SAP 8
Oleh:
Kelompok 1
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
0
PERENCANAAN STRATEGIK KOPERASI DAN UMKM
1
seluruh dunia bebas bermain di pasar domestik mana pun. Tantangan seperti inilah yang
dihadapi oleh koperasi di Indonesia.
Menurut Kementerian Koperasi dan UMKM yang tertera pada situs resmi
www.depkop.go.id, rekapitulasi data koperasi per 31 Desember 2015:
Koperasi (Unit)
Tahun Jumlah Anggota
Jumlah Aktif Tidak Aktif
2014 209.488 147.249 62.239 36.443.953
2015 212.135 150.223 61.912 37.783.160
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa jumlah koperasi meningkat sebesar 2.647 unit
dari tahun 2014 ke tahun 2015, hal ini diikuti oleh peningkatan pada jumlah koperasi aktif
yaitu sebesar 2.974 unit. Sedangkan jumlah koperasi yang tidak aktif menurun sebesar 327
unit. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang lebih
memperhatikan dan mengembangkan koperasi ini sendiri. Namun jika dilihat jumlah
koperasi yang tidak aktif masih hampir setengahnya dari jumlah koperasi secara keseluruhan.
Hal ini seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah, apa sebenarnya penyebab dari
kemunduran koperasi-koperasi yang tidak aktif tersebut. Apakah terkendala modal, atau
kurangnya penyuluhan atau faktor-faktor yang lain yang perlu dibenahi. Karena angka
koperasi yang tidak aktif tersebut dapat dikatakan cukup besar dan apabila dapat
dioptimalkan oleh pemerintah hal itu akan sangat membantu dalam menyokong
perekonomian Indonesia sendiri.
Apakah lembaga koperasi bisa survive atau bisa bersaing di era globalisasi ekonomi dan
liberalisasi perdagangan dunia? Apakah koperasi masih relevan atau masih dibutuhkan
masyarakat, khususnya pelaku bisnis dalam era modern sekarang ini? Jawabanya adalah ya.
Buktinya bisa dilihat di banyak negara maju. Di Belanda, misalnya, Rabbo Bank adalah bank
milik koperasi, yang pada awal dekade 20-an merupakan bank ketiga terbesar dan konon
bank ke 13 terbesar di dunia
1.2 UMKM
Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong pemerintah
untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini mampu
menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang
dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan modal besar (capital
intensive). Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu
bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi lain,
UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya modal kerja,
2
Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta
teknologi. Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha
yang kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena
umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri
sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih relatif
sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal
usaha dengan kebutuhan pribadi.
Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat
UMKM harus mampu menghadapi tantangan global, seperti meningkatkan inovasi produk
dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area
pemasaran.
Menurut Kementerian Koperasi dan UMKM yang tertera pada situs resmi
www.depkop.go.id, rekapitulasi data UMKM pada tahun 2016 dan 2017 adalah sebagai
berikut:
UMKM (Unit)
Tahun
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
2016 60.863.578 731.047 56.551
2017 62.106.900 757.090 58.627
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa jumlah usaha mikro meningkat sebesar 1.243.322
unit dari tahun 2016 ke tahun 2017, hal ini diikuti oleh peningkatan pada jumlah usaha kecil
yaitu sebesar 26.043 unit dan jumlah usaha menengah sebesar 2.076 unit. Jadi secara umum,
jumlah UMKM mengalami peningkatan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa
kewirausahaan serta memiliki keinginan untuk memulai usaha. Namun jika dilihat dari tabel
diatas, masih terdapat kesenjangan antara jumlah usaha kecil dan menengah jika
dibandingkan dengan jumlah usaha mikro. Dimana jumlah usaha kecil dan menengah masih
jauh dibawah jumlah usaha mikro yang tercatat. Hal ini berarti masih banyak pelaku usaha
mikro yang belum mampu mengembangkan usahanya ke skala kecil dan menengah, sehingga
perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam hal edukasi kepada pelaku usaha mikro
untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Permasalahan yang Dihadapi Koperasi dan UMKM
2.1 Permasalahan Koperasi
Permasalahan koperasi bisa disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Berikut permasalahan koperasi yang disebabkan oleh :
a. Faktor eksternal
3
1) Komitmen (kejelasan dan keefektifan kebijakan) pemerintah untuk
menempatkan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional yang
cenderung masih kurang.
2) Sistem prasarana, pelayanan, pendidikan dan penyuluhan yang masih kurang
efektif.
3) Iklim pendukung perkembangan koperasi yang selama ini terkesan menjadikan
koperasi terlalu tergantung kepada pemerintah, dengan kata lain kurangnya ciri
kemandirian koperasi.
b. Faktor internal
1) Perkembangan permodalan yang sangat lambat.
2) Keterampilan manajerial yang kalah bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya.
3) Jaringan pasar yang relative masih terbatas.
4) Jumlah dan kualitas sumberdaya manusia para pengurus dan manajer yang
masih lemah.
5) Perkembangan omset, sisa hasil usaha dan asset produksi yang masih rendah.
6) Tingkat partisipasi anggota belum maksimum.
7) Pemilikan dan pemanfaatan perangkat teknologi produksi dan informasi yang
belum memadai
2.2 Permasalahan UMKM
a) Permodalan
Banyak dari pelaku UMKM yang yakin bahwa perusahaannya akan tumbuh dan dapat
memperluas pemasaran, namun terkendala dari sisi modal yang terbatas. Bahkan
sebagian dari UMKM masih belum tersentuh lembaga keuangan (bank), sehingga
banyak juga dari UMKM mengambil jalan untuk memanfaatkan lembaga keuangan
mikro walaupun dengan beban dan risiko yang cukup berat.
b) Distribusi Barang
Kurangnya channel untuk pendistribusian barang juga menjadi tantangan yang
dihadapi oleh pelaku UMKM. Toko oleh-oleh, rekomendasi teman dan pemasaran
dari mulut ke mulut adalah cara pelaku UMKM dalam memasarkan produknya. Jadi
pendistribusian barang massih terbatas pada cara konvensional.
c) Perizinan
Kepemilikan badan hukum yang jelas hanya dimiliki oleh segelintir pelaku UMKM.
Mayoritas UMKM juga mengalami tantangan di bidang pengetahuan mengenai aspek
legalitas dan perizinan, termasuk persyaratan sampai dengan bagaimana proses yang
ditempuh dalam proses pengurusannya.
d) Pembukuan yang Masih Manual
Kesulitan dalam memperhitungkan omset, laba kotor sampai dengan laba bersih
karena pembukuan yang masih manual seringkali menghambat UMKM untuk bisa
growth dan scale up bisnisnya. Walaupun terkesan tata tertib pembukuan merupakan
4
hal yang sepele, nyatanya dengan data pembukuan lah suatu perusahaan bisa
mengukur keberhasilan dan merencanakan strategi perusahaan kedepannya.
e) Pemasaran Online
Selain distribusi barang yang sangat terbatas, cara pemasaran online pun juga masih
menjadi tantangan UMKM saat ini. Kurangnya pengetahuan sampai dengan adaptasi
terhadap internet dan perkembangan teknologi ini, menjadi suatu tantangan besar.
3. Tahap Perencanaan dan Strategi Pengembangan Koperasi dan UMKM
3.1 Tahap Perencanaan
a) Menetapkan tujuan
b) Pengembangan strategi dan alternatif
c) Pengambilan keputusan untuk menerapkan strategi atau alternatif terbaik
d) Merumuskan kebijakan (organisasi, personalia, usaha, keuangan, anggota)
e) Penganggaran
f) Merumuskan pedoman kerja
3.2 Strategi Pengembangan Koperasi
Penyusunan Arah Pengembangan Koperasi
Sebelum kita menetapkan strategi untuk pengembangan koperasi, kita perlu
menyusun arah pengembangan koperasi. Pengembangan koperasi diarahkan pada
berbagai segi berikut :
1) Menjadikan koperasi yang mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya :
mampu melihat dan menciptakan peluang usaha, serta mahir dalam membuat
perhitungan strategis.
2) Menempatkan kualitas sumberdaya manusia sebagai unsur pelaku utama dalam
keberhasilan koperasi.
3) Menjadiakan pelayanan terhadap anggota sebagai sasaran program utama.
4) Menempatkan koperasi sebagai posisi strategis dalam pembangunan berwawasan
lingkungan.
5) Menjadikan koperasi sebagai bagian yang integral dari pembangunan ekonomi.
6
5) Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi agar koperasi mampu
tumbuh dan berkembang secara sehat.
7
DAFTAR PUSTAKA
http://nafisah48.blogspot.com/2011/10/keadaan-perekonomian-koperasi-saat-ini.html
(Diakses pada tanggal 30 Maret 2019)
Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygant. Akuntansi Intermediate Jilid 1-3. Jakarta Penerbit
Erlangga.
Sumantri, Bambang Agus. Dkk. 2017. Manajemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Perkembangan, Teori, dan Praktek . Kediri : Fakultas Ekonomi
Universitas Nusantara PGRI Kediri.