembali maka
4. Strategi Pemeliharaan
Menurut Sharma, Kumar dan Kumar (2005), strategi pemeliharaan terdiri dari:
a. Breakdown Maintenance
tindakan yang diambil untuk memahami apa yang menyebabkan kegagalan, atau tindakan apa
b. Preventive Maintenance
perombakan, pelumasan, pembersihan dan inspeksi pada interval waktu tertentu. Tujuan dari
strategi preventive maintenance adalah untuk meminimalkan kemungkinan kegagalan
peralatan prematur dengan melakukan perawatan sebelum kegagalan peralatan. Strategi ini
Conditions based maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan bantuan alat
analisa, pada jadwal yang teratur-harian, mingguan atau bulanan. Alat analisa tersebut
mengukur kondisi fisik seperti suhu, getaran, kebisingan, korosi, dan tanda-tanda lainnya,
dianggap sebagai program pemeliharaan yang lebih menonjol dirancang untuk industri
mekanik, yang memonitor kinerja berputar atau peralatan timbal balik. Kekurangan
pemeliharaan ini ada pada pengumpulan data dan alat penilaian risiko yang digunakan.
atau meminimalkan kerugian akibat downtime, kerugian akibat setup dan penyesuaian,
berkurangnya rugi, berkurangnya kecepatan, menderita cacat, dan berkurangnya nilai bunga.
Total productive maintenance ini telah efektif dan memberikan kelebihan dibandingkan
dengan strategi pemeliharaan yang lain. Namun, terdapat kelemahan inherennya, yaitu
sistem daripada memulihkan fungsi peralatan dan memulihkan peralatan untuk kondisi ideal.
pencegahan pemeliharaan yang memastikan bahwa fungsi peralatan berjalan pada tingkat
Fault Maintenance.
pengecekan;
3. Run-to-fault maintenance.
BAB II
digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-
gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Secara umum, tujuan dari
penyediaan elevator ini adalah untuk mempermudah mobilisasi orang/barang pada gedung
bertingkat (transportasi vertikal). Elevator dapat dikatakan bekerja dengan baik apabila dapat
memberikan pelayanan pada penggunanya dengan aman dan nyaman. Indikator kinerjanya
dapat dilihat dari tingkat gangguan yang terjadi, misalnya elevator mogok atau elevator tidak
Elevator pada gedung Kementerian Perindustrian berjumlah 10 unit, yang terdiri dari 8 unit
elevator pegawai, 1 unit elevator VIP khusus menteri/pejabat eselon I dan II dan 1 unit
4.Speed Governor
: 4.Magnetic Brake
Berdasarkan Laporan Barang Milik Negara per 31 Desember 2014, nilai perolehan dan nilai buku
2. Pemeliharaan Elevator
organisasi dan tata kerja Kementerian Perindustrian, Sekretariat Jenderal c.q Biro Umum
tugasnya tersebut, salah satu tugas utama Biro Umum bertanggungjawab atas pengelolaan
barang milik negara, termasuk didalamnya elevator yang berada di gedung kantor pusat
Kementerian Perindustrian.
Metode pemeliharaaan yang diterapkan untuk elevator di gedung kantor pusat Kementerian
berkala baik harian, mingguan maupun tahunan. Untuk melakukan pemeliharaan preventif,
diperlukan tenaga kerja yang terdidik, terlatih dan profesional dalam bidang pemeliharaan
elevator.
Karena keterbatasan sumberdaya manusia yang menguasai teknis pemeliharaan elevator, Biro
Umum menunjuk pihak penyedia jasa untuk melaksanakannya. Pemilihan penyedia jasa
pemeliharaan elevator dilakukan dengan tender yang dilaksanakan pada awal tahun anggaran.
Biaya yang tersedia untuk jasa pemeliharaan pada setiap tahun berkisar antara
mingguan meliputi pemeriksaan pada ruang mesin (panel control, mesin), ruang luncur
lift, hall area, car station, pit area dan peralatan pendukung lift
- Pemeliharaan tahunan dilakukan satu kali dalam setahun. Pengecekan tahunan meliputi
waktu kurang lebih selama 45 hari untuk seluruh elevator. Pada saat pemeriksaan
tahunan elevator yang sedang dilakukan pengecekan tidak dioperasikan rata-rata 5 hari
yang mengatur mengenai teknis pemeliharaan elevator oleh pihak penyedia jasa, yaitu :
a. Pemeliharaan harian
- Operator/teknisi menjalankan elevator dengan menghidupkan panel daya lift
- Operator/teknisi melakukan pemeriksaan terhadap arus dan tegangan pada panel
- Operator/teknisi melakukan pemeriksaan tehadap box panel pada car lift, kemudian
gangguan/error)
- Operator/teknisi melakukan pemeriksaan mesin lift
- Operator/teknisi melakukan pemeriksaan ruang luncur lift
- Operator/teknisi melakukan pemeriksaan pada hall area
- Operator/teknisi melakukan pemeriksaan car station
- Operator/teknisi melakukan pemeriksaan pit area
- Operator/teknisi melakukan pemeriksaan peralatan pendukung
- Operator/teknisi membuat laporan hasil pemeriksaan dan diserahkan pada Biro
Umum
- Biro Umum menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan
c. Pemeliharaan tahunan
- Operator/teknisi melakukan general checkup pada seluruh bagian-bagian elevator
- Operator/teknisi membuat laporan hasil pemeriksaan dan mengusulkan penggantian
bagian penunjang elevator yang akan dilakukan penggantian meliputi tali cord baja
Biro Umum
- Biro Umum menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan dengan melakukan
Dalam memilih metode pemeliharaan, entitas harus dapat mempertimbangkan analisis biaya
dan manfaat atas keputusan yang akan diambil, termasuk kelebihan dan kekurangan dari
dilakukan dalam waktu yang teratur dan sering. Jika pada saat pemeriksaan harian telah
diketahui elevator tidak bekerja sesuai dengan kondisi normal, maka dapat
diidentifikasi secara lebih cepat apa penyebab dan langkah apa yang harus ditempuh
untuk perbaikannya.
b. Kerusakan elevator dapat diminimalisir
Karena identifikasi kerusakan diketahui sedini mungkin, maka kerusakan fatal akibat
pemeliharaan preventif maka kerusakan alat dapat diminimalisir dan masa penggunaan
alat akan lebih lama. Hal ini dapat dibuktikan dengan umur elevator yang sudah lebih
dari 30 tahun, elevator tersebut sampai saat ini masih dapat berfungsi dengan baik,
Dampak dari pemeliharaan dengan metode preventif adalah biaya untuk pemeliharaan
menjadi lebih ringan. Hal ini disebabkan karena kerusakan-kerusakan kecil sudah dapat
terdeteksi secara dini dan terhindar dari kerusakan yang fatal. Lebih jauh, pemeliharaan
preventif ini juga dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna elevator.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan pendapat dari pengguna elevator di Kementerian
Perindustrian.
Data dari mini survey yang dilakukan terhadap pengguna elevator di gedung Kementerian
Perindustrian, ditemukan fakta bahwa dari 12 orang yang ditanya mengenai keamanan dan
kenyamanan saat menggunakan elevator, 7 orang menjawab mereka merasa tidak aman dan
nyaman saat menggunakannya. Dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa elevator
yang tersedia saat ini belum dapat mencapai indikator kinerja utamanya yaitu memberikan
pelayanan kepada pengguna dengan aman dan nyaman. Alasan yang mungkin
hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya elevator tidak berhenti pada lantai yang dituju atau
Penerapan metode pemeliharaan preventif diyakini sebagai metode yang paling baik dalam
terdapat kelemahan yaitu pemeliharaan dengan metode ini hanya fokus pada pemeliharaan
rutin, bukan pada bagaimana mengidentifikasi titik kritis untuk dapat mempertahankan
kinerja sistem yang ada sehingga perbaikan dapat dihindari. Tidak adanya pertimbangan
tersebut menyebabkan pemeliharaan hanya terfokus pada jadwal yang sudah ditetapkan, hal
Salah satu metode yang dapat menyempurnakan metode pemeliharaan preventif adalah
metode Reliability Centered Maintenance (RCM). Metode ini diawali dengan pengumpulan
data dan analisis yang kemudian digunakan untuk merancang pemeliharaan. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data mengenai komponen apa yang sering terjadi kerusakan,
berapa frekuensi penggantiannya dan risiko apa yang akan terjadi apabila komponen tersebut
Perbedaan mendasar dari metode RCM dengan pemeliharaan preventif adalah, pemeliharaan
preventif difokuskan pada penjadwalan rutin terhadap pemeliharaan aset, namun pada RCM
penjadwalan penggantian komponen dan pemeliharaan, serta analisis terhadap risiko yang
mungkin terjadi. Dengan demikian, penerapan metode RCM diyakini dapat meningkatkan
Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dinilai lebih efektif dan efisien karena
metode ini merupakan metode terintegrasi dari beberapa metode yang ada. Beberapa
penelitian telah menganalisis penerapan metode ini pada peralatan produksi yang outputnya
dapat terukur dengan jelas. Namun, belum ada yang meneliti mengenai penerapan metode ini
pada Barang Milik Negara, misalnya pada peralatan kantor, elevator, maupun AC yang output
Pada makalah ini kita akan membahas mengenai langkah-langkah penerapan metode RCM
untuk barang milik negara berupa elevator. Jika mengacu pada teorinya, selain digunakan
pada sektor privat, RCM juga dapat diterapkan pada sektor publik. Pada elevator, metode
RCM dapat diterapkan pada keseluruhan atau pada salah satu komponen dalam elevator
tersebut.
Seperti kita ketahui bersama, elevator merupakan salah satu sarana utama pada gedung
bertingkat. Pemilihan metode pemeliharaan merupakan salah satu kunci utama agar alat
tersebut dapat memberikan keamanan dan keselamatan penggunanya. Penerapan RCM pada
elevator harus berdasarkan dasar-dasar dari RCM itu sendiri. Beberapa pertanyaan yang
menjadi dasar RCM akan mempermudah dalam menyusun schedule perawatan elevator.
elevator. Komponen ini perlu dirawat agar umur pakainya lebih lama. Setelah itu
menentukan kemungkinan kegagalan yang terjadi pada elevator, hal ini berguna untuk
menentukan komponen yang bersifat kritis pada elevator. Karena efek kegagalan pada
komponen kritis tersebut cenderung lebih besar dan hal ini berdampak pada keselamatan
penggunanya.
Pada tahap ini disusun diagram berupa diagram pohon yang bercabang yang
menunjukkan komponen kritis dari sebuah peralatan. FTA dapat dikembangkan dengan
menentukan prioritas part yang perlu dimaintain secara intensif. Dengan menyusun
diagram perambatan kegagalan komponen yang terjadi pada elevator, dapat diidentifikasi
Estimasi dilakukan untuk menunjukan bahwa komponen kritis pada elevator mempunyai
umur pakai yang terbatas. Diperlukan analisis yang kompleks dalam menentukan
perhitungan umur pakai tersebut, sehingga pada tahap ini harus dilakukan oleh tenaga
ahli yang benar-benar memahami elevator secara teknis dan teori. Estimasi ini digunakan
Setelah menentukan komponen kritis dan umur pakai komponen tersebut, langkah
selanjutnya adalah menentukan jenis perawatan yang tepat yang akan dilakukan terhadap
elevator sehingga masa pakai peralatan tersebut dapat lebih lama dan biaya pemeliharaan
dapat ditekan seefisien mungkin dengan tetap taat pada jadwal dan analisis komponen
Penyusunan schedule perawatan didasarkan pada analisis terhadap komponen kritis dan
masa manfaat komponen kritis tersebut. Sebuah sistem penjadwalan yang baik akan
membuat usia komponen elevator menjadi lebih lama dan akan mengurangi risiko
kerusakan yang fatal. Dalam menyusun jadwal pemeliharaan, perlu memerhatikan jadwal
yang ditetapkan oleh pabrikan elevator tersebut. Dengan adanya estimasi umur
Manajemen risiko menunjukkan akibat yang akan terjadi apabila komponen kritis
tersebut tidak dirawat atau diganti sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Risiko
yang mungkin terjadi mulai dari kerusakan yang lebih fatal atas keseluruhan komponen
elevator yang mengakibatkan pengeluaran biaya yang lebih tinggi, atau bahkan risiko
Dibutuhkan SDM yang menguasai teknik mesin khususnya elevator untuk dapat menerapkan
metode ini. Kementerian Perindustrian tidak perlu menggunakan tenaga ahli dalam
Selain ketersediaan sumberdaya manusia yang mengetahui teknis mengenai elevator, anggota
organisasi pada level top management sampai dengan level staf harus dapat berkomitmen
dalam penerapan metode RCM, jika tidak maka metode RCM tidak dapat diterapkan dengan
baik, apalagi pada sektor publik yang pada umumnya masih menganut manajemen
tradisional. Faktor pendukung RCM yang tidak kalah penting adalah informasi dan
Metode RCM akan lebih mudah diterapkan jika didukung dengan sistem pemeliharaan yang
terkomputerisasi, sistem pendokumentasian yang baik dan perencanaan yang baik mengenai
pemeliharaan aset. Adanya sistem terkomputerisasi dan pendokumentasian yang baik, akan
Dengan menerapkan metode RCM pada pemeliharaan elevator, maka teknis pemeliharaan
akan lebih terfokus pada komponen kritis atas alat tersebut, dan dapat meminimalisir adanya
kerusakan fatal pada komponen tersebut. Dampaknya biaya pemeliharaan dapat lebih efisien.
Selain itu, terkait dengan pelayanan kepada pengguna, dengan melihat langkah dalam
penerapannya, metode RCM telah berorientasi pada mempertahankan sistem tersebut agar
berjalan dengan baik dan terhindar dari kerusakan fatal. Diharapkan dengan metode ini
merupakan tanggungjawab dari Sekretariat Jenderal c.q Biro Umum. Pada saat ini Biro
elevator dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk melalui tender pada awal tahun anggaran.
Untuk menjamin pelaksanaannya, Biro Umum telah menyusun standar operasional prosedur
Pemeliharaan dengan metode preventif ini dipilih karena diyakini memiliki banyak
keuntungan, diantaranya kerusakan dapat terindentifikasi lebih dini, kerusakan alat dapat
diminimalisir dan juga dapat memperpanjang umur manfaat alat tersebut, sehingga secara
ekonomis, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan lebih ringan. Namun, dalam
pelaksanaannya pemeliharaan preventif tidak diawali dengan analisis mengenai titik kritis
dari komponen yang berada di dalam elevator, sehingga pemeliharaan hanya terfokus pada
metode ini sehingga pemeliharaan elevator akan lebih terencana dengan baik dan terhindar
dari kerusakan fatal. Hal ini memungkinkan adanya efisiensi pada biaya pemeliharaan.
Dalam praktiknya, metode RCM ini perlu mendapat dukungan dari manajemen, dan juga
eksperimental yang menganalisis penerapan RCM pada elevator dan bagaimana dampaknya
Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “Operations Management”.
Sharma, A., & Yadava, G. S. (2011). Reviews and Case Studies : A Literature review and
future perspectives on maintenance optimization. Journal of Quality in Maintenance
Engineering, 17(1).