Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya

rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.

Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami

perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya

tidak ada (Yusuf dkk, 2015).


B. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan.
2. Faktor sosiokultural.
3. Faktor biologis.
4. Faktor psikologis.
5. Faktor genetik dan pola asuh.
b. Faktor Presipitasi
1. Perilaku
Menurut Rawkins dan Heacock, mencoba memecahkan

masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang

individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar untuk unsur bio-

psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima

dimensi yaitu:
a) Dimensi fisik
b) Dimensi emosional
c) Dimensi intelektual
d) Dimensi sosial
e) Dimensi spiritual
C. Klasifikasi Halusinasi
Klasifikasi Halusinasi (Yusuf,Ah dkk, 2015)

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
dengar/suara sendiri. atau kegaduhan
 Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
sebab. mengajak bercakap-
 Mengarahkan telinga cakap.
ke arah tertentu.  Mendengar suara
 Menutup telinga. menyuruh melakukan
sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi  Menunjuk-nunjuk ke  Melihat bayangan,
penglihatan arah tertentu. sinar, bentuk geometris,
 Ketakutan pada bentuk kartun, melihat
sesuatu yang tidak hantu, atau monster.
jelas.
Halusinasi  Mencium seperti  Membaui bau-bauan
penciuman sedang membaui seperti bau darah,
bau-bauan tertentu. urine, feses, dan
 Menutup hidung. kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
Halusinasi  Sering meludah.  Merasakan rasa seperti
pengecapan  Muntah. darah, urine, atau feses.
Halusinasi  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada
perabaan permukaan kulit. serangga di permukaan
kulit.
 Merasa seperti
tersengat listrik.

D. Proses Terjadinya Halusinasi


Menurut Kusumawati Farida, (2010) halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu
sebagai berikut :
a. Fase Pertama (fase comforting atau menyenangkan)
1) Klien bicara sendiri, senyum-senyum sendiri.
2) Gerakan mata cepat.
3) Menggerakkan bibir tanpa sebab.
4) Respon verbal yang lambat.
b. Fase Kedua (fase condemming atau ansietas berat)
1) Pengalaman sensori yang sangat menjijikan dan menakutkan.
2) Klien sering terlihat melamun dan kecemasan meningkat.
3) Klien tidak ingin orang lain tahu terhadap hal-hal yang dianggap nyata

tetapi tidak nyata pada halusinasinya.


4) Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
5) Meningkatkan tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan

denyut jantung dan tekanan darah.


c. Fase Ketiga (fase controlling atau ansietas berat)
1) Isi halusinasi klien semakin menonjol menguasai dan mengontrol klien :

kemauan klien dikendalikan oleh halusinasinya.


2) Tanda-tanda fisik berapa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu

memenuhi perintah.
d. Fase Keempat (fase conquering atau panik)
1) Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi

klien.
2) Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol.
3) Tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan :

klien terlihat tidak mampu merespon lebih dari satu orang.


E. Tanda Dan Gejala Halusinasi
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
5. Sulit berhubungan dengan orang lain.
6. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
7. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
8. Tidak dapat mengurus diri.
9. Biasa terdapat disorintasi waktu, tempat dan orang.
F. Rentang Respon Neurobiologi

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan


(pikiran kotor) pikir/delusi
Persepsi akurat
Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten
dengan Reaksi emosi Prilaku
pengalaman berlebihan atau disorganisasi
kurang
Perilaku sesuai Isolasi sosial
Perilaku aneh dan
Hubungan sosial tidak biasa
Menarik diri
Rentang Respon Neurobiologis (menurut Stuart dan Sundeen dalam buku

Mukhripah dkk, 2012).

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya

yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika

menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon

adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan

lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan

yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.


3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon

maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal

yang tidak realiata atau tidak ada.


3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi sendirian yang dialami oleh individu dan

diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan

yang negatif mengancam.


G. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial : Menarik Diri

H. Asuhan Keperawatan Halusinasi


1. Pengkajian
Menurut Keliat (2012), pada proses pengkajian, data penting yang perlu
didapat adalah sebagai berikut.
a. Jenis dan Isi Halusinasi
Berikut ini adalah jenis halusinasi menurut data objektif dan

subjektifnya. Data objektif dapat dikaji dengan cara mengobservasi perilaku

pasien, sedangkan data subjektif dapat dikaji dengan melakukan wawancara

dengan pasien. Melalui data ini, perawat dapat mengetahui isi halusinasi

pasien.
b. Waktu, Frekuensi, dan Situasi Yang Menyebabkan Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya

halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Jika mungkin

jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya

sesekali? Situasi terjadinya, apakah jika sedang sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu? Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus

pada waktu terjadinya halusinasi dan untuk menghindari situasi yang

menyebabkan munculnya halusinasi sehingga pasien tidak larut dengan

halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi, tindakan

untuk mencegah terjadinya halusinasi dapat direncanakan.


c. Respons Halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu

muncul, perawat dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan atau

tindakan pasien saat halusinasi terjadi. Perawat dapat juga menanyakan

kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien atau dengan

mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi muncul.


2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Gangguan TUM: 1. Klien menunjukkan 3.1Bina hubungan saling
Klien dapat tanda-tanda percaya percaya menggunakan
sensori
mengontrol kepada perawat : prinsip komunikasi
persepsi : halusinasi yang - Ekspresi wajah terapeutik:
dialaminya. a. Sapa klien dengan
Halusinasi bersahabat
TUK 1: ramah baik verbal
- Menunjukkan rasa
Klien dapat maupun non verbal
senang b. Perkenalan nama,
membina - Ada kontak mata nama panggilan, dan
hubungan saling - Mau berjabat tujuan perawat
tangan berkenalan
percaya.
- Mau menyebutkan c. Tanyakan nama
nama lengkap klien dan
- Mau menjawab nama panggilan yang
salam disukai klien
- Mau duduk d. Buat kontrak dengan
jelas
berdampingan
e. Jujur dan menepati
dengan perawat janji
- Bersedia f. Tunjukkan sikap
mengungkapkan empati dan
masalah yang menerima klien apa
dihadapi adanya.
g. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian kebutuhan
dasar klien
h. Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien
i. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
TUK 2: 3.2Klien mampu 1. Adakan kontak
Klien dapat menyebutkan: sering dan singkat
mengenal - Isi secara bertahap
halusinasinya - Waktu 2. Observasi tingkah
- Frekuensi laku klien terkait
- Situasi dan dengan
kondisi yang halusinasinya jika
menimbulkan menemukan klien
halusinasi yang sedang
halusinasi :
a. Tanyakan pakah
klien mengalami
sesuatu
b. Jika klien
menjawab iya
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
c. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mengalami
hal tersebut namun
perawat sendiri
tidak
mengalaminya
d. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal
yang sama
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
jika klien tidak
sedang
berhalusinasi
klarifikasi tentang
adanya
pengalaman
halusinasi ,
diskusikan dengan
klien :
-Isi, waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
-Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
3. Klien mampu 1. Diskusikan dengan
menyatakan klien apa yang
perasaan dan dirasakan jika terjadi
responnya saat halusinasi dan beri
kesempatan untuk
mengalami
mengungkapkan
halusinya : persaannya
- Marah 2. Diskusikan dengan
- Takut klien apa yang
- Sedih dilakukan untuk
- Senang mengatasi perasaan
- Cemas tersebut
- Jengkel 3. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati
halusinasinya
TUK 3: 3.1 Klien mampu 1. Identifikasi bersama
Klien dapat menyebutkan klien cara atau
mengontrol tindakan yang tindakan yang
halusinasinya biasanya dilakukan dilakukan jika
untuk terjadi halusinasi
mengendalikan 2. Diskusikan cara yang
halusinasinya digunakan klien,
3.2 Klien dapat - Jika cara yang
menyebutkan cara digunakan adaptif
baru mengontrol berikan pujian
halusinasinya - Jika cara yang
3.3 Klien mampu digunakan
memilih dan maladaptif
memperagakan diskusikan
cara mengatasi kerugian cara
halusinasi tersebut
3.4 Klien dapat 3. Diskusikan cara baru
melaksanakan cara untuk mengontrol
timbulnya halusinasi
yang telah dipilih
untuk - Katakan pada diri
mengendalikan sendiri bahwa ini
halusinasinya tidak nyata
3.5Klien mampu - Menemui orang
mengikuti terapi lain untuk
aktivitas kelompok menceritakan
tentang
halusinasinya
- Membuat dan
melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disusun
- Meminta keluarga/
teman/ perawat
menyapa jika
sedang
berhalusinasi
4. Bantu klien untuk
memilih cara yang
telah dianjurkan dan
latih untuk
mencobanya
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih
6. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil
beri pujian
7. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
TUK 4: 4.1 Keluarga 1. Buat kontak dengan
Klien dapat menyatakan setuju keluarga untuk
dukungan dari untuk mengikuti pertemuan
mengontrol pertemuan dengan 2. Diskusikan dengan
halusinasinya keluarga
perawat
4.2 Keluarga mampu - Pengertian
menyebutkan halusinasi
pengertian tanda - Tanda dan gejala
dan gejala, proses halusinasi
terjadinya - Proses terjadinya
halusinasi dan halusinasi
tindakan untuk - Cara yang dapat
mengendalikan dilakukan klien
halusinasinya dan keluarga untuk
memutuskan
halusinasi
- Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi
dirumah
TUK 5: 1. Klien mampu 1. Diskusikan dengan
Klien dapat menyebutkan : klien tentang
memanfaatkan - Manfaat minum manfaat dan
obat-obatan obat kerugian tidak
dengan baik
- Kerugian tidak minum obat, nama,
minum obat warna, dosis, cara,
- Nama, warna, efek samping dan
dosis efek efek terapi
samping obat penggunaan obat
2. Klien mampu 2. Beri pujian jika
mendemonstrasikan klien menggunakan
penggunaan obat obat dengan benar
dengan benar 3. Pantau klien saat
3. Klien mampu penggunaan obat
menyebutkan akibat 4. Diskusikan akibat
berhenti minum obat berhenti minum obat
tanpa konsultasi tanpa konsultasi
dokter dengan dokter
5. Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada dokter/
perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan.

4. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Pasien mempercayai kepada perawat.
b. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan

masalah yang harus diatasi.


c. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
d. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut:
1) Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh

pasien.
2) Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
3) Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
4) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan

untuk mengatasi masalah pasien.


5) Keluarga melaporkan keberhasilannya merawat pasien.

Anda mungkin juga menyukai