Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH JENIS PENGERING DAN LAMA PENGERINGAN

TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG UMBI GANYONG


(Canna edulis ker.)

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana


Program Studi Teknologi Pangan

Oleh :

Armitha Dianty
12.302.0265

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2017
1

PENGARUH JENIS PENGERING DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP


KARAKTERISTIK TEPUNG UMBI GANYONG
(Canna edulis ker.)

Armitha Dianty 123020265 *)


Dr. Tantan Widiantara, ST. MT. **) Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si.***)
*)Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Pasundan
**)Pembimbing Utama, ***)Pembimbing Pendamping

ABSTRACT

The purpose of this research were to know the effect of drying machine types and drying
time for ganyong tuber flour processing. The benefit of this research were to informed the public
about the proper type of drying machines and drying time for ganyong tuber flour processing.
The research methods were Physical Response which was rendement calculation.
Chemical responses which were water content analysis, fiber and organoleptic test for color and
texture aspect. The experimental design used was Randomized Block Design (RAK) with 2 (two)
factors, dryer machine types and drying time with 3 (three) replications. One product was tested
for ash, fat and carbohydrate level.
Result of the research on ganyong tuber flour product with dryer type factor had no
significant effect on water content, fiber, yield and texture, but had significant effect on color for
organoleptic test. The drying time factor had significant effect on water content but it had no effect
on fiber content, rendement, organoleptic test for color and texture. Interaction factors had no
effect on all responses. The best treatments were drying which used cabinet dryer and 7 hours of
drying time. With the result of chemical analysis which were ash content 3,67%, protein content
0,782%, fat content 2,196%, and carbohydrate 89,252%.

I. PENDAHULUAN Perkembangan pemanfaatannya dapat


ditingkatkan dengan cara penerapan
1.1 Latar Belakang teknologi budidaya yang tepat dalam
Indonesia merupakan negara yang upaya peningkatan produktivitas serta
kaya akan potensi alamnya, seperti kaya tersedianya jaminan pasar yang layak.
akan potensi hutan, perkebunan dan Peningkatan produksi tersebut harus
persawahan yang di dalamnya banyak diikuti dengan teknologi pengolahan
ditemukan tumbuhan serta tanaman yang dapat menumbuhkan agroindustri.
yang dapat dimanfaatkan hasilnya oleh Industri yang mempunyai prospek untuk
masyarakat. Indonesia juga tercatat dikembangkan adalah pengolahan
sebagai salah satu negara penghasil produk setengah jadi seperti tepung
umbi-umbian, antara lain : ubi kayu, ubi (Nurul, 2016).
jalar, kentang, talas, dll. Berbagai umbi- Potensi umbi minor cukup baik
umbian ini dapat diolah menjadi untuk dikembangkan. Dan Komoditas
berbagai jenis makanan yaitu dengan umbi-umbian potensial yang dapat
cara direbus, digoreng, dibakar dan dijadikan bahan pangan pokok,
sebagainya. (Riwanto,2016) diantaranya umbi ganyong, Produksi
Umbi-umbian merupakan sumber umbi ganyong di Indonesia dapat
karbohidrat yang mempunyai potensi mencapai 2,5 -2,84 kg/ tanaman. Satu
untuk dikembangkan dan memiliki hektar lahan bisa menghasilkan umbi
prospek dan peluang yang cukup besar ganyong kurang lebih 30 ton (Faathir,
sebagai bahan baku industri pangan.

1
2

2012). Produksi umbi ganyong steam atau udara panas. Pengeringan ini
mencapai 10 ribu ton per tahun baik di memiliki kelebihan misalnya: tinggi
Jawa Timur maupun di Jawa Tengah rendahnya temperatur, kecepatan aliran
dan meningkat setiap tahunnya dalam udara maupun kelembaban dapat diatur,
skala nasional (Tri, L, 2009). tidak tergantung pada panas matahari
Menurut Eni H dkk (2011), atau cuaca. Dengan demikian kecepatan
ganyong berpotensi sebagai sumber pengeringan pun dapat diatur sesuai
karbohidrat dengan total karbohidrat dengan komoditi yang dikeringkan,
mencapai 93,79 % berat kering. Umbi tidak memakai tempat atau lokasi yang
ganyong umumnya digunakan untuk luas, kapasitas dapat dipilih sesuai
produksi pati atau tepung. Bagian umbi keinginan, tidak memerlukan tenaga
yang dapat dikonsumsi sebesar 68,54 % kerja yang banyak, selain itu karena
dari total berat umbi. proses pengeringan dilakukan dalam
Teknologi tepung merupakan ruangan yang tertutup maka kebersihan
salah satu proses alternatif produk maupun kualitasnya dapat lebih terjamin
setengah jadi yang dianjurkan karena (Farel H, 2012).
lebih tahan disimpan, mudah dicampur Pemilihan jenis alat dan kondisi
(dibuat komposit), diperkaya zat gizi pengering yang akan digunakan
(difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat tergantung dari jenis bahan yang
dimasak sesuai tuntutan kehidupan dikeringkan, mutu hasil akhir yang
modern yang ingin serba praktis (Ditjen dikeringkan dan pertimbangan ekonomi,
PPHP, 2012). misalnya untuk bahan yang berbentuk
Pada umumnya masyarakat pasta atau pure maka alat pengering
masih banyak menggunakan proses yang sesuai adalah alat pengering drum,
pengeringan konvensional atau sedangkan untuk bahan yang berbentuk
pengeringan alami, seperti lempengan atau jenis bahan padatan
menggunakan terpal atau hamparan dapat menggunakan pengering kabinet.
lantai yang memerlukan tempat yang Jenis alat pengering lainnya yang dapat
luas ,padahal pengeringan ini memiliki digunakan untuk bahan pangan adalah
kelemahan, di antaranya penurunan pengeringan terowongan, pengering
kadar air sangat tergantung pada semprot, pengering fluidized bed,
ketersediaannya sinar matahari, cuaca pengering beku dan lain-lain
yang tak menentu, kurang higienis, (Mujumdar, 2000). Untuk penelitian
mudah terkontaminasi bahan-bahan kali ini alat pengering yang digunakan
asing yang berbahaya dan biasanya adalah alat tunnel dryer dan cabinet
membutuhkan waktu yang lama. Untuk dryer.
mengatasi berbagai kelemahan yang Pengering kabinet biasanya
dimiliki pada metode pengeringan merupakan pengering yang paling
konvensional. Maka pengeringan secara murah pembuatannya, mudah
mekanis menjadi salah satu alternatif pemeliharaannya, dan sangat luwes
yang memungkinkan dijalankan penggunaanya. Pada umumnya
(Riwanto M, 2016). pengering ini digunakan untuk
Semakin canggihnya teknologi, penelitian - penelitian dehidrasi
pengeringan dapat dilakukan sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan
menggunakan alat pengering yang lebih di dalam laboratorium, dan di dalam
cepat praktis dan efisien, serta lebih skala kecil digunakan secara komersial
terjaga kualitasnya diantaranya adalah yang bersifat musiman (Mutia, 2012)
menggunakan pengeringan buatan dalam (Jaffarudin J W, 2013)
(artificial drying) yang merupakan Keuntungan jenis pengering
pengeringan memakai media pemanas tunnel merupakan pengering yang

2
3

gerakannya searah dengan aliran udara lama dan tidak mengurangi kandungan
panas sehingga kecepatan gizi dalam jumlah besar pengolahannya.
pengeringannya lebih tinggi,
terowongan tersebut merupakan ruangan 1.4 Manfaat Penelitian
yang panjang dan dialiri dengan udara Manfaat dalam dari penelitian
panas serta pengeringan terowongan ini adalah :
dapat digunakan untuk mengeringkan 1. Memanfaatkan bahan baku lokal
bahan dalam jumlah besar dengan waktu yang belum terangkat menjadi bahan
singkat (Fellows, 2000). baku yang memiliki nilai tambah
Pemanasan yang tidak tepat dan untuk menambah nilai ekonomis
mengakibatkan kehilangan sejumlah zat dan memperpanjang umur simpan
gizi terutama yang bersifat labil seperti dari umbi ganyong.
asam askorbat, antosianin dan 2. Memberikan informasi mengenai
betakaroten (Budhiarto, 2003). Dengan jenis pengering dan lama
adanya hal tersebut maka perlu pengeringan yang tepat dalam
dilakukan kajian karakteristik pada pembuatan tepung umbi ganyong.
tepung umbi ganyong menggunakan 3. Manfaat lain dengan menggunakan
variasi jenis pengering berbeda sehingga alat pengering mekanis ini yaitu
dapat diketahui jenis pengering mana dapat meningkatkan efisiensi waktu
yang paling baik mengeringkan bahan pengeringan, menghindari
seperti umbi-umbian, serta diharapkan kontaminasi dari bakteri dan debu
bisa tetap menjaga kualitas/ mutu dari yang terbawa angin sehingga bahan
tepung yang dihasilkan. lebih higienis, serta memberikan
peningkatan mutu pada produk bila
1.2 Identifikasi Masalah dibandingkan dengan pengeringan
Berdasarkan uraian diatas, maka sinar matahari.
masalah yang dapat diidentifikasi dalam
penelitian ini adalah : 1.5 Kerangka Pemikiran
1. Bagaimana pengaruh jenis Menurut Damardjati, dkk (2000)
pengering terhadap karakteristik dalam Widya, dkk (2012) Teknologi
pada tepung umbi ganyong? tepung merupakan salah satu proses
2. Bagaimana pengaruh lama alternatif produk setengah jadi yang
pengeringan terhadap karakteristik dianjurkan karena memiliki daya simpan
pada tepung umbi ganyong? yang lebih lama, mudah dicampur
3. Bagaimana pengaruh interaksi (dibuat komposit), diperkaya zat gizi
antara jenis pengering dan lama (difortifikasi), dibentuk dan lebih cepat
pengeringan terhadap karakteristik dimasak sesuai tuntutan kehidupan
pada tepung umbi ganyong? modern yang ingin serba praktis .
Menurut Nani, dkk (2010)
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian tepung ganyong merupakan tepung yang
Maksud dari penelitian ini adalah masih baru, sehingga standardisasinya
untuk mempelajari pengaruh jenis alat mengacu pada pada syarat mutu tepung
pengerig yang digunakan dan lama garut. SNI 1-6057-1999 yaitu sifat
pengeringan yang tepat untuk proses fisiknya berbentuk serbuk halus, tidak
penepungan terhadap produk umbi ada benda asing, serangga dan jenis pati
ganyong. lain, lolos ayakan 100 mesh minimal =
Tujuan dari penelitian ini adalah 95%, Kadar air maksimal 16%, serat
untuk menghasilkan tepung umbi kasar maksimal 1%, derajat asam
ganyong yang berkualitas baik, tahan maksimal 4,0 ml N dan Residu SO2
Maksimal 30 mg/g (BSN, 1999)

3
4

Menurut penelitian dan oleh sebab itu pemilihan jenis


Ratnaningsih, dkk (2010) dalam Ali pengering harus tepat. Berbagai jenis
(2013) mengatakan bahwa pengeringan dan cara dapat dilakukan untuk
umbi dilakukan hingga kadar air 10-12% menghasilkan produk kering suatu
atau dengan indikator irisan ganyong bahan, produk kering mempunyai daya
sudah kering. Hasil analisis tepung simpan yang cukup lama.
ganyong berdasarkan penelitian Menurut De Leon, (1998) dalam
Widowati (2001) dalam Elma (2014), Imam S (2016) Pengering kabinet
memiliki komposisi gizi amilosa 28%, umumnya digunakan untuk potongan-
air 7,42%, abu 1,3337%, karbohidrat potongan buah atau umbi dengan
84,34%, lemak 6,43%, protein 0,44%. kecepatan aliran 500-100 ft/menit.
(BKP Provinsi Jawa Timur & FTP- Pengeringan akan memakan waktu 5-10
UNEJ, 2001). jam atau kurang tergantung dari jenis
Menurut penelitian Nani, dkk bahan dan tingkat kadar air yang
(2010) menyatakan bila dibandingkan diinginkan.
dengan pati ganyong, kandungan gizi Menurut Aditya (2012)
tepung ganyong lebih tinggi antara lain Kelemahan kabinet dryer adalah
kadar abu, protein, dan serat kasar, kurangnya pengontrolan aliran udara
sedangkan kadar air, karbohidrat dan yang bergerak sehingga bila aliran udara
residu sulfit lebih rendah. Kadar serat terlalu kencang, menyebabkan aliran
kasar tepung ganyong lebih tinggi 3 kali turbulen dalam chamber, yang
lipat dari pada pati ganyong sehingga menghambat pengeringan produk bahan
tepung ganyong berpotensi sebagai pangan. Produk yang sesuai dikeringkan
sumber serat. serta analisis biaya dengan alat ini adalah produk yang
produksi pati ganyong lebih tinggi memiliki keseragaman yang tinggi.
daripada tepung ganyong. Hal ini Kelebihannya adalah harga murah,
disebabkan karena rendemen pati karena membutuhkan daya yang tidak
ganyong yang hanya setengah dari terlalu tinggi.
rendemen tepung ganyong. Menurut Nur Menurut Aditya (2012) Tunnel
Richana dan Titi Chandra (2004) Hasil dryer memiliki dimensi yang lebih besar
penelitian menunjukkan bahwa dari pada cabinet dryer, sehingga
rendemen tepung ganyong yang didapat menyebabkan proses pindah massa
sebesar 11,43%. (difusi air) dan juga pindah panas pada
Menurut Rachmawan (2001) pengeringan menjadi lebih lama.
Dalam memilih alat pengering yang Suhu yang tinggi dan waktu
akan digunakan, serta menentukan pengeringan yang terlalu lama
kondisi pengeringan harus menyebabkan terjadinya perubahan
diperhitungkan jenis bahan yang akan warna bahan serta terjadinya penurunan
dikeringkan, juga harus diperhitungkan mutu bahan (Lidiasari E, dkk 2006).
hasil kering dari bahan yang diinginkan. Selama pengeringan akan terjadi reaksi
Setiap bahan yang akan dikeringkan pencoklatan (reaksi maillard) menurut
tidaklah sama kondisi pengeringannya, Winarno (1997), reaksi maillard adalah
karena ikatan air dan jaringan ikatan tiap reaksi pencoklatan yang terjadi antara
bahan akan berbeda (Rachmawan, 2001) karbohidrat khususnya gula pereduksi
Menurut Rachmawan (2001) dengan gugus amina primer. Hasil reaksi
Jenis pengering yang sesuai untuk suatu tersebut menghasilkan bahan berwarna
produk pangan ditentukan oleh kualitas coklat yang sering tidak dikehendaki
produk akhir yang diinginkan, sifat atau bahkan menjadi indikasi penurunan
bahan yang dikeringkan, serta biaya mutu. Susanto dan Suneto (1994)
produksi atau pertimbangan ekonominya menambahkan bahwa pengaruh

4
5

pengeringan terhadap kualitas bahan karakteristik pada tepung umbi


tergantung pada jenis bahan yang ganyong.
dikeringkan, perlakuan pendahuluan,
lama pengeringan, jenis proses 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian
pengeringan, dan lain-lain. Penelitian dilakukan di
Menurut Yuniarti dkk (2013), Laboratorium Penelitian Teknologi
pengaturan suhu dan lama pengeringan Pangan Universitas Pasundan Bandung
sangat mempengaruhi mutu bahan yang Jl. Dr. Setiabudhi No.193 Bandung
dikeringkan. Pada umumnya, diketahui
bahwa semakin tinggi suhu pengeringan
dan semakin lama waktu pengeringan II. BAHAN, ALAT, DAN METODE
dapat menyebabkan terjadinya PENELITIAN
perubahan dalam bahan pangan.
2.1 Bahan dan Alat yang digunakan
Penggunaan suhu tinggi dapat
2.1.1 Bahan-bahan yang Digunakan
menyebabkan kerusakan vitamin C,
Bahan-bahan yang digunakan
protein, dan beberapa vitamin B, serta
pada penelitian karakteristik tepung
terjadinya reaksi pencoklatan.
umbi ganyong adalah umbi ganyong ini
Menurut penelitian Nani R
diperoleh dari petani di desa Bandorasa,
(2010) pengeringan tepung umbi
kecamatan Cilimus, kabupaten
ganyong dilakukan pada suhu 50-60°C
Kuningan. Bahan kimia yang digunakan
selama 4-5 jam sedangkan menurut
dalam analisis untuk adalah H2SO4,
Agus S (2010) Proses pengeringan pada
CHCl3, NaOH 0,3 N, Alkohol 95%,
irisan ganyong dikeringkan
kertas saring, lakmus merah dan biru.
menggunakan cabinet dryer pada suhu
Natrium Metabisulfit 0,3 %. HCl 0,001
55-60oC selama 8 jam, kemudian
N atau 0,002N, H2SO4, air, H3BO3,
digiling dan diayak dengan ayakan 80
indikator (campuran 2 bagian metal
mesh.
merah 0,2% dalam alkohol dan 1 bagian
Menurut Antarlina dan J.S
metilen blue 0,2% dalam alcohol),
Utomo (1999) Pengeringan
NaOH-Na2S2O3.
menggunakan alat yang efektif pada
suhu 60ºC hingga kering (kadar air 2.1.2 Alat-alat yang digunakan
sekitar 7%), Penyimpanan tepung umbi Alat-alat yang digunakan pada
dapat dilakukan hingga ± 6 bulan. pembuatan tepung umbi ganyong yaitu
neraca, pisau, baskom, blender (Philips),
1.6. Hipotesis Penelitian tray, ayakan 80 mesh dan tunnel dryer
Berdasarkan kerangka dan cabinet dryer. Alat untuk analisis
pemikiran diatas, maka dapat diduga adalah cawan, timbangan analitik, oven
bahwa : dan desikator, labu erlenmeyer, kaki
1. Jenis pengering dapat tiga, bunsen, kertas saring, kawat kasa,
berpengaruh terhadap corong, batang pengaduk, eksikator,
karakteristik pada tepung umbi seperangkat alat labu kjeldahl 30 ml,
ganyong. seperangkat alat ekstraksi soxhlet,
2. Lama pengeringan dapat kompor, krus gooch, tanur, labu ukur 50
berpengaruh terhadap ml dan pipet.
karakteristik pada tepung umbi
ganyong. 2.2 Metode Penelitian
3. Interaksi antara jenis pengering 2.2.1 Penelitian Pendahuluan
dan lama pengeringan dapat Penelitian pendahuluan ini yaitu
berpengaruh terhadap mengetahui kandungan yang terdapat
pada bahan baku umbi ganyong analisis

5
6

yang akan dilakukan adalah kadar air percobaan, dan rancangan respon dan
dan kadar serat kemudian dilakukan analisis.
pembuatan tepung untuk menentukan
suhu terbaik, suhu yang digunakan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk pengeringan adalah suhu 50OC,
60OC dan 70OC, tepung dengan suhu 3.1 Hasil Penelitian Pendahuluan
terbaik akan dijadikan acuan pada Penelitian pendahuluan pada
penelitian utama. penelitian ini meliputi penentuan suhu
untuk mencari perlakuan suhu terbaik
2.2.2 Penelitian Utama yang nantinya digunakan dalam
Penelitian utama yaitu untuk penelitian utama. Dengan pertimbangan
menentukan karakteristik pada tepung respon yang akan digunakan secara fisik
umbi ganyong. Pengeringan tepung yaitu perhitungan rendemen dan respon
umbi ganyong yang digunakan adalah kimia yaitu analisis kadar air dan kadar
pada suhu terbaik yang telah dilakukan serat. Adapun suhu pengeringan yang
pada penelitian pendahuluan dengan digunakan untuk pengeringan dibagi
lama pengeringan adalah 5 jam, 6 jam, menjadi 3 (tiga) taraf yaitu kondisi
7 jam dan 8 jam. Menggunakan alat pengeringan pada suhu 50OC, 60OC dan
pengering tunnel dryer dan cabinet 70OC ,dengan waktu pengeringan 6 jam
dryer. Penelitian utama mencakup (sampai bahan kering) tepung dengan
rancangan perlakuan, rancangan suhu terbaik nantinya akan dijadikan
acuan pada penelitian utama.

Tabel 1. Hasil Pengujian Pendahuluan Terhadap Rendemen, Kadar Air, dan Kadar
Serat Tepung Umbi Ganyong
Suhu
Parameter pengujian
50OC 60OC 70OC
Kadar air 8,54 % 4,87 % 3,68 %
Kadar serat 4,93 % 5,92 % 4,27 %
Rendemen 16,391 % 17,411 % 17,220 %

Berdasarkan penelitian penguapan. Semakin tinggi kadar air


pendahuluan yang dilakukan didapatkan bahan maka semakin rendah nilai
persen rendemen yang diinginkan adalah rendemen karena semakin banyak bahan
yang terbesar, karena jumlah rendemen yang menguap. pada suhu 70OC lah
menentukan efisiensi suatu proses yang paling kecil, namun suhu 60OC pun
pengeringan, dimana semakin besar masih dalam batas standar, oleh karena
jumlah rendemen yang dihasilkan itu suhu 60OC lah yang akan dijadikan
semakin efisien pula proses tersebut dan suhu untuk penelitian utama.
jumlah bahan yang hilang atau rusak
semakin sedikit (Mayasari, 2010). Pada 3.2 Hasil Penelitian Utama
suhu 60OC lah rendemen yang terbesar Penelitian utama merupakan
yaitu 17,411 %. Dan kadar serat terbesar penelitian lanjutan dari penelitian
yaitu 5,92% pada suhu 60OC, sedangkan pendahuluan dimana telah didapatkan
Kadar air tepung yang diinginkan adalah suhu terbaik dalam penelitian
yang terkecil, Kadar air bahan pun dapat pendahuluan, yang kemudian dapat
mempengaruhi nilai rendemen tepung. dipergunakan dalam penelitian utama,
Kadar air bahan berkurang selama pembuatan tepung umbi ganyong yaitu
pengeringan akibat terjadinya proses menggunakan suhu 60OC.

6
7

Pada penelitian utama ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh


dilakukan untuk mengetahui apakah yang nyata atau berbeda nyata.
jenis pengering dan lama pengeringan Perbedaan lama pengeringan terhadap
yang dipilih dapat berpengaruh terhadap kadar air tepung umbi ganyong yang
karakteristik tepung umbi ganyong yang berbeda nyata kemudian dilakukan uji
diharapkan. Jenis pengering yang lanjut Duncan yang terdapat pada tabel 2
digunakan dalam penelitian utama ini
yaitu tunnel dryer dan cabinet dryer Tabel 2. Pengaruh Lama Pengeringan
dengan lama pengeringan adalah 5, 6, 7 Terhadap Kadar Air Produk Tepung
dan 8 jam. Umbi Ganyong
Penelitian utama ini meliputi
respon fisik yaitu penentuan rendemen Lama Kadar Air Taraf
pada produk tepung umbi ganyong. Pengeringan Rata–Rata Nyata
Kemudian respon kimia yang dilakukan 5%
yaitu kadar air dan kadar serat yang B4 (8 jam) 3,54 A
dilakukan terhadap 24 perlakuan produk B3 (7 Jam) 4,52 B
tepung umbi ganyong dan uji B2 (6 Jam) 5,29 C
karbohidrat, lemak dan protein pada B1 (5 Jam) 5,73 D
sampel terpilih
Analisis kadar air pada produk
Kadar Air tepung umbi ganyong menunjukan
Hasil perhitungan ANAVA bahwa perlakuan lama pengeringan
menunjukkan perlakuan jenis pengering dapat mempengaruhi kadar air tepung.
yang digunakan dan interaksi antara Hal ini dapat dilihat ketika faktor lama
jenis pengering dan lama pengeringan pengeringan dilakukan uji lanjut Duncan
tidak berpengaruh nyata, sedangkan pada tabel 2, dan berikut adalah tabel
untuk lama pengeringan yang dilakukan nilai rata-rata kadar air tepung umbi
ganyong

Tabel 3. Nilai Rata – Rata Kadar Air Tepung Umbi Ganyong


Lama Pengeringan (%)
Jenis Pengering
B1(5 jam) B2 (6 jam) B3 (7 jam) B4 (8 jam)
A1 (Tunnel Dryer ) 6,50 5,65 4,94 3,33

A2 (Cabinet Dryer) 4,97 4,93 4,10 3,75

Gambar 1 .Grafik Nilai Rata – Rata Kadar Air Tepung Umbi Ganyon

7
NIlai rata-rata kadar air

6
5
4
3 A1 (Tunnel Dryer)
2 A2 (Cabinet Dryer)
1
0
B1 (5 Jam) B2 (6 Jam) B3 (7 Jam) B4 (8 Jam)
Lama Pengeringan

7
8

Berdasarkan hasil analisis kadar Perbedaan tekanaan uap pada produk


air dapat dilihat bahwa semakin lama menyebabkan difusi uap produk. Jika
pengeringan yang dilakukan maka kadar dibandingkan dengan kadar air tepung
air produk akan semakin menurun. ubi garut dan tepung terigu menurut SNI
Menurunnya kadar air pada tepung 01-3751-2006 tentang syarat mutu kadar
diakibatkan oleh adanya proses air pada tepung terigu adalah maksimal
pengeringan pada bahan baku. Pada 14,5% dan kadar air tepung umbi
proses pengeringan ini terjadi proses ganyong pada penelitian ini telah
perpindahan panas yang menyebabkan memenuhi standar kadar air tepung
penguapan air. Pada grafik menunjukan karena memiliki kandungan air kurang
bahwa kadar air pada alat pengering dari 14,5%
cabinet lebih lebih rendah bila Proses pengeringan dengan
dibandingkan dengan alat pengering waktu bervariasi menyebabkan kadar air
tunnel, yang menunjukan bahwa alat bahan pangan menjadi berbeda-beda.
cabinet lebih baik dalam pengeringan Semakin lama proses pengeringan
dibandingkan tunnel dryer, Menurut yangdilakukan, maka panas yang
Aditya (2012) Alat Tunnel dryer diterima oleh bahan akan lebih banyak
memiliki dimensi yang lebih besar dari sehingga jumlah air yang diuapkan
pada cabinet dryer, sehingga dalam bahan pangan menjadi lebih
menyebabkan proses pindah massa banyak sehingga kadar airnya pun
(difusi air) dan juga pindah panas pada menjadi lebih rendah. Pada pengeringan
pengeringan menjadi lebih lama. ada faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Winamo (1992), pengeringan, diantaranya suhu
semakin tinggi suhu dan lama pengeringan, lama pengeringan,
pengeringan maka semakin besar energi kelembaban udara dan tekanan atmosfer.
panas yang dibawa oleh udara sehingga Dapat disimpulkan bahwa jika
massa air di permukaan bahan semakin pengeringan dilakukan dengan
banyak yang diuapkan. perlakuan lama pengeringan yang
Menurut Wirakartakusumah, berbeda akan menghasilkan kadar air
dkk (1992), pengeluaran air dari bahan yang berbeda.
pangan bersangkutan dengan
pemindahan panas dan massa secara Kadar Serat
simultan. Pindah panas akan terjadi Hasil perhitungan ANAVA
dalam produk berhubungan dengan menunjukkan bahwa perlakuan jenis
gradient (perbedaan) suhu antara pengering, lama pengeringan yang
permukaan produk dan permukaan air digunakan dan interaksi antara keduanya
pada beberapa lokasi dalam produk. Jika tidak berpengaruh nyata atau tidak
energi panas yang cukup untuk berbeda nyata. Berikut adalah tabel hasil
penguapan diberikan, uap air bergerak analisis kadar serat tepung umbi
dari permukaan air dalam produk ganyong:
menuju permukaan produk.

Tabel 4 . Nilai Rata – Rata Kadar Serat Tepung Umbi Ganyong

Lama Pengeringan (B)


Jenis Pengering (A)
b1 (5 Jam) b2 (6 Jam) b3 (7 Jam) b4 (8 Jam)
Tunnel Dryer (a1) 2,45 2,53 4,27 3,35

Cabinet Dryer (a2) 3,68 3,77 4,18 4,56

8
9

Gambar 2. Grafik Nilai Rata – Rata Kadar Serat Tepung Umbi Ganyong

NIlai rata-rata kadar Serat (%) 4

2 A1 (Tunnel Dryer)
A2 (Cabinet Dryer)
1

0
B1 (5 Jam) B2 (6 Jam) B3 (7 Jam) B4 (8 Jam)
Lama Pengeringan

Berdasarkan hasil analisis kadar proses ekstraksi sebagian serat yang


serat dapat dilihat pada grafik di atas berukuran besar terbuang bersama
bahwa semakin lama pengeringan yang ampas.
dilakukan maka kadar serat produk Pada alat cabinet dryer atau tray
semakin meningkat, hal ini sesuai dryer biasanya digunakan kipas untuk
dengan penelitian yang dilakukan oleh mengatur sirkulasi dalam alat pengering,
Ekky,dkk (2015) tentang pengaruh udara setelah melewati kipas masuk
waktu dan lama pemanasan terhadap dalam alat pemanas , pada alat tersebut
kadar serat kasar yang menunjukan udara dipanaskan lebih dahulu kemudian
bahwa semakin tinggi suhu dan lama dialirkan diantara rak-rak yang sudah
pemanasan akan menyebabkan semakin berisi bahan.(Rahmawati dkk, 2010)
tinggi pula serat kasarnya. Serat dalam (Halim, 2013)
merupakan bagian dari karbohidrat. Arah aliran udara panas di
Menurut Muchtadi dan dalam alat pengering sangat
Ayustaningwarno (2010) dengan mempengaruhi kecepatan pengeringan,
mengurangi kadar airnya, bahan pangan arah aliran dapat dari atas ke bawah atau
akan mengandung senyawa seperti dari bawah ke atas (Rahmawati dkk,
karbohidrat, protein dan mineral yang 2010) dalam (Halim, 2013)
lebih tinggi. Sedangkan pada pengering
Namun pada penelitian ini terowongan atau tunnel dryer yang
terjadi penurunan hal ini mungkin digunakan pada penelitian pada
dikarenakan faktor perlakuan pada saat dasarnya merupakan satu kelompok
pemanasan, pemanasan yang tidak pengering batch truk dan rak yang
merata dan Kadar serat tepung dioperasikan dalam satu rangkaian
dipengaruhi juga oleh umur panen umbi sehingga nampak menjadi kontinyu.
segarnya. (wirakartakusumah, 1992)
Menurut Wahid dkk, (1992) Pada tunnel dryer biasanya arah
dalam Lady S dkk, (2013) Kadar serat aliran produk dan arah aliran udara
kasar terdiri atas selulosa dengan sedikit pengering tipe ini terdiri dari 2 jenis ,
lignin dan hemiselulosa. Hasil analisis yaitu Counter-flow tunnel dan Parallel-
kadar serat tepung berkisar 2,29-5,64%, flow tunnel, dalam Counter-flow tunnel,
sedangkan untuk pati 0,33-2,06%.Secara udara dihembus melalui produk dari
umum pati mengandung serat kasar ujung dimana produk keluar setelah
lebih rendah dibanding tepung karena

9
10

selesai pengeringan, sehingga aliran arah Rendemen


aliran udara berlawanan dengan arah Hasil perhitungan ANAVA
pergerakan produk, dan pada Parallel- menunjukkan bahwa perlakuan jenis
flow tunnel pergerakan produk searah pengering, lama pengeringan yang
dengan aliran udara dalam terowongan digunakan dan interaksi antara keduanya
pengering (wirakartakusumah, 1992) tidak berpengaruh nyata atau tidak
namun pada pengering tunnel yang berbeda nyata. Berikut adalah tabel hasil
digunakan dalam penelitian ini tidak analisis perhitungan rendemen tepung
menggunakan belt konveyor sehingga umbi ganyong: Berikut adalah tabel
pengeringan tidak merata ke seluruh hasil perhitungan rendemen tepung umbi
ruang dalam pengeringan. ganyong

Tabel 5. Nilai Rata-Rata Rendemen Tepung Umbi Ganyong (%)

Lama Pengeringan (B)


Jenis Pengering (A) b1 (5 Jam) b2 (6 Jam) b3 (7 Jam) b4 (8 Jam)

Tunnel Dryer (a1) 16,71 17,63 17,20 18,70


Cabinet Dryer (a2) 16,78 17,09 18,30 17,87

Gambar 3. Grafik Nilai Rata – Rata Rendemen Tepung Umbi Ganyong

19
NIlai rata-rata rendemen (%)

18.5

18

17.5

17 A1 (Tunnel Dryer)

16.5 A2 (Cabinet Dryer)

16

15.5
B1 (5 Jam) B2 (6 Jam) B3 (7 Jam) B4 (8 Jam)
Lama Pengeringan

Berdasarkan hasil perhitungan semakin banyak. Namun, pada


rendemen dapat dilihat pada grafik di penelitian ini umumnya semakin lama
atas dapat dilihat nilai rendemen yang pengeringan yang dilakukan maka
dihasilkan tidak sesuai dengan semakin tinggi rendemen yang
pernyataan (Rizal, 2013), bahwa dihasilkan walaupun kenaikan dan
semakin lama pengeringan yang penurunan rendemen tidak signifikan.
digunakan maka rendemen yang Menurut (Agus, 2010) Kadar
dihasilkan semakin rendah, hal ini air tepung yang dihasilkan pada bahan
disebabkan semakin lama pengeringan dapat mempengaruhi nilai rendemen
maka terjadi penguapan air yang tepung. Semakin tinggi kadar air bahan

10
11

maka semakin rendah nilai rendemen berpengaruh nyata atau tidak berbeda
karena semakin banyak bahan yang nyata. sedangkan untuk jenis pengering
menguap. Kemudian kenaikan dan yang digunakan menunjukkan bahwa
penurunan rendemen yang tidak terdapat pengaruh yang nyata atau
signifikan mungkin disebabkan karena berbeda nyata. Perbedaan jenis
adanya perbedaan perlakuan, seperti pengering terhadap atribut warna tepung
pada proses pengeringan dalam pada umbi ganyong yang berbeda nyata
setiap tray sulit dikendalikan untuk kemudian dilakukan uji lanjut Duncan
memiliki gram yang sama, kemudian yang terdapat pada tabel 6. Berikut
pada proses slice ketebalan dari umbi adalah tabel hasil uji lanjut Duncan
ganyong sulit untuk di kendalikan untuk terhadap respon organoleptik warna
memiliki ketebalan yang sama. pada tepung umbi ganyong.
Rendemen adalah persentase
produk yang didapatkan dari Tabel 6. Pengaruh Jenis Pengering
membandingkan berat awal bahan (A) Terhadap Atribut Warna
dengan berat bahan akhirnya.
Nilai rendemen yang dihasilkan Rata-
Jenis Pengering Taraf
pada penelitian ini lebih tinggi rata
dibandingkan dengan Hasil penelitian Tunnel Dryer (a1) 1,45 A
Nur Richana (2004) yang memperoleh Cabinet Dryer (a2) 1,61 B
rendemen tepung ganyong sebesar
11,43% dan nilai rendemen umbi
Pada data di atas menunjukan
ganyong paling rendah dibanding umbi-
hasil bahwa perlakuan penggunaan jenis
umbian lainnya. Rendahnya rendemen
pengering yang berbeda dapat
tepung ini karena ganyong berserat kasar
mempengaruhi warna dari tepung
yang tinggi dan susah dihaluskan
ganyong hal ini dapat dilihat ketika
sehingga tidak lolos dalam proses
faktor jenis pengering dilakukan uji
pengayakan. lanjut Duncan yang memberikan
pengaruh nyata atau berbeda nyata. Pada
Hasil Uji Organoleptik tunnel dryer memperoleh penilaian dari
Atribut Warna panelis yaitu sebesar 1,45 dimana hal
tersebut menunjukkan bahwa tepung
Hasil perhitungan ANAVA umbi ganyong memiliki warna yang
menunjukkan bahwa perlakuan lama lebih putih dibandingkan menggunakan
pengeringan yang digunakan dan alat cabinet dryer.
interaksi antara keduanya tidak

Tabel 7. Nilai Rata – Rata Nilai Organoleptik Atribut Warna Tepung Ganyong

Lama Pengeringan (B)


Jenis Pengering (A) b1 b2 b3 b4
(5 Jam) (6 Jam) (7 Jam) (8 Jam)
Tunnel Dryer (a1) 1.53 1.61 1,54 1.88

Cabinet Dryer (a2) 1,98 2.00 2.23 2.41

11
12

Gambar 4. Grafik Nilai Rata–Rata Nilai Organoleptik Atribut Warna Umbi


Ganyong

3
NIlai rata-rata atribut Tekstur
2.5

1.5
A1 (Tunnel Dryer)
1 A2 (Cabinet Dryer)
0.5

0
B1 (5 Jam) B2 (6 Jam) B3 (7 Jam) B4 (8 Jam)
Lama Pengeringan

Berdasarkan Tabel 7 dapat Menurut (Aditya, 2012) Pada


diketahui bahwa penilaian panelis tunnel dryer ini berbentuk memanjang
terhadap tepung umbi ganyong dan memiliki dimensi yang lebih besar
berdasarkan parameter warna, dari pada cabinet dryer, sehingga
menunjukkan bahwa tepung yang putih menyebabkan proses pindah massa
lah yang disukai oleh panelis, semakin (difusi air) dan juga pindah panas pada
coklat warna tepung tersebut semakin pengeringan menjadi lebih lama.
tidak disukai panelis. Prinsip kerja alat ini ada
Produk tepung umbi ganyong pengering tunnel dryer lapisan bahan
yang di keringkan dengan jenis dikeringkan pada sebuah nampan yang
pengering tunnel dryer berbeda nyata tersusun secara menumpuk pada proses
dengan sampel yang di keringkan pengangkutan, pergerakan yang terjadi
dengan pengering cabinet dryer dalam semi kontinyu dengan melewati
hal warna, hal ini dapat dikarenakan terowongan yang terisolasi (Gusti ayu,
pengaruh alat pengering yang 2012), pengeringan terowongan dapat
digunakan. digunakan dalam kapasitas besar dan
Skala mutu hedonik yang mengeringkan bahan dengan cepat
digunakan adalah semakin kecil nilai (Fellows, 2000), namun pada
maka semakin baik, dimana nilai 1 pengeringan ini tunnel yang digunakan
menunjukan warna putih dan nilai 5 bersifat batch sehingga pemanasannya
menunjukan warna coklat. Nilai tidak merata ke semua sisi.
terendah hasil penilaian panelis adalah Warna putih dari tepung umbi
1,53 yang dapat didefinisikan warna ganyong ini juga dibantu oleh
putih yaitu pada perlakuan a1b1 penambahan natrium bisulfit, Hal ini
(pengeringan menggunakan alat disebabkan karena natrium bisulfit
pengering tunnel selama 5 jam). bekerja untuk mencegah reaksi
Sedangkan nilai tertinggi panelis adalah pencoklatan pada proses pengolahan
a2b4 (pengeringan menggunakan alat tepung umbi ganyong. Menurut Prayudi
pengering kabinet selama 8 jam) yang (1988), pencegahan reaksi pencoklatan
dapat didefinisikan warna coklat. ini ialah dengan mencegah aktivitas
fenolase itu sendiri.

12
13

Atribut Tekstur digunakan dan interaksi antara keduanya


tidak berpengaruh nyata atau tidak
Hasil perhitungan ANAVA berbeda nyata. Berikut adalah nilai rata-
menunjukkan bahwa perlakuan jenis rata respon organoleptik terhadap tekstur
pengering, lama pengeringan yang pada tepung umbi ganyong.

Tabel 8. Nilai Rata – Rata Nilai Organoleptik Atribut Tekstur Tepung Umbi
Ganyong

Lama Pengeringan (B)


Jenis Pengering (A)
b1 (5 Jam) b2 (6 Jam) b3 (7 Jam) b4 (8 Jam)
Tunnel Dryer (a1) 1.56 1,64 1,56 1,62
Cabinet Dryer (a2) 1,67 1,63 1,59 1,63

Gambar 5. Grafik Nilai Rata – Rata Nilai Organoleptik Atribut Tekstur Tepung
Umbi Ganyong

1.68
NIlai rata-rata atribut Tekstur

1.66
1.64
1.62
1.6
1.58 A1 (Tunnel Dryer)
1.56
A2 (Cabinet Dryer)
1.54
1.52
1.5
B1 (5 Jam) B2 (6 Jam) B3 (7 Jam) B4 (8 Jam)
Lama Pengeringan

Berdasarkan Tabel 8 dapat Tekstur akan mempengaruhi


diketahui bahwa penilaian panelis penilaian terhadap diterima atau
terhadap tepung umbi ganyong tidaknya produk tersebut. Kualitas
berdasarkan parameter tekstur, utama dari tepung ditentukan oleh
menunjukkan perlakuan jenis pengering tekstur. Tekstur tepung yang diinginkan
dengan lama pengeringan tidak adalah yang halus, tidak menggumpal
berpengaruh terhadap tekstur tepung dan memiliki keseragaman ukuran yang
umbi ganyong. sama. penilaian tekstur tepung umbi
Skala mutu hedonik yang ganyong ini dilakukan dengan sentuhan
digunakan adalah semakin kecil nilai kulit (Handfill).
maka semakin baik, dimana nilai 1 Skala mutu hedonik yang
menunjukan semakin halus dan nilai 5 diberikan oleh rata-rata panelis berkisar
menunjukan tekstur kasar. Nilai antara 1,54 – 1,64 dimana skala pada
terendah hasil penilaian panelis adalah rentang tersebut menunjukan bahwa
1,56, namun rata- rata nilai yang tepung tersebut halus. Dilihat dari
diperoleh tidak begitu jauh signifikan. perlakuan lama pengeringan yang

13
14

berbeda dengan alat pengering yang Penentuan Produk Terpilih


berbeda, panelis rata-rata memberikan Menggunakan Uji Scoring
penilaian yang tidak berbeda jauh. Sampel terpilih diperoleh dari
Perlakuan lama pengeringan dan skor penelitian utama dengan hasil
jenis pengering ternyata tidak respon kimia yaitu kadar air, kadar serat
berpengaruh nyata terhadap tingkat kasar, rendemen, serta respon indrawi
kehalusan dari tepung umbi ganyong. menggunakan uji mutu hedonik terhadap
Hal ini sesuai dengan hasil data statistik jenis pengering dan lama pengeringan
menggunakan anava menunjukan tidak yang terdiri dari atribut warna dan
ada pengaruh nyata pada faktor lama tekstur.
pengeringan maupun jenis pengering. Berdasarkan dari data yang
Hal ini diduga karena kadar air diperoleh dari perhitungan
yang terkandung dalam tepung umbi menggunakan kelas interval maka perlu
ganyong pada masing-masing perlakuan ditentukan rentang kelas, banyaknya
sudah sangat rendah, sehingga tidak kelas dan panjang kelas . Dari hasil
menimbulkan perbedaan yang signifikan perhitungan dapat diambil suatu
terhadap penilaiannya. kesimpulan untuk penentuan sampel
terbaik dari penelitian ini, berikut adalah
hasil penentuan sampel terpilih :

Tabel 9. Hasil Penentuan Sampel Terpilih Tepung Umbi Ganyong

Fisik Kimia Indrawi


Perlakuan Kadar Total
Rendemen Kadar Air Warna Tekstur
Serat
A1B1 1 1 1 4 4 11
A1B2 2 2 1 4 2 11
A1B3 1 2 4 4 4 15
A1B4 4 4 2 3 2 15
A2B1 1 2 3 2 1 9
A2B2 1 2 3 1 2 9
A2B3 4 4 4 1 3 16
A2B4 3 4 4 1 2 14

Berdasarkan hasil perhitungan Produk tepung umbi ganyong yang telah


menggunakan kelas interval bahwa dilakukan dan yang terpilih melalui hasil
sampel yang terpilih adalah perlakuan dari repon fisika, respon kimia dan
a2b3 dengan pengeringan menggunakan respon uji organoleptik yaitu produk
jenis pengering Cabinet dryer dan lama tepung umbi ganyong dengan
pengeringan 7 jam.yang kemudian pengeringan menggunakan jenis alat
dilanjutkan dengan pengujian, kadar cabinet dryer dan lama pengeringan
abu, kadar protein, kadar lemak dan selama 7 jam yang kemudian akan diuji
kadar karbohidrat. kadar abu, kadar protein, kadar lemak
dan kadar karbohidrat. Berikut
Hasil Pengujian Proksimat Produk merupakan hasil analisis dari produk
Terpilih tepung umbi ganyong.

14
15

Tabel 10. Hasil Pengujian Mutu Kimia Tepung Umbi Ganyong dengan Jenis
Pengering Cabinet Dryer dan Lama Pengeringan 7 Jam

Parameter Nilai
Kadar Abu (%) 3,67 %
Kadar Protein (%) 0,782 %
Kadar Lemak (%) 2,196 %
Kadar Karbohidrat (%) 89,252 %

Kadar Abu Widowati (2001), yaitu 1,1%. Namun


mendekati dengan penelitian Nur
Berdasarkan hasil analisis kadar Richana (2004) sebesar 0,73%.
abu yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa kadar abu yang terdapat pada Kadar Lemak
produk tepung umbi ganyong dengan
jenis pengering kabinet selama 7 jam, Berdasarkan hasil analisis lemak
yaitu sebesar 3,67 %, sangat tinggi dengan menggunakan metode soxhlet
bahkan lebih tinggi dari penelitian Nur yang telah dilakukan dapat diketahui
richana (2004) sebesar 0,73%, dan bahwa kadar lemak yang terdapat pada
penelitian Widowati (2001), yaitu produk tepung umbi ganyong dengan
berkisar 2,87-3,81 %. Tinggi suhu jenis pengering kabinet dryer selama 7
pengeringan maka kadar abu yang jam yaitu sebesar 2,196 %, sangat
dihasilkan cenderung meningkat. Kadar rendah apabila dibandingkan dengan
abu yang meningkat disebabkan karena penelitian Widowati (2001) yaitu 6,43
suhu pengeringan yang semakin tinggi %.
maka akan semakin banyak air yang Kadar Karbohidrat
diuapkan dari bahan yang dikeringkan.
Menurut Sudarmaji (1989), kadar abu Berdasarkan hasil analisis kadar
tergantung pada jenis bahan, cara karbohidrat dengan menggunakan
pengabuan, waktu dan suhu yang metode by difference dapat diketahui
digunakan saat pengeringan. Kadar abu bahwa kadar karbohidrat yang terdapat
tepung pati ganyong yang dihasilkan pada produk tepung umbi ganyong
belum memenuhi standar SNI 01-6057- dengan jenis pengering kabinet dryer
1999 yaitu maksimal 0,5%. Menurut selama 7 jam yaitu sebesar 89,252%,
Soebito (1988), secara kuantitatif nilai lebih besar apabila dibandingkan dengan
kadar abu yang dihasilkan berasal dari penelitian Widowati (2010) yaitu 84,34.
mineral abu dalam bahan umbi segar,
pemakaian pupuk dan dapat juga berasal KESIMPULAN
dari kontaminasi tanah danudara selama Berdasarkan penelitian pengaruh jenis
pengolahan. pengering dan lama pengeringan
terhadap karakteristik pada tepung umbi
Kadar Protein ganyong yang telah dilaksanakan maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis kadar
protein dengan metode kjedahl yang 1. Berdasarkan hasil penelitian
telah dilakukan dapat diketahui bahwa pendahuluan diperoleh suhu yang
kadar protein yang terdapat pada produk menjadi menjadi acuan untuk
tepung umbi ganyong dengan jenis penelitian utama yaitu suhu 60OC ,
pengering kabinet dryer selama 7 jam, berdasarkan analisis kadar air,
yaitu sebesar 0,782 %, sangat rendah kadar serat dan rendemen.
bahkan lebih rendah dari penelitian

15
16

2. Faktor jenis pengering tidak dan Produksi Fakultas Teknik


berpengaruh terhadap kadar air, Universitas Negeri Semarang
kadar serat, rendemen dan tekstur Antarlina, SS dan J.S. Utomo.1999.
produk tepung umbi ganyong, Proses Pembuatan dan
namun berpengaruh nyata terhadap Penggunaan Tepung Ubi Jalar
uji organoleptik atribut warna. untuk Produk Pangan.
3. Faktor lama pengeringan Balitkabi No. 15~1999 Hal.30-
berpengaruh terhadap kadar air 44.
namun tidak berpengaruh terhadap BKP Propinsi Jawa Timur dan FTP-
kadar serat, rendemen organoleptik UNEJ.2001. Kajian Tepung
warna dan tekstur. Umbi-umbian Lokal Sebagai
4. Faktor interaksi jenis pengering Pangan Olahan. Jember : UNEJ
dan lama pengeringan tidak BSN. 1999. Standar Mutu Tepung
berpengaruh terhadap kadar air, Garut SNI 1-6057-1999.
kadar serat, rendemen organoleptik Budiarto, 2003. Biostatistik untuk
atribut warna dan tekstur. Kedokteran dan Kesehatan
5. Perlakuan terbaik untuk produk Masyarakat. Jakarta: EGC
tepung umbi ganyong ini yaitu Ditjen PPHP. 2012. Kebijakan
dengan pengeringan menggunakan Pengembangan Tepung Lokal
cabinet dryer dan lama pengeringan (Cassava). Direktorat Jenderal
7 jam. dengan hasil analisis kimia Pengolahan dan Pemasaran Hasil
kadar abu 3,67 %, kadar protein Pertanian. Jakarta.
0,782 %, kadar lemak 2,196 %, dan Ekky, dkk (2015). Suhu dan Waktu
kadar karbohidrat 89,252 %. Mempengaruhi Kadar
Karbohidrat dan Serat Kasar
DAFTAR PUSTAKA Pada Cookies Tanah Liat dan
Rumput Laut Merah
Aditya Fajar, Susinggih Wijana, Nur (Kappaphycus Alvareii). Cirebon.
Lailatul Rahmah, 2012. IpS1.ac.id
Pembuatan Tablet Effervescent Elma S, 2014. Karakterisasi
Wortel (Daucus carota L.) Pada Kromosom Tanaman Ganyong
Skala Ganda. Jurusan Teknologi Varietas Umbi Merah dan
Industri Pertanian , Fakultas Umbi Putih Kaliurang, dari
Teknologi Pertanian Universitas Daerah Istimewa Yogyakarta.
Brawijaya. Malang. Program Studi Biologi Fakultas
Agus Slamet, 2010. Pengaruh Sains dan Teknologi Universitas
Perlakuan Pendahuluan Pada Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Pembuatan Tepung Ganyong Yogyakarta
(Canna Edulis) Terhadap Sifat Eni H, dkk, 2011. Karakterisasi Pati
Fisik Dan Amilografi Tepung Ganyong (Canna edulis) dan
Yang Dihasilkan. Program Studi Pemanfaatannya Sebagai
Teknologi Hasil Pertanian, Bahan Pembuatan Cookies dan
Fakultas Agroindustri Universitas Cendol. Jurusan Teknologi
Mercu Buana Yogyakarta Pangan dan Hasil Pertanian,
Ali Fathullah, 2013. Perbedaan Fakultas Teknologi Pertanian,
Brownies Tepung Ganyong Universitas Gajah Mada
Dengan Brownies Tepung Farel H Dkk, 2012. Perancangan Dan
Terigu Ditinjau Dari Kualitas Pengujian Alat Pengering
Inderawi Dan Kandungan Gizi. Kakao Dengan Tipe Cabinet
Skripsi. Jurusan Teknologi Jasa Dryer Untuk Kapasitas 7,5 Kg

16
17

Per-Siklus. Jurnal. Teknik Mesin Lidiasari, E., et al. 2006.Pengaruh


Fakultas Teknik USU Suhu Pengeringan Tepung
Fathir, 2012 .Produksi umbi ganyong Tapai Ubi Kayu Terhadap
di Indonesia. http://arsipku- Mutu Fisik dan Kimia Yang
faathir.blogspot.co.id/2012/02/ga Dihasilkan. Jurnal Teknologi
nyong.html. [diakses 1 november Pertanian. Universitas Sriwijaya,
2016] Sumatera Selatan.
Fellow, A.P. 2000.Food Procession Mayasari. N .2010. Pengaruh
Technology, Principles and Penambahan Larutan Asam
Practise.2nd ed. Woodread Dan Garam Sebagai Upaya
.Pub.Lim. Cambridge. England. Reduksi Oksalat Pada Tepung
Terjemahan Ristanto.W dan Talas (Colocasia Esculenta (L.)
Agus Purnomo Schott). Departemen Teknologi
Gusti Ayu Endang Hartanti (2012). Industri Pertanian. Fakultas
Pengeringan Makanan. Gusti- Teknologi Pertanian. Institut
ayu-endang- Pertanian Bogor. Bogor
hartanti.blogspot.co.id/2012/10/Pe Muchtadi, T.R dan F.
ngeringan-makanan.html?m=1 Ayustaningwarno., 2010.
[Diakses: 12 Januari 2017] Teknologi Proses Pengolahan
Halim, 2013. Jenis-Jenis Alat Pangan .Alfabeta. Bandung.
Pengering. Departemen Teknik Mujumdar (Ed.) 2000. Handbook of
Kimia Fakultas Teknik Industrial Drying, 2nd Ed.,
Universitas Sumatera Utara. Marcel Dekker, New York
Medan Nani, R, dkk. 2010. Perbaikan Mutu
Imam S, dkk. 2016. Kajian Sifat Kimia Dan Diversifikasi Produk
Dan Fisika Tepung Ubi jalar Olahan Umbi Ganyong Dalam
Putih Hasil Pengeringan Cara Rangka Peningkatan Ketahanan
Sangrai. Prodi Teknik Kimia, Pangan, Jurusan Pendidikan
FTI-UAD, Universitas Ahmad Teknik Boga dan Busana. Fakultas
Dahlan Yogyakarta Teknik Universitas Negeri
Jaffarudin J W. 2013. Proses Yogyakarta. Yogyakarta
Pengeringan Bahan Pangan. Nur Richana, Titi C .Sunarti.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Karakterisasi Sifat Fisikokimia
Teknologi Industri Institut Sains Tepung umbi dan tepung pati
dan Teknologi akprind. dari umbi Ganyong, Suweg, Ubi
Yogyakarta kelapa dan Gembili. Bogor :
Lady Stephany, Ir. Choirul anom, MP, Balai Besar penelitian dan
Dian Rahmawati, S. TP. (2013). pengembangan pasca panen
Pemanfaatan Biji Saga Pohon pertanian J Pascapanen 1 2004 [
(Aclenanthera pavonina) Sebagai diakses: 23 juni 2016]
Curd Protein dalam Pembuatan Nurul Ayu S. 2016. Pembuatan
Meat Analog dengan filler Pati Tepung Ubi Jalar Ungu Sebagi
Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) Upaya Diversifikasi Pangan.
Berbagai Varietas. Jurusan https://nurulayusyafitridot3a.word
Teknologi Hasil Pertanian, press.com /2016/11/28 [ Diakses :
Fakultas Pertanian, Universitas 21 Januari 2017 ]
Sebelas Maret. Surakarta. Prayudi, R. J. 1988. Pengaruh
Perlakuan Perendaman
NaHSO3 dan Vitamin C dalam
Mencegah Reaksi Pencoklatan

17
18

Selama Ekstraksi Pati Sagu Susanto, Tri dan Budi Saneto. 1994.
(Metroxylon sp). Fakultas Teknologi Pengolahan Hasil
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor Pertanian. Surabaya : PT Bina
Rachmawan, O. 2001.Pengeringan, Ilmu.
Pendinginan dan Pengemasan Tri L, 2009. Mie Ganyong.
Komoditas Pertanian.Depdiknas. http://webcache.googleusercontent
Jakarta. .com/search?q=-
Ratnaningsih, A.W. Permana, dan N. cache:I_XqW43oI8IJ:repository.w
Richana. 2010. Pembuatan ima.ac.id/7001/2/.id. [Diakses 30
Tepung Komposit dari jagung, Oktober 2016]
Ubi kayu, Ubi jalar dan Terigu Widowati, R. 2000. Bercocok Tanam
(Lokal dan Impor) untuk Ubi Jalar. Liptan174/20.
Produk Mi. Prosiding Pekan Samarinda.
Serealia Nasional, Balai Besar Widya Dwi, dkk 2012. Aplikasi Metode
Penelitian dan Pengembangan Modifikasi Panas Lembab
Pascapanen Pertanian.ISBN : 978- untuk Sintesis Tepung Ubi Jalar
979-8940-29-3. dengan Karakteristik
Riwanto, M.P. 2016. Uji Kinerja Alat Antioksidan sebagai Bahan
Pengering Mekanis Tipe Rak Baku Pangan Non Terigu Non
Untuk Mengeringkan Stick Beras. Jurnal pangan. Fakultas
Singkong. Fakultas Pertanian Teknologi Pertanian. Universitas
Universitas Lampung Bandar Brawijaya
Lampung Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan
Rizal, S. 2013. Pengaruh konsentrasi dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Natrium Bisulfit dan Suhu Utama, Jakarta.
Pengeringan Terhadap Sifat Wirakartakusumah.Aman. 1992,
Fisik-Kimia Tepung Biji Peralatan Dan Unit Proses
Nangka (Artocarpus Industri Pangan, Institut Pertanian
heterophyllus). Jurusan Bogor, Bogor
keteknikan Pertanian. Fakultas Yuniarti P W, T.D Sulistiyawati dan E.
Teknologi Pertanian. Universitas Supriyatno. 2013. Pengaruh Suhu
Brawijaya; Malang Pengeringan Vakum Terhadap
Soebito, S 1988. Analisis Farmasi. Kualitas Serbuk Albumin Ikan
Gajah Mada University Press, Gabus (Ophiocephalis Striatus ).
Yogyakarta Jurnal THPI Student
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian,
Yogyakarta : Liberti

18

Anda mungkin juga menyukai