Anda di halaman 1dari 91

Kel 1

Senin /4 Maret 2018

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA


“MODEL PEMBELAJARAN FISIKA SESUAI MATERI SMA”

OLEH:

KELOMPOK 1

RAHMI AGUSTIA WIDESTRA 18175027

DOSEN PEMBIMBING

Prof. Dr. FESTIYED, M. S

Dr. FATNI MUFIT, M. Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyusun tugas ini dengan judul “Model PEmbelajaran
Fisika Sesuai Materi SMA ”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Hj. Fatni
Mufit, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 4 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Pengembangan Model Pembelajaran ................................... 4
1. Landasan Agama .............................................................................. 4
2. Landasan Yuridis ............................................................................. 7
B. Karakteristik Peserta Didik SMA ........................................................ 8
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMA ............................. 8
2. Perkembangan Anak Usia SMA ..................................................... 11
C. Hakikat Pembelajaran Fisika .............................................................. 20
1. Pengertian Pembelajaran ................................................................ 20
2. Hakekat Ilmu Fisika ....................................................................... 21
3. Pembelajaran Fisika ........................................................................ 29
D. Materi Fisika SMA ............................................................................. 30
1. Karakteristik Keilmuan Fisika ........................................................ 30
2. Ruang Lingkup Materi Fisika SMA ............................................... 36
3. Karakteristik Belajar Fisika ............................................................ 43
4. Nilai-Nilai Ilmiah dalam Fisika ...................................................... 44
5. Prosedur Ilmiah dalam Fisika ......................................................... 45
6. Kompetensi Mempelajari Fisika ..................................................... 46
E. Model Pembelajaran Fisika Berdasarkan Kurikulum 2013
Revisi 2016 ......................................................................................... 47
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ................... 47
2. Model Pembelajaran Discovery Learning ...................................... 52
3. Model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)................... 57

ii
4. Model PembelajaranInquiry Based Learning (IBL) ....................... 60
BAB III PEMBAHASAN
A. Matriks Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika
SMA, Model Pembelajaran Fisika SMA ............................................. 65
B. Analisis Materi Gerak Harmonis Terhadap Pemilihan Model
Sesuai Anjuran Kurikulum 2013 ......................................................... 72
C. Matriks Analisis Materi Gerak Harmonis Terhadap Pemilihan Model
Sesuai Anjuran Kurikulum 2013......................................................... 74
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 83
B. Saran ................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu yang mendasari perkembangan
teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di
bidang teknologi informasi dan komunikasi ini dipicu oleh temuan di bidang fisika
material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak
informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena
alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup
selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa
pemahaman yang baik tentang fisika.
Pada jenjang pendidikan SMA, fisika dipandang penting untuk diajarkan
sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain
memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan
sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk
memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika
perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik
pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan
untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
2

kompetensi lulusan. Hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan
dan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran
fisika.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman. Kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan
pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap,
dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan
kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat
beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen
materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-
masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam
memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-
model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi
empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku
pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, rumusan masalah dari
makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik perkembangan peserta didik SMA?
2. Bagaimana karakteristik materi Fisika SMA ?
3

3. Bagaimana model pembelajaran yang digunakan sesuai karakteristik materi


Fisika dan karakteristik peserta didik SMA?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik perkembangan peserta didik SMA
2. Mengetahui karakteristik materi Fisika SMA
3. Mengetahui model pembelajaran yang digunakan sesuai karakteristik materi
Fisika dan karakteristik peserta didik SMA

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya tenaga pendidik
2. Membantu mahasiswa memahami tentang model pembelajaran fisika sesuai
materi SMA.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan model
pembelajaran fisika program studi pendidikan Fisika Fakultas pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
4

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama dan Yudiris


1. Landasan Agama
Pembelajaran menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang. Agar tujuan dari pada pembelajaran tersebut dapat tercapai
dengan baik, seorang pendidik atau guru menciptakan interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebelum
pembelajaran guru menyiapkan sebuah pola atau acuan kerangka yang utuh dalam
pembelajaran yaitu model pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah
SWT telah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut.

Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dari kutipan ayat diatas, telah memberikan inspirasi bahwa pembelajaran
yang berlangsung tidaklah merupakan sebuah paksaan dan dilaksanakan dengan
persiapan yang matang salah satunya dengan memilih model pembelajaran yang
tepat, sehingga peserta didik akan secara sadar dan ikhlas dalam melakukan proses
pembelajarannya. Dan dengan iu, perlulah kiranya menumbuhkan motivasi yang
ada dalam diri peserta didik untuk mau belajar, yang nantinya akan membuahkan
hasil bagi diri mereka sendiri.
5

Demi menarik minat para pembelajar dalam proses pembelajaran, tentunya


diperlukan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menarik minat
tersebut. al-Qur’an telah diturunkan dengan gaya bahasa yang semenarik mungkin,
sehingga dapat menjadi perhatian bagi ummat Muhammad saw saat diturunkannya.
Selain itu, Allah SWT berfirman yang terdapat dalam Surat An Nahl ayat 125:

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.

Dari ayat di atas, telah jelas bahwa seruan dakwah dan proses pembelajaran
dengan hikmah atau perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara
yang haq dan yang bathil serta memberikan pelajaran yang baik, atau dengan
memberikan teladan yang baik bagi peserta didik. Selain itu juga memberikan ruang
diskusi untuk saling berargumen, akan tetapi jika terjadi debat atau perselisihan,
maka hendaknya diselesaikan dengan penyelesaian yang baik, yaitu dengan
menggunakan bahasa yang ramah, dan halus. Dengan demikian pembelajaran yang
berlangsung akan menjadi menarik dan terjadi dalam suasana yang kondusif.
Kemudian di dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa segala sesuatu yang
diperbuat di hari esok, haruslah direncanakan terlebih dahulu. Termasuk
didalamnya guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang mendukung proses
berpikir peserta didik. Hal ini terbukti dalam Al-Qur`an surat al Hasyr ayat 18.
6

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Selanjutnya surat Al-Kahf ayat 66 ,

ُ ‫س ٰى َه أْلَت َّ ِبعُ َك َعلَ ٰىأ َ أنت ُ َع ِل َمنِ ِم َّما‬


‫ع ِل أمت َ ُر أشدًا‬ َ ‫قَالَلَ ُه ُمو‬
Artinya :
“Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?".
Dari ayat ini dapat diambil beberapa pokok pemikiran sebagai berikut: kaitan
ayat ini dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya :
- Menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang
guru adalah sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping dan yang lainnya.
Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan
oleh bangsa negara dan agamanya.
- Memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu.
Hal ini perlu, karena zaman akan selalu berubah seiring berjalananya waktu.
Dan kalau kita tidak mengikutinya, maka akan menjadikan anak yang
tertinggal.

Mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik


mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang
akan dipelajarinya.
2. Landasan Yudiris
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20
Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berperan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, disebutkan dalam undang-
7

undang tersebut bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan


potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Proses pembelajaran mengacu pada standar proses yang mengacu pada
standar kompetensi lulusan dan standar isidalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar Proses adalah kriteria
mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
Standar Kompetensi Lulusan. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka salah satu
prinsip pembelajaran yang digunakan adalah dari pendekatan tekstual menuju
proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah yaitu
proses pengetahuan yang dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Untuk memperkuat
pendekatan ilmiah ini maka sangat disarankan untuk menerapkan pembelajaran
baik individual maupun berkelompok dengan menggunakan model-model
pembelajaran yang mendukung proses ilmiah.
8

B. Karakteristik Peserta Didik SMA


1. Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMA
Usia siswa SMA secara umum berada pada rentang 15/16-18/19 tahun yang
kerap disebut sebagai usia remaja, dengan hal ini sebelum kita membahas lebih
lanjut mengenai karakteristik siswa SMA atau karakteristik seorang remaja kita
akan bahas terlebih dahulu apa yang sebenarnya dimaksud dengan usia remaja itu.
Berikut merupakan batasan usia remaja menurut para ahli:
a. Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun.
b. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
c. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada
rentang 12-23 tahun. Selanjutnya, Remaja adalah masa yang penuh dengan
permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di
awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat
Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai
dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
d. Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia
yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu
identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved
(Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini
juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
e. Sunarto (Http://e-learning.Po.Unp.Ac.Id, 1999), menyatakan bahwa masa
remaja adalah upaya menentukan jati dirinya (identitasnya) atau aktualisasi
diri.
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa
mulainya masa remaja relatif sama akan tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang
dan remaja yang diperpendek. Jadi, masa remaja adalah masa pencarian jati diri
yang dimulai pada rentangan usia 12-23 tahun.
9

Berikutnya kita akan mulai membahas karakteristik dari remaja. Dari


beberapa pengertian di atas masa remaja merupakan sebuah periode dalam
kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu
jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat
ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari
pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa.
Fase-fase masa remaja menurut Monks dkk. (2004) dibatasi antara usia 12-
21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun
termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai
berikut:
a. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.
c. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing.
d. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari
dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
e. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
f. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan
sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.
g. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
h. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.
i. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.
Karakteristik-karakteristik tersebut akan mendatangkan implikasi bagi
kehidupannya, salah satu implikasi dari karakteristik siswa SMA tersebut terhadap
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Remaja memerlukan orang yang dapat membantunya mengatasi kesukaran
yang dihadapi.
10

b. Pribadi pendidik (sebagai pendukung nilai) berpengaruh langsung terhadap


perkembangan pendirian hidup remaja. Karena itu, segala sikap dan perilaku
pendidik harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi pendidikan.
c. Pendidik hendaknya:
1) Berdiri ’di samping’ mereka, tidak di depannya melalui dikte dan instruksi,
2) Menunjukkan simpati bukan otoritas, sehingga dapat memperoleh kepercayaan
dari remaja dan memberinya mereka bimbingan; serta
3) Menanamkan semangat patriotik dan semangat luhur lainnya karena ini
memang masanya.
Pada dasarnya, keseluruhan ciri umum tersebut lebih bersifat konseptual.
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak baik yang berjenis kelamin sama
ataupun berbeda, menghayati masa remajanya dengan cara yang tidak persis sama.
Kajian terhadap perkembangan peserta didik usia PMU menunjukkan bahwa
secara biologis, didaktis, dan psikologis, mereka berada dalam periode berikut
(Hunkins, 1980; Hamachek, 1990; Santrock, 1994; Suryabrata, 2002; Sukmadinata,
2004; Desmita, 2005).
Menurut Hunkins (1980), siswa SMA cenderung berkarakteristik berikut:
a. Secara fisik:
1) umumnya individu telah mempunyai kematangan yang lengkap;
2) individu-individu ini kian menyerupai orang dewasa: tulang-tulang tumbuh
kian lengkap, dan sosoknya kian tinggi; serta
3) meningkatnya energi gerak pada setiap individu.
b. Secara mental:
1) individu dilanda kerisauan untuk menemukan jati diri dan tujuan hidup mereka;
2) keadaan mental remaja itu terus berlanjut dan untuk berusaha keras suntuk
menjadi mandiri;
3) dalam melepaskan ketergantungan dari orang dewasa, pelbagai individu ini
kerap memperlihatkan perubahan mood yang ekstrem, dari yang kooperatif
hingga yang suka memberontak;
11

4) kendali untuk dapat diterima lingkungan masih kuat, dan individu-individu itu
sangat memperhatikan popularitas, terutama bagi kalangan yang berbeda
kelamin; serta
5) berbagai individu kerap mengalami beberapa masalah dengan membuat
penilaian sendiri.
2. Perkembangan Anak Usia SMA
Menurut ilmu psikologi yang dimaksud dengan perkembangan adalah
perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini
berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah
proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan
dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan“ secara khusus
diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.
Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah
melewati usia dewasa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
mereka. Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah
dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang
memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang
sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak
orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi
dengan ketat sebab di mata orangtua, para anak remaja mereka masih belum siap
menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan
internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari
pengaruh orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas yakni remaja adalah
waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.
Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependent, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan
(tidak bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979).
Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan
dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau
12

bertambah besarnya sel (Edwina, 2004) Misalnya bertambahnya tinggi badan,


bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar).
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju
kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi
perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi.
Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang
bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991), begitu pula dengan perkembangan
karakteristik remaja terutama siswa SMA. Berikut merupakan perkembangan
karakteristik dari siswa SMA:
a. Perkembangan Karakteristik Berupa Perkembangan Fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja
memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal.
Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan
tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
b. Perkembangan Karakteristik Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja.
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi
spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa
sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah
bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada
lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah
wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut;
kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas.
Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan
produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar
dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar
kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
13

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa
pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon
(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH).
Pada anak perempuan kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone
(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara
mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara,
otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.
Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.
c. Perkembangan Karakteristik Berpikir
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai
berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil
berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak
boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang
tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan
remaja berupa perkelahian antar pelajar.
14

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli


perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini,
idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak
lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih
tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana
pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat
masalah dari berbagai dimensi.
Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak
banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya
perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga
diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja
sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi
tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang
remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka
lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
d. Perkembangan Karakteristik Emosi Yang Cenderung Meluap-Meluap
15

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu
mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa
menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau
remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu
mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
e. Perkembangan Karakteristik Dalam Kehidupan Sosialnya
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.
Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya
dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau
bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab
sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut
sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas
perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin
penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena
pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas
dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.
Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan
menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga
dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan
bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
16

Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk
dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal
tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan. Salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan
masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial
skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-
ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin
hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan
pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi
atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan
sebagainya.
Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut
maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini
berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial
dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai
mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau
peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan
dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak
diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan
sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.
Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu
kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok
sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan
kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan
pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-
teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman. Pola
hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya
dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti
dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung
17

akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan
karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
f. Perkembangan Karakteristik Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima
hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka
selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran
yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di
luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada
banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.Baginya
dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa
dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang
ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali
mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang
selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai
baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai
bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi
18

sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan
remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua
atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau
pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang
bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa
berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja
tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua
dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru”
memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan
oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
g. Perkembangan Karakteristik Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak
selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).
Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang
berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak
menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan
penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-
kebutuhan. Selama di SMA, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu
psikomotor, kognitif, dan afektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa
SMA mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa. Anak dipandang sebagai salah satu sumber
untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Anak bukanlah hanya
sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak memiliki kemampuan dan
kebutuhan yang sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh,
19

berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan apa minatnya. Proses berkembang ini
dibagi atas fase-fase tertentu. Dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan pada
fase tertentu, memberikan informasi dan landasan dalam menentukan alternatif
model latihan yang cocok agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal
mungkin. Perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa SMA
dijelaskan sebagai berikut.
a. Perkembangan Aspek Psikomotorik
Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan bahwa
perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMA ditandai dengan perubahan
jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut
adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. Pada usia 15-17 tahun atau lebih
cepat dan lebih lambat dari itu, siswa mengalami pertumbuhan cepat. Tulang rangka
mengalami perubahan semakin keras. Bagian tubuh mengalami pertumbuhan dan
pematangan pada kecepatan yang berbeda, sehingga proporsi antar-anggota tubuh
kelihatan tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan remaja mengeluh bahwa
tubuhnya terlalu gemuk, sehingga terkadang menjadi kendala partisipasinya dalam
aktivitas jasmani.
b. Perkembangan Aspek Kognitif
Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan
perkembangan kognitif pada siswa SMA meliputi peningkatan fungsi intelektual,
kapasitas memori dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Siswa mengalami
peningkatan kemampuan mengekspresikan diri, kemampuan memecahkan
masalah dan membuat keputusan akan meningkat.
c. Perkembangan Aspek Afektif
Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan
perkembangan afektif siswa SMA mencakup proses belajarperilaku. Pihak yang
berpengaruh dalam proses sosialisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman
sebaya. Dari ketiganya pihak yang sangat berpengaruh adalah teman sebaya. Siswa
juga mengalami kondisi egosentris, yaitu kondisi yang hanya mementingkan
pendapatnya sendiri dan mengabaikan pandangan orang lain. Remaja
menghabiskan waktu memikirkan penampilan, tindakan, perasaan dan perhatian.
20

Siswa mengalami perubahan persepsi atas kemampuan dan keyakinan yang kuat
bahwa ia mampu mengerjakan sesuatu, sehingga timbul rasa percaya diri.

C. Hakikat Pembelajaran Fisika


1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta
didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Menurut Mulyasa (2009:255) “Pembelajaran pada hakikatnya adalah
proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik baik”. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi
yang bermakna berupa pemberian informasi antara peserta didik dengan peserta
didik lain dan antara peserta didik dengan pendidik. Dari proses interaksi tersebut
diharapkan peserta didik mengalami perubahan perilaku ke arah yang lebih baik
dari sebelumnya. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Menurut permendiknas nomor 69 (2013:2) karakteristik dari pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada siswa.
b. Pembelajaran berbentuk pola pembelajaran interaktif, aktif, dan kritis.
c. Sistem pembelajaran jejaring dimana siswa dapat menimba ilmu darimana saja
dan dari siapa saja.
d. Pembelajaran dengan ilmu pengetahuan jamak
e. Pembelajaran didasarkan pada kebutuhan dengan mengembangkan potensi
khusus yang dimiliki oleh siswa
f. Pola pembelajaran berbasis alat media
Dari uraian dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang dianjurkan oleh
kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran interaktif dan peserta didik aktif
serta kritis dalam mengikuti pembelajaran. Adapun materi pelajaran yang diberikan
21

didasarkan pada kebutuhan dengan mengembangkan potensi khusus yang dimiliki


oleh peserta didik.
2. Hakikat Ilmu Fisika
Fisika (bahasa Yunani: (physikos), “alamiah”, dan (physis), “alam”) adalah
sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala
alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Fisika sebagai
ilmu pengetahuan telah berkembang sejak awal abad ke 14 yang lalu. Fisika
tercakup dalam kelompok ilmu-ilmu alam (natural sciences) atau secara singkat
disebut science. Dalam bahasa Indonesia istilah science ini diterjemahkan menjadi
sains atau ilmu pengetahuan alam. Sains merupakan salah satu bentuk ilmu. Oleh
karena itu, ruang lingkup kajiannya juga terbatas hanya pada dunia empiris, yakni
hal-hal yang terjangkau oleh pengalaman manusia. Alam dunia menjadi objek
telaah fisika ini sebenarnya tersusun atas kumpulan benda-benda dan peristiwa–
peristiwa yang satu dengan yang lainnya terkait dengan sangat kompleks.
Pada hakikatnya, ilmu fisika merupakan sebuah kumpulan pengetahuan atau
jalan berfikir dan cara untuk penyelidikan. Hakekat fisika adalah sebagai produk
(“a body of knowledge”), fisika sebagai sikap (“a way of thinking”), dan fisika
sebagai proses (“a way of investigating”). Hakikat fisika dapat digambarkan pada
Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Hakikat Fisika (Sutrisno,2006)


Dalam penerapan ilmu fisika harus memperhatikan hakikat ilmu fisika
sebagai berikut.
a. Fisika Sebagai Produk
22

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara


manusia dan lingkungannya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada
manusia sehingga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan
dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil
penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari para ilmuan di
inventarisasi, dikumpulkan dan disusun secara sistematis menjadi sebuah kumpulan
pengetahuan yang kemuadian disebut sebagai produk atau a body of knowledge.
Pengelompokan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis
menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia, dan
biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, rumus, teori dan model seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Fisika Sebagai Produk (Sutrisno, 2006)


1) Fakta
Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala
peristiwa yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum,
teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, prinsip,
hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan memahami
fakta.
2) Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta.
Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Bruner, Goodnow
dan Austin (collette dan chiappetta : 1994) dalam Sutrisno (2006) konsep memiliki
lima elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi, atribut, nilai (value), dan
contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah warna, ukuran, bentuk,
23

bau, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan intelektual anak, keabstrakan


dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-
kawan (dalam Collette dan Chiappetta 1994), konsep fisika dapat dibedakan atas
konsep yang baik contoh maupun atributnya dapat diamati, konsep yang contohnya
dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat diamati, dan konsep yang baik contoh
maupun atributnya tidak dapat diamati.
3) Prinsip dan hukum
Istilah prinsip dan hukum sering sering digunakan secara bergantian karena
dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau fakta-fakta
dan konsep atau konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum dan
prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam
(fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.
4) Rumus
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-
konsep dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan
secara matematis.
5) Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat
langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori
tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teo bersifat tentatif sampai
terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh Collette dan
Chiappetta (1994) dalam Sutrisno (2006) menyatakan bahwa “kita tidak dapat
membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen
mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang
akan dating hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita
dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan hanya satu bukti
yang menyimpang.Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep
maupun hukum”
6) Model
Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat
24

dilihat.. Model sabgat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam,
juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom
Bohr membantu untuk memahami teori atom.
b. Fisika Sebagai Proses
Fisika sebagai proses atau juga disebut sebagai a way of investigating
memberikan gambaran mengenai bagaimana ilmuwan bekerja melakukan
penemuan-penemuan. Fisika sebagai proses memberikan gambaran mengenai
pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Dalam fisika dikenal
banyak metoda yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan masalah.
Para ilmuwan astronomi misalnya, menyusun pengetahuan mengenai astronomi
dengan berdasarkan kepada observasi dan prediksi. Ilmuwan lain banyak yang
menyusun pengetahuan dengan berdasarkan kepada kegiatan laboratorium atau
eksperimen yang terfokus pada hubungan sebab akibat. Sampai pada tahap ini
kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami fenomena alam dan hukum-hukum
yang berlaku, perlu dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam itu.
Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan
melakukan eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses
pemikiran untuk mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi pemahaman fisika
sebagai proses adalah pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam
fisika diperoleh, diuji, dan divalidasikan. Dari uraian di atas kiranya dapat
disimpulkan bahwa pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-
kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan
publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian
mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses
hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sain pada diri siswa.
Jenis keterampilan proses yang dimaksud adalah seperti yang terdapat dalam
Gambar 3 berikut ini.
25

Gambar 3. Fisika Sebagai Proses (Sutrisno, 2006)


Indikator dari setiap keterampilan proses pada gambar 3 di atas, adalah seperti
yang tercantum dalam Tabel 1 di bawah ini (Sutrisno,2006).
Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses
KPS Indikator KPS
Mengamati  Menggunakan alat indera yang sesuai.
(observasi)  Memberi penjelasan apa yang diamati.
 Memilih bentuk pengamatan yang sesuai.
 Mencatat persamaan, perbedaan, keteraturan.
 Membandingkan (lebih banyak)
 Membuat pengamatan dalam perioda tertentu.
 Mencatat pengecualian/atau hal yg tak
diharapkan.
 Menjelaskan suatu pola.
 Menemukenali (identifikasi menurut pola tertentu).
Mengklasifikasi  Memberi urutan pada peristiwa yang terjadi.
/ Kategorisasi /  Mencari persamaan dan perbedaan.
seriasi  Menentukan kriteria pengelompikkan.
 Menempatkan pada kelompok tertentu berdasarkan
kriteria.
 Memilih (memisahkan dengan jumlah kelompok
tertentu).
 Mengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang
ditemukan dalam pengamatan
 Memisahkan dengan berbagai cara.
Mengukur /  Memilih alat ukur uang sesuai
Melakukan  Memperkirakan dengan lebih tepat
pengukuran  Menggunakan alat ukur dengan ketepatan tertentu
 Menemukan ketidak pastian pengukuran
26

KPS Indikator KPS


Mengajukan  Mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan.
pertanyaan  Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab
dengan penemuan ilmiah.
 Mengubah pertanyaanh menjadi bentuk yang dapat
dijawab dengan percobaan.
 Merumuskan pertanyaan berlatang belakang hipotesis
(jawab dapat dibuktikan).
Merumuskan  Merncoba menjelaskan pengamatan dalam terminologi
hipotesis konsep dan prinsip.
 Menyadari fakta bahwa terdapat terdapat beberapa
kemungkinan untuk menjelaskan suatu gejala.
 Menggunakan penjelasan untuk membuat prediksi dari
sesuai yang dapat diamati atau dibuktikan
Merencanakan  Merumuskan masalah.
penyelidikan /  Menemukenali variabel kontrol.
percobaan  Membandingkan variabel bebas dan variabel terikat.
 Merancang cara melakukan pengamatan untuk
memecahkan masalah.
 Memilih alat dan bahan yang sesuai.
 Menentukan langkah-langkah percobaan
 Menentukan cara yang tepat untuk mengumpulkan data
Menginterpretasi  Menarik kesimpulan.
/ Menafsirkan  Menggunakan kunci atau klasifikasi.
informasi  Menyadari bahwa kesimpulan bersifat tentatif
 Menggeneralisasi.
 Membuat dan mencarti pembenaran dari kesimpulan
sementara
 Membuat prediksi berdasarkan pola atau patokan
tertentu
Berkomunikasi  Mengikuti penjelasan secara verbal.
 Menjelaskan kegiatan secara lisan, menggunakan
diagram.
 Menggunakan tabel, grafik, model, dll, untuk
menyajikan informasi.
 Memilih cara yang paling tepat untuk menyajikan
informasi.
 Menghargai adanya perbedaan dari audiens, dan
memilih metoda yang tepat.
 Mendengarkan laporan, menanggapi dan memberikan
saran.
 Memberi sumbangan saran pada kelompok diskusi.
 Menggunakan sumber tidak langsung untuk
memperoleh informasi.
27

KPS Indikator KPS


 Menggunakan teknologi informasi yang tepat.

c. Fisika Sebagai Sikap


Dari penjelasan mengenai hakikat fisika sebagai produk dan hakikat fisika
sebagai proses diatas, tampak terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika
diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan atau percobaan, yang ke semuanya itu memerlukan proses mental dan
sikap yang berasal dari pemikiran. Jadi, dengan pemikirannya orang bertindak dan
bersikap sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah.
Pemikiran-pemikiran para ilmuan yang bergrak dalam bidang fisika itu
menggambarkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi
dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur, dan terbuka serta mau mendengarkan
pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakikat fisika
sebagai sikap atau a way of thinking. Oleh para ahli psikologi kognitif, pekerjaaan
dan pemikian para ilmuwan IPA termasuk fisika di dalmnya, dipandang sebagai
kegiatan kreatif, karena ide-ide dan penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam
disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran dan argumentasi para ilmuwan
dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam kaitannya dengan hakekat
fisika sebagai sikap. Hal ini terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Fisika Sebagai Sikap (Sutrisno,2006)


28

Dari beberapa pendapat tentang Fisika di atas dapat disimpulkan bahwa


Fisika adalah salah satu cabang dari IPA yang menerangkan gejala-gejala alam
yang bersifat fisik yang dapat dipelajari melalui pengamatan, eksperimen, serta
teori. Secara pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan
berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan
sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip,
hukum dan teori. Fisika meliputi proses, sikap dan produk. Proses Fisika berupa
aktivitas-aktivitas yang bertujuan mempelajari, menggali, mencari, dan menyelidiki
kejadian alam. Sikap fisika berupa sikap mental yang diperlukan selama melakukan
proses kegiatan Fisika (jujur, terbuka, kritis, menghargai pendapat orang lain).
Produk Fisika adalah hasil kegiatan Fisika berupa konsep, hukum, dan teori yang
tersusun berdasarkan fakta-fakta alam.
Fisika adalah mata pelajaran yang terkandung dalam pembelajaran di sekolah.
Materi pelajaran fisika sangat penting dipelajari oleh setiap peserta didik.
Berdasarkan Depdiknas (2008) mata pelajaran fisika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan berikut :
a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
b. Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dspat
bekerja sama dengan orang lain.
c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan, mengajukan, dan
menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
d. Mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir analisis, induktif, dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
e. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri serta bekal untuk
29

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan


ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dari tujuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat
mempelajari mata pelajaran fisika terutama bagi diri peserta didik itu sendiri.

3. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan
kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga
dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode
pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman
proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan
sangat berarti dalam membentuk konsep siswa secara induktif berdasar fakta-fakta
empiris di lapangan.
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang diungkapkan
oleh Abu Hamid (sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:
a. Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang
dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
b. Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi
mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan
upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang
kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat melakukan proses
eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk
memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan
eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.
30

Setiap proses pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai begitu pula
dengan pembelajaran fisika. Berdasarkan Permendikbud Nomor 59 tahun 2014,
pembelajaran Fisika SMA/MA bertujuan untuk:
a. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan,
keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya;
b. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif,
inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi;
c. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan;
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain;
d. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis;
e. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif;
f. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran fisika bertujuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki
potensi baik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran
fisika sesuai dengan pembelajaran kurikulum 2013 adalah mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
31

Fisika ini, peran guru sangatlah penting yaitu sebagai fasilitator dalam
menyampaikan materi pembelajaran yang mudah dipahami siswa. Hal yang dapat
dilakukan guru adalah mengembangkan model pembelajaran Fisika sehingga
siswa termotivasi untuk belajar.
D. Materi Fisika SMA
1. Karakteristik Keilmuan Fisika
Karakteristik fisika berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik fisika ini
berdampak pada proses belajar fisika di sekolah. Sesuai dengan karakteristik fisika,
fisika di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik fisika pula, cakupan fisika yang dipelajari di
sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang
didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar fisika untuk
memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan
proses belajar fisika di sekolah memiliki karakteristik tersendiri.
a. Fisika mempunyai nilai ilmiah. Kebenaran dalam Fisika dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti
yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b. Fisika merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis,dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam.
c. Fisika merupakan pengetahuan teoritis. Teori Fisika diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yangsatu dengan cara yang lain.
d. Fisika merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Menggunakan
bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
32

observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut


(Depdiknas, 2006).
e. Fisika meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran,
dan penarikan kesimpulan.
Definisi dan contoh fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori dalam ilmu
fisika
a. Fakta dalam ilmu fisika
Fakta adalah sejumlah data yang terkumpul atau dihasilkan dalam suatu
proses kegiatan misalnya penelitian, yang menunjukkan keadaan yang sebenarnya
sesuai dengan proses yang berlangsung. Fakta merupakan produk paling dasar dari
sains (IPA). Fakta-fakta merupakan dasar dari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
teori-teori. Fakta menunjukkan kebenaran dan keadaan sesuatu. Fakta dalam IPA
adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau
peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. karena
fakta-fakta diperoleh dari hasil observasi, maka fakta-fakta merepresentasikan apa
yang dapat dilihat. Seringkali, dua buah kriteria berikut ini digunakan untuk
mengidentifikasi sebuah fakta yaitu :
1) dapat diamatai secara langsung
2) dapat didemonstrasikan kapan saja
Oleh karena itu, fakta-fakta terbuka bagi siapapun yang ingin mengamatinya.
Namun, kita harus ingat bahwa dua kriteria di atas tidak selalu berlaku karena ada
informasi faktual yang hanya terjadi sekali dalam jangka waktu yang sangat lama.
Contoh :
1) Sebuah bola yang digelindingkan pada sebuah lantai yang permukaannya licin
akan bergerak lebih cepat dibandingkan jika digelindingkan pada lantai yang
permukaannya kasar.
2) Benda diam akan tetap diam
33

3) Benda bergerak akan tetap bergerak


b. Konsep dalam ilmu fisika
Konsep adalah sebuah ide yang diekspresikan dengan simbol atau kata.
Konsep menunjukkan pengertian tentang suatu objek, disebut juga sebagai
pembawa arti. Konsep dipakai untuk mendeskripsikan objek yang diamati, baik
materi atau energi. Konsep dibagi dua, yaitu simbol dan definisi. Konsep adalah
abstraksi dari kejadian-kejadian, banda-benda, atau gejala yang memiliki sifat
tertentu atau lambang. Konsep juga merupakan konstruksi mental yang digunakan
untuk menginterprestasika hasil observasi ikan, misalnya, memiliki karakteristik
tertentu yang membedakannya dengan reptil dan mamalia.
Konsep merupakan gambaran umum dari suatu idea tau gagasan dari sistem
penalaran. Biasanya gambaran umum yang bersifat abstrak. Dalam arti yang lebih
luas kita harus memberikan batas atau ruang lingkup agar jelas terbeda sesuatu
dengan yang lain, baik bentuk, sifat, atau material dari idea tau gagasan tersebut.
Kata konsep dan generalisasi sering dipergunakan secara bergantian. Konsep
kadangkala diartikan sebagai bayangan mental atau sudut pandang secara
individual. Sebagai contoh, jika seorang anak mempunyai konsep jarak bumi ke
bulan, maka konsep ini khas untuk dirinya sendiri. Sementara generalisasi adalah
pernyataan yang didasarkan atas akumulasi pengalaman-pengalaman yang terjadi
dalam komunitas ilmiah. Ciri-ciri konsep :
1) Konsep merupakan buah fikiran yang dimiliki seseorang. Konsep itu semacam
simbol.
2) Konsep itu timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan lebih dari
satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep itu adalah suatu generalisasi.
3) Konsep adalah hasil berfikir abstrak manusia yang merangkum banyak
pengalaman.
4) Konsep menyangkut keterkaitan fakta – fakta atau pemberian pola pada fakta-
fakta .
5) Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat disebabkab timbulnya pengetahuan
baru sehingga konsep tersebut harus mengalami perubahan.
6) Konsep itu berguna untuk membuat ramalan atau tafsiran.
34

Contoh :
1) Konsep percepatan : Simbol (a) = V/ t
Definisi nya, Konsep percepatan itu meliputi percepatan yang semakin cepat
(biasa disebut percepatan saja) dan percepatan yang semakin lambat (biasa
disebut perlambatan).
2) Konsep tentang perpindahan. Nama dari konsep adalah perpindahan,
definisinya adalah sebuah vektor yang arahnya dari benda pada kedudukan
awal menuju kedudukan akhir dan mempunyai besar yang sama dengan jarak
terpendek antara dua kedudukan.
3) Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
4) Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen dan 1 atom
oksigen.
c. Prinsip dalam ilmu fisika
Jika hukum mempunyai cakupan yang luas, maka prinsip mempunyai
cakupan yang terbatas. Prinsip dan hukum memiliki kemiripan, hanya pernyataan
sebuah prinsip kurang umum, sedangkan pernyataan yang dikategorikan ke dalam
hukum memiliki cakupan yang luas. Prinsip merupakan pernyataan yang berlaku
bagi sekolompok gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian. Prinsip
diperoleh lewat proses induksi dari hasil berbagai macam observasi.
Contoh :
1) Prinsip Archimedes
2) Prinsip Pascal
3) Logam bila dipanaskan memuai
4) Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin efektif proses fotosintesis
5) Larutan yang bersifat asam bila dicampur dengan larutan yang bersifat basa
akan membentuk garam dan bersifat netral.
6) Semakin besar perbedaan tekanan udara, semakin kuat angin berhembus.
d. Hukum dalam ilmu fisika
Hukum fisika ialah generalisasi ilmiah berdasarkan pada pengamatan
empiris. Hukum ialah kesimpulan yang diambil dari, atau hipotesis yang ditegaskan
oleh eksperimen ilmiah. Hukum fisika berbeda dari teori ilmiah dengan
35

kesederhanaannya. Teori ilmiah memiliki banyak persamaan sifat sebagai hukum,


namun umumnya lebih kompleks daripada hukum; mempunyai banyak komponen
bagian, dan lebih mungkin berubah sebagai kumpulan data percobaan yang tersedia
dan pengembangan analisis.
Hukum merupakan pernyataan yang singkat tapi bersifat umum dalam
menjelaskan perilaku alam. Terkadang pernyataan itu membentuk suatu
persamaan atau hubungan, misalnya Hukum II Newton. Suatu pernyataan disebut
hukum jika secara eksperimental berlaku secara luas. Hukum-hukum ilmiah
bersifat deskriptif; menjelsakan bagaimana alam berprilaku, tidak menjelsakan
bagaimana alam harus berprilaku. Berbeda dengan hokum politik
yang preskriptif, di mana menjelaskan bagaimana manusia harus beprilaku. Suatu
pernyataan disebut hukum jika validitasnya telah teruji secara luas. Walaupun
demikian, jika terdapat informasi-informasi baru yang muncul maka hukum-
hukum tertentu harus disesuaikan, bahkan harus dilenyapkan. Kekhasan hukum
dapat ditunjukkan dari :
1) Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian
2) Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable
Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan hubungan antara dua variable
atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Hukum adalah prinsip yang bersifat
spesifik. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari hal berikut :
1) Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian
2) Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable
Contoh :
1) Hukum I Newton yang menyatakan “sebuah benda yang diam akan cenderung
diam dan benda yang bergerak cenderung tetap bergerak dengan kecepatan
tetap jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda itu” ∑F = 0.
2) Hukum ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat arus dan
tegangan listrik, yaitu ”besarnya hambatan sebanding dengan besarnya
tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya”. Hukum
tersebut secara matematis dibahasakan dalam bentuk persamaan :
R = V/I
36

dimana :
R = tahanan
V = tegangan
I = kuat arus
e. Postulat dalam ilmu fisika
Postulat (asumsi/aksioma) atau patokan pikir itu adalah “suatu keterangan
yang benar”, yang kebenarannya itu dapat diterima tanpa harus diuji atau
dibuktikan lebih lanjut, digunakan untuk menurunkan keterangan lain sebagai
landasan awal untuk menarik suatu kesimpulan.
Contoh :
1) Suhu didataran tinggi lebih rendah dari pada didataran rendah
2) Benda padat berubah-ubah pada suhu yang berbeda
3) Rel kereta api di buat dari baja sejenis besi.
f. Teori dalam ilmu fisika
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Teori
juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia
membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena
tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku
hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya,
apabila kucing mengeong berarti minta makan). Teori merupakan usaha intelektual
yang sangat keras karena ilmuwan harus berhadapan dengan kompleksitas dan
kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan langsung.
Teori juga merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat
berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Menurut
Kerlinger (1973) yang terjemahannya sebagai berikut. “Suatu teori adalah
seperangkat pengertian (konsepsi) definisi dan proposisi yang saling berkaitan yang
menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari berbagai fenomena dengan
37

mengungkapkan adanya hubungan yang spesifik antar variabel, dengan tujuan


untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena tersebut.”
2. Ruang Lingkup Materi Fisika SMA
Pengembangan Kurikulum Fisika SMA/MA dilakukan dalam rangka
mencapai dimensi kompetensi pengetahuan, kerja ilmiah, serta sikap ilmiah sebagai
perilaku sehari-hari dalam berinteraksi dengan masyarakat, lingkungan dan
pemanfaatan teknologi, seperti yang tergambar pada Gambar 5. berikut.

Gambar 5. Kerangka Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam


Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa peserta didik mampu menerapkan
kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari di sekolah menjadi perilaku
dalam kehidupan masyarakat dan memanfaatkan masyarakat dan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Kerangka pengembangan Kompetensi Dasar (KD) Ilmu Pengetahuan Alam
mengacu pada Kompetensi Inti (KI) sebagai unsur pengorganisasi KD secara
vertikal dan horizontal. Organisasi vertikal KD berupa keterkaitan KD antar kelas
harus memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antar kompetensi yang dipelajari peserta didik. Organisasi
horizontal berupa keterkaitan antara KD suatu mata pelajaran dengan KD mata
pelajaran lain dalam satu kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat.
Pengembangan kompetensi dasar berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan
38

jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Semua kompetensi dasar


dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai KI.
Kompetensi Inti terdiri dari 4 (empat) aspek, yaitu: KI-1 (sikap spiritual), KI-
2 (sikap sosial), KI-3 pengetahuan, dan KI-4 (keterampilan). KD Sikap Spiritual
dan KD Sikap Sosial pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tidak
dirumuskan, tetapi hasil pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) dari
pengetahuan dan keterampilan, sehingga perlu direncanakan pengembangannya.
KI-3 pengetahuan dan KI-4 keterampilan dirinci lebih lanjut dalam KD mata
pelajaran. Pengembangan KD tidak dibatasi oleh rumusan Kompetensi Inti (KI),
tetapi disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, kompetensi, lingkup materi,
psikopedagogi. Namun demikian, perumusan KD harus mengacu ke Kompetensi
Inti. Kompetensi Inti di SMA/MA Kelas X, XI, dan XII disajikan pada Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Peta Kompetensi Inti SMA/MA
Kelas X Kelas XI Kelas XII
KI-1: Menghayati dan KI-1: Menghayati dan KI-1: Menghayati dan
mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran
agama yang agama yang agama yang dianutnya.
dianutnya. dianutnya.
KI-2: Menunjukkan KI-2: Menunjukkan perilaku KI-2: Menunjukkan perilaku
perilaku jujur, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
disiplin, tanggung- tanggungjawab, tanggungjawab, peduli
jawab, peduli (gotong peduli (gotong (gotong royong,
royong, kerjasama, royong, kerjasama, kerjasama, toleran,
toleran, damai), toleran, damai), damai), santun,
santun, responsif dan santun, responsif dan responsif dan pro-aktif
pro-aktif dan pro-aktif dan dan menunjukkan
menunjukkan sikap menunjukkan sikap sikap sebagai bagian
sebagai bagian dari sebagai bagian dari dari solusi atas
solusi atas berbagai solusi atas berbagai berbagai permasalahan
permasalahan dalam permasalahan dalam dalam berinteraksi
berinteraksi secara berinteraksi secara secara efektif dengan
efektif dengan efektif dengan lingkungan sosial dan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan alam serta dalam
alam serta dalam alam serta dalam menempatkan diri
menempatkan diri menempatkan diri sebagai cerminan
sebagai cerminan sebagai cerminan bangsa dalam
bangsa dalam bangsa dalam pergaulan dunia.
pergaulan dunia. pergaulan dunia.
39

Kelas X Kelas XI Kelas XII


KI-3: Memahami, mene- KI-3: Memahami, KI-3: Memahami,
rapkan, menganalisis menerapkan, dan menerapkan,
pengetahuan faktual, menganalisis menganalisis dan
konseptual, pengetahuan faktual, mengevaluasi
prosedural konseptual, pengetahuan faktual,
berdasarkan rasa prosedural, dan konseptual, prosedural,
ingin tahunya tentang metakognitif dan metakognitif
ilmu pengetahuan, berdasar-kan rasa berdasarkan rasa ingin
teknologi, seni, ingin tahunya tentang tahunya tentang ilmu
budaya, dan ilmu pengetahuan, pengetahuan,
humaniora dengan teknologi, seni, teknologi, seni,
wawasan budaya, dan budaya, dan
kemanusiaan, humaniora dengan humaniora dengan
kebangsaan, wawasan wawasan kemanu-
kenegaraan, dan kemanusiaan, siaan, kebangsaan,
peradaban terkait kebangsaan, kenega-raan, dan
penyebab fenomena kenegaraan, dan peradaban terkait
dan kejadian, serta peradaban terkait penyebab fenomena
menerap-kan penyebab fenomena dan kejadian, serta
pengetahuan dan kejadian, serta menerapkan
prosedural pada menerap-kan pengetahuan
bidang kajian yang pengetahuan prose- prosedural pada
spesifik sesuai dural pada bidang bidang kajian yang
dengan bakat dan kajian yang spesifik spesifik sesuai dengan
minatnya untuk sesuai dengan bakat bakat dan minatnya
memecahkan dan minat-nya untuk untuk memecahkan
masalah. memecahkan masalah.
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, KI 4: Mengolah, menalar, KI 4: Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam dan menyaji dalam menyaji, dan mencipta
ranah konkrit dan ranah konkrit dan dalam ranah konkrit
ranah abstrak terkait ranah abstrak terkait dan ranah abstrak
dengan dengan terkait dengan
pengembangan dari pengembangan dari pengembangan dari
yang dipelajarinya di yang dipelajarinya di yang dipelajarinya di
sekolah secara sekolah secara sekolah secara mandiri
mandiri, dan mampu mandiri, bertindak serta bertindak secara
menggunakan metode secara efektif dan efektif dan kreatif, dan
sesuai kaidah kreatif, serta mampu mampu menggunakan
keilmuan. menggunakan metode metode sesuai kaidah
sesuai kaidah keilmuan.
keilmuan.
40

Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran


tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Ruang lingkup materi Fisika untuk setiap jenjang pendidikan ditunjukkan pada
Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Ruang Lingkup Materi Ilmu Pengetahuan Alam
Ruang Ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Alam pada Jenjang
Lingkup
SD/MI I-III SD/MI IV-VI SMP/MTs SMA/MA
Kerja Ilmiah Mengajukan Mengajukan Merumuskan Merumuskan
dan Kesela- pertanyaan, pertanyaan, masalah, masalah,
matan Kerja memprediksi memprediksi, memprediksi, mengajukan
, melakukan melakukan melakukan hipotesis,
pengamatan, percobaan, percobaan, menentukan
mengumpulk mengumpulk mengumpulkan variabel,
an data, an dan data secara akurat, merancang dan
menarik mengolah mengolah data melakukan
kesimpulan, data, menarik secara sistematis, percobaan,
dan kesimpulan, menarik mengumpulkan
mengomuni- dan kesimpulan, dan mengolah data
kasikan hasil mengomunik mengomunikasikan secara sistematis,
percobaan asikan hasil hasil percobaan menarik
percobaan secara lisan kesimpulan, serta
maupun tertulis mengomunikasika
n hasil percobaan
secara lisan dan
tertulis
Makh-luk Bagian tubuh Gejala alam, Gejala alam, Obyek biologi
Hidup dan manusia dan lingkungan, lingkungan dan Meliputi 5
Sistem perawatan- tumbuhan, perubahannya, Kingdom
Kehidupan nya hewan, dan tumbuhan, hewan, Tingkat Organisasi
Makhluk manusia dan manusia secara Kehidupan
hidup di secara makro mikro (molekul, sel,
sekitarnya jaringan, organ,
(ciri, bagian, sistem organ,
cara peme- individu, populasi,
liharaan) komunitas,
ekosistem, dan
biosfer)
41

Ruang Ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Alam pada Jenjang


Lingkup
SD/MI I-III SD/MI IV-VI SMP/MTs SMA/MA
Ragam persoalan
biologi
(keanekaragaman
makhluk hdup,
makhluk hidup dan
lingkungan,
struktur dadn
fungsi, regulasi,
genetika, evolusi,
dan bioteknologi)
Energi dan Sumber dan Gaya dan Gerak dan Gaya Mekanika
Perubahan- Bentuk Gerak Usaha (kerja) dan Termodiamika
nya Energi Sumber Pesawat Sederhana Gelombang dan
Energi Tekanan Optik
Bunyi Gelombang dan Listrik Statis dan
Cahaya Optik Dinamik
Sumber Daya Kelistrikan dan Arus Bolak-balik
Alam Kemagnetan Fisika Modern
Suhu, Kalor, Teknologi ramah Teknologi Digital
dan lingkungan
Perpindahan
Kalor
Rangkaian
Listrik
Sederhana
dan Sifat
Magnet
Materi dan Ciri benda Perubahan Penggolongan dan Komposisi,
Perubahan- Wujud benda Wujud Perubahan materi Struktur, dan Sifat
nya Penggolonga Zat Aditif dan (Rumus Kimia,
n Materi Adiktif Struktur Atom,
Partikel Materi Ikatan Kimia, dan
Tabel Periodik
Unsur)
Transformasi
(Rekasi Kimia,
Persamaan Kimia,
Hukum-hukum
Dasar Kimia,
Stoikiometri,
Asam, Basa, dan
Larutan)
42

Ruang Ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Alam pada Jenjang


Lingkup
SD/MI I-III SD/MI IV-VI SMP/MTs SMA/MA
Dinamika (Laju
Reaksi,
Kesetimbangan
Kimia, Sifat
Koligatif)
Energitika
(Termokimia,
Elektrokimia)
Terapan Kimia/Isu
Kimia (Senyawa
Karbon, Senyawa
Anorganik)
Bumi dan Siang dan Tata Surya Lapisan Bumi Gerak Planet
Anta- riksa Malam Bumi, Bulan, Tata Surya dalam Tata Surya
Perubahan dan Matahari
Cuaca dan
Musim

Sains, Dampak Lingkungan Pemanasan Global Pemanasan Global


Lingku-ngan, Perubahan dan Teknologi Ramah dan Dampaknya
Teknolo-gi, Musim Kesehatan Lingkungan bagi Kehidupan
dan Masya- terhadap Perawatan Tanah dan Lingkungan
rakat Kegiatan Tumbuhan Energi Alternatif
Sehari-hari Sumber Daya
Alam

Dalam konteks mata pelajaran Fisika SMA, kurikulum Fisika SMA


mencakup rencana pengaturan materi pelajaran Fisika, dan cara pembelajaran
Fisika untuk mencapai kompetensi. Rencana pengaturan umum diwujudkan dalam
bentuk silabus pembelajaran Fisika, sedangkan rencana pengaturan yang lebih detil
diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Fisika.
Penyusunan RPP Fisika merupakan tugas dan kewenangan guru, dengan mengacu
pada silabus, buku guru, buku siswa, sumber belajar yang tersedia, serta
karakteristik peserta didiknya.
Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dipelajari dari jenjang
SD, SMP dan SMA. Materi Fisika yang dipelajari pada jenjang SD berbasis tema
dan fenomena Fisika sederhana, pada jenjang SMP berbasis fenomena Fisika
43

dengan pendekatan kualitatif, sedangkan pada jenjang SMA berbasis fenomena


Fisika dengan pendekatan kuantitatif.
Penjabaran materi Fisika ditunjukkan pada Tabel 3. Ruang lingkup mata
pelajaran Fisika pada jenjang SMA dijabarkan kedalam peta materi Fisika setiap
kelas sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4. Peta Materi Fisika

3. Karakteristik Belajar Fisika


Fisika memiliki berbagai karakteristik dalam pembelajaran. Karakteristik
belajar fisika diuraikan sebagai berikut:
a. Proses belajar fisika melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses
berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh: untuk mempelajari
pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang
melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda
(panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran
kuantitatif yang akurat.
b. Belajar fisika dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).
Misalnya: observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
44

c. Belajar fisika memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu


pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu
sangat terbatas.Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya
berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang
obyektif,sementara itu fisika mengutamakan obyektivitas. Contoh:
pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu
yaitu termometer.
d. Belajar fisika seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah
(misalseminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi
suatu objek, penyusunan hipotesis, dan lain-lain.Kegiatan tersebut kita lakukan
semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan
yang benar-benar obyektif. Contoh: sebuah temuan ilmiah baru untuk
memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke
persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat
Internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan
ahlinya.
e. Belajar fisika merupakan proses aktif. Belajar fisika merupakan sesuatu yang
harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Proses belajar
fisika, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan,
memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji
penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan
gagasannya pada pihak lain. Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk
belajar fisika, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui
kebiasaan berpikir dalam belajar fisika.Para ahli pendidikan dan pembelajaran
fisika menyatakan bahwa pembelajaran fisika hendaknya melibatkan siswa
dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif,psikomotorik, dan afektif.
4. Nilai-Nilai Ilmiah dalam Fisika
Adapun nilai-nilai ilmiah dalam Fisika antara lain :
a. Keinginan untuk mengetahui dan memahami rasa ingin tahu menjadi syarat
mutlak bagi seseorang dalam memahami suatu fenomena alam tersebut.
Dengan rasa keingintahuan yang tinggi mereka berusaha menebak hukum-
45

hukum dan prinsip-prinsip yang terjadi pada gejala atau fenomena alam yang
diamati.
b. Menanyakan segala hal. Pepatah mengatakan bahwa “Malu bertanya sesat di
jalan”. Bertanya merupakan salah satu nilai ilmiah yang harus dimiliki oleh
seorang yang ingin memahami ilmu fisika. Pertanyaan-pertanyaan yang kritis
terhadap segala hal tentang suatu fenomena alam yang terjadi akan membantu
seseorang memahami sesuatu lebih utuh.
c. Pengumpulan data-data dan pemaknaannya. Informasi merupakan hal yang
sangat penting dalam ilmu fisika. Informasi yangberupa data-data dari
pengamatan dan pengukuran yang akurat dan lengkap sangat diperlukan oleh
seseorang untuk menyusun hipotesa-hipotesa dan teori-teori serta menarik
kesimpulan dari suatu fenomena alam yang diamati.
d. Tuntutan pembuktian. Dalam ilmu pengetahuan, bukti menjadi sangat penting
untuk menjaga kredibilitas dari suatu teori. Ilmu pengetahuan bersifat tentatis,
artinya ilmu pengetahuan bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman
dan bukti-bukti baru yang ditemukan. Oleh karena itulah bukti sangat penting
untuk mempertahankan teori.
e. Taat logika. Seseorang yang belajar memahami ilmu pengetahuan alam tidak
boleh percaya pada hal-hal yang bersifat tahayul. Semua data harus dipahami
dan ditafsirkan secara logis.
f. Pertimbangan premis. Premis adalah syarat cukup bagi berlakunya suatu
keadaan. Seseorang harus kritis terhadap premis-premis yang diasumsikan oleh
orang lain ketika menarik kesimpulan-kesimpulan.
g. Pertimbangan konsekuensi. Seseorang juga dituntut untuk memikirkan
konsekuensi atau akibat dari penemuannya. Apakah penemuan itu berakibat
positif atau negatif. Pertimbangan positif dan negatif inilah yang harus dasar
dalam menentukan eksperimen atau pengamatan-pengamatan selanjutnya.
5. Prosedur Ilmiah dalam Fisika
Pada proses ilmiah ini setidaknya ada 7 tahap yaitu :
a. Menemukan permasalahan.
46

Permasalahan dalam fisika tidak lain adalah gejala-gejala alam dari benda-
bendayang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Rasa
ingin tahuyang tinggi menjadi modal dasar bagi seseorang untuk bisa
menemukan permasalahan.
b. Melakukan pengamatan.
Pada tahap ini seorang fisikawan dituntut cermat dan teliti. Dengan
kecermatan dan ketelitian tersebut diharapkan dapat mendapatkan suatu data
yang valid sehingga dapat dimanfaatkan dalam menentukan langkah
selanjutnya.
c. Mengajukan hipotesis.
Setelah mendapatkan data dan informasi dari hasil pengamatan suatu gejala
alam, seorang fisikawan harus mampu memberikan penafsiran-penafsiran
dari data yang diperoleh yang kemudian menjadi dasar untuk dilakukannya
eksperimen.
d. Melakukan eksperimen.
Eksperimen merupakan salah satu langkah untuk memperoleh data-data yang
dapat digunakan untuk membuktikan dan memperkuat penafsiran-penafsiran
yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam eksperimen ini fisikawan harus
mempunyai sikap jujur.
e. Menguji hipotesis.
Hasil eksperimen yang dilakukan tentunya dapat digunakan untuk
mengujiapakah hipotesis yang telah dibuat benar atau salah. Pengujian
hipotesis ini harus dilakukan dengan obyektif dan penuh kejujuran.
f. Kesimpulan.
Langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya mendukung dalam
menentukan kesimpulan.
g. Publikasi.
Publikasi menjadi langkah terakhir dalam proses ilmiah ini. Seorang
fisikawan harus menyampaikan hasil penemuannya apa adanya. Kalau
hasilnya buruk makaharus dikatakan buruk dan kalau baik harus dikatakan
baik.
47

6. Kompetensi Mempelajari Fisika


Setelah peserta didik mengikuti pembelajaran Fisika di SMA/MA diharapkan
memiliki kompetensi yang mencakup kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan sebagai berikut.
a. menjalani kehidupan dengan sikap positif dengan daya pikir kritis, kreatif,
inovatif, dan kolaboratif, disertai kejujuran dan keterbukaan, berdasarkan
potensi proses dan produk fisika;
b. memahami fenomena alam di sekitarnya, berdasarkan hasil pembelajaran sains
melalui bidang-bidang Fisika;
c. membedakan produk atau cara yang masuk akal dengan produk atau cara yang
tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip Fisika;
d. mengambil keputusan di antara berbagai pilihan yang dibedakan oleh hal-hal
yang bersifat ilmiah;
e. menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, terutama memilih
di antara cara-cara yang telah dikenal manusia berdasarkan pertimbangan
ilmiah;
f. mengenali dan menghargai peran Fisika dalam memecahkan permasalahan
umat manusia; dan
g. memahami dampak dari perkembangan Fisika terhadap perkembangan
teknologi dan kehidupan manusia di masa lalu, maupun potensi dampaknya di
masa depan bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.

E. Model Pembelajaran Fisika Berdasarkan Kurikulum 2013 Revisi 2016


Berikut adalah definisi model pembelajaran menurut para ahli yang dikutip
oleh M. Sobry Sutikno diantaranya adalah :
1. Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil digunakan untuk sosok utuh
konseptual dari aktivitas belajar mengajar yang secara keilmuan dapat diterima
dan secara operasional dapat dilakukan. Secara khusus, istilah model
pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
48

2. Menurut Arends yang dikutip Agus Suprijono, model pembelajaran mengacu


pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
3. Menurut Sunarwan mengartikan model pembelajaran sebagai gambaran
tentang keadaan nyata.
4. Menurut Dahlan model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang
digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur meteri pelajaran, dan
member petunjuk kepada pengajar dikelas dalam settingpengajaran ataupun
setting lainnya.
5. Pengertian model pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
Sedangkan pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang yang digunakan
seorang pendidik untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Cara pandang tersebut perlu direalisasikan dalam pembelajaran dengan
menggunakan model atau metode pembelajaran tertentu.
Dari beberapa definisi model pembelajaran diatas, dapat ditarik kesimpulan,
bahwa model pembelajaran fisika adalah sebagai kerangka konseptual dalam
keseluruhan alur atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran fisika yang
tergambar secara sistemik, dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru atau
perancang pembelajaran fisika dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar.
Dengan kata lain, model pembelajaran fisika adalah suatu rangkaian atau
rancangan segala sesuatu dalam pembelajaran fisika yang antara lain meliputi
kegiatan dalam pembelajaran, tahap-tahapan, pengelolaan kelas dan juga tujuan
pembelajaran. Seperti yang kita tahu bahwa model pembelajaran fisika adalah
sebagai pedoman seorang guru dalam menentukan jalannya pembelajaran fisika
demi terwujudnya suatu tujuan pembelajaran yang sudah di tentukan, agar
memudahkan siswanya dalam memahami materi pelajaran fisika.
49

Berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2016 terdapat empat model pembelajaran


yang disarankan antara lain:
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran Berbasis Masalah atau sering disebut dengan Problem Based
Learning. Model Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa pengertian
yaitu sebagai berikut.
f. Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pengajaran bercirikan
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar
berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan (Duch, 1995).
g. Menurut Boud dan Felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan
masalah-masalah praktis, berbentuk open ended melalui stimulus dalam belajar.
h. Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih
tinggi, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
i. Menurut Ward, 2002: Stepien, dkk., 1993 menyatakan bahwa model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah.
j. Ratnaningsih, 2003: menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami
suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada
awal pembelajaran.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
Berbasis Masalah yang dalam bahasa inggrisnya diistilahkan Problem-based
50

Learning (PBL) merupakan suatu strategi yang dimulai dengan menghadapkan


siswa pada masalah nyata.
PBL dimulai dengan suatu masalah yang memicu ketidaksetimbangan
kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga
memunculkan bermacam-macam pertanyaan disekitar masalah. Penerapan PBL
dalam pembelajaran dapat mendorong pebelajar mempunyai inisiatif untuk belajar
secara mandiri. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada
bagaimana dia membelajarkan dirinya.Lebih lanjut. PBL juga bertujuan untuk
membantu pembelajar belajar secara mandiri. Pembelajaran PBL dapat diterapkan
bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik.
Karakteristik model pembelajaran PBL menurut Rusman (2011: 232) adalah
sebagai berikut:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang
tidak terstuktur.
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL.
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif.
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalah.
i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar.
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
51

Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning menurut


Permendikbud no 59 (2014: 924) terdiri atas lima tahap seperti terlihat pada Gambar
6.

Gambar 6. Sintaks PBL


Fase pertama yaitu mengorientasikan peserta didik pada masalah.
Pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan
kegiatanyang akan dilakukan. Pendidik sebagai fasilitator harus mampu
menjelaskan dengan rinci apa yang yang harus dilakukan oleh peserta didik dan
bagaimana pendidik mengevaluasi proses pembelajaran. Sehingga peserta didik
dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Fase kedua adalah mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Dalam
memecahkan masalah, peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau
dengan temannya. Oleh sebab itu, pembelajaran dapat dimulai dengan
pembentukan kelompok. Permendikbud no 59 (2014: 926) menyatakan “prinsip-
prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan seperti kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota,
komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya”. Setelah
pembentukan kelompok, selanjutnya menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik
52

dan tugas-tugas penyelidikan. Kemudian pendidik memonitor kerja kelompok agar


dapat mengoptimalkan kegiatan penyelidikan.
Fase ketiga membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Penyelidikan
dilakukan melalui tahap pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan
penjelasan, dan memberikan pemecahan. Peserta didik mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen untuk memahami situasi permasalahan. Setelah peserta
didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena
yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam
bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Kemudian tugas pendidik untuk
menilai penjelasan peserta didik tersebut dalam bentuk pertanyaan.
Fase keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Setelah
melakukan penyelidikan maka peserta didik harus menyajikan hasil
penyelidikannya tersebut dalam bentuk laporan tertulis, video dan sebagainya.
Langkah selanjutnya adalah menampilkan hasil karya peserta didik di depan kelas,
kemudian kelompok lain dan pendidik memberikan umpan balik.
Fase kelima yaitu analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Fase ini
merupakan tahap akhir dalam PBL. Setelah menyajikan hasil penyelidikan, peserta
didik bersama kelompok menganalisis dan mengevaluasi kegiatan penyelidikan
yang mereka lakukan. Pendidik meminta saran dan pendapat yang diterima saat
penyajian hasil karya kelompok dapat dijadikan bahan untuk untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery
adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Berikut ini beberapa pengertian menurut
beberapa ahli yaitu:
a. Menurut Kamus Inggris-Indonesia (Bambang M. dan Munir, 2007) Discovery
berasal dari kata “Discover” yang berarti menemukan dan “Discovery” adalah
penemuan. Bahasa Indonesia memberi pengertian Discover sebagai
53

menemukan. Makna menemukan dalam pembelajaran mengarah pada


pengertian memperoleh pengetahuan yang membawa kepada suatu pandangan.
Cara belajar dengan menemukan (Discovery Learning) ini pertama kali
dikenalkan oleh Plato dalam dialog antara Socrates dan seorang anak.
b. Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner,
bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place
when the student is not presented with subject matter in the final form, but
rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986).
Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan aktif dalam belajar di kelas.
c. Model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005: 43).
d. Menurut Suprijono (2010:69) discovery learning merupakan pembelajaran
beraksentuasi ada masalah-masalah kontekstual. Proses belajar model ini
meliputi proses informasi, transformasi, dan evaluasi. Proses informasi, pada
tahap ini siswa memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari.
Pada tahap ini siswa melakukan penyandian atau encoding atas informasi yang
diterimanya. Berbagai respon diberikan siswa atas informasi yang
diperolehnya. Ada yang menganggap informasi yang diterimanya sebagai
sesuatu yang baru. Ada pula yang menyikapi informasi yang diperolehnya lebih
mendalam dan luas dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Model
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya
itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Teori Tentang Model Pembelajaran Discovery Learning, yaitu Teori Belajar
Jerome Bruner. Teori belajar Bruner ialah belajar penemuan atau discovery
learning. Belajar penemuan dari Jerome Bruner adalah model pengajaran yang
54

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam discovery


learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa terlibat aktif
dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalaui pemecahan masalah
atau hasil abstraksi sebagai objek budaya. Guru mendorong dan memotivasi siswa
untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatian yang memungkinkan
mereka untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk
mereka sendiri. Pembelajaran ini dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa.
Karakteristik utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.Ada sejumlah ciri-ciri proses
pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu :
a. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
b. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
c. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
d. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada
hasil.
e. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
f. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
g. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
h. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
i. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
j. Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis.
k. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
l. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru.
m. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
n. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
o. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
55

p. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan


pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata.

Sintaks model pembelajaran discovery learning yaitu,


a. Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning)
adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya)
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi)
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, langkah-langkah model Discovery Learning adalah
seperti pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7. Sintaks Discovery Learning


a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
56

Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan


kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah).
c. Data collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
57

alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004 : 244).


Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PJBL)
Model pembelajaran berbasis proyek dalam Abidin (2007:167)
merupakan model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan
menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Model pembelajaran berbasis
proyek ini sebenarnya bukanlah model baru dalampembelajaran. Walaupun
MPBP dapat dikatakan sebagai model lama, model ini masih banyak digunakan
dan terus dikembangkan karena dinilai memiliki keunggulan tertentu dibanding
dengan model pembelajaran lain. Salah satu keunggulan tersebut yaitu merupakan
salah satu model pembelajaran yang sangat baik dalam mengembangkan berbagai
keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa termasuk keterampilan berfikir,
keterampilan membuat keputusan, kemampuan berkreativitas, kemampuan
memecahkan, dan sekaligus dipandang efektif untuk mengembangkan rasa
percaya diri danmanajemen diri para siswa.
Project Based Learning ialah proses pembelajaran yang secara langsung
melibatkan siswa untuk menghasilkan suatu proyek. Pada dasarnya model
pembelajaran ini lebih mengembangkan keterampilan memecahkan dalam
mengerjakan sebuah proyek yang dapat menghasilkan sesuatu. Dalam
implementasinya, model ini memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk
membuat keputusan dalam memiliki topik, melakukan penelitian, dan
58

menyelesaikan sebuah proyek tertentu. pembelajaran dengan menggunakan


proyek sebagai metoda pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-
olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.
Karakteristik Model Project Based Learningdari Diffily and Sassman dalam
Abidin (2007:168) menjelaskan bahwa model pembelajaran ini memiliki tujuh
karakteristik sebagai berikut:
a. Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran
b. Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata
c. Dilaksanakan dengan berbasis penelitian
d. Melibatkan berbagai sumber belajar
e. Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan
f. Dilakukan dari waktu ke waktu
g. Diakhiri dengan sebuah produk tertentu.

Sintaks model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat terlihat


pada Gambar 8 berikut.

Gambar 8. Sintaks Model Project Based Learning (PjBL)


a. Menyiapkan Pertanyaan Atau Penugasan Proyek
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapatmemberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
59

sebuah investigas mendalamdan topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek,
(3)membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan
proyek,dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor Kegiatan dan Perkembangan Proyek(Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan
menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses
monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta
didik,memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
60

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan


refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnyy
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
4. Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL)
Kata “Inquiry” berasal dari bahasa inggris yang berarti mengadakan
penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan
Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti
pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Sumantri (1999:164), menyatakan
bahwa metode inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang memberi
kesempatankepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau
tanpa bantuan guru. Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir
ilmiah pada diri siswa, dan menempatkan siswa dalam suatu peran yang
menuntut inisiatif besar dalam menemukan hal-hal penting untuk dirinya sendiri.
Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu
pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau
mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu
mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang
disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi
siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai
pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang
direncanakan oleh guru.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Inquiry
Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru melibatkan
siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara bertanya, aktivitas
problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu dalam
persiapannya.
61

Sintaks model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) menurut Pedaste


dkk (2015: 54) seperti pada Gambar 9 berikut:

Gambar 9. Sintaks Model Inquiry Based Learning (IBL)


a. Orientasi (Orientation)
Berfokus pada merangsang minat dan rasa ingin tahu terkait dengan masalah
yang dihadapi. Selama fase ini topik belajar diperkenalkan berdasarkan lingkungan
sekitar yang diberikan oleh guru atau ditemukan sendiri oleh peserta didik. Variabel
utama yang diidentifikasi selama tahap orientasi adalah memunculkan
permasalahan.
b. Konseptualisasi (conceptualization)
Fase konseptualisasi (conceptualization) merupakan proses memahami
konsep-konsep dari permasalahn masalah yang dimunculkan. Fase ini dibagi
menjadi sub-fase, questioning (pertanyaan) dan hypothesis generation (hipotesis
umum). Kedua sub-fase tersebut sama-sama menghasilkan hasil yang belum dapat
dibedakan. Pada sub-fase questioning (pertanyaan) proses menghasilkan
pertanyaan berdasarkan masalah yang muncul, sementara pada sub fase hypothesis
generation (hipotesis umum) proses menghasilkan hipotesis terhadap masalah.
Kedua sub fase ini didasarkan pada teori kebenaran dan berisi variabel bebas dan
terikat, tetapi memiliki satu perbedaan utama, dimana hipotesis diarahkan kepada
hubungan antara variabel yang diberikan dalam hipotesis yang tidak muncul dalam
kasus pertanyaan penelitian. Secara umum, hipotesis adalah penyusunan
pernyataan atau seperangkat pernyataan, sementara pertanyaan adalah penyusunan
pertanyaan yang dapat diinvestigasi. Dengan demikian, hasil dari fase
62

Konseptualisasi adalah pertanyaan penelitian atau hipotesis yang akan diteliti atau
keduanya jika pertanyaan penelitian pertama dirumuskan dan kemudian hipotesis
yang dihasilkan berdasarkan pertanyaan.
c. Investigasi (investigation).
Fase investigasi (investigation) merupakan fase di mana rasa ingin tahu yang
berubah menjadi tindakan untuk menanggapi pertanyaan penelitian yang muncul
atau hipotesis. Sub-fase investigasi meliputi eksplorasi, eksperimentasi, dan data
interpretasi. Pada sub-fase eksplorasi, proses pembuatan data yang sistematis dan
terencana atas dasar pertanyaan penyelidikan yang muncul, sub-fase eksperimentasi
proses merancang dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis sedangkan
sub-fase data interpretasi, difokuskan pada proses pembuatan makna dari data yang
dikumpulkan dan mensintesis pengetahuan baru.Hasil akhir dari fase investigasi
merupakan interpretasi data (formulasi dari hubungan antara variabel) yang akan
memungkinkan kembali ke pertanyaan penelitian atau hipotesis dan mengambil
kesimpulan mengenai apa yang dipertanyakan atau hipotesis.
d. Kesimpulan (conclusion)
Fase kesimpulan (conclusion) merupakan fase di mana kesimpulan dasar dari
pelajaran yang dilakukan. Pada fase ini peserta didik menjawab pertanyaan
penelitian atau hipotesis dan mempertimbangkan apakah ini menjawab atau
mendukung oleh hasil penelitian. Ini dapat melahirkan wawasan teoritis yang baru.
Hasil dari fase kesimpulan (conclusion) merupakan kesimpulan akhir tentang
temuan dari pembelajaran berbasis inquiry, menanggapi pertanyaan penelitian atau
hipotesis
e. Diskusi (Discussion)
Fase diskusi (discussion) terdiri sub-fase komunikasi (communication) dan
refleksi (reflection). Komunikasi dapat dilihat sebagai proses eksternal di mana
peserta didik hadir dan berkomunikasi terhadap temuan dan kesimpulan mereka
kepada peserta didik lain, dan menerima umpan balik dan komentar dari orang lain,
dan kadang-kadang bisa mendengarkan orang lain dan mengartikulasikan dengan
pemahaman sendiri. Refleksi didefinisikan sebagai proses mencurahkan apa pun
yang ada dalam pikiran peserta didik, misalnya, pada keberhasilan proses
63

penyelidikan (inquiry) atau menyarankan bagaimana proses pembelajaran berbasis


inquiry dapat ditingkatkan kedepannya. Hal ini dipandang sebagai proses internal
(Apa yang saya lakukan? Mengapa saya melakukannya? Apakah saya
melakukannya dengan baik? Apa pilihan lain pada situasi yang sama?). dalam
proses ini, beberapa kegiatan, seperti bermain peran, menulis buku harian atau
narasi, dan membimbing pertanyaan. Dengan demikian, refleksi sering lebih
terfokus pada proses pembelajaran berbasis inquiry dan komunikasi terfokus pada
hasil yang didapatkan. Kedua sub-fase diskusi ini dapat dilihat sebagai terjadi pada
dua tingkat kemungkinan: (1) berkomunikasi atau refleksi pada seluruh proses di
akhir pembelajaran berbasis inquiry atau (2) komunikasi dan refleksi dalam seluruh
proses disetiap masing-masing fase sebelumnya.
Kelima fase dari model Inquiry Based Learning (IBL) berlangsung secara
paralel satu sama lain yang saling berhubungan. Terutama pada fase komunikasi
yang bisa terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Karakteristik Model Inquiry Based Learning yaitu model inquiry ini
berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki
dorongan untuk menemukan sendiri pengetahunanya. Rasa ingin tahu tentang
keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia.
Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui
indra pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indraindra lainnya.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri
ini, yaitu :
a. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
menari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan
demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
64

kritis.Tujuan utama pembelajaran melalui model Inquiry Based Learning ini


adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual
dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
65

BAB III
PEMBAHASAN

A. Matriks Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika SMA, Model Pembelajaran Fisika SMA
Tabel 1. Matriks Hubungan Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika SMA, Model Pembelajaran Fisika SMA
Karakteristik Peserta didik Hakikat Pembelajaran
Karaktristik Fisika SMA Model Pembelajaran Fisika
SMA Fisika SMA
a. Perkembangan a. Pembelajaran Karakteristik Fisika Secara 1. Model Discovery Learning
Karakteristik Berupa Merupakan suatu proses Umum Karakteristik :
Perkembangan Fisik interaksi antara pendidik dan a. Fisika merupakan suatu a. Mengeksplorasi dan
- Pertumbuhan fisik peserta didik dan sumber kumpulan pengetahuan memecahkan masalah
mengalami perubahan belajar pada suatu yang tersusun secara untuk menciptakan,
lebih cepat dimana jelas lingkungan belajar sehingga sistematis, dan dalam menggabungkan dan
terlihat pada tungkai terjadi perubahan perilaku ke penggunaannya secara menggeneralisasi
dan tangan, tulang kaki arah yang lebih baik baik umum terbatas pada gejala- pengetahuan;
dan tangan, serta otot- dari pribadi peserta didik. gejala alam. (Fakta) b. Berpusat pada siswa;
otot tubuh berkembang b. Hakikat Ilmu Fisika b. Fisika merupakan suatu kegiatan untuk
pesat. ilmu tentang alam dalam rangkaian konsep yang c. Menggabungkan
makna terluas yang saling berkaitan. pengetahuan baru dan
b. Perkembangan mempelajari gejala alam Menggunakan bagan- pengetahuan yang sudah
Karakteristik Seksual. baik yang tidak hidup atau bagan konsep yang telah ada
Berkembangnya hormon- materi dalam lingkup ruang berkembang sebagai suatu Sintak :
horman pada anak baik itu dan waktu yang terkumpul hasil eksperimen dan 1.Persiapan
pria dan wanita yang mana menjadi sebuah kumpulan observasi, yang bermanfaat 2.Pelaksanaan
hormon tersebut dapat pengetahuan atau jalan untuk eksperimentasi dan a. Stimulation
merangsang kesuburan berfikir dan cara untuk observasilebih lanjut (stimulus/pemberian
anak penyelidikan (Konsep) rangsangan).
c. Pembelajaran Fisika
66

kesadaran murid untuk c. Fisika merupakan b. Problem statement


memperoleh konsep dan pengetahuan teoritis yang (pernyataan/identifikasi
jaringan konsep Fisika baik disusun dengan cara yang masalah)
melalui eksplorasi dan khas atau khusus, yaitu c. Data collection
eksperimentasi yang dengan melakukan (Pengumpulan Data)
bertujuan untuk observasi, eksperimentasi, d. Data Processing
menghasilkan siswa yang penyimpulan, penyusunan (Pengolahan Data)
memiliki potensi baik dalam teori,eksperimentasi, e. Verification
sikap, pengetahuan, dan observasi dan demikian (Pembuktian)
keterampilan seterusnya (Prinsip) f. Generalization (menarik
d. Fisika mempunyai nilai kesimpulan/generalisasi
ilmiah yang mana
kebenaran dalam Fisika
dapat dibuktikan lagi oleh 2. Model
semua orang dengan Pembelajaran Problem Based
c. Perkembangan menggunakan metode Learning (PBL)
Karakteristik Berpikir ilmiah dan prosedur Karakteristik :
- Perkembangan kognitif (Prosedur) a. Permasalahan menjadi
remaja, dalam e. Fisika meliputi empat starting point dalam
pandangan Jean Piaget unsur, yaitu produk, belajar.
(seorang ahli proses, aplikasi dan sikap. b. Permasalahan yang ada di
perkembangan kognitif) Karakteristik Fisika dalam dunia nyata yang tidak
merupakan periode Pembelajaran terstuktur.
terakhir dan tertinggi  Proses belajar fisika c. Permasalahan
dalam tahap melibatkan hampir semua membutuhkan perspektif
pertumbuhan operasi alat indera, seluruh proses ganda (multiple
formal (period of formal berpikir, dan berbagai perspective).
operations). macam gerakan otot
67

- Pada periode ini,  Belajar fisika dilakukan d. Permasalahan, menantang


idealnya para remaja dengan menggunakan pengetahuan yang
sudah memiliki pola berbagai macam cara dimiliki oleh siswa, sikap,
pikir sendiri dalam (teknik). dan kompetensi yang
usaha memecahkan  Belajar fisika memerlukan kemudian membutuhkan
masalah-masalah yang berbagai macam alat, identifikasi kebutuhan
kompleks dan abstrak. terutama untuk membantu belajar dan bidang baru
- Kemampuan berpikir pengamatan. dalam belajar.
para remaja  Belajar fisika seringkali e. Belajar pengarahan diri
berkembang melibatkan kegiatan- menjadi hal yang utama.
sedemikian rupa kegiatan temu ilmiah f. Pemanfaatan sumber
sehingga mereka (misal seminar, konferensi pengetahuan yang
dengan mudah dapat atau simposium), studi beragam, penggunaanya,
membayangkan banyak kepustakaan, mengunjungi dan evaluasi sumber
alternatif pemecahan suatu objek, penyusunan informasi merupakan
masalah beserta hipotesis, dan lain-lain. proses yang esensial
kemungkinan akibat  Belajar fisika merupakan dalam PBL.
atau hasilnya. proses aktif. Belajar fisika g. Belajar adalah
- Namun masih belum merupakan sesuatu yang kolaboratif, komunikasi
optimal di Indonesia harus siswa lakukan, bukan dan kooperatif.
yang bisa saja sesuatu yang dilakukan h. Pengembangan
diakibatkan oleh sistem untuk siswa keterampilan inquiry dan
pendidikan di Indonesia pemecahan masalah sama
yang tidak banyak pentingnya dengan
menggunakan metode penguasaan isi
belajar-mengajar satu pengetahuan untuk
arah (ceramah) dan mencari solusi dari
kurangnya perhatian sebuah permasalah.
68

pada pengembangan i. Keterbukaan proses


cara berpikir anak. dalam PBL meliputi
- Penyebab lainnya bisa sintesis dan integrasi dari
juga diakibatkan oleh sebuah proses belajar.
pola asuh orangtua yang j. PBL melibatkan evaluasi
cenderung masih dan review pengalaman
memperlakukan remaja siswa dan proses belajar.
sebagai anak-anak, Sintak :
sehingga anak tidak Fase 1: Mengorientasikan
memiliki keleluasan siswa/mahasiswa pada masalah
dalam memenuhi tugas Fase2: Mengorganisasikan
perkembangan sesuai pebelajar untuk belajar
dengan usia dan Fase 3: Membimbing
mentalnya. penyelidikan individu dan
kelompok
Fase4: Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Fase 5: Menganalisa dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah

3. Model IBL
Karakteristik :
a.Strategi inkuiri menekankan
d. Perkembangan kepada aktivitas siswa secara
Karakteristik Emosi Yang maksimal untuk menarik dan
Cenderung Meluap-Meluap menemukan, artinya strategi
69

Emosi pada remaja masih labil inkuiri menempatkan siswa


karena belum bisa mengontrol sebagai subjek belajar.
emosi dengan baik dan hanya b.Seluruh aktivitas yang
menuruti ego dalam diri sendiri dilakukan siswa diarahkan
untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang
dipertanyakan
c.Tujuan dari penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis
Sintak :
1) Orientasi (Orientation)
2)Konseptualisasi
(conceptualization)
3) Investigasi (investigation).
4) Kesimpulan (conclusion)
5) Diskusi (Discussion)

4. Model PJBL
Karakteristik :
a. Melibatkan siswa secara
e. Perkembangan langsung dalam
Karakteristik Dalam pembelajaran
Kehidupan Sosialnya
70

- Sebagai makhluk sosial, b. Menghubungkan


individu dituntut untuk pembelajaran dengan dunia
menguasai ketrampilan- nyata
ketrampilan sosial dan c. Dilaksanakan dengan
kemampuan berbasis penelitian
penyesuaian diri d. Melibatkan berbagai sumber
terhadap lingkungan belajar
sekitarnya. e. Bersatu dengan pengetahuan
- Pada remaja sangat dan keterampilan
penting menajaga f. Dilakukan dari waktu ke
keterampilan sosial agar waktu
tidak terjadi kesulitan g. Diakhiri dengan sebuah
dalam menyesuaikan produk tertentu.
diri dengan lingkungan Sintak :
sekitarnya sehingga 1. Menyiapkan Pertanyaan
dapat menyebabkan Atau Penugasan Proyek
rasa rendah diri, 2. Mendesain Perencanaan
dikucilkan dari Proyek (Design a Plan for
pergaulan, cenderung the Project)
berperilaku yang 3. Menyusun jadwal (Create
kurang normatif a Schedule)
(misalnya asosial 4. Memonitor Kegiatan Dan
ataupun anti sosial), dan Perkembangan Proyek
bahkan dalam (Monitor the Students and
perkembangan yang the Progress of the
lebih ekstrim bisa Project)
menyebabkan 5. Menguji Hasil (Assess the
terjadinya gangguan Outcome)
71

jiwa, kenakalan remaja, 6. Mengevaluasi


tindakan kriminal, Pengalaman (Evaluate the
tindakan kekerasan, Experience
dsb.

f. Perkembangan
Karakteristik Moral
- Remaja tidak lagi
menerima hasil
pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut
yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan
keabsahan pemikiran
yang ada dan
mempertimbangan
lebih banyak alternatif
lainnya.
Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan
keluar dan membandingkannya
dengan hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Peranan orangtua
atau pendidik amatlah besar
dalam memberikan alternatif
72

jawaban dari hal-hal yang


dipertanyakan oleh putra-putri
remajanya. Orangtua yang
bijak akan memberikan lebih
dari satu jawaban dan alternatif
supaya remaja itu bisa berpikir
lebih jauh dan memilih yang
terbaik.
73

B. Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model Sesuai


Anjuran Kurikulum 2013

Materi gerak suhu dan kalor merupakan materi SMA kelas X Semester 1
dengan KD. 3.7 dan KD 4.1 KD 4.8 pada kelas XI ini yaitu Menganalisis hubungan
antara perubahan suhu dan banyaknya kalor yang dihasilkan dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun kata kerja operasional yang digunakan pada KD 3.7 ini yaitu
menganalisis, yang mana menganalisis ini berada pada posisi C4. Adapun
kemampuan yang harus ada pada peserta didik yaitu kemampuan untuk merinci
atau menguraikan suatu masalah, mampu untuk mentransfer pengetahuan yang
mana pada materi suhu dan kalor ini terdapat materi besaran-besaran fisika
sehingga peserta didik hendaknya dapat mentransfer pengetahuan matematika yang
telah mereka miliki sebelumnya, kemudian peserta didik diharapkan memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi bagian-bagian dan melakukan
pengkajian yang mana pada materi suhu dan kalor ini yaitu pengaruh perubahan
suhu dengan banyaknya kalor yang akan dihasilkan dan dan besaran-besaran
terkaitnya.
Dari ketiga perpaduan materi tersebut peserta didik diharapkan mampu
mengkaji uraian dari besaran-besaran tersebut yang mana kesemua kemampuan
tersebut dapat ditunjang dengan penggunaan media dalam pembelajaran. Kemudian
untuk KD 4.1 terdapat kata kerja operasional yaitu melakukan yang mana kata kerja
operasional ini terletak pada posisi P2 yaitu setara dengan melakukan. Yang mana
nantinya peserta didik diharapkan dapat melakukan percobaan mengenai suhu dan
kalor ini. Untuk lebih jelasnya, berikut pemaparan Kompetensi Inti, Kompetensi
Dasar, dan Indikator materi suhu dan kalor.
1. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong


royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
74

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

2. Peta Konsep Materi Suhu dan Kalor


75
74

3. Matriks Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model Sesuai Anjuran Kurikulum 2013

Tabel 2. Matriks Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model Sesuai Anjuran Kurikulum 2013

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
3.71 Menganalisis C4 (Menganalisis) Melalui kegiatan  Dalam Fakta 1. Model Model Inkuiri
pengaruh  Mendefenisikan pembelajaran menganalisis,  Air yang mendidih PBL(Problem Based Learning
kalor pengertian suhu dalam proses peserta didik  Es batu yang mencair Based (IBL)
terhadap dan kalor mencari hendaknya  Pertambahan panjang rel Learning) Langkah-langkah
suhu benda.  Mengidentifikasi informasi, memiliki kereta api saat siang hari 2. Model Pembelajaran:
4.11 Melakukan besaran-besaran menanya, kemampuan Discovery  Mengorientasikan
percobaan yang terkait dengan bereksperimen untuk merinci Konsep Learning peserta didik pada
hubungan materi suhu dan dan berdiskusi atau  Suhu adalah derajat yang 3. Model PjBL masalah
suhu dan kalor peserta didik menguraikan menyatakan panas atau (Project Melakukan
kalor  Menentukan dapat memahami suatu dinginnya suatu benda. Based demonstrasi
berikut persamaan kalor pengetahuan masalah/soal  Termometer merupakan alat Learning) pengukuran suhu
presentasi  Menghitung faktual, menjadi ukur suhu. 4. Model IBL dengan tangan
serta makna besarnya konseptual, dan bagian-bagian  Satuan internasional suhu (Inkuiri Based  Konseptualisasi
fisisnya. ertambahan prosedural yang lebih kecil adalah Kelvin (K) Learning) Bertanya
panjang benda tentang dan mampu  Pemuaian adalah  Membimbing
(pemuaian) hubungan antara untuk peserta didik
pertambahan panjang yang
 Menentukan suhu dan kalor memahami untuk bertanya
terjadi pada benda .
dalam kehidupan hubungan di terkait
pengaruh kalor  Kalor merupakan bentuk
dengan perubahan sehari-hari serta antara bagian- demonstrasi
energy yang berpindah
bentuk bentuk mampu bagian tersebut. yang dilakukan
karena adanya perbedaan
benda membangun - Peserta didik Hipotesis umum
suhu.
kesadaran akan dituntut untuk
75

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
 Melaksanakan kebesaran Tuhan mampu  Satuan untuk menyatakan  Menyuruh
percobaan untuk YME dan mentransfer kalor adalah joule (J) atau peserta didik
menetukan mampu pengetahuan Kalori (kal). untuk membuat
hubungan suhu dan menunjukkan matematika hipotesis umum
kalor sikap ilmiah dan dalam Prinsip tentang masalah
keterampilan menentukan Kalor adalah energi panas yang diberikan
procedural hubungan zat yang dapat berpindah  Investigasi
melalui proses besaran yang dari suhu tinggi ke suhu Eksplorasi
mencoba, telah dipelajari. rendah. Jika mengalami  Guru
mengasosiasi - Peserta didik perubahan suhu maka : memancing
dan dituntut untuk siswa untuk
mengkomunikasi melakukan mengingat
kannya dalam pemecahan pelajaran suhu
presentasi dan masalah yang dan kalor
laporan tertulis. berupa  Memancing
menguraikan Namun jika tidak siswa untuk
masalah mengalami perubahan suhu mencari materi
menjadi (berubah wujud) maka : suhu dan kalor
bagian-bagian pada proses
dan meneliti, Untuk Es menjadi Cair peribahan es
mengkaji, serta batu menjadi air
menyusun  Memaparkan
kembali bagian materi suhu dan
tersebut kalor
menjadi suatu Eksperimen
Untuk Cair menjadi Gas
kesatuan
(Uap)
76

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
sehingga  Mengorganisasi
merupakan kan kegiatan
penyelesaian pembelajaran
akhir  Melakukan
- Saat proses Keterangan : pembagian
diskusi dan bahan berupa
praktikum Q = Kalor (Joule) LKPD
diharapkan c = kalor jenis zat (J/kg K)  Melakukan
sikap C = kapasitas panas suatu pembagian
spiritual benda (J/K) kelompok untuk
(jujur) dan ΔT = perubahan suhu zat kegiatan
sikap sosial (K) praktikum
(teliti, L = kalor laten lebur (J/kg)  Membimbing
kerjasama, U = kalor laten uap (J/kg) dalam kegiatan
percaya eksperimen
diri, Konversi satuan kalor suhu dan kalor
tamggung  Membimbing
jawab, 1 kalori = 4,2 Joule dalam diskusi
disiplin, 1 Joule = 0,24 kalori hasil praktikum
santun dan Interpretasi data
menghargai Pemuaian adalah bertambah  Membimbing
pendapat besarnya ukuran suatu dalam
orang lain) benda karena kenaikkan Menganalisis
peserta suhu yang terjadi pada dan mengolah
didik dapat benda tersebut. data praktikum
tumbuh dan Kesimpulan
77

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
berkembang 1. Pemuaian Zat Padat  Membimbing
dengan baik dalam
- Menunjukk Ada 3 jenis pemuaian pada merumuskan
an sikap zat padat, yakni : kesimpulan
ilmiah pada  Diskusi
saat a. Pemuaian Panjang Komunikasi
melaksanak  Mempresentasik
an an hasil
percobaan praktikum
gerak Refleksi
harmonik  Melakukan
pada Keterangan : penilaian dan
ayunan refleksi
bandul LT = Panjang total (m) terhadap hasil
 Kemampuan Lo = panjang mula-mula (m) kerja kelompok
yang harus ΔL = pertambahan panjang
dimiliki peserta (m) Sistem sosial:
didik dalam ΔT = selisih suhu awal dan  Kerja sama
menyelesaikan akhir (oC atau oK) dalam
masalah adalah α = koefisien muai panjang (oC- kelompok
sebagai berikut 1 atau oK-1)  Toleransi dalam
: kerja kelompok
Menurut Young b. Pemuaian Luas
dan Freedman Adanya prinsip-
(2012: 3) prinsip reaksi:
menjelaskan
78

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
menyelesaikan  Memberikan
soal fisika ada penilaian dan
empat langkah refleksi terhadap
yang dilakukan hasil praktikum
meliputi: Keterangan :  Memberikan
- Pertama, pujian terhadap
mengidentifikas AT = Luas total (m2) siswa yang aktif
i konsep Ao = luas mula-mula (m2)  Memberikan
relevan ΔA = pertambahan luas (m2) reward kepada
(identify). ΔT = selisih suhu awal dan kelompok yang
Pada langkah akhir (oC atau oK) paling aktif
ini siswa β = koefisien muai luas (oC-
1
menggunakan atau oK-1) Sistem pendukung:
kondisi yang  Alat peraga
dinyatakan c. Pemuaian Volume  bahan ajar berupa
dalam masalah LKPD
untuk  alat dan bahan
menentukan untuk praktikum
konsep fisika
yang relevan
dan Keterangan :
mengidentifikas
i variabel yang VT = Volume total (m3)
dicari seperti Vo= volume mula-mula (m3)
membuat daftar ΔV = pertambahan volume (m3)
besaran yang ΔT = selisih suhu awal dan
79

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
diketahui dan akhir (oC atau oK)
menentukan γ = koefisien muai volume (oC-
1
besaran ditanya. atau oK-1)
- Kedua, set up
the problem dimana :
Pada langkah
ini menentukan
persamaan yang
sesuai untuk
memecahkan
masalah, 2. Pemuaian Zat Cair
membuat sketsa
mendeskripsika Pada zat cair terjadi Pemuaian
n masalah. volume
- Ketiga, execute
solusi.
Pada langkah
ini
menggunakan
persamaan, Keterangan :
mensubtitusika
n nilai yang VT = Volume total (m3)
diketahui ke Vo= volume mula-mula (m3)
persamaan dan ΔV = pertambahan volume (m3)
melakukan ΔT = selisih suhu awal dan
operasi akhir (oC atau oK)
80

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
matematika γ = koefisien muai volume (oC-
1
menemukan atau oK-1)
solusi.
- Keempat, 3. Pemuaian Zat Gas
evaluasi
jawaban(evalua Pada zat gas terjadi pemuaian
si). Peserta volume
didik mengecek
satuan dan
mengecek
kesesuaian
dengan konsep.

Keterangan :

VT = Volume total (m3)


Vo= volume mula-mula (m3)
ΔV = pertambahan volume (m3)
ΔT = selisih suhu awal dan
akhir (oK)

D. Perpindahan Kalor

Energi panas/kalor dapat


berpindah melalui berbagai
cara, antara lain :
81

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih

1. Konduksi

Konduksi merupakan
perpindahan kalor tanpa disertai
perpindahan partikel-
partikelnya.

Keterangan :

H = Laju hantar kalor (J/s atau


Watt)
Q = Jumlah aliran kalor (J)
t = selang waktu (s)
k = konduktivitas termal
A = luas penampang benda (m2)
L = tebal benda atau jarak antar
ujung benda (m)
ΔT = perbedaan suhu kedua
ujung

2. Konveksi
82

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih

Konveksi merupakann
perpindahan kalor dengan
disertai perpindahan partikel-
partikelnya.

Keterangan :

H = Laju hantar kalor (J/s)


Q = Jumlah aliran kalor (J)
t = selang waktu (s)
h = koefisien konveksi
A = luas penampang benda
(m2)
ΔT = perbedaan suhu

3. Radiasi

Radiasi adalah perpindahan


kalor tanpa zat perantara.
83

Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih

Keterangan :

P = Laju hantar kalor (J/s)


Q = Jumlah aliran kalor (J)
t = selang waktu (s)
e = emisivitas bahan
σ = tetapan Boltzmann (5,67
x 10-8 Wm-2 K-4)
A = luas permukaan benda
pemancar (m2)
T = suhu benda (K)

Prosedur
 Percobaan perpindahan
kalor
 Percobaan azas black
83

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran fisika adalah sebagai kerangka konseptual dalam
keseluruhan alur atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran fisika yang
tergambar secara sistemik, dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru atau
perancang pembelajaran fisika dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran
2. Pemilihan model pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik materi
Fisika yang akan diajarkan. Karakteristik materi Fisika terdiri dari fakta,
konsep, prinsip, prosedur, hukum, postulat, dan teori Fisika.
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik untuk selanjutnya.
84

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Doughlas. C.. 2012. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. 2013. Diklat Pendidik Dalam Rangka Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta : Kemendikbud
Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kemendikbud.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta
Sudibyo, Bambang. 2006. Undang-Undang Repubkik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.
Sutrisno. 2006. Fisika dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia
Qodir, Abdul. 2012. Konsep Teori, Model, dan Hukum Fisika. [online]:
http://aqodirt.blogspot.com/2012/02/konsep-teori-model-dan-hukum-
fisika.html?m=1
Young, Hugh D. dan Freedman, Roger A., 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/01/pengelompokkan-model-
pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai