Uji Kekerabatan
Uji Kekerabatan
UJI KEKERABATAN
TLM – II A
Makalah ini disusun dalam hal tugas Mata Kuliah Forensik dan Aplikasi PCR.
Atas tersusunnya makalah ini, penulis ucapkan terima kasih kepada :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Uji Paternitas
A. Pengertian
Penentuan kekerabatan seseorang dengan ayah dan ibunya dapat
dilakukan dengan melihat pola DNA yang dimiliki. Tes paternitas adalah tes
DNA untuk menentukan apakah seorang pria adalah ayah biologis dari
seorang anak. Tes maternitas adalah untuk menentukan apakah seorang
wanita adalah ibu biologis dari seorang anak. Jika pola DNA dari orang tua
dan anak cocok, maka orang tua dapat ditetapkan dengan kepastian lebih
besar dari 99.999%.
2
- Pemeriksaan leukosit menggunakan HLA (Human Leukocyte
Antigen).
b. Dan tes dengan metode forensik molekuler yaitu dengan tes DNA.
C. Tujuan Uji Kekerabatan
1. Tujuan utama :
a. Menetapkan riwayat medis yang akurat untuk anak
b. Mencegah perselisihan dalam adopsi
c. Membuat catatan dalam imigrasi
d. Menumbuhkan ketenangan pikiran bagi semua pihak yang terlibat
e. Untuk mendapatkan tunjangan anak
f. Untuk menetukan ayah kandung atau ibu kandung
2. Umumnya uji DNA digunakan untuk
a. seorang wanita mencari dukungan anak dari pria yang menyangkal
ayah anak tersebut
b. seorang pria yanga berusaha memenangkan perwalian atau
kunjungan
c. anak angkat yang mencari keluarga biologis
d. orang yang berusaha mengidentifikasi salah satu orang tua ketika
orang tua lainnya tidak ada atau meninggal, atau ingin
mengidentifikasi kerabat yang hilang
e. orang yang ingin mengetahui kakek neneknya, hak waris, kembar
identik atau saudaranya
f. orang yang mencari ke suatu negara dengan alasan bahwa ia adalah
kerabat dari warga negara tersebut, atau seseorang yang mencari
pembuktian hak lahir
g. mereka yang telah menerima hasil yang tidak meyakinkan dari
metode lain atau menginginkan pendapat kedua
h. kasus-kasus kriminal seperti pemerkosaan, pembunuhan dan inses
(hubungan sedarah)
3
D. Kerja tes DNA
1. tes didasarkan pada prisip pewarisan. Seorang anak mendapat setengah
susunan genetik dari ibu dan setengah dari ayah
2. tes diungkapkan berdasarkan sejumlah kontrol dari penanda genetik
(genetic markers) dari semua pihak. Penanda genetik yang diwariskan
antara anak dan ibu yang pertama ditentukan. Kemudian untuk
menentukan paternitas atau ayah, penanda anak yang tersisa
dibandingkan dengan yang diduga ayah. Jika pria tersebut memang ayah
biologis, semua penanda yang tidak cocok dengan ibu harus cocok
dengan yang diduga ayah. Jika penanda anak yang tersisa cocok dengan
yang diduga ayah, maka bukti diberikan bahwa ia adalah ayah biologis
anak tersebut. Jika tidak cocok, maka ia bukan sebagai ayah kandung dari
anak tersebut.
3. Ketika ibu tidak dilakukan pengujian, kumpulan penanda dari kontrol
(control markers) yang lebih besar terungkap dari diduga ayah dan anak.
Jika tanda-tanda ini menunjukkan bahwa di duga ayah itu berkontribusi
setengah dari susunan genetik anak, ia dinyatakan sebagai ayah biologis
dari anak tersebut. Jika penanda yang ditemukan tidak cocok antara
diduga ayah dan anak anak, maka diduga ayah tersebut ditetapkan bukan
ayah biologis dari anak tersebut.
4. Hasil dapat dikirim ke alamat rumah apabila tidak memerlukan hasil
yang dikatan secara hukum
E. Asal sampel yang dibutuhkan
1. Uji paternitas : ibu, anak, dan diduga ayah
2. Uji paternitas tanpa ibu : anak dan diduga ayah
3. Uji paternitas sebelum kelahiran : Aminocentesis CVS dari ibu, janin,
dan ayah yang diduga
4. Absent yang diduga ayah : ibu, anak, kedua orang tua dari ayah (kakek-
nenek)
5. Persaudaraan : dua saudara kandung, ibu (jika ada)
6. Kembar identik : satu set kembar
4
7. Deteksi sperma : satu sampel pakaian
8. Kebeneran pernikahan : kontrol sampel dari dua orang
9. Forensik : satu sampel bukti, satu sampel tersangka, satu sampel korban
(jika ada)
F. Prinsip
Tes DNA dilakukan dengan mengambil sampel bukal air liur (saliva)
atau darah dari anak dan ayah yang diduga. Bersama dengan formulir yang
diperlukan, sampel dikirim ke laboratorium untuk ekstraksi dan pemrosesan
DNA.
1. Pengumpulan Sampel : swab sampel bukal atau darah yang berasal dari
anak dan diduga ayah menggunakan swab steril yang telah disediakan
2. Pengiriman : sampel dan formulir yang telah lengkap dikirim ke
laboratorium untuk tes DNA
3. Pemeriksaan Laboratorium : sampel yang telah tersedia, diidentifikasi
dengan melacak nomor dan kode unik dan ditetapkan sebagai file rahasia.
4. Ekstraksi DNA : DNA diekstraksi dari sampel yang telah diambil dari
anak dan orang tua. Dengan menambahkan phenol-kloroform pada
ekstraksi DNA
5. Profil DNA : perbandingan profil DNA diproleh dengan menggunakan
PCR atau RFLP
6. Korelasi DNA : identifikasi penanda genetik yang serupa dan tidak
serupa dan hasil tes.
5
2. Tes DNA dengan STR
Penanda STR (STR marker) merupakan lokus DNA polimorfik
yang mengandung urutan nukleotida berulang. Unit pengulangan STR
bisa terdiri dari dua hingga tujuh nukleotida. Jumlah nukleotida per unit
berulang adalah sama dengan pengulangan dalam lokus STR. Jumlah
unit berulang di lokus STR mungkin berbeda, sehingga alel dengan
panjang yang berbeda dapat terjadi. Oleh karena itu, lokus STR
polimorfik sangat berguna untuk identifikasi. Lokus STR di amplifikasi
menggunakan PCR dan produk hasil PCR kemudian dianalisis dengan
elektroforesis untuk memisahkan alel sesuai dengan ukuran. Alel STR
dapat dibaca berupa print out dari electropherogram.
H. Prosedur Kerja (Jurnal Tes DNA Kasus Paternitas dari Polda Metro
Jaya di Laboratorium DNA PUSDOKKES Polri)
a) Tahap Eksaminasi I
Pada tahapan ini, di lakukan prosedur pemeriksaan dan penga-
mbilan sampel evidence atau target. Urutan evidence yaitu sampel target
terduga ayah dengan nomor (1) dan sampel ibu biologis dengan nomor
(2). Langkah berikutnya yaitu tip dari buccal swab stick (1) yang pertama
dan kedua dipindahkan ke dalam tube 2ml yang telah dipersiapkan dan
diberi nomor sampel, lalu tube ditutup rapat. Sarung tangan diganti, lalu
tangan kembali disemprot menggunakan bleach 10%, kemudian etanol
6
70%. Ulangi untuk tip dari buccal swab stick (2) yang pertama dan
kedua.
b) Tahap Eksaminasi II
Pada tahapan ini, selanjutnya dilakukan prosedur pemeriksaan dan
pengambilan sampel reference atau pembanding. Langkah berikutnya
yaitu tip dari buccal swab stick (3) yang pertama dan kedua dipindahkan
ke dalam tube 2 ml yang telah dipersiapkan dan diberi nomor sampel,
lalu tube ditutup rapat.
c) Tahap Ekstraksi
d) Tahap Kuantifikasi
7
sebanyak 12,5 µl ke dalam tube steril. Quantifiler Mix sebanyak 23 µl
dimasukkan ke dalam setiap tube. Tube kemudian di-vortex selama 10
detik untuk memastikan seluruh reagen sudah tercampur rata. Sampel
DNA yang akan diidentifikasi kemudian dimasukkan ke dalam tube
sebanyak 2 µl kemudian ditambahkan 2 µl Buffer TE. Tube berisi sampel
dan reagen disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama satu menit
untuk menghilangkan gelembung yang ada pada tube. Sampel DNA
kemudian diproses dengan mesin 7500 Real-Time PCR System.
e) Tahap Amplifikasi
8
Formamide ditambahkan sebanyak 15 µl ke dalam well. Sampel
dimasukkan ke dalam setiap well sebanyak 1µl. Reaction plate kemudian
ditutup dengan 96-well separator. Reaction plate disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selama 1 menit. Reaction plate diproses denaturasi
dengan thermal cycler dengan suhu 95°C, kemudian reaction plate
dimasukkan ke dalam freezer selama tiga menit.
g) Analisis Data
9
Hasil Proyeksi Electroforegram
10
Tabel Proyeksi Kecocokan Alel
11
2.2 Identifikasi Sisa Tubuh Manusia
Menentukan identitas atau jati diri seorang korban tindak pidana yang
berakibat fatal, relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan penentuan jati diri
tersangka pelaku kejahatan. Hal tersebut, karena pada penentuan jati diri
tersangka pelaku kajahatan semata-mata didasarkan pada penentuan secara visual,
yang sudah tentu dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga hasil yang dicapai tidak
memenuhi harapan.
1. Metode Visual
Dengan memperhatikan korban dengan cermat, terutama wajahnya oleh
pihak keluarga atau rekan dekatnya, maka jati diri korban dapat diketahui.
Walaupun metode ini sederhana, untuk mendapat hasil yang diharapkan,
perlu diketahui bahwa metode ini baru dapat dilakukan bila keadaan tubuh
dan terutama wajah korban masih dalam keadaan baik dan belum terjadi
pembusukan berlanjut.
Selai itu juga diperhatikan faktor psikologis, emosi, serta latar belakang
pendidikan karena faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Juga perlu diingat bahwa manusia mudah terpengaruh oleh sugesti,
khususnya dari pihak penyidik.
2. Pakaian
Pencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode, serta
adanya berbagai tulisan seperti : merek pakaian, penjahit, laundry atau insial
nama, dapat memberikan informasi yang berharga, milik siapakh pakaian
tersebut. Bagi korban yang tidak dikenal, menyimpan pakaian secara
keseluruhan atau potong-potongan dengan ukuran 10 cm X 10 cm merupakan
tindakan yang tepat agar korban masih dapat dikenalo walaupun tubuhnya
telah dikubur.
3. Perhiasan
Anting-anting, kalung, gelang, serta cincin yang ada pada tubuh korban,
khususnya bila pada perhiasan itu terdapat inisial nama seseorang yang
12
biasanya terdapat pada bagian dalam dari gelang atau cincin, akan
menentukan identitas korban. Mengingat kepentingan tersebut, penyimpanan
dari perhiasan harus dilakukan dengan baik.
4. Dokumen
Kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, paspor, kartu pelajar,
kartu golongan darah, tanda pembayaran, dan lain sebagainya yang
ditemukan dalam dompet atau tas korban dapat menunjukkan jati diri korban.
, dapat Khusus pada kecelakaan masal, perlu diingat akan kebiasaan
seseorang dalam menaruh dompet atau tasnya. Pada pria dompet biasanya
terdapat dalam saku baju atau celana, sedangkan pada wanita tas biasanya
dipegang sehingga pada kecelakan massal tas seseorang dapat terlmpar atau
sampai pada orang lain yang bukan pemiliknya. Jika hal ini tidak
diperhatikan, kekeliruan identitas dapat terjadi khususnya bila kondisi korban
sudah busuk atau rusak.
5. Medis
Pemeriksaan fisik secara keseluruhan, yang meliputi bentuk tubuh,
tinggi dan berat badan, warna tirai mata, adanya cacat tubuh, serta kelainan
bawaan, jaringan parut bekas operasi serta adanya tatto dapat memastikan
siapa jati diri korban.
Pada beberapa keadaan khusus, tidak jarang harus dilakukan
pemeriksaan radiologis, yaitu untuk mengetahui keadaan satura, bekas patah
tulang atau pen serta pasak yang dipakai pada perawatan penderita patah
tulang.
6. Gigi
Bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang.
Sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang
yang identik pada dua orang yang berbeda. Hal ini menjadikan pemeriksaan
gigi mempunyai nilai yang tinggi dalam penentuan jati diri seseorang.
Pemeriksaan atas gigi ini menjadi lebih pentinh lagi bila keadaan
korban sudah rusak atau membusuk, dimana dalam keadaan tersebut
13
pemeriksaan sidik jari tidak dapat dilakukan, sehingga dapat dikatakan gigi
merupakan pengganti dari sidik jari.
Satu keterbatasan pemanfaatan gigi sebagai sarana identitias adalah
belum meratanya sarana untuk pemeriksaan gigi, demikian denga
pendataannya (dental record), karena pemeriksaan gigi masih merupakan hal
yang mewah bagi kebanyakan rakyat Indonesia.
Dengan demikian, pemeriksaan gigi sifatnya lebih selektif.
7. Sidik Jari
Dapat diakataan bahwa tdak ada dua orang yang mempunyai sidik jari
yang sama. Walaupun kedua orang tersebut kembar satu telur. Atas dasar ini,
sidik jari merupakan serana yang terpenting khususnya bagi kepolisian di
dalam mengetahui jati diri seseorang, oleh karena selain kekhususannya.
Pemeriksaan sidik jari juga mudah dilakukan secara masal dan murah
pembiayaannya. Walaupum pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan oleh
dokter, namun dokter masih mempunyai kewajiban, yaitu untuk
mengambilkan (mencetak) sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang
tewas dan keadaan mayatnya telah membusuk.
Teknik pengembangan sidik jari pada jari telah keriput, serta mencopot
kulit ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya pada jari yang
sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan pengambilan sidik jari,
merupakan prosedur yang harus diketahui dokter.
8. Serologi
Penentuan golongan darah yang diambil baik dari dalam tubuh korban,
maupun bercak darah yang berasal dari bercak yang terdapat pada pakaian,
akan dapat mengetahui mengetahui golongan darah sikorban. Dan bila orang
yang diperiksa itu termasuk golongan sekretor (penentuan golongan darah
dapat dilakukan dari seluruh cairan tubuh), pemeriksaan ini selain untuk
menentukan jati diri seseorang dalam arti sempit, akan bermanfaat pula di
dalam membantu penyidikan; misalnya pada kasus pemerkosaan, tabrak lari,
serta kasusu bayi yang tetukar dan penentuan bercak darah milik siapa yang
14
terdapat pada senjata dan pada pakaian tersangka pelaku kejahatan di dalam
kasus pembunuhan.
9. Eksklusi
Metode ini umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak terdapat
korban (kecelakaan masal), seperti peristiwa tabrakan kapal udara, kereta api,
atau angkutan lainnya yang membawa banyak penumpang.
Dari dafter penumpang (passanger list), pesawat terbang akan dapat
diketahun siapa saja yang menjadi korban.
Bila dari sekian banyak korban tinggal satu yang belum dapat dikanali
oleh karena keadan mayatnya sudah sedemikian rusaknya; atas bantuan dafter
penumpang tadi, akan dapat diketahui siapa nama korban lain yang sudah
diketahui identitasnya.
a. Panggul
Dari pemeriksaan panggul secara tersendiri tanpa pemeriksaan lain, jenis
kelamin sudah dapat di tentukan pada sekitar 90 persen kasus (Washburn,
1984; Korgman, 1962).
Indeks iskium-pubis pada wanita 15 persen lebih besar dari pria, ini
terdapat pada lebih dari 90 persen wanita. Indeks tersebut diukur dari
iksium dan pubis dari titik tempat mereka bertemu pada asetabulum.
15
b. Tengkorak
Diperlukan penelitian dari berbagai data ciri-ciri yang terdapat pada
tengkorak tersebut. Ciri utama adalah tonjolan diatas orbita (supraorbita
ridges); prosesus mastoideus; palatum; serta bentuk rongga mata dan
rahang bawah.
Ciri-ciri tersebut akan tampak jelas setelah usia 14 – 16 tahun. Menurut
Krogman ketepatan penentuan jenis kelamin atas dasar pemeriksaan
tengkorak dewasa adalah 90 persen.anita.
c. Tulang dada
Rasio panjang dari manubrium sterni dan korpus sterni menentukan jenis
kelamin. Pada wanita manubrium sterni melebihi separuh panjang korpus
sterni; dan ini mempunyai ketepatan sekitar 80 persen (Iordanidis, 1961).
d. Tulang panjang
Pria pada umumnya memiliki tulang yang lebih panjang, lebih berat, dan
lebih kasar, serta impresinya lebih banyak
Bahan pemeriksaan dapat diambil dari kulit, leukosit, sel selaput lendir,
pipi bagian dalam, sel rawan, korteks kelenjar suprarenalis, dan cairan
amnion.
16
Metode yang praktis untuk kepentingan kedokteran forensik adalah
pemeriksaan biopsi kulit. Digunakan fiksasi : merkuri-klorida setengah jenuh
dalam 15% formol-saline.
Cara lain yaitu dengan pemeriksaan atas sel PMN leukosit, yaitu
melihat adanya bentuk drumstick. Kemungkinan dijumpainya drumstick pada
wanita lebih banyak dibanding pria. Adapun cara penafsirannya sebagai
berikut :
B. Penentuan Usia
Untuk kepentingan menghadapi kasus forensik, penentuan atau lebih
tepatnya perkiraan usia, dibagi dalam tiga fase yaitu bayi yang baru
dilahirkan, anak-anak dan dewasa sampai usia 30 tahun, dan dewasa di atas
30 tahun.
1. Bayi yang baru dilahirkan
Perkiraan usia bayi sangat penting bila dikaitkan dengan kasus
pembunuhan anak, dalam hal ini penentuan usia kehamilan (maturitas)
dan viabilitas. Kriteria yang umum dipakai adalah berat badan, tinggi
badan, dan pusat penulangan. Tinggi badan mempunyai nilai lebih, bila
dibandingkan dengan berat badan didalam hal perkiraan usia.
17
Pemeriksaan dengan sinar-X dapat membantu untuk menilai timbulnya
epifises dan fusinya dengan diafesis.
18
Tulang paha (femur), menunjukkan 27 persen dari tinggi badan
Tulang kering (tibia), 22 persen dari tinggi badan
Tulang lengan atas (humerus), 35 persen dari tinggi badan
Tulang belakang, 35 persen dari tinggi badan.
19
Metode yang dipakai untuk mengetahui perkiraan usia tulang adalah
sebagai berikut :
1. Penetuan kandungan nitrogen
Dengan metode mikro-Kjeldhal
Nitogen lebih besar dari 3 1/2 gram per sentimeter berarti usia tulang/
saat kematian kurang dari 50 tahun
Nitrogen lebih besar dari 2 ½
gram per sentimeter, berarti usia tulang/
saat kematian kurang dari 350 tahun
2. Penentuan kandungan asam-amino
Dengan metode kromatografi lapisan tipis (TLC)
Bila usia/ saat kematian kurang dari 70-100 tahun, akan didapatkan 7
jenis asam amino atau lebih
Bila hanya didapatkan proline dan hidroksi proline, perkiraan usia/
saat kematian kurang dari 50 tahun.
3. Reaksi benzidine
Yang dipakai campuran benzidin-peroksida
Reaksi negatif, penilaian lebih berarti
Reaksi negatif menyingkirkan bahwa tulang masih baru
Reaksi negatif, usia tulang/ saat kematian sampai 150 tahun
Reaksi dapat dipakai pada tulang yang utuh atau serbuk.
4. Fluoresensi dengan sinar ultraviolet
Fluoresensi positif pada tulang yang baru sampai 100 tahun
Usia tulang/ saat kematian 500-800 tahun, fluoresensi akan
menghilang.
5. Imunologi
Aktivitas imunologik ditentukan dengan metode gel-diffusion
technique dengan anti-human serum
Aktivitas akan menurun setelah 5 tahun, dengan limit waktu pada 10
tahun dan kurang dari 20 tahun.
20
Kesimpulan dari perkiraan usia tulang
Tulangnya yang masih baru (modern bone), mempunyai ciri :
Kandungan nitrogen sebesar 3,5 gram atau lebih
Mengandung sekurang-kurangnya 7jenis asam amino
Fluoresensi menyeluruh pada penampang tulang
Bila ada aktivitas imunologik, usia/ saat kematian kurang dari 20 tahun,
mungkin 5 tahun atau kurang dari 5 tahun.
E. Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut dalam kasus kriminal dapat membantu
pengungkapan kasus, yaitu dalam hal :
Identifikasi senjata yang dipakai, bila pada senjata tersebut melekat
rambut dari korban
Kasus tabrak lari, danya rambut yang melekat pada kendaraan penabrak
yang identik dengan rambut korban
Dalam kasus kejahatan seksual, rambut yang terlepas dari si pelaku dapat
dijumpai pada tubuh korban.
Kejelasan yang diharapkan pada pemeriksaan rambut
1. Bila memang rambut, rambut manusia atau hewan
2. Bila rambut manusia, dari bagian mana rambut tersebut
3. Apakah rambut tersebut dari pria atau wanita
4. Apakah rambut tersebut diberi zat pewarna
5. Apakah lepasnya rambut secara alamiah atau dipaksa
6. Bila terpotong, apakah dengan benda tajam atau benda tumpul
7. Perkiraan usia si pemilik rambut
Catatan tentang rambut
1. Rambut manusia tidak unik, lain halnya dengan sidik jari
2. Rambut terdiri dari akar, tangkai, dan ujung rambut
3. Rambut dari alis biasanya kaku, berbentuk segitiga
4. Ras yang berbeada akan membedakan rambut dalam hal warna, tekstur,
ukuran, fluktuasi dari diameter, ketebalan bagian korteks, ukuran dan
distribusi dari butir-butir pigmen serta ukuran penampang melintang
21
5. Secara mikroskopis, bagian tengah disebut medulla yang berisi sel-sel
udara, korteks yang mengandung butiran pigmen yang memberi warna
dan fusi kortikal (rongga yang berisi udara), kulit dan sisik yang
merupakan bagian paling luar dari rambut.
22
(Gambar Pola Sidik Jari Manusia)
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
24
Daftar Pustaka
Rakhmiana. 2013. Jurnal Analisis DNA pada Lokus D1S8) untuk Uji
Paternitas/Maternitas pada Sampel Etnis Melayu, Dayak dan Tionghoa di
Kota Pontianak. Pontianak :Universitas Tanjung Pura
Virnarenta, Elsa. Dkk. 2018. Jurnal Teknik Tes DNA Kasus Paternitas dari Polda
Metro Jaya di Laboratorium DNA PUSDOKKES Polri. Lampung :
Universitas Lampung
25