Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam
pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya
membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan
yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah,
daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang
dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat
meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.

Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman


bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton yang
disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan
dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan
maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur.
Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan beton
pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas
yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang
disyaratkan sedini mungkin.

B. TUJUAN

Tujuan saya membuat makalah ini adalah :

1. Agar mahasiswa dapat memahami tentang Beton sebagai bahan struktur

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat, Untung rugi bahan struktur beton dan
jenis-jenis Beton.

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui bahan bahan yang terdapat pada beton

Makalah Struktur Beton


1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu
dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.

B. JENIS-JENIS BETON DALAM KONSTRUKSI

Beton dibedakan dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu :

1. Beton Keras

Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan tekan,
tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan
kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton
karena merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan strukturt beton.
Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain :

a. Uji kekuatan tekan ( compression test)

b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )

c. Uji kekuatan lentur

d. Uji lekatan antara beton dan tulangan

e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

2. Beton Segar

Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan peralatan
yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat
beton pada saat mengeras. Ada 2 (dua) hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton :

Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras,
seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.

Makalah Struktur Beton


2
Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam kondisi
plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan segregation.

Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi
kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya sedikit yang memenuhi
standart, dan semua test tersebut bersifat ‘a single point test’ jadi tidak dapat dibandingkan satu
sama lainnya karena mereka mengukur sifat-sifat beton yang berbeda.

Walaupun begitu adalah penting untuk mendapatkan beberapa dari sifat workabilitas
karena penting untuk control kualitas. Pengukuran workabilitas yang telah dikembangkan
antara lain:

a. Slump test

b. Compaction test

c. Flow test

d. Remoulding test

e. Penetration test

f. Mixer test

C. SIFAT-SIFAT BETON

Sifat dan karakteristik beton

1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan
hancur tarik yang rendah

2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen
lengkung atau tarikan

3. Betons angat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak yang makin
– lama makin besar.

4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal dengan
proses hidrasi.

5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran sehingga
beton dapat dipadatkan dengan mudah.

6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen berjarak
semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.

Makalah Struktur Beton


3
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa dan
mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang tinggi.

8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus dipertahankan


untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.

9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi akan
mampu memikul beban luar yang bekerja padanya

10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka dipasang
tulangan baja pada daerah yang tertarik

11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima gaya tekan
serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.

12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative rendah.

13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai 50 tahun
serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap
bahaya kebakaran .

14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi Dengan massa jenis γc
sekitar 2400 kg/m3 bahan ini memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan
1 kN, di mana gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton sangat berat

15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa susut dan
rangkak.

D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MENGGUNAKAN BAHAN STRUKTUR BETON

Beton sebagai material konstruksi memiliki keuntungan dan kerugian dibandingkan


material-material yang lain diantaranya adalah :

a. Keuntungan
1) Mudah dicetak sehingga bentuk bervariasi
2) Awet dan tahan lama
3) Tahanapi
4) Ekonomis
5) Dapatdicor di tempat
b. Kerugian
1) Tegangan tarik rendah

Makalah Struktur Beton


4
2) Duktilitas rendah
3) Berat sendiri sangat besar
4) Volume tidak stabil

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MENGGUNAKAN BAHAN STRUKTUR BETON

Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat (terkadang bahan
tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan
non kimia) pada perbandingan tertentu.

Kelebihan dari beton adalah:

a) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal,
kecuali semen Portland.
b) Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk
rendah Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
c) Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.
d) Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan
ukuran seberapapun tergantung keinginan .

Kekurangan dari beton adalah:

a) Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu
perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
b) Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar
untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
c) Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu
dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat
perubahan suhu.
d) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan
air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
e) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail,
terutama pada struktur tahan gempa.

G. Pengertian Under Reinforced, Balanced Reinforced Dan Over Reinforced

Makalah Struktur Beton


5
a. Tulangan Lemah ( Underreinforced ).

Pada kasus ini tulangan mencapai tegangan lelehnya (f y) terlebih dahulu, setelah itu baru
beton mencapai regangan batasnya ( c ), dan selanjutnya struktur runtuh. Pada kasus ini
terlihat ada tanda-tanda berupa defleksi yang besar sebelum terjadi keruntuhan.

b. Tulangan Kuat ( Overreinforced ).

Keruntuhan type ini terjadi akibat tulan-gan terlalu banyak, sehingga beton yang tertekan
hancur terlebih dahulu (beton 4 mencapai kekuatan batasnya terlebih dahulu). Keruntuhan ini
terjadi secara tiba-tiba ( brittle failure )

c. Balanced Reinforced .

Pada type keruntuhan ini, saat terjadi keruntuhan (beton mencapai regangan batasnya, c
), tulangan juga pas mencapai tegangan lelehnya (f y). Keruntuhan ini juga terjadi secara tiba-
tiba.

F. KOLOM SEBAGAI SALAH SATU STRUKTUR BANGUNAN BETON

1. Pengertian kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang


tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak
ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai
dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang
diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.

Makalah Struktur Beton


6
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah
mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi,
karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus
diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan.

2. Jenis-Jenis Kolom

Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga, yaitu :

a) Kolom ikat (tie column).


b) Kolom spiral (spiral column).
c) Kolom komposit (composite column).

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada tiga jenis kolom beton
bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. Bentuk penampang kolom
bisa berupa bujur sangkar atau berupa empat persegi panjang. Kolom dengan bentuk
empat persegi ini merupakan bentuk yang paling banyak digunakan, mengingat
pembuatannya yang lebih mudah, perencanaannya yang relatif lebih sederhana serta
penggunaan tulangan longitudinal yang lebih efektif (jika ada beban momen lentur) dari
type lainnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Kolom ini mempunyai bentuk yag lebih bagus
dibanding bentuk yang pertama di atas, namun pembuatannya lebih sulit dan penggunaan
tulangan longitudinalnya kurang efektif (jika ada beban momen lentur) dibandingkan dari
type yang pertama di atas. Hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang
adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang
kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap

Makalah Struktur Beton


7
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.

3. Description: Graphic 4 Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan


yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau
tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang. Bentuk ini biasanya digunakan, apabila
jika hanya menggunakan kolom bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar
karena bebannya yang cukup besar, dan disisi lain diharapkan ukuran kolom tidak terlalu
besar.

Hasil berbagai eksperimen menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral ternyata lebih
tangguh daripada yang menggunakan tulangan sengkang.

Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan
kolom praktis.

1. Kolom Utama

Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah
3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak
antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan
dimensi kolom utama untuk

Bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok
8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8
– 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm)

2. Kolom Praktis

Kolom Praktis adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel
d 8-20.

Berdasarkan kelangsingannya, kolom dapat dibagi atas :

a. Kolom Pendek, dimana masalah tekuk tidak perlu menjadi perhatian dalam

merencanakan kolom karena pengaruhnya cukup kecil,

b. Kolom Langsing, dimana masalah tekuk perlu diperhitungkan dalam

Makalah Struktur Beton


8
merencanakankolom.

3. Material Penyusun Fondasi dan Kolom

Ditinjau dari fungsinya, material pembentuk beton adalah semen dan air untuk membentuk
pasta semen sebagai perekat yang bersama dengan agregat halus membentuk mortar yang
berfungsi mengikat agregat kasar menjadi satu kesatuan yang kompak. Agregrat kasar berfungsi
sebagai pengisi untuk memberikan kekuatan dan memperkecil penyusutan, sedangkan mortar
akan menutupi seluruh permukaan agregat kasar dimana setelah mengeras akan menjadi satu
kesatuan massa yang kompak dan padat.

1. Semen

Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland atau semen Portland
pozzolan. Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat – silkat kalsium yang bersifat hidrolis bersama bahan
tambahan yang biasa disebut gips. Sedangkan semen Portland pozzolan merupakan campuran
merata antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan yang mempunyai sifat pozzolan, yang
dibuat dengan cara menggiling klinker semen portland dengan bahan yang mempunyai sifat
pozzolan secara bersama – sama. Bahan yang mempunyai sifat pozzolan yaitu bahan yang
sebagian besar terdiri dari unsur – unsur silikat atau aluminat yang reaktif dan dalam keadaan
halus (lolos ayakan 0,21mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada suhu normal (24 C –
27 C) menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air (Tjokrodimuljo, 1996). Semen
Portland yang digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi ketentuan dalam SNI 15-
2049-1994. Bahan dasar penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung
kapur, silika dan oksida besi, maka bahan-bahan itu menjadi unsur-unsur pokok semennya
(Kardiyono Tjokrodimulyoo. 1994).

Dalam pedoman beto 1989 disyaratkan bahwa semen portland untuk pembuatan beton
harus merupakan jenis-jenis yang memenuhi syarat-syarat SII 0013-81”Mutu dan uji semen”
yang klasifikasinya tertera pada tabel dibawah ini.

a. Jenis-jenis Semen Portland

Jenis Semen Karateristik Umum

a) Jenis I Semen portland yang digunakan untuk tujuan umum.


b) Jenis II Semen portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat
dan panas hidrasi sedang.

Makalah Struktur Beton


9
c) Jenis III Semen portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan awal yang
tinggi setelah pengikatan terjadi.
d) Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas hidrasi yang
rendah
e) Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut ketahanan yang kuat
terhadap sulfat.
2. Agregat

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu
bagian penting dalam pembuatan mortar/beton (Tjokrodimuljo, 1996). Menurut Dipohusodo
(1999), umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai jumlah ± 70% -
75% dari seluruh volume massa padat beton. Oleh karena itu sifat dan mutu agregat yang
digunakan sangat berpengaruh terhadap sifat dan mutu beton yang dihasilkan. Sifat yang
penting dari agregat adalah kepadatan dan kekerasan massa agregat yang dapat diukur dari
kekuatan hancur dan kekuatan terhadap benturan karena dapat berpengaruh terhadap ikatan
dengan semen, porositas, karakteristik terhadap penyerapan air yang dipengaruhi oleh
perubahan cuaca, ketahanan terhadap zat kimia dan ketahanan terhadap penyusutan. Pada
prinsipnya agregat yang baik harus keras, kuat, dan ulet serta kekuatannya harus melebihi
kekuatan pasta semen yang telah mengeras.

3. Batu

Batu memiliki ukuran butiran lebih dari 40 mm dan tidak digunakan sebagai bahan
penyusun beton. Batu harus dipecah terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil sebelum
digunakan sebagai bahan penyusun beton.

a. Kerikil (Agregat Kasar)

Agregat kasar dalam beton dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alam dari batuan
ataupun batuan pecah yang diperoleh dari hasil pemecahan batu yang memiliki ukuran butiran
antara 5 – 40 mm. Dari segi kekuatan, beton dengan proporsi campuran yang sama tetapi
menggunakan agregat kasar dengan tekstur yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang
berbeda pula, agregat dengan permukaan bersudut akan menghasilkan kekuatan beton yang
lebih besar dibandingkan agregat dengan tekstur/permukaan yang bundar dan licin. Hal tersebut
dikarenakan bentuk tekstur permukaan agregat yang kasar akan menghasilkan beton dengan

Makalah Struktur Beton


10
friksi geseran yang lebih besar, serta menambah kekuatan ikatan antara agregat dengan pasta
semen.

b. Pasir ( Agregat Halus )

Agregat halus dalam beton adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu yang memiliki ukuran butiran
antara 0,15 – 5mm. Pasir dapat diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai, atau dari tepi
laut. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu :

1. Pasir galian, merupakan pasir yang tajam, bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan
garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah.

2. Pasir sungai, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan.

3. Pasir laut, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan serta banyak
mengandung garam – garaman (Tjokrodimuljo,1996).
Agregat halus berperan penting sebagai pembentuk beton dalam pengendalian
workability, kekuatan, dan keawetan beton. Oleh karena itu pemakaian pasir sebagai
pembentuk beton harus dilakukan secara selektif. Hal ini dikarenakan pasir sering mengandung
mineral – mineral reaktif dan kotoran – kotoran organik.

4. Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen dan menghasilkan pasta untuk mengikat
butiran-butiran agregat menjadi suatu benda yang utuh, homogen, rapat serta mempunyai
kekerasan dan kekuatan bila sudah kering. Selain itu menjadi bahan pelumas antara butir butir
agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan
semen hanya 25 % berat semen, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dapat
dipakai harus melebihi 0,35. Kelebihan ini dipakai sebagai pelumas. Namun kelebihan ini
tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton akan menurun serta akan terjadi penyusutan
yang besar, selain itu air yang berlebih bersama-sama dengan semen bergerak ke permukaan
adukan beton segar yang baru saja dituang (bleeding) yang kemudian menjadi buih dan
membentuk satu lapisan tipis yang dikenal dengan laitance (selaput tipis). Selaput tipis ini
akan mengurangi lekatan antar lapisan beton dan merupakan bidang sambung yang lemah.
Bila jumlah air yang digunakan terlalu sedikit akan mempengaruhi kesempurnaan reaksi
hidrasi dan proses pengerjaan (workability) yang sulit dalam pengadukan.

Air yang akan digunakan untuk campuran beton hendaknya harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut (Tjokrodimuljo,1996).

Makalah Struktur Beton


11
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gr/ltr.

b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15 gr/ltr.

c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.

d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.

6. Tulangan Baja

Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak
(Dipohusodo, 1999). Beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu system struktur dengan
dibantu perkuatan tulangan baja, Tulangan baja akan menahan gaya tarik yang timbul. Bahan
baja yang digunakan memiliki sifat teknis menguntungkan, dan baja tulangan dapat berupa
batang baja lonjoran ataupun kawat rangkai las (wire mesh), yang berupa batang kawat baja
yang dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan. Bahan terakhir tersebut terutama dipakai
untuk pelat dan cangkang tipis atau struktur lain yang tidak mempunyai tempat cukup bebas
untuk pemasangan tulangan, jarak spasi, selimut beton sesuai dengan persyaratan pada
umumnya. Bahan rangka baja dengan pengelasan yang dimaksud, diperoleh dari hasil
penarikan baja pada suhu rendah dan dibentuk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau
persegi panjang dengan dilas pada semua titik pertemuannya.

Tulangan penguat dapat terdiri dari batang tulangan, bahan yang terbuat dari anyaman
kawat yang dilas, atau tali kawat (Dipohusodo, 1999). Batang tulangan untuk konstruksi biasa,
digunakan yang mempunyai tonjolan (tulangan yang berprofil).

Tonjolan tersebut mempunyai fungsi untuk mencegah pergeseran dari tulangan relative
terhadap beton sekelilingnya. Tulangan baja ini disebut tipe deform. Percobaan serta pengujian
untuk melakukan pendekatan dan penelitian yang berhubungan dengan sifat ekonomis
penulangan beton telah banyak dilakukan di beberapa negara, diantaranya adalah percobaan
penulangan dengan ferro cement yang menggunakan bahan kayu, bambu, atau bahan lain untuk
penulangan beton. Selain itu dapat pula berupa beton dengan perkuatan fiber (serat) yang
menggunakan serat-serat baja sebagai bahan perkuat atau serat dan serbuk bahan lain untuk
memperbaiki mutu bahan betonnya sendiri, misalnya dengan menggunakan abu terbang (fly
ash).

Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam perhitungan
perencanaan beton bertulang ialah tegangan luluh (fy) dan modulus elastisitas (Es)
(Dipohusodo, 1999). Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan melalui prosedur pengujian
standar sesuai dengan SII 0136-84. Tegangan leleh baja adalah tegangan baja pada saat mana

Makalah Struktur Beton


12
meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Pada perencanan
atau analisis beton bertulang pada umumnya, nilai tegangan luluh baja tulangan diketahui atau
ditentukan pada awal perhitungan.

Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai
bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai,
karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus
dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom
makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke
atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada
suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom
pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima
seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok
dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya
vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

4. Fungsi Kolom

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.

Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan .

5. Cara Membuat Kolom Beton

Cara membuat kolom beton bertulang pada gedung tidak semudah ketika membangun
rumah tinggal 1 lantai, perlu ketelitian dan ketepatan penggunaan metode kerja terbaik agar
dapat menghasilkan kualitas kolom beton terbagus dan termurah. Pembuatan kolom praktis

Makalah Struktur Beton


13
pada pembangunan rumah tinggal prosesnya cukup sederhana dan cepat, yaitu membeli besi
rangkaian kolom praktis di toko bangunan lalu memasangnya dengan beskisting dinding batu
bata secara langsung ditambah papan kayu maka pengecoran kolom praktis sudah bisa dimulai
hingga selesai. Sedangkan pada pembangunan kolom beton gedung bertingkat tinggi prosesnya
agak panjang, yaitu kurang lebih sebagai berikut:

1) Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk menggambarkan bentuk
konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
2) Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan dimensi kolom
dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap ekonomis.
3) Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan, ini harus pas
sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka toleransi
kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan
gedung.
4) Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu dipersiapkan.
ini sering disebut sebagai bestek besi.
5) Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah direncanakan.
6) Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
7) Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau media lain yang
mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
8) Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
9) Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran rencana, dan
apakah sudah benar-benar tegak.
10) Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
11) Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai hasil
perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan
seterusnya.
12) Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan dengan
berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.

Pada setiap rangkaian pelaksanaan pekerjaan tersebut membutuhkan pengecekan bersama


entah itu dengan konsultan perencana, kontraktor, konsultan pengawas maupun pemilik gedung
secara langsung. hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi
dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

6. Mendesain Kolom Beton Bertulang

Makalah Struktur Beton


14
A. Analisa

1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya
cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung
bawah kolom.

2. Reduksi Momen Inersia, Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom
direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)

B. Beban Desain (Design Loads)

Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:

1. Kombinasi Pembebanan.

Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.

2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif.

Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban hidup boleh
direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya adalah
Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983

Tabelnya adalah sebagai berikut:

Jumlah lantai yang dipikul dan Koefisien reduksi

Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi


1 1.0

2 1.0

3 0.9

4 0.8

5 0.7

6 0.6

7 0.5

8 atau lebih 0.4

Contoh cara penggunaan:

Makalah Struktur Beton


15
Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan
reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk desain
kolom pada masing-masing lantai adalah:

a) Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
b) Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN
c) Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN
d) Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN
e) Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN

Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak perlu sebesar
5×60 = 300 kN.

Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom
dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa
kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu
yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.

Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan,
misalnya 1.2D + 1.6L.

C. Detailing Kolom Beton

Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Ukuran penampang kolom.

Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari
300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh
kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah
tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm.

2. Rasio tulangan, tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%).
Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di dalam
prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran
250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas
penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom
menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua
persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.

Makalah Struktur Beton


16
3. Tebal selimut beton, adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau
lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah jarak antara serat
terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik.
Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah
50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.

Catatan:

Toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat


pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh
sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm.

Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan
finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak
disengaja..

4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam
di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan
pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam
sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton. Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali
diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.

5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm.

6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan
balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar-benar sesuai
dengan yang disyaratkan oleh SNI.

Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama
dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika
gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal
(misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’)

7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.Pada high-rise building,
kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya
pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan
(pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan
dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap
beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk
mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.

Makalah Struktur Beton


17
D. Gaya Dalam

Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom
apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau
kolom langsing.

Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus dipertimbangkan
untuk menentukan gaya dalam.

Makalah Struktur Beton


18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton tersebut
pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang
mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.

Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping mempunyai
kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan,
dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan
beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.

B. SARAN

1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan


penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas beton
menurun.

2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan


pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang
dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti
dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan struktur beton,
harga matrial terbaru dan sebagainya.

3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan berpedoman pada
faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pengalaman tenaga kerja
serta segi ekonomisnya.

Makalah Struktur Beton


19
DAFTAR PUSTAKA

http://duniatekniksipil.web.id/category/struktur-beton/

http://sukamabar.blogspot.co.id/2013/06/tentang-struktur-beton-bertulang.html

http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40304/mod_resource/content/1/Panduan%20Belajar%20S
BD%20Rev%201.pdf
http://rekayasakonstruksi.blogspot.com/2011/07/tinjauan-pustaka.html

http://www.fatchamiyusrina.blogspot.com
http://normanray.files.wordpress.com/2010/04/5-kolom-3.pdf

http://indrajhon.wordpress.com/my-blogs/analisis-kekuatan-kolom-beton-bertulang/

http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/

http://jumantorocivilengiinering.blogspot.com/2013/06/beton-bertulang.html

http://tekniksipilinfo.blogspot.com/2011/09/jenis-jenis-kolom-beton.html

http://bbyuli.blogspot.com/2013/03/beton-bertulang-kolom.html

http://www.ilmusipil.com/cara-membuat-kolom-beton-bertulang

http://riski07.blogspot.com/2012/12/cara-menentukan-ukuran-kolom.html

Makalah Struktur Beton


20

Anda mungkin juga menyukai