Anda di halaman 1dari 1

Nama : ALIF KURNIAWAN NASUTION

NPM : B1A017130
MK : METODE PENULISAN HUKUM

KORELASI FENOTIPE MASYARAKAT TERHADAP HUTAN LINDUNG LIKU 9


DENGAN TINJAUAN YURIDIS

A. Latar belakang
Hutan lindung merupakan suatu istilah dari suatu hutan yang dilindungi
kelestariannya agar terhindar dari kerusakan yang dibuat oleh manusia, tetap berjalan
sesuai fungsi ekologisnya dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Saat
mendengar kata hutan lindung tersirat suatu maksud bahwa hutan lindung dapat
ditetapkan di wilayah dataran tinggi sebagai wilayah tangkapan hujan (catchment
area), di sepanjang aliran sungai, maupun berada pada tepi-tepi pantai (UU RI no
41/1999). Aset utama dari hutan lindung ini adalah pepohonan yang berdiri sebagai
penghalang untuk menurunkan gerakan massa seperti batu karang, erosi, longsoran
tanah, aliran puing, dan banjir. Efek perlindungan dari hutan lindung ini hanya dapat
dipastikan jika tata kelola sistem silvikultur yang digunakan ketahanannya tidak
memberikan dampak buruk yang signifikan terhadap lingkungan sekitar.
Total luasan HL di Bengkulu berdasarkan SK Menhut No 748/Menhut-II/2012
adalah 250.748,5 Ha. Meliputi 32.712,6 ha di Bengkulu Selatan, di Bengkulu Utara
(40.824,6 ha), Lebong (17.550,7 ha), Kepahiang (8.562 ha), Seluma (66.533 ha),
Rejang Lebong (20.819,9 ha), Bengkulu Tengah (19.122,4 ha), dan Kaur (44.593 ha).
Namun, berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu, total luas kawasan HL
yang diberi hak pengelolaan hutan desa (HPHD) dan izin usaha pemanfaatan hutan
kemasyarakatan (IUPHKm) hingga akhir 2015 relatif rendah. Baru mencapai
11.455,66 ha atau 16,3 persen dari total luasan potensi yang tersedia.
Urgensi dari penelitian ini ialah, korelasi antara masyarakat terhadap hutan
lindung yang berada di liku 9 provinsi Bengkulu. Hal ini perlu di tinjau karena,
mayoritas penduduk disana membangun usaha, mulai dari tempat wisata dan lainnya.
Hal ini tentu menjadi urgensi karena usaha tersbut dapat menggangu esensi dari hutan
lindung tersebut. Maka dari itu penelitian ini harus dilanjutkan agar mengetahui
dampak apa saja yang ada dan tentunya regulasi terhadap usaha disana
Seperti yang di ketahui usaha yang ada di kawasan hutan lindung liku 9 bukan
menjadi minoritas lagi tetapi sudah mayoritas. Pembangunan di kawasan tersebut juga
dapat menjadi suatu masalah, terutama masalah keselamatan. Usaha yang di bangun
oleh penduduk di sekitar merupakan bangunan semi permanen dan berada di sekitaran
jurang, yang sewaktu-waktu dapat amblas ke bawah.
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu supaya kita semua mengetahui
korelasi fenotipe masyarakat terhadap hutan lindung, dan bagaimana regulasi hutan
lindung yang ada.

Anda mungkin juga menyukai