Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH

Dosen Pengampu
Dadang Herdiansyah SKM, M.Epid

Disusun Oleh :
Nama :Doddy Defriyana
NPM :2015710099

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya semata sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan laporan proposal penelitian dengan judul “Implementasi Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampung Sawah”.
Penyusunan laporan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Survei Cepat Epidemiologi pada Universitas Muhammadiyah Jakarta
Fakultas Kesehatan Masyarakat Prodi Kesehatan Masyarakat. Penyusunannya dapat
terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak.
penulis menyadari proposal penelitian ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya laporan proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Amiin.

Tangerang Selatan, 7 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 2
1.4 Tujuan .......................................... ........................................................... 3
1.5 Manfaat .................................................................................................... 4
1.6 Ruang Lingkup ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .................................................... 6
2.2. Konsep Puskesmas .................................................................................... 18
2.3. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga ........................... 21
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prilaku................................................ 23
2.5. Kerangka Teori .......................................................................................... 26
2.6. Kerangka Konsep ...................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian ............................................................................ 28
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 28
3.3. Definisi Operasional ............................................................................... 28
3.4. Variabel Penelitian ................................................................................. 29
3.5. Populasi dan Sampel .............................................................................. 30
3.6. Instrumen Penelitian ............................................................................... 32
3.7. Teknik Pengumpulan data ...................................................................... 33
3.8. Pengambilan Sampel .............................................................................. 33
3.9. Manajemen Data..................................................................................... 33
3.10. Analisis Data .......................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Visi pembangunan kesehatan Indonesia adalah “Indonesia Sehat 2025”
yang ditandai dengan lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial
budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang
memadai, perumahan dan pemukinan yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki
solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah
perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan
masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman
(safe community). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan
perwujudan riil indonesia sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara
dan melindungi kesehatannya.
Menurut teori HL Blum, selain perilaku masih terdapat determinan
kesehatan lainnya yaitu herediter, pelayanan kesehatan dan lingkungan.
Lingkungan keluarga merupakan salah satu determinan yang sangat berpengaruh
terhadap kondisi sehat sakit setiap anggota keluarga. Fungsi keluarga yang tidak
berjalan dengan baik menjadi faktor risiko kesehatan.
Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2013
menunjukkan Realisasi Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS
tahun 2013 sebesar 55,06%. Persentase capaian kinerja sebesar 84,71% dari target
yang ditetapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa target 65% rumah tangga
yang melaksanakan PHBS pada tahun 2013 belum tercapai serta terjadi penurunan
capaian pada tahun 2013 sebesar 1,44% dibandingkan tahun 2012 serta ada
kenaikan 4,96% dari capaian tahun 2010.

1
Di dalam Profil Kesehatan Provinsi Banten tahun 2016 didapatkan bahwa
Pencapaian indikator PHBS sebesar 72,2 persen, pencapaian tersebut sedikit lebih
tinggi dari target Renstra 2015 yaitu 67,3 persen. Dengan persentase bayi 0-6
bulan yang mendapatkan ASI ekslusif sebesar 61,6 persen, sedikit meningkat
dibandingkan persentase pemberian ASI eksklusif tahun 2015 yaitu 60,7 persen.
Sedangkan kondisi rumah yang memenuhi kesehatan pada tahun 2016 sebesar
74,26 persen. Cakupan akses air minum layak di Provinsi Banten tahun 2016
sebesar 63,92 persen, meningkat dibandingkan capaian tahun 2015 yaitu 44,46
persen. Untuk Capaian penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) pada
tahun 2016 adalah 37,0 persen.
Di Provinsi Banten pada tahun 2016, cakupan desa/kelurahan siaga aktif
yang dalam hal ini terbagi menjadi empat tahapan : yaitu: strata pratama, madya,
purnama dan mandiri. jumlah desa siaga di Provinsi Banten tahun 2016 sebanyak
1.521 atau 98,06 persen desa/kelurahan di Provinsi Banten. pencapaian tahun
2015 sebesar 100,06 persen. Dengan persentase rumah tangga yang ber-PHBS
sebesar 21,1 persen, meningkat bila dibandingkan tahun 2015 yaitu 18 persen.
Khusus untuk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016, pemberian ASI
Eklusif mencapai 67,91 persen. Belum ada pelaporan profil kesehatan secara
spesifik di tingkat desa/kelurahan terkait capaian PHBS, maka perlu untuk
dilakukan pemantauan atau survei PHBS pada tatanan rumah tangga di kelurahan
Kampung Sawah, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah penelitian ini adalah
Bagaimana implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan
rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah?
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Berapa persentase capaian persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di
Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah?
2. Berapa persentase capaian pemberian ASI Eklusif pada bayi di Wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah?
3. Berapa persentase capaian penimbangan bayi dan balita tiap bulannya di
Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah?

2
4. Berapa persentase capaian penggunaan air bersih di Wilayah kerja Puskesmas
Kampung Sawah?
5. Berapa persentase capaian masyarakat mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah?
6. Berapa persentase capaian penggunaan jamban sehat di Wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah?
7. Berapa persentase capaian pemberantasan jentik nyamuk di Wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah?
8. Berapa persentase capaian konsumsi buah dan sayur di Wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah?
9. Berapa persentase capaian aktifitas fisik masyarakat di Wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah?
10. Berapa persentase capaian tidak konsumsi rokok ketika berada di dalam
rumah yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah?
1.4 Tujuan
A. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di Wilayah kerja Puskesmas
Kampung Sawah.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persentase capaian persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah
2. Untuk mengetahui persentase capaian pemberian ASI Eklusif pada bayi di
Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah
3. Untuk mengetahui persentase capaian penimbangan bayi dan balita tiap
bulannya di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah.
4. Untuk mengetahui persentase capaian penggunaan air bersih di Wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah.
5. Untuk mengetahui persentase capaian mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah
6. Untuk mengetahui persentase capaian penggunaan jamban sehat di Wilayah
kerja Puskesmas Kampung Sawah

3
7. Untuk mengetahui persentase capaian pemberantasan jentik nyamuk di
Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah
8. Untuk mengetahui persentase capaian konsumsi buah dan sayur di Wilayah
kerja Puskesmas Kampung Sawah
9. Untuk mengetahui persentase capaian aktifitas fisik masyarakat di Wilayah
kerja Puskesmas Kampung Sawah
10. Untuk mengetahui persentase capaian tidak konsumsi rokok ketika berada di
dalam rumah yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap teori yang
berkaitan, sehingga dapat menjadi bahan acuan, referensi dan informasi yang
berkaitan dengan ilmu kesehatan masyarakat mengenai Implementasi
PHBS pada tatanan rumah tangga.
1.5.2 Manfaat Metodologis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
metode,sehingga mampu diaplikasikan dalam penelitian yang serupa.
1.5.3 Manfaat Aplikatif
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan dengan menjadikan hasil penelitian ini sebagai
acuan untuk pembuatan program dalam memaksimalkan penerapan
PHBS di tatanan rumah tangga dan menjadi bahan advokasi pembuat
kebijakan.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat digunakan
sebagai masukan dalam penelitian lain yang serupa dalam
mengembangkan ilmu mahasiswa kesehatan, terkhusus pada program
studi kesehatan masyarakat.
3. Penulis dapat belajar banyak dari mulai perencanaan penulisan hingga
akhir penulisan sehingga mampu mengevaluasi kemampuan diri dan
dapat membuat penelitian-penelitian berikutnya yang lebih berkualitas
dan bermanfaat bagi orang lain.

4
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini mengkaji tentang implementasi perilaku hidup bersih dan
sehat pada tatanan rumah tangga. Responden dari penelitian ini adalah warga yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah. Penelitian ini
akan dilaksanakan di kelurahan Kampung Sawah, Kecamatan Ciputat, Kota
Tangerang Selatan, penelitian ini merupakan penelitian population-based survey
dengan pendekatan survei cepat (rapid survey), yaitu dengan menerapkan
rancangan sampel klaster dua tahap, dengan pemilihan klaster pada tahap pertama
secara probability proportionate to size. Pemilihan sampel pada tahap kedua,
yaitu pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan cara acak sederhana
(simple random) atau dengan menerapkan rumah terdekat. Instrument yang akan
digunakan adalah berupa kuesioner. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Januari hingga maret 2019. Peneliti melakukan penelitian ini karena ingin melihat
capaian persentase implementasi PHBS pada tatanan rumah tangga di wilayah
kerja Puskesmas Kampung Sawah.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Depkes RI, 2009).

2.1.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga


PHBS di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Adapun sasaran dalam PHBS rumah tangga adalah seluruh anggota rumah
tangga antara lain pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui, anak,
remaja dan dewasa, usia lanjut, dan pengasuh anak (Depkes RI, 2009).
Melaksanakan PHBS di rumah tangga akan memperoleh beberapa
manfaat bagi rumah tangga, yaitu setiap anggota keluarga meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit, pertumbuhan dan perkembangan anak
lebih baik, produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, mengurangi atau
meniadakan biaya pengobatan dalam keluarga. Manfaat lain juga bagi rumah
tangga adalah pengeluaran biaya rumah tangga yang semula untuk biaya lain
yang tidak bermanfaat bagi kesehatan akan dapat dialihkan untuk pemenuhan
gizi keluarga, biaya pendidikan, dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga (Depkes RI, 2009).
Rumah tangga yang ber-PHBS adalah rumah tangga yang telah
memenuhi 10 indikator PHBS di rumah tangga, yaitu persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, memberi bayi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan
menggunakan sabun, menggunakan jamban yang sehat, memberantas jentik
di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan

6
aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah (Depkes RI,
2009).
Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi focus perhatian suatu
penilaian. Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di rumah tangga,
perlu ditentukan dengan beberapa indikator yaitu masukan, proses dan
keluaran. Indikator masukan berkaitan dengan penunjang pelaksanaan PHBS
di rumah tangga, indikator proses menggambarkan bagaimana kegiatan PHBS
di rumah tangga dilaksanakan dan indikator keluaran menggambarkan hasil
kegiatan pembinaan PHBS di rumah tangga (Kemenkes RI, 2011).
2.1.1.1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Persalinan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan/dokter) di fasilitas kesehatan.
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam persalinan,
sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terjadi
kelainan, akan cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk ke
puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan menggunakan peralatan yang aman,
bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya (Depkes RI, 2009).
Berikut ini adalah tanda-tanda persalinan antara lain adalah ibu
mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering dan semakin
kuat, rahim terasa kencang bila diraba terutama pada saat mulas, keluar
lendir bercampur darah dari jalan lahir, pecahnya selaput ketuban dengan
ditandai oleh keluarnya cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan
dari jalan lahir dan ibu merasa seperti ingin buang air besar (Depkes RI,
2009). Tanda-tanda bahaya persalinan yang perlu di perhatikan pada saat
persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas, keluar
darah dari jalan lahir sebelum melahirkan, tali pusat atau tangan/kaki bayi
keluar lebih dulu dari jalan lahir, tidak kuat mengejan, mengalami kejang-
kejang, air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas, air
ketuban keruh dan berbau, bayi telah lahir namun ari-ari tidak keluar,

7
gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat, keluar darah banyak setelah
bayi lahir (Depkes RI, 2009).
2.1.1.2. Memberi Bayi ASI Ekslusif ASI
ASI ekslusif adalah bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan hanya diberi
ASI saja tidak diberi makanan dan minuman tambahan apapun. ASI
adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh daan
berkembang dengan baik. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi
bayi. ASI mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan fisik serta kecerdasan. ASI mengandung zat kekebalan
untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti diare, batuk,
pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernafasan. Melindungi bayi
dari alergi. Aman dan terjamin kesehatannya, karena langsung disusukan
kepada bayi dalam keadaan segar. Tidak akan pernah basi, mempunyai
suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana saja.
Membantu memperbaiki refleks menghidap, menelan dan pernafasan bayi.
Manfaat memberikan ASI bagi ibu adalah menjalin hubungan kasih
sayang antara ibu dengan bayi, mengurangi pendarahan setelah persalinan,
mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan berikutnya,
mengurangi risiko terkena kanker payudara, lebih praktis karena ASI
lebih mudah diberikan pada setiap bayi membutuhkan (Depkes RI, 2009).
Manfaat bagi bayi adalah bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng,
bayi tidak sering sakit. Manfaat bagi keluarga adalah tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk pemberian susu formula dan perlengkapannya,
tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan pencucian peralatan, tidak perlu biaya dan waktu untuk
merawat dan mengobati bayi yang sering sakit karena pemberian susu
formula, dan mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan
ibu (Depkes RI, 2009).
Mutu dan jumlah produksi ASI perlu diperhatikan, caranya antara lain
ibu harus mengkonsumsi makanan gizi seimbang, banyak makan sayuran
dan buah- buahan, makan lebih banyak dari biasanya, banyak

8
mengkonsumsi air putih paling sedikit 8 gelas setiap hari, cukup istirahat
dengan tidur siang/berbaring selama 1-2 jam dan menjaga ketenangan
pikiran, memijat paySudara dan sering menyusui. Jika jarang menyusui,
produksi ASI dikhawatirkan akan menurun (Depkes RI, 2009).
Dukungan keluarga seperti orang tua, ibu mertua, kakak wanita dan
suami sangat diperlukan agar upaya pemberian ASI Eksklusif selama 6
bulan bisa berhasil. Beberapa cara yang dilakukan keluarga antara lain
memberi pengertian bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi,
ingatkan ibu untuk cukup makan makanan bergizi, minum dan istirahat.
Ingatkan ibu untuk menyimpan ASI di rumah disaat bekerja, dan ciptakan
suasana rumah yang tenang dan damai agar ibu tidak stres yang dapat
mengganggu produksi ASI (Depkes RI, 2009).
2.1.1.3. Menimbang Balita Setiap Bulan
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita setiap bulan. Penimbangan balita dilakukan setiap
bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu. Manfaat
penimbangan balita setiap bulan diposyandu adalah untuk mengetahui
apakah balita tumbuh sehat, untuk mengetahui dan mencegah gangguan
pertumbuhan balita dan merujuk balita ke puskesmas bila balita sakit
(demam/batuk/pilek/diare), berat badan 2 bulan berturut- turut tidak naik,
balita yang berat badannya BGM (bawah garis merah) dan dicurigai gizi
buruk, ibu balita mendapatkan penyuluhan gizi untuk memantau
pertumbuhan balita. Tanda-tanda balita tumbuh sehat yaitu bila berat
badannya selalu naik mengikuti sejajar pita warna dan garis pertumbuhan
pada KMS. Tanda-tanda balita gizi kurang adalah berat badan tidak
naikselama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus, mudah sakit, tampak
lesu, tampak lemah, mudah menangis dan rewel. Peran keluarga untuk
mendukung keberhasilan penimbangan balita yaitu
saling mengingatkan tentang jadwal penimbangan balita di posyandu,
berbagi tugas antara istri, suami dan anggota keluarga lain untuk
membawa balita ke posyandu, dan memantau hasil penimbangan setiap

9
bulan dan jika perlu meminta nasihat kader atau petugas kesehatan untuk
perbaikan pertumbuhan balita (Depkes RI, 2009).
2.1.1.4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk
minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-
alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya. Oleh karena itu, air yang
digunakan harus bersih, agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari
sakit. Manfaat menggunakan air bersih adalah agar terhindar dari
gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan,
penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan dan setiap anggota keluarga
terpelihara kebersihan dirinya. Air yang bersih juga dapat diperoleh dari
mata air, air sumur atau air sumur pompa, air ledeng atau perusahaan air
minum, air hujan dan air dalam kemasan. Air yang dikonsumsi harus
dimasak sampai mendidih karena meski terlihat bersih air belum tentu
bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air akan mati pada suhu
100 derajat C (mendidih) (Depkes RI, 2009).
Syarat-syarat air bersih adalah secara fisik dapat dibedakan melalui
indera kita, antara lain (dapat dilihat, dirasakan, dicium dan diraba), air
tidak berwarna harus bening/jernih, air tidak keruh, harus bebas dari pasir,
debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya, air tidak berasa, tidak
berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit harus bebas
dari bahan kimia beracun, air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk
atau berlerang. Menjaga agar kebersihan sumber air merupakan hal yang
paling penting. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah jarak letak
sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit
10 meter, sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar, sumur
gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya
agar tidak rusak, seperti lantai sumur sebaiknya tidak kedap air dan tidak
boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi
penutup. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di
sekitar sumber air, dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak
ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai atau dinding sumur.

10
Ember atau gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan
di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur) (Depkes RI, 2009).
Cara pengolahan air minum yang dilakukan oleh suatu instalansi
pengolahan air minum dari air baku sebelum didistribusikan kepada
masyarakat secara garis besar dapat dijelaskan antara lain pertama,
menghilangkan suspensi padat dengan jalan pengendapan. Kedua,
menghilangkan suspensi padat dengan jalan koagulasi karena suspensi
tidak dapat diendapkan. Ketiga, menghilangkan kekeruhan dengan
penyaringan pasir. Keempat, menghilangkan kuman dengan pembubuhan
disinfektan (Sarudji, 2010). Peran keluarga untuk menggunakan air bersih
anatara lain adalah menyediakan sumber air bersih di rumah dengan
membuat sumur, sumur pompa, menyediakan bak penampungan air
sementara, penampungan air hujan bagi daerah sulit air, membuat
saluran/pipa/bambu dari sumber mata air. Apabila sumber air tidak
memenuhi persyaratan air bersih secara fisik, keluarga tersebut
diharapkan melapor ke puskesmas untuk mendapatkan tindak lanjut.
Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya menggunakan air bersih (Depkes RI, 2009).
2.1.1.5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
Kedua tangan kita sangat penting untuk membantu menyelesaikan
berbagai pekerjaan. Makan dan minum sangat membutuhkan kerja dari
tangan. Jika tangan kotor maka tubuh akan sangat berisiko terhadap
masuknya mikroorganisme. Cuci tangan dapat berfungsi
menghilang/mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci
tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air
yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit sementara bila digunakan maka kuman berpindah ke tangan.
Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa
menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2009).
Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena
tanpa sabun, maka kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Waktu
yang tepat untuk mencuci tangan adalah setelah buang air besar, sebelum

11
makan dan menyuapi anak, sebelum menyusui bayi, setiap kali tangan
kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun dll),
setelah menceboki bayi atau anak-anak, sebelum memegang makanan.
Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit yang ada
ditangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, tyipus,
kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut, flu burung, flu
HINI, kolera. Adapun cara yang tepat untuk mencuci tangan adalah cuci
tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, bersihkan
telapak tangan dan pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung
tangan kemudian keringkan dengan kain bersih (Depkes RI, 2009).
Beberapa peran keluarga dalam membina perilaku cuci tangan di
rumah tangga antara lain adalah menyediakan air bersih yang mengalir
dan sabun kepada anggota keluarga untuk mencuci tangan, misalnya
wastafel, air pancuran dari gentong/ember/gayung. Memanfaatkan setiap
kesempatan di rumah untuk menanamkan kebiasaan cuci tangan dan
mengingatkan tentang pentingnya cuci tangan. Mengadakan kegiatan cuci
tangan bersama ketika akan makan atau setelah bekerja membersihkan
rumah untuk mengingatkan dan menanamkan kebiasaan cuci tangan
(Depkes RI, 2009).
2.1.1.6. Menggunakan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air bersih untuk membersihkannya.
Adapun jenis-jenis jamban yang digunakan antara lain adalah Jamban
cemplung yaitu jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan kotoran kedalam tanah dan mengendapkan kotoran
kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar
tidak berbau dan dapat juga menggunakan jamban tangki septik/leher
angsa yaitu jamban berbentuk leher angsa yang penampungnya berupa
tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian
kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya (Depkes RI, 2009).

12
Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang
air besar/air kecil. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga
lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau. Jamban mencegah
pencemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban juga tidak
mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit diare, kolera disentri, tifus, kecacingan, penyakit infeksi saluran
pencernaan, penyakit kulit dan keracunan. Adapun cara untuk memelihara
jamban sehat adalah lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada
genangan air, bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban
dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat,
tidak ada serangga (kecoa, lalat dan tikus) yang berkeliaran, tersedia alat
pembersih (sabun, sikat dan air bersih), bila ada kerusakan maka segera
diperbaiki. Jamban harus dipelihara supaya tetap sehat. Lantai jamban
hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air. Bersihkan jamban
secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih. Jamban harus
memenuhi syarat kesehatan (Depkes RI, 2009).
Syarat jamban yang sehat adalah tidak mencemari tanah sumber air
minum, tidak berbau, kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus,
tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman
digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan
ventilasi yang cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai dan
tersedia air dan sabun dan alat pembersih. Peran keluarga agar memilih
dan menggunakan jamban sehat antara lain adalah keluarga menyiapkan
jamban di rumah, jamban keluarga dan atau jamban umum. Berpartisipasi
untuk membuat jamban melalui arisan jamban, jamban bergulir atau yang
mampu membuat jamban sendiri dan jamban umum. Manfaatkan setiap
kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya
menggunakan jamban sehat. Membagi tugas kepada anggota rumah
tangga secara bergilir untuk membersihkan jamban. Setiap keluarga yang
mempunyai bayi dan balita harus membuang kotoran anaknya ke dalam
jamban (Depkes RI, 2009).

13
2.1.1.7. Memberantas Jentik di Rumah Sekali Seminggu Rumah
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Pemberantasan jentik bermaksud untuk membebaskan rumah dari jentik-
jentik yang dapat dilakukan secara berkala. Pemeriksaan jentik berkala
adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada
di dalam rumah seperti bak mandi/wc ,vas bunga, tatanan kulkas, dan
lain-lain dan di luar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak
daun, tempat minum burung, lubang pohon atau pagar bambu yang
dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu. Yang berkewajiban
Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala adalah anggota rumah
tangga, kader, juru pemantau jentik, tenaga pemeriksa jentik lainnya
(Depkes RI, 2009).
Agar rumah menjadi bebas jentik maka perlu dilakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (menguras,
menutup, mengubur) plus menghindari gigitan nyamuk. PSN merupakan
kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular
berbagai penyakit seperti demam berdarah, demam dengue, cikungunya,
malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya.
Gerakan 3 M plus adalah 3 cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu
menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang. Menutup rapat-rapat tempat
penampungan air seperti lubang bak control, lubang pohon, lekukan-
lekukan yang dapat menampung air hujan. Mengubur atau menyingkirkan
barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti ban bekas, kaleng
bekas, plastik kresek dan lain- lain. Plus Menghindari Gigitan Nyamuk
yaitu menggunakan kelambu ketika tidur, memakai obat yang dapat
mencegah gigitan nyamuk misalnya obat nyamuk bakar, semprot,
oles/diusap ke kulit dll. Menghindari kebiasan menggantung pakaian di
dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai,
memperbaiki saluran talang air yang rusak, menaburkan bubuk pembunuh
jentik di tempat yang sulit dikuras, memelihara ikan pemakan jentik di

14
kolam/bak penampung air dan menanam tumbuhan pengusir nyamuk,
misalnya zodia, lavender dan rosemerri (Depkes RI, 2009).
2.1.1.8. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
Semua sayur bagus dimakan, terutama sayuran yang berwarna (hijau
tua, kuning dan orange) seperti bayam, kangkung, daun katuk, wortel,
selada hjau, atau daun singkong. Semua buah bagus untuk dimakan,
terutama yang bewarna (merah, kuning), seperti mangga, pepaya, jeruk,
jambu biji, atau apel lebih banyak kandungan vitamin dan mineral serta
seratnya. Pilihan buah dan suyur yang bebas pestisida dan zat berbahaya
lainnya (Depkes RI, 2009).
Ciri-ciri sayur dan buah yang baik adalah ada sedikit lubang bekas
dimakan ulat dan tetap segar, mengolahan sayur dan buah yang tepat tidak
merusak atau mengurangi gizinya, konsumsi buah dan suyur yang tidak
merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan
mentah atau dikukus, direbus dengan air akan melarutkan beberapa
vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayur dan buah tersebut
pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C
(Depkes RI, 2009).
Setiap anggota rumah tangga sebaiknya mengkonsumsi minimal 3
porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur
dan buah setiap hari sangat penting, karena mengandung vitamin dan
mineral. Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
sangat bermanfaat untuk memelihara usus. Serat tidak dapat dicerna oleh
pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan tenaga dan dibuang
melalui tinja. Manfaat makanan berserat yaitu mencegah diabetes,
melancarkan buang air besar, menurunkan berat badan, membantu proses
pembersihan racun, membuat awet muda, mencegah kanker,
memperindah kulit, membantu mengatasi anemia, dan membantu
perkembangan baketri yang baik dalam usus (Depkes RI, 2009).
Beberapa peran keluarga dalam menanamkan kebiasaan makan sayur
dan buah antara lain yaitu memanfaatkan pekarangan dengan menanam
sayur dan buah, menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan

15
harga terjangkau, perkenalkan sejak dini kepada anak kebiasaan makan
sayur dan buah pagi, siang dan malam serta memanfaatkan setiap
kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya makan
sayur dan buah (Depkes RI, 2009).
2.1.1.9. Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari
Aktifitas fisik adalah Melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap
sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik yang dapat dilakukan biasa
berupa kegiatan sehari-hari, yaitu: berjalan kaki, berkebun, mencuci
pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa
belanjaan, atau berupa olahraga, yaitu: push up, lari ringan, berenang,
bermain bola, senam, bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban/berat
(Depkes RI, 2009).
Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam
sehari sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh
lainnya. Jika lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktifitas fisik
maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak. Jika kegiatan ini
dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan kedepan
akan terasa hasilnya. Adapun keuntungan melakukan aktivitas fisik secara
teratur adalah Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis,
kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain-lain, berat badan
terkendali, otot lebih lentur dan menjadi bagus, lebih percaya diri, bentuk
tubuh lebih bagus, lebih bertenaga dan bugar, dan secara keseluruhan
keadan kesehatan menjadi lebih baik.
Cara melakukan aktifitas fisik yang benar adalah lakukan secara
bertahap hingga mencapai 30 menit dan jika belum terbiasa dapat dimulai
dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap,
lakukan aktifitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan, awali
aktivitas fisik dengan pemanasan dan peregangan, lakukan gerakan ringan
secara perlahan ditingkatkan sampai sedang. Jika sudah terbiasa dengan
aktifitas tersebut dapat dilakukan 30 menit setiap hari (Depkes RI, 2009).

16
Beberapa peran yang dapat dilakukan keluarga untuk mendorong
anggota keluarga melakukan aktivitas fisik setiap hari antara lain
memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya melakukan aktivitas fisik. Bersama anggota keluarga sering
melakukan aktivitas fisik secara bersama yaitu misalnya jalan pagi
bersama, membersihkan rumah secara bersama dan ada pembagian tugas
untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di rumah
(Depkes RI, 2009).
2.1.1.10.Tidak Merokok di Dalam Rumah
Setiap anggota keluarga tidak merokok di dalam rumah. Rokok
ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan
di keluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantarnya adalah
nikotin, tar dan karbon monoksida (CO). Nikotin menyebabkan
ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan
kerusakan sel paru-paru dan kanker dan karbon momoksida
menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen
sehingga sel-sel tubuh akan mati (Depkes RI, 2009).
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin
dengan sekecil apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau
orang yang menghisap rokok walau hanya sekedar coba-coba dan cara
menghisap rokok cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak
diisap masuk kedalam paru-paru. Perokok pasif adalah orang yang
bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang
berada dalam suatu ruangan tertutup dengan orang yang sedang
merokok (Depkes RI, 2009).
Beberapa efek atau bahaya merokok bagi kesehatan perokok aktif
dan perokok pasif antara lain adalah menyebabkan kerontokan rambut,
gangguan pada mata (katarak), kehilangan pendengaran lebih awal
dibanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis,
merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap,
menyebabkan stroke dan serangan jantung, tulang lebih mudah patah,

17
menyebabkan kanker kulit, menyebabkan kemandulan dan impotensi
dan menyebabkan kanker rahim dan keguguran (Depkes RI, 2009).
Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu berhenti seketika,
menunda dan mengurangi. Hal yang utama adalah niat dan tekad yang
bulat untuk melaksanakan cara tersebut. Cara berhenti merokok
seketika merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat,
mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek
ketagihan karena rokok mengandung zat adiktif. Berhenti merokok
dengan cara menunda yaitu perokok dapat menunda mengisap rokok
pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan selama 7 hari. Berhenti
merokok dengan cara mengurangi adalah jumlah rokok yang diisap
setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah yang sama
sampai 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan (Depkes RI, 2009).
Peran keluarga untuk menciptakan rumah tanpa asap rokok dapat
dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan tentang pentingnya
perilaku tidak merokok kepada seluruh anggota keluarga. Menggalang
kesepakatan keluarga untuk menciptakan rumah tanpa asap rokok,
menegur anggota rumah tangga yang merokok di dalam rumah, tidak
memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun
antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok, tidak
memberikan kesempatan siapapun untuk merokok di dalam rumah dan
tidak menyiapkan asbak rokok. Orang tua bisa menjadi panutan dalam
perilaku tidak merok dengan cara tidak menyuruh anaknya membelikan
rokok untuknya dan orang tua melarang anak tidak merokok bukan
karena alasan ekonomi, tetapi justru karena alasan kesehatan (Depkes
RI, 2009).
2.2. Konsep Puskesmas
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat sebagai salah satu jenis
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam
sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan.
Penyelenggara puskesmas perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat

18
kesehatan masyarakat serta menyukseskan program jaminan sosial nasional
(Kemenkes RI, 2014).
2.2.1. Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas
Menurut Permenkes RI No 75 (2014), prinsip penyelenggaraan
puskesmas meliputi paradigm sehat, pertanggungjawaban wilayah,
kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna dan
keterpaduan serta kesinambungan. Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut puskesmas
menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di
wilayah kerjanya dan menyelenggarakan UKP tingkat pertama di wilayah
kerjanya.
Puskesmas dalam penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah
kerjanya mempunyai wewenang untuk melaksanakan advokasi dan
sosialisasi kebijakan kesehatan; melaksanakan komunikasi, informasi,
edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. Dalam
penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya mempunyai
wewenang antara lain yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar
secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu; menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
2.2.2. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas Sebagaimana
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No
1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan promosi
Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan
kondisi social budaya setempat dan didukung kebijakan public yang
berwawasan kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut serta sejalan dengan

19
visi, misi Departemen Kesehatan dan fungsi puskesmas khususnya dalam
penggerakan dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dapat
dirumuskan bahwa promosi kesehatan puskesmas adalah upaya puskesmas
melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit
dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya
secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat (Kemenkes RI, 2007).
Pemberdayaan keluarga sebagai strategi promosi kesehatan puskesmas
yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga
dari individu pengunjung puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di
wilayah kerja puskesmas. Pemberian informasi tentang perilaku perlu
dilakukan secara sistematis agar anggota-anggota keluarga yang dikunjungi
dapat menerima dari tahap “tahu” ke “mau” dan jika sarana untuk
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan tersedia diharapkan sampai ke
tahap “mampu” melaksanakan (Kemenkes RI, 2007).
2.2.3. Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Puskesmas
Keberhasilan promosi kesehatan mencakup beberapa indikator yaitu,
indikator masukan, indikator proses, indikator keluaran (output), dan
indikator dampak (outcome). Indikator masukan berupa ada atau tidaknya
komitmen Kepala Puskesmas yang tercermin dalam rencana umum
pengembangan promosi kesehatan puskesmas, ada atau tidaknya komitmen
seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana operasional promosi
kesehatan puskesmas, ada atau tidaknya petugas promosi kesehatan
puskesmas sesuai dengan standar tenaga promosi kesehatan puskesmas,
ada atau tidaknya petugas promosi kesehatan dan petugas-petugas
kesehatan lain di Puskesmas yang sudah dilatih, ada atau tidaknya sarana
dan peralatan promosi kesehatan puskesmas sesuai dengan standar sarana
atau peralatan promosi kesehatan puskesmas, ada atau tidaknya dana di
puskesmas yang mencukupi untuk penyelenggaraan promosi kesehatan
puskesmas (Hartono, 2010).
Indikator proses merupakan pemantauan proses pelaksanaan promosi
kesehatan di dalam gedung (setiap tenaga kesehatan melakukan promosi

20
atau diselenggarakan klinik khusus, pemasangan poster, dan lain-lain.),
promosi kesehatan di masyarakat (kunjugan rumah dan pengorganisasian
masyarakat yang sudah atau belum) dan kondisi media komunikasi yang
digunakan (poster, leaflet, spanduk, dan lai-lain yang masih bagus atau
sudah rusak). Indikator keluaran (output) yang dipantau adalah keluaran
dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun
secara khusus yaitu apakah semua petugas kesehatan puskesmas telah
melaksanakan promosi kesehatan atau pemberdayaan dan konseling,
berapa banyak pasien atau klien yang sudah terlayani oleh berbagai
kegiatan promosi kesehatan dalam gedung (konseling, biblioterapi, dan
lain-lain), berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah
oleh puskesmas (Hartono, 2010).
Indikator dampak (outcome) yang mengacu kepada tujuan
dilaksanakannya promosi kesehatan puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di
masyarakat. Tatanan yang dianggap mewakili utuk dievaluasi adalah
tatanan rumah tangga. Jadi, indikator dampaknya adalah berupa persentase
keluarga atau rumah tangga yang telah mempraktikkan PHBS. PHBS itu
sendiri merupakan komposit dari sejumlah indikator perilaku. PHBS terdiri
dari beratus-ratus tindakan atau perilaku. Karena keterbatasan sumber daya
untuk mengevaluasi, maka perlu ditetapkan beberapa perilaku yang sangat
sensitif untuk indikator yang akan dikompositkan (Hartono, 2010).
2.3. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Menurut Permenkes RI No 39 (2016), bahwa Program Indonesia Sehat
dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
financial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Untuk melaksanakan Program
Indonesia Sehat diperlukan pendekatan keluarga, yang mengintegrasikan upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara
berkesinambungan dengan target keluarga berdasarkan data dan informasi dari
profil kesehatan keluarga (Kemenkes RI, 2016).
2.3.1. Tujuan Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.

21
Tujuan PIS-PK adalah untuk meningkatkan akses keluarga beserta
anggotanya terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi
pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan
rehabilitative dasar; mendukung pencapaian standar pelayanan minimal
kabupaten/kota melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan;
mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasionel dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta jaminan
kesehatan nasional dan mendukung tercapainya tujuan program
Indonesia sehat dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 (Kemenkes RI, 2016).
2.3.2. Pelaksanaan PIS-PK di Tingkat Puskesmas
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga dilaksanakan oleh puskesmas untuk memperkuat fungsi
puskesmas dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di tingkat pertama di wilayah
kerjanya. PIS-PK terdiri atas 4 (empat) area prioritas yang meliputi,
penurunan angka kematian ibu dan bayi; penurunan prevalensi balita
pendek (stunting); penanggulangan penyakit menular; dan
penanggulangan penyakit tidak menular. Pelaksanaan PIS-PK di tingkat
puskesmas dilakukan melalui kegiatan meliputi melakukan pendataan
kesehatan seluruh anggota keluarga; membuat dan mengelola pangkalan
data puskesmas; menanalisis merumuskan intervensi masalah kesehatan,
dan menyusun rencana puskesmas; melaksanakan kunjungan rumah
dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif; melaksanakan
pelayanan kesehatan melalui pendekatan siklus hidup dan melaksanakan
sistem informasi dan pelaporan puskesmas (Kemenkes RI, 2016).
2.3.3. Pendekatan Keluarga dalam Pencapaian Prioritas Pembangunan
Kesehatan
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas
tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung,

22
melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah
kerjanya. Pendekatan keluarga yang dimaksud dimaksud merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari
upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi
kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan
keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya, kunjungan
keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan
preventif, kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan
kesehatan dalam gedung dan pemanfaatan data dan informasi dari profil
kesehatan keluarga untuk pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat
dan manajemen puskesmas (Kemenkes RI, 2016).
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku
2.4.1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu:
Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2012).
Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

23
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2012).
Aplikasi (application). Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
pengguanaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2012).
Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi , dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Sintesis (synthesis). Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2012).
Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak
mau ikut KB dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
2.4.2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

24
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup,
bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhada objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2012).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan yaitu menerima (receiving), merespon (responding), menghargai
(valuing), dan bertanggung jawab (responsible). Menerima (receiving)
diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan
itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Misalnya seorang ibu mengajak ibu yang lain (tetangga atau saudara) untuk
pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang
gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling
tinggi (Notoatmodjo, 2012).
2.4.3. Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus
mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang
mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping
faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

25
Menurut Notoatmodjo (2012) praktik ini mempunyai beberapa
tingkatan, yaitu pertama, respon terpimpin (guided response) dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu
dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan
memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan
sebagainya. Kedua, mekanisme (mechanism) yaitu apabila seseorang telah
dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu
sudah mencapai indikator praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu
yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa
menunggu perintah atau ajakan orang lain. Ketiga, adopsi (adoption)
adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak
makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan
sederhana (Notoatmodjo, 2012).
2.5. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dibuat maka dapat disimpulkan
kerangka teori seperti yang ditujukkan pada gambar 2.1. Penelitian kali ini
bertujuan untuk melihat gambaran Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas
Kampung Sawah. Pendekatan sistem menurut Kellogg (2004) terdapat 5 ( lima)
komponen yaitu input, process, output, outcome, dan impact. Teori pendekatan
sistem yang digunakana tersebut terlihat dalam gambar berikut ini:

gambar 2.1 Kerangka Teori Pendekatan Sistem (Kellogg, 2004)

Input Process Output Outcome Impact

26
2.6. Kerangka Konsep
Kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah memberikan gambaran
tentang implementasi perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah
tangga yang dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu dilakukan seluruhnya,
dilakukan sebagian dan tidak dilakukan.
Gambar 2.2 Kerangka Konsep implementasi perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Sawah.

Implementasi Perilaku Hidup


3. Bersih dan Sehat (PHBS)
4.
5. 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
6. 2. Memberi bayi ASI Eksklusif. Dilakukan Seluruhnya
7. 3. Menimbang balita setiap bulan. Dilakukan sebagian
8. 4. Menggunakan air bersih, Tidak dilakukan
9. 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
10.6. Menggunakan jamban sehat.
11.7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
12.8. Makan buah dan sayur setiap hari.
13.9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
14.10. Tidak merokok di dalam rumah
15.

27
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian population-based survey dengan
pendekatan survei cepat (rapid survey), yaitu dengan menerapkan rancangan
sampel klaster dua tahap, dengan pemilihan klaster pada tahap pertama secara
probability proportionate to size. Pemilihan sampel pada tahap kedua, yaitu
pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan cara acak sederhana (simple
random) atau dengan menerapkan rumah terdekat.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kampung
Sawah, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Peneliti
melakukan penelitian dengan ditemani timnya sebanyak 3 orang untuk membantu
pengambilan sampel. Waktu pengambilan sampel dilakukan saat pagi hari kurang
lebih pukul 09.00 hingga pukul 16.00 WIB.
3.3 Definisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi Cara ukur Hasil
Ukur
1 Implementa Upaya dalam Kuisoner Tidak Ordinal
si Perilaku pelaksanaan Perilaku terdiri dari 30 dilakukan
Hidup Hidup Bersih dan pernyataan (30-40)
Bersih dan Sehat (PHBS) pada dengan 2
Sehat keluarga di rumah pilihan Dilakuka
(PHBS) tangga yang meliputi jawaban yaitu sebagian
rumah 10 indikator PHBS ya dan tidak. (41-50)
tangga antara lain: Pilihan
 Pertolongan jawaban Ya Dilakukan
persalinan oleh bernilai 2 dan seluruhnya
tenaga pilihan (51-60)
kesehatan, jawaban tidak
 Memberi bayi bernilai 1.

28
ASI Eksklusif,
 Menimbang
balita setiap
bulan,
 Menggunakan air
bersih,
 Mencuci tangan
dengan air dan
sabun,
 Menggunakan
jamban sehat,
 Memberantas
jentik nyamuk di
rumah sekali
seminggu,
 makan buah dan
sayur setiap hari,
 Melakukan
aktivitas fisik
 Setiap hari dan
tidak merokok di
dalam rumah.
3.4 Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari variable dependen yang terdiri dari persentase
capaian Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI
Eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
nyamuk di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan
aktivitas fisik Setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah dan variable
independen yakni Implementasi PHBS pada tatanan rumah tangga di wilayah
kerja puskesmas Kampung Sawah.

29
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja
Puskesmas Kampung Sawah, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan
yang telah tinggal minimal 6 bulan dan berencana akan tetap tinggal
minimal 6 bulan kedepan didaerah tersebut. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir bias yang diakibatkan perpindahan penduduk. Jumlah
penduduk sebanyak 27.943 jiwa.
3.5.2. Sampel
Dalam menghitung besaran sampel, peneliti menggunakan
perhitungan survei cepat. Dalam wilayah kerja puskesmas Kampung
Sawah terdapat satu kelurahan yaitu kelurahan Sawah Lama yang terbagi
menjadi 54 RT atau sebanyak 12 RW. Berikut perhitungan jumlah
sampelnya.
Populasi
RW Populasi Jumlah Klaster
Kumulatif
1 dan 2
001 2529 2529
(2 klaster)
3,4 dan 5
002 2801 5330
(3 klaster)
6,7 dan 8
003 2363 7693
(3 klaster)
9,10 dan 11
004 2785 10478
(3 klaster)
12 dan 13
005 2490 12968
(2 klaster)
14, 15 dan 16
006 2154 15122
(3 klaster)
17 dan 18
007 2238 17360
(2 klaster)
19 dan 20
008 1951 19311
(2 klaster)
21 dan 22
009 1654 20965
(2 klaster)
23 dan 24
010 1809 22774
(2 klaster)
25, 26 dan 27
011 2951 25725
(3 klaster)
28, 29 dan 30
012 2218 27943
(3 klaster)

Interval = = 931

30
Perhitungan sampel interval
Klaster 1 931 Klaster 16 14896
Klaster 2 1862 Klaster 17 15827
Klaster 3 2793 Klaster 18 16758
Klaster 4 3724 Klaster 19 17689
Klaster 5 4655 Klaster 20 18620
Klaster 6 5586 Klaster 21 19551
Klaster 7 6517 Klaster 22 20482
Klaster 8 7448 Klaster 23 21413
Klaster 9 8379 Klaster 24 22344
Klaster 10 9310 Klaster 25 23275
Klaster 11 10241 Klaster 26 24206
Klaster 12 11172 Klaster 27 25137
Klaster 13 12103 Klaster 28 26068
Klaster 14 13034 Klaster 29 26999
Klaster 15 13965 Klaster 30 27930

Rumus perhitungan besar sampel untuk Estimasi Proporsi Populasi :

n = Jumlah sampel
= Z score pada 1-α/2 tingkat kepercayaan
p = Estimasi proporsisi
d = presisi (10%)

Jadi jumlah sampel atau sampel masing-masing klaster adalah 96


Responden

31
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah berupa kuesioner yang memuat 10 indikator
PHBS, antara lain : Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi bayi
ASI Eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
nyamuk di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan
aktivitas fisik Setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. Model pernyataan
dalam penelitian ini adalah pernyataan closed ended (pernyataan tertutup) yakni
responden hanya dapat memberikan atau memilih tanggapan terbatas pada pilihan
yang disajikan oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data
demografi dan kuesioner implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Instrument penelitian ini merupakan milik Ulina (2018).
3.6.1. Teknik Uji Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini perlu dilakukan uji coba sebelum
digunakan dalam pengumpulan data. Uji coba yang dilakukan agar
diperoleh instrument yang valid dan reliable. Adapun tekniknya sebagai
berikut :
1. Uji Validitas Skala
Instrumen dalam penelitian ini perlu dilakukan uji validitas, guna
mengetahui apakah suatu alat ukur / kuisioner yang digunakan mampu
menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurannya.
Untuk menguji validitas skala, peneliti menggunakan perangkat lunak
SPSS versi 23.
2. Uji Reliabilitas Skala
Realibilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya jika dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama
diperoleh hasil yang relative sama. Untuk menguji reabilitas skala,
peneliti menggunakan SPSS versi 23.

32
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.7.1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yang diperoleh
dengan melakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan
instrument penelitian yang telah diuji validitas.
3.7.2. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer diperoleh dengan malakukan wawancara langsung
kepada responden dengan menggunakan instumen kuisioner. Data
primer inilah yang nantinya akan diolah oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari beberapa Instansi pemerintah untuk
melihat persentase capaian implementasi PHBS pada tatanan rumah
tangga. Data ini digunakan sebagai penunjang keberlangsungan
penelitian
3.8 Pengambilan Sampel
3.8.1. Teknik Pengambilan Data
Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Cluster
Random Sampling, setelah menentukan kluster maka peneliti akan memilih
responden secara acak dengan memulai pengambilan sampel sesuai dengan
random start yang telah ditentukan.
3.9 Manajemen Data
Analisa data dan hasil dalam penelitian ini melalui dua tahapan utama, yakni
pengelolaan data dan analisa data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat. Proses yang
dilalui sebelum menganalisa data adalah editing, coding, entry data, cleaning.
a. Editing : Melakukan peninjauan kuisioner sesaat setelah kuisioner diisi,
apakah jawaban yang responden berikan sudah sudah relevan dan jelas. Jika
ditemukan jawaban yang janggal dapat dilakukan penelusuran kembali
kepada responden yang bersangkutan.

33
b. Coding : Setelah data yang dibutuhkan terkumpul dan sebelum meng- Entry
data hal yang perlu dilakukan adalah memberikan kode dalam bentuk angka
pada setiap variabel sehingga memudahkan proses entry data .
c. Entry Data : Kuisioner yang telah lengkap dan telah diberikan kode maka
proses selanjutnya adalah entry data kedalam perangkat lunak SPSS.
d. Cleaning : setelah proses Entry data dilakukan pengecekan kembali untuk
menghindari adanya kesalahan kode. Jika terjadi kesalahan atau
ditemukannya data yang tidak lengkap maka dilakukan perbaikan.
3.10 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisa univariat (analisa deskriptif)
yaitu suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data
dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel untuk melihat gambaran Implementasi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Wilayah
Kerja Puskesmas Kampung Sawah. Data yang telah terkumpul dan disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan teknik
komputerisasi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.
Diakses pada tanggal 10 November 2018. Melalui
(http://www.promkes.depkes.go.id)
Hartono. (2010). Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Rineka
Cipta
https://puskesmaskpsawah.wordpress.com/ (Diakses tanggal 11 November 2018)
Kementerian Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Puskesmas. (Online), (http://www.depkes.go.id)
Kemenkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidan Kesehatan 2005-
2025. Jakarta, 25–35. https://doi.org/10.1073/pnas.0703993104
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Panduan Pembinaan dan Penilaian Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Laporan Akuntabilitas Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas.
Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Permenkes No 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. (Online),
(Http://www.depkes.go.id)
Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nurwahidah, I. 2018. Skripsi: " Gambaran Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Tatanan Rumah Tangga Di Puskesmas Balaraja Kabupaten Tangerang
Tahun 2017". Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Profil Kesehatan Provinsi Banten tahun 2016
Ulina, M. 2018. Skripsi: "Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada
Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor". Fakkultas
Keperawatan. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara.

35
W.K.Kellogg Foundation. 2004. Using Logic Models To Bring Together Planning,
Evaluation and Action. Michigan
Wibowo, Y. 2010. Survei cepat: "Strata perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta
fungsi fisiologis keluarga di Desa Tambaksari Kidul Kecamatan Kembaran mei –
juni 2010". 4. 124–130.

36
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Penelitian


Nama : Doddy Defriyana
NIM : 2015710099
Judul Penelitian : Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada
Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung
Sawah.
Saya adalah mahasiswa S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah.
Saya mengharapkan partisipasi Ibu/Saudari untuk menjadi responden dalam
penelitian saya. Saya mengharapkan jawaban yang sebenar-benarnya dan kerjasama dari
ibu/saudari. Informasi yang diberikan akan digunakan hanya untuk kepentingan
penelitian ini dan tidak akan disebarluaskan ataupun digunakan untuk tujuan yang
merugikan ibu/saudari sebagai responden. Identitas ibu/saudari akan dirahasiakan dan
tidak akan dipublikasikan dalam bentuk apapun. Kerahasiaan data akan dijamin
sepenuhnya oleh peneliti. Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas perhatian dan
kesediaan ibu/saudari untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan
terima kasih.
Tangerang Selatan, ……………….2019
Peneliti

(Doddy Defriyana)
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Concent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :

Setelah saya membaca lembar penjelasan penelitian, maka saya menyatakan


bersedia untuk turut berpartisipasi sebagai responden sehubungan dengan penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta yaitu :
Nama : Doddy Defriyana
NIM : 2015710099
Dengan judul penelitian “Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung
Sawah”
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Tangerang Selatan, 2019
Responden

( )
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
IMPLEMENTASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA
TATANAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH
Kode :
Tanggal :
Petunjuk umum pengisian :
1. Ibu/saudari diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada.
2. Berilah tanda (√) pada kolom kotak yang telah disediakan yang menurut anda benar.
3. Jika ada hal-hal yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.

A. Data Demografi Responden


1. Umur : Tahun
2. Pendidikan terakhir : SD SMA
SMP Diploma/Sarjana
3. Pekerjaan : PNS/POLRI
Wiraswasta/Pegawai
Pensiunan
Ibu Rumah Tangga
4. Penghasilan : <Rp 1.900.000
Rp. 2.000.000 – Rp. 2.500.000
Rp. 2.600.000 – Rp. 3.500.000
>Rp. 3.500.000

B. Kuesioner Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


No Pernyataan Ya Tidak
1 Ibu melakukan persalinan di pelayanan kesehatan seperti
Rumah Sakit, Klinik Bersalin, Puskesmas.
2 Ibu melakukan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan
seperti dokter atau bidan.
3 Keluarga merujuk ibu ke tempat pelayanan kesehatan ketika
mengalami kelainan kehamilan.
4 Ibu memberikan bayi ASI saja tanpa makanan dan minuman
tambahan.
5 Ibu memberikan ASI saja sejak Bayi lahir sampai berumur 6
bulan
6 Suasana rumah tenang dan damai sehingga ibu tidak stress saat
menyusui bayi.
7 Keluarga membawa balita ke posyandu sekali sebulan untuk
menimbang berat badan bayi.
8 Keluarga membawa balita ke puskesmas saat balita sakit.
9 Keluarga selalu membawa balita ke posyandu untuk
mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan balita.
10 Ibu memasak air hingga mendidih sebelum dikonsumsi.
11 Air yang digunakan untuk sehari-hari berupa air tidak
berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau.
12 Air yang digunakan diperoleh dari mata air, sumur gali,
penampungan air hujan, air kemasan, sumur pompa, atau
PDAM.
13 Keluarga mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
14 Keluarga mencuci tangan menggunakan air mangalir dan
memakai sabun.
15 Keluarga mencuci tangan karena sadar bahwa mencuci tangan
mencegah penularan penyakit.
16 Keluarga menggunakan jamban sebagai tempat BAB/BAK.
17 Jamban yang digunakan tidak mencemari tanah disekitarnya,
mudah dibersihkan, aman digunakan.
18 Keluarga membersihkan toilet/jamban setiap hari. 19
19 Keluarga memberantas jentik nyamuk dengan menguras dan
menyikat tempat-tempat penampungan air.
20 Keluarga memberantas jentik dengan menutup rapat-rapat
tempat penampungan air.
21 Memberantas jentik dengan mengubur atau menyingkirkan
barang-barang bekas yang dapat menampung air.
22 Keluarga mengkonsumsi 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
sebaliknya setiap hari.
23 Keluarga mengkonsumsi sayuran yang berwarna hijau tua,
kuning atau orange setiap hari.
24 Keluarga memilih buah dan sayur yang segar, bebas dari
pestisida, dan zat berbahaya.
25 Keluarga melakukan aktifitas fisik atau olahraga. 26
26 Keluarga melakukan aktifitas fisik atau olahraga selama 30
menit setiap hari.
27 Keluarga melakukan aktifitas fisik dengan pemanasan dan
perenggangan terlebih dahulu.
28 Ibu menegur anggota keluarga yang merokok di dalam rumah
29 Keluarga tidak menyediakan asbak rokok di dalam rumah.
30 Keluarga sepakat secara bersama-sama untuk menciptakan
rumah tanpa asap rokok.

Anda mungkin juga menyukai