OLEH:
KELOMPOK 1
DOSEN PEMBIMBING
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyusun tugas ini dengan judul “Model PEmbelajaran
Fisika Sesuai Materi SMA ”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Hj. Fatni
Mufit, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Pengembangan Model Pembelajaran ................................... 4
1. Landasan Agama .............................................................................. 4
2. Landasan Yuridis ............................................................................. 7
B. Karakteristik Peserta Didik SMA ........................................................ 8
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Anak Usia SMA ............................. 8
2. Perkembangan Anak Usia SMA ..................................................... 11
C. Hakikat Pembelajaran Fisika .............................................................. 20
1. Pengertian Pembelajaran ................................................................ 20
2. Hakekat Ilmu Fisika ....................................................................... 21
3. Pembelajaran Fisika ........................................................................ 29
D. Materi Fisika SMA ............................................................................. 30
1. Karakteristik Keilmuan Fisika ........................................................ 30
2. Ruang Lingkup Materi Fisika SMA ............................................... 36
3. Karakteristik Belajar Fisika ............................................................ 43
4. Nilai-Nilai Ilmiah dalam Fisika ...................................................... 44
5. Prosedur Ilmiah dalam Fisika ......................................................... 45
6. Kompetensi Mempelajari Fisika ..................................................... 46
E. Model Pembelajaran Fisika Berdasarkan Kurikulum 2013
Revisi 2016 ......................................................................................... 47
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ................... 47
2. Model Pembelajaran Discovery Learning ...................................... 52
3. Model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)................... 57
ii
4. Model PembelajaranInquiry Based Learning (IBL) ....................... 60
BAB III PEMBAHASAN
A. Matriks Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika
SMA, Model Pembelajaran Fisika SMA ............................................. 65
B. Analisis Materi Gerak Harmonis Terhadap Pemilihan Model
Sesuai Anjuran Kurikulum 2013 ......................................................... 72
C. Matriks Analisis Materi Gerak Harmonis Terhadap Pemilihan Model
Sesuai Anjuran Kurikulum 2013......................................................... 74
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 83
B. Saran ................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu yang mendasari perkembangan
teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di
bidang teknologi informasi dan komunikasi ini dipicu oleh temuan di bidang fisika
material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak
informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena
alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup
selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa
pemahaman yang baik tentang fisika.
Pada jenjang pendidikan SMA, fisika dipandang penting untuk diajarkan
sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain
memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan
sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk
memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika
perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik
pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan
untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
2
kompetensi lulusan. Hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan
dan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran
fisika.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman. Kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan
pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap,
dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan
kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat
beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen
materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-
masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam
memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-
model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi
empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku
pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, rumusan masalah dari
makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik perkembangan peserta didik SMA?
2. Bagaimana karakteristik materi Fisika SMA ?
3
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik perkembangan peserta didik SMA
2. Mengetahui karakteristik materi Fisika SMA
3. Mengetahui model pembelajaran yang digunakan sesuai karakteristik materi
Fisika dan karakteristik peserta didik SMA
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya tenaga pendidik
2. Membantu mahasiswa memahami tentang model pembelajaran fisika sesuai
materi SMA.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan model
pembelajaran fisika program studi pendidikan Fisika Fakultas pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dari kutipan ayat diatas, telah memberikan inspirasi bahwa pembelajaran
yang berlangsung tidaklah merupakan sebuah paksaan dan dilaksanakan dengan
persiapan yang matang salah satunya dengan memilih model pembelajaran yang
tepat, sehingga peserta didik akan secara sadar dan ikhlas dalam melakukan proses
pembelajarannya. Dan dengan iu, perlulah kiranya menumbuhkan motivasi yang
ada dalam diri peserta didik untuk mau belajar, yang nantinya akan membuahkan
hasil bagi diri mereka sendiri.
5
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Dari ayat di atas, telah jelas bahwa seruan dakwah dan proses pembelajaran
dengan hikmah atau perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara
yang haq dan yang bathil serta memberikan pelajaran yang baik, atau dengan
memberikan teladan yang baik bagi peserta didik. Selain itu juga memberikan ruang
diskusi untuk saling berargumen, akan tetapi jika terjadi debat atau perselisihan,
maka hendaknya diselesaikan dengan penyelesaian yang baik, yaitu dengan
menggunakan bahasa yang ramah, dan halus. Dengan demikian pembelajaran yang
berlangsung akan menjadi menarik dan terjadi dalam suasana yang kondusif.
Kemudian di dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa segala sesuatu yang
diperbuat di hari esok, haruslah direncanakan terlebih dahulu. Termasuk
didalamnya guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang mendukung proses
berpikir peserta didik. Hal ini terbukti dalam Al-Qur`an surat al Hasyr ayat 18.
6
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
4) kendali untuk dapat diterima lingkungan masih kuat, dan individu-individu itu
sangat memperhatikan popularitas, terutama bagi kalangan yang berbeda
kelamin; serta
5) berbagai individu kerap mengalami beberapa masalah dengan membuat
penilaian sendiri.
2. Perkembangan Anak Usia SMA
Menurut ilmu psikologi yang dimaksud dengan perkembangan adalah
perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini
berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah
proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan
dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan“ secara khusus
diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.
Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah
melewati usia dewasa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
mereka. Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah
dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang
memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang
sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak
orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi
dengan ketat sebab di mata orangtua, para anak remaja mereka masih belum siap
menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan
internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari
pengaruh orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas yakni remaja adalah
waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.
Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependent, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan
(tidak bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979).
Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan
dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau
12
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa
pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon
(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH).
Pada anak perempuan kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone
(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara
mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara,
otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.
Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.
c. Perkembangan Karakteristik Berpikir
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai
berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil
berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak
boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang
tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan
remaja berupa perkelahian antar pelajar.
14
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu
mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa
menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau
remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu
mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
e. Perkembangan Karakteristik Dalam Kehidupan Sosialnya
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.
Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya
dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau
bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab
sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut
sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas
perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin
penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena
pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas
dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.
Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan
menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga
dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan
bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
16
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk
dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal
tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan. Salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan
masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial
skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-
ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin
hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan
pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi
atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan
sebagainya.
Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut
maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini
berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial
dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai
mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau
peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan
dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak
diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan
sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.
Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu
kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok
sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan
kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan
pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-
teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman. Pola
hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya
dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti
dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung
17
akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan
karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
f. Perkembangan Karakteristik Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima
hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka
selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran
yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di
luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada
banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.Baginya
dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa
dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang
ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali
mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang
selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai
baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai
bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi
18
sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan
remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua
atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau
pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang
bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa
berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja
tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua
dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru”
memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan
oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
g. Perkembangan Karakteristik Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak
selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).
Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang
berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak
menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan
penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-
kebutuhan. Selama di SMA, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu
psikomotor, kognitif, dan afektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa
SMA mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa. Anak dipandang sebagai salah satu sumber
untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Anak bukanlah hanya
sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak memiliki kemampuan dan
kebutuhan yang sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh,
19
berkembang dan belajar, apa kebutuhan dan apa minatnya. Proses berkembang ini
dibagi atas fase-fase tertentu. Dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan pada
fase tertentu, memberikan informasi dan landasan dalam menentukan alternatif
model latihan yang cocok agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal
mungkin. Perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa SMA
dijelaskan sebagai berikut.
a. Perkembangan Aspek Psikomotorik
Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan bahwa
perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMA ditandai dengan perubahan
jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut
adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. Pada usia 15-17 tahun atau lebih
cepat dan lebih lambat dari itu, siswa mengalami pertumbuhan cepat. Tulang rangka
mengalami perubahan semakin keras. Bagian tubuh mengalami pertumbuhan dan
pematangan pada kecepatan yang berbeda, sehingga proporsi antar-anggota tubuh
kelihatan tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan remaja mengeluh bahwa
tubuhnya terlalu gemuk, sehingga terkadang menjadi kendala partisipasinya dalam
aktivitas jasmani.
b. Perkembangan Aspek Kognitif
Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan
perkembangan kognitif pada siswa SMA meliputi peningkatan fungsi intelektual,
kapasitas memori dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Siswa mengalami
peningkatan kemampuan mengekspresikan diri, kemampuan memecahkan
masalah dan membuat keputusan akan meningkat.
c. Perkembangan Aspek Afektif
Wuest dan Lombardo (Arma dan Agusmanaji, 1994) menyatakan
perkembangan afektif siswa SMA mencakup proses belajarperilaku. Pihak yang
berpengaruh dalam proses sosialisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman
sebaya. Dari ketiganya pihak yang sangat berpengaruh adalah teman sebaya. Siswa
juga mengalami kondisi egosentris, yaitu kondisi yang hanya mementingkan
pendapatnya sendiri dan mengabaikan pandangan orang lain. Remaja
menghabiskan waktu memikirkan penampilan, tindakan, perasaan dan perhatian.
20
Siswa mengalami perubahan persepsi atas kemampuan dan keyakinan yang kuat
bahwa ia mampu mengerjakan sesuatu, sehingga timbul rasa percaya diri.
dilihat.. Model sabgat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam,
juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom
Bohr membantu untuk memahami teori atom.
b. Fisika Sebagai Proses
Fisika sebagai proses atau juga disebut sebagai a way of investigating
memberikan gambaran mengenai bagaimana ilmuwan bekerja melakukan
penemuan-penemuan. Fisika sebagai proses memberikan gambaran mengenai
pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Dalam fisika dikenal
banyak metoda yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan masalah.
Para ilmuwan astronomi misalnya, menyusun pengetahuan mengenai astronomi
dengan berdasarkan kepada observasi dan prediksi. Ilmuwan lain banyak yang
menyusun pengetahuan dengan berdasarkan kepada kegiatan laboratorium atau
eksperimen yang terfokus pada hubungan sebab akibat. Sampai pada tahap ini
kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami fenomena alam dan hukum-hukum
yang berlaku, perlu dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam itu.
Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan
melakukan eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses
pemikiran untuk mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi pemahaman fisika
sebagai proses adalah pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam
fisika diperoleh, diuji, dan divalidasikan. Dari uraian di atas kiranya dapat
disimpulkan bahwa pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-
kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan
publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian
mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses
hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sain pada diri siswa.
Jenis keterampilan proses yang dimaksud adalah seperti yang terdapat dalam
Gambar 3 berikut ini.
25
3. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan
kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga
dalam proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode
pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman
proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan
sangat berarti dalam membentuk konsep siswa secara induktif berdasar fakta-fakta
empiris di lapangan.
Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang diungkapkan
oleh Abu Hamid (sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:
a. Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang
dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
b. Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi
mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan
upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang
kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat melakukan proses
eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk
memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan
eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.
30
Setiap proses pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai begitu pula
dengan pembelajaran fisika. Berdasarkan Permendikbud Nomor 59 tahun 2014,
pembelajaran Fisika SMA/MA bertujuan untuk:
a. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan,
keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya;
b. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif,
inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi;
c. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan;
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain;
d. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis;
e. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif;
f. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran fisika bertujuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki
potensi baik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran
fisika sesuai dengan pembelajaran kurikulum 2013 adalah mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
31
Fisika ini, peran guru sangatlah penting yaitu sebagai fasilitator dalam
menyampaikan materi pembelajaran yang mudah dipahami siswa. Hal yang dapat
dilakukan guru adalah mengembangkan model pembelajaran Fisika sehingga
siswa termotivasi untuk belajar.
D. Materi Fisika SMA
1. Karakteristik Keilmuan Fisika
Karakteristik fisika berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik fisika ini
berdampak pada proses belajar fisika di sekolah. Sesuai dengan karakteristik fisika,
fisika di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik fisika pula, cakupan fisika yang dipelajari di
sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang
didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar fisika untuk
memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan
proses belajar fisika di sekolah memiliki karakteristik tersendiri.
a. Fisika mempunyai nilai ilmiah. Kebenaran dalam Fisika dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti
yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b. Fisika merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis,dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam.
c. Fisika merupakan pengetahuan teoritis. Teori Fisika diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yangsatu dengan cara yang lain.
d. Fisika merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Menggunakan
bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
32
Contoh :
1) Konsep percepatan : Simbol (a) = V/ t
Definisi nya, Konsep percepatan itu meliputi percepatan yang semakin cepat
(biasa disebut percepatan saja) dan percepatan yang semakin lambat (biasa
disebut perlambatan).
2) Konsep tentang perpindahan. Nama dari konsep adalah perpindahan,
definisinya adalah sebuah vektor yang arahnya dari benda pada kedudukan
awal menuju kedudukan akhir dan mempunyai besar yang sama dengan jarak
terpendek antara dua kedudukan.
3) Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
4) Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen dan 1 atom
oksigen.
c. Prinsip dalam ilmu fisika
Jika hukum mempunyai cakupan yang luas, maka prinsip mempunyai
cakupan yang terbatas. Prinsip dan hukum memiliki kemiripan, hanya pernyataan
sebuah prinsip kurang umum, sedangkan pernyataan yang dikategorikan ke dalam
hukum memiliki cakupan yang luas. Prinsip merupakan pernyataan yang berlaku
bagi sekolompok gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian. Prinsip
diperoleh lewat proses induksi dari hasil berbagai macam observasi.
Contoh :
1) Prinsip Archimedes
2) Prinsip Pascal
3) Logam bila dipanaskan memuai
4) Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin efektif proses fotosintesis
5) Larutan yang bersifat asam bila dicampur dengan larutan yang bersifat basa
akan membentuk garam dan bersifat netral.
6) Semakin besar perbedaan tekanan udara, semakin kuat angin berhembus.
d. Hukum dalam ilmu fisika
Hukum fisika ialah generalisasi ilmiah berdasarkan pada pengamatan
empiris. Hukum ialah kesimpulan yang diambil dari, atau hipotesis yang ditegaskan
oleh eksperimen ilmiah. Hukum fisika berbeda dari teori ilmiah dengan
35
dimana :
R = tahanan
V = tegangan
I = kuat arus
e. Postulat dalam ilmu fisika
Postulat (asumsi/aksioma) atau patokan pikir itu adalah “suatu keterangan
yang benar”, yang kebenarannya itu dapat diterima tanpa harus diuji atau
dibuktikan lebih lanjut, digunakan untuk menurunkan keterangan lain sebagai
landasan awal untuk menarik suatu kesimpulan.
Contoh :
1) Suhu didataran tinggi lebih rendah dari pada didataran rendah
2) Benda padat berubah-ubah pada suhu yang berbeda
3) Rel kereta api di buat dari baja sejenis besi.
f. Teori dalam ilmu fisika
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Teori
juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia
membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena
tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku
hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya,
apabila kucing mengeong berarti minta makan). Teori merupakan usaha intelektual
yang sangat keras karena ilmuwan harus berhadapan dengan kompleksitas dan
kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan langsung.
Teori juga merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat
berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Menurut
Kerlinger (1973) yang terjemahannya sebagai berikut. “Suatu teori adalah
seperangkat pengertian (konsepsi) definisi dan proposisi yang saling berkaitan yang
menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari berbagai fenomena dengan
37
hukum dan prinsip-prinsip yang terjadi pada gejala atau fenomena alam yang
diamati.
b. Menanyakan segala hal. Pepatah mengatakan bahwa “Malu bertanya sesat di
jalan”. Bertanya merupakan salah satu nilai ilmiah yang harus dimiliki oleh
seorang yang ingin memahami ilmu fisika. Pertanyaan-pertanyaan yang kritis
terhadap segala hal tentang suatu fenomena alam yang terjadi akan membantu
seseorang memahami sesuatu lebih utuh.
c. Pengumpulan data-data dan pemaknaannya. Informasi merupakan hal yang
sangat penting dalam ilmu fisika. Informasi yangberupa data-data dari
pengamatan dan pengukuran yang akurat dan lengkap sangat diperlukan oleh
seseorang untuk menyusun hipotesa-hipotesa dan teori-teori serta menarik
kesimpulan dari suatu fenomena alam yang diamati.
d. Tuntutan pembuktian. Dalam ilmu pengetahuan, bukti menjadi sangat penting
untuk menjaga kredibilitas dari suatu teori. Ilmu pengetahuan bersifat tentatis,
artinya ilmu pengetahuan bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman
dan bukti-bukti baru yang ditemukan. Oleh karena itulah bukti sangat penting
untuk mempertahankan teori.
e. Taat logika. Seseorang yang belajar memahami ilmu pengetahuan alam tidak
boleh percaya pada hal-hal yang bersifat tahayul. Semua data harus dipahami
dan ditafsirkan secara logis.
f. Pertimbangan premis. Premis adalah syarat cukup bagi berlakunya suatu
keadaan. Seseorang harus kritis terhadap premis-premis yang diasumsikan oleh
orang lain ketika menarik kesimpulan-kesimpulan.
g. Pertimbangan konsekuensi. Seseorang juga dituntut untuk memikirkan
konsekuensi atau akibat dari penemuannya. Apakah penemuan itu berakibat
positif atau negatif. Pertimbangan positif dan negatif inilah yang harus dasar
dalam menentukan eksperimen atau pengamatan-pengamatan selanjutnya.
5. Prosedur Ilmiah dalam Fisika
Pada proses ilmiah ini setidaknya ada 7 tahap yaitu :
a. Menemukan permasalahan.
46
Permasalahan dalam fisika tidak lain adalah gejala-gejala alam dari benda-
bendayang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Rasa
ingin tahuyang tinggi menjadi modal dasar bagi seseorang untuk bisa
menemukan permasalahan.
b. Melakukan pengamatan.
Pada tahap ini seorang fisikawan dituntut cermat dan teliti. Dengan
kecermatan dan ketelitian tersebut diharapkan dapat mendapatkan suatu data
yang valid sehingga dapat dimanfaatkan dalam menentukan langkah
selanjutnya.
c. Mengajukan hipotesis.
Setelah mendapatkan data dan informasi dari hasil pengamatan suatu gejala
alam, seorang fisikawan harus mampu memberikan penafsiran-penafsiran
dari data yang diperoleh yang kemudian menjadi dasar untuk dilakukannya
eksperimen.
d. Melakukan eksperimen.
Eksperimen merupakan salah satu langkah untuk memperoleh data-data yang
dapat digunakan untuk membuktikan dan memperkuat penafsiran-penafsiran
yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam eksperimen ini fisikawan harus
mempunyai sikap jujur.
e. Menguji hipotesis.
Hasil eksperimen yang dilakukan tentunya dapat digunakan untuk
mengujiapakah hipotesis yang telah dibuat benar atau salah. Pengujian
hipotesis ini harus dilakukan dengan obyektif dan penuh kejujuran.
f. Kesimpulan.
Langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya mendukung dalam
menentukan kesimpulan.
g. Publikasi.
Publikasi menjadi langkah terakhir dalam proses ilmiah ini. Seorang
fisikawan harus menyampaikan hasil penemuannya apa adanya. Kalau
hasilnya buruk makaharus dikatakan buruk dan kalau baik harus dikatakan
baik.
47
sebuah investigas mendalamdan topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek,
(3)membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan
proyek,dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor Kegiatan dan Perkembangan Proyek(Monitor the Students and the
Progress of the Project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan
menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses
monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta
didik,memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
60
Konseptualisasi adalah pertanyaan penelitian atau hipotesis yang akan diteliti atau
keduanya jika pertanyaan penelitian pertama dirumuskan dan kemudian hipotesis
yang dihasilkan berdasarkan pertanyaan.
c. Investigasi (investigation).
Fase investigasi (investigation) merupakan fase di mana rasa ingin tahu yang
berubah menjadi tindakan untuk menanggapi pertanyaan penelitian yang muncul
atau hipotesis. Sub-fase investigasi meliputi eksplorasi, eksperimentasi, dan data
interpretasi. Pada sub-fase eksplorasi, proses pembuatan data yang sistematis dan
terencana atas dasar pertanyaan penyelidikan yang muncul, sub-fase eksperimentasi
proses merancang dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis sedangkan
sub-fase data interpretasi, difokuskan pada proses pembuatan makna dari data yang
dikumpulkan dan mensintesis pengetahuan baru.Hasil akhir dari fase investigasi
merupakan interpretasi data (formulasi dari hubungan antara variabel) yang akan
memungkinkan kembali ke pertanyaan penelitian atau hipotesis dan mengambil
kesimpulan mengenai apa yang dipertanyakan atau hipotesis.
d. Kesimpulan (conclusion)
Fase kesimpulan (conclusion) merupakan fase di mana kesimpulan dasar dari
pelajaran yang dilakukan. Pada fase ini peserta didik menjawab pertanyaan
penelitian atau hipotesis dan mempertimbangkan apakah ini menjawab atau
mendukung oleh hasil penelitian. Ini dapat melahirkan wawasan teoritis yang baru.
Hasil dari fase kesimpulan (conclusion) merupakan kesimpulan akhir tentang
temuan dari pembelajaran berbasis inquiry, menanggapi pertanyaan penelitian atau
hipotesis
e. Diskusi (Discussion)
Fase diskusi (discussion) terdiri sub-fase komunikasi (communication) dan
refleksi (reflection). Komunikasi dapat dilihat sebagai proses eksternal di mana
peserta didik hadir dan berkomunikasi terhadap temuan dan kesimpulan mereka
kepada peserta didik lain, dan menerima umpan balik dan komentar dari orang lain,
dan kadang-kadang bisa mendengarkan orang lain dan mengartikulasikan dengan
pemahaman sendiri. Refleksi didefinisikan sebagai proses mencurahkan apa pun
yang ada dalam pikiran peserta didik, misalnya, pada keberhasilan proses
63
BAB III
PEMBAHASAN
A. Matriks Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika SMA, Model Pembelajaran Fisika SMA
Tabel 1. Matriks Hubungan Karakteristik Peserta Didik SMA, Karakteristik Fisika SMA, Model Pembelajaran Fisika SMA
Karakteristik Peserta didik Hakikat Pembelajaran
Karaktristik Fisika SMA Model Pembelajaran Fisika
SMA Fisika SMA
a. Perkembangan a. Pembelajaran Karakteristik Fisika Secara 1. Model Discovery Learning
Karakteristik Berupa Merupakan suatu proses Umum Karakteristik :
Perkembangan Fisik interaksi antara pendidik dan a. Fisika merupakan suatu a. Mengeksplorasi dan
- Pertumbuhan fisik peserta didik dan sumber kumpulan pengetahuan memecahkan masalah
mengalami perubahan belajar pada suatu yang tersusun secara untuk menciptakan,
lebih cepat dimana jelas lingkungan belajar sehingga sistematis, dan dalam menggabungkan dan
terlihat pada tungkai terjadi perubahan perilaku ke penggunaannya secara menggeneralisasi
dan tangan, tulang kaki arah yang lebih baik baik umum terbatas pada gejala- pengetahuan;
dan tangan, serta otot- dari pribadi peserta didik. gejala alam. (Fakta) b. Berpusat pada siswa;
otot tubuh berkembang b. Hakikat Ilmu Fisika b. Fisika merupakan suatu kegiatan untuk
pesat. ilmu tentang alam dalam rangkaian konsep yang c. Menggabungkan
makna terluas yang saling berkaitan. pengetahuan baru dan
b. Perkembangan mempelajari gejala alam Menggunakan bagan- pengetahuan yang sudah
Karakteristik Seksual. baik yang tidak hidup atau bagan konsep yang telah ada
Berkembangnya hormon- materi dalam lingkup ruang berkembang sebagai suatu Sintak :
horman pada anak baik itu dan waktu yang terkumpul hasil eksperimen dan 1.Persiapan
pria dan wanita yang mana menjadi sebuah kumpulan observasi, yang bermanfaat 2.Pelaksanaan
hormon tersebut dapat pengetahuan atau jalan untuk eksperimentasi dan a. Stimulation
merangsang kesuburan berfikir dan cara untuk observasilebih lanjut (stimulus/pemberian
anak penyelidikan (Konsep) rangsangan).
c. Pembelajaran Fisika
66
3. Model IBL
Karakteristik :
a.Strategi inkuiri menekankan
d. Perkembangan kepada aktivitas siswa secara
Karakteristik Emosi Yang maksimal untuk menarik dan
Cenderung Meluap-Meluap menemukan, artinya strategi
69
4. Model PJBL
Karakteristik :
a. Melibatkan siswa secara
e. Perkembangan langsung dalam
Karakteristik Dalam pembelajaran
Kehidupan Sosialnya
70
f. Perkembangan
Karakteristik Moral
- Remaja tidak lagi
menerima hasil
pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut
yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan
keabsahan pemikiran
yang ada dan
mempertimbangan
lebih banyak alternatif
lainnya.
Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan
keluar dan membandingkannya
dengan hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Peranan orangtua
atau pendidik amatlah besar
dalam memberikan alternatif
72
Materi gerak suhu dan kalor merupakan materi SMA kelas X Semester 1
dengan KD. 3.7 dan KD 4.1 KD 4.8 pada kelas XI ini yaitu Menganalisis hubungan
antara perubahan suhu dan banyaknya kalor yang dihasilkan dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun kata kerja operasional yang digunakan pada KD 3.7 ini yaitu
menganalisis, yang mana menganalisis ini berada pada posisi C4. Adapun
kemampuan yang harus ada pada peserta didik yaitu kemampuan untuk merinci
atau menguraikan suatu masalah, mampu untuk mentransfer pengetahuan yang
mana pada materi suhu dan kalor ini terdapat materi besaran-besaran fisika
sehingga peserta didik hendaknya dapat mentransfer pengetahuan matematika yang
telah mereka miliki sebelumnya, kemudian peserta didik diharapkan memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi bagian-bagian dan melakukan
pengkajian yang mana pada materi suhu dan kalor ini yaitu pengaruh perubahan
suhu dengan banyaknya kalor yang akan dihasilkan dan dan besaran-besaran
terkaitnya.
Dari ketiga perpaduan materi tersebut peserta didik diharapkan mampu
mengkaji uraian dari besaran-besaran tersebut yang mana kesemua kemampuan
tersebut dapat ditunjang dengan penggunaan media dalam pembelajaran. Kemudian
untuk KD 4.1 terdapat kata kerja operasional yaitu melakukan yang mana kata kerja
operasional ini terletak pada posisi P2 yaitu setara dengan melakukan. Yang mana
nantinya peserta didik diharapkan dapat melakukan percobaan mengenai suhu dan
kalor ini. Untuk lebih jelasnya, berikut pemaparan Kompetensi Inti, Kompetensi
Dasar, dan Indikator materi suhu dan kalor.
1. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
3. Matriks Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model Sesuai Anjuran Kurikulum 2013
Tabel 2. Matriks Analisis Materi Suhu dan Kalor Terhadap Pemilihan Model Sesuai Anjuran Kurikulum 2013
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
3.71 Menganalisis C4 (Menganalisis) Melalui kegiatan Dalam Fakta 1. Model Model Inkuiri
pengaruh Mendefenisikan pembelajaran menganalisis, Air yang mendidih PBL(Problem Based Learning
kalor pengertian suhu dalam proses peserta didik Es batu yang mencair Based (IBL)
terhadap dan kalor mencari hendaknya Pertambahan panjang rel Learning) Langkah-langkah
suhu benda. Mengidentifikasi informasi, memiliki kereta api saat siang hari 2. Model Pembelajaran:
4.11 Melakukan besaran-besaran menanya, kemampuan Discovery Mengorientasikan
percobaan yang terkait dengan bereksperimen untuk merinci Konsep Learning peserta didik pada
hubungan materi suhu dan dan berdiskusi atau Suhu adalah derajat yang 3. Model PjBL masalah
suhu dan kalor peserta didik menguraikan menyatakan panas atau (Project Melakukan
kalor Menentukan dapat memahami suatu dinginnya suatu benda. Based demonstrasi
berikut persamaan kalor pengetahuan masalah/soal Termometer merupakan alat Learning) pengukuran suhu
presentasi Menghitung faktual, menjadi ukur suhu. 4. Model IBL dengan tangan
serta makna besarnya konseptual, dan bagian-bagian Satuan internasional suhu (Inkuiri Based Konseptualisasi
fisisnya. ertambahan prosedural yang lebih kecil adalah Kelvin (K) Learning) Bertanya
panjang benda tentang dan mampu Pemuaian adalah Membimbing
(pemuaian) hubungan antara untuk peserta didik
pertambahan panjang yang
Menentukan suhu dan kalor memahami untuk bertanya
terjadi pada benda .
dalam kehidupan hubungan di terkait
pengaruh kalor Kalor merupakan bentuk
dengan perubahan sehari-hari serta antara bagian- demonstrasi
energy yang berpindah
bentuk bentuk mampu bagian tersebut. yang dilakukan
karena adanya perbedaan
benda membangun - Peserta didik Hipotesis umum
suhu.
kesadaran akan dituntut untuk
75
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
Melaksanakan kebesaran Tuhan mampu Satuan untuk menyatakan Menyuruh
percobaan untuk YME dan mentransfer kalor adalah joule (J) atau peserta didik
menetukan mampu pengetahuan Kalori (kal). untuk membuat
hubungan suhu dan menunjukkan matematika hipotesis umum
kalor sikap ilmiah dan dalam Prinsip tentang masalah
keterampilan menentukan Kalor adalah energi panas yang diberikan
procedural hubungan zat yang dapat berpindah Investigasi
melalui proses besaran yang dari suhu tinggi ke suhu Eksplorasi
mencoba, telah dipelajari. rendah. Jika mengalami Guru
mengasosiasi - Peserta didik perubahan suhu maka : memancing
dan dituntut untuk siswa untuk
mengkomunikasi melakukan mengingat
kannya dalam pemecahan pelajaran suhu
presentasi dan masalah yang dan kalor
laporan tertulis. berupa Memancing
menguraikan Namun jika tidak siswa untuk
masalah mengalami perubahan suhu mencari materi
menjadi (berubah wujud) maka : suhu dan kalor
bagian-bagian pada proses
dan meneliti, Untuk Es menjadi Cair peribahan es
mengkaji, serta batu menjadi air
menyusun Memaparkan
kembali bagian materi suhu dan
tersebut kalor
menjadi suatu Eksperimen
Untuk Cair menjadi Gas
kesatuan
(Uap)
76
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
sehingga Mengorganisasi
merupakan kan kegiatan
penyelesaian pembelajaran
akhir Melakukan
- Saat proses Keterangan : pembagian
diskusi dan bahan berupa
praktikum Q = Kalor (Joule) LKPD
diharapkan c = kalor jenis zat (J/kg K) Melakukan
sikap C = kapasitas panas suatu pembagian
spiritual benda (J/K) kelompok untuk
(jujur) dan ΔT = perubahan suhu zat kegiatan
sikap sosial (K) praktikum
(teliti, L = kalor laten lebur (J/kg) Membimbing
kerjasama, U = kalor laten uap (J/kg) dalam kegiatan
percaya eksperimen
diri, Konversi satuan kalor suhu dan kalor
tamggung Membimbing
jawab, 1 kalori = 4,2 Joule dalam diskusi
disiplin, 1 Joule = 0,24 kalori hasil praktikum
santun dan Interpretasi data
menghargai Pemuaian adalah bertambah Membimbing
pendapat besarnya ukuran suatu dalam
orang lain) benda karena kenaikkan Menganalisis
peserta suhu yang terjadi pada dan mengolah
didik dapat benda tersebut. data praktikum
tumbuh dan Kesimpulan
77
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
berkembang 1. Pemuaian Zat Padat Membimbing
dengan baik dalam
- Menunjukk Ada 3 jenis pemuaian pada merumuskan
an sikap zat padat, yakni : kesimpulan
ilmiah pada Diskusi
saat a. Pemuaian Panjang Komunikasi
melaksanak Mempresentasik
an an hasil
percobaan praktikum
gerak Refleksi
harmonik Melakukan
pada Keterangan : penilaian dan
ayunan refleksi
bandul LT = Panjang total (m) terhadap hasil
Kemampuan Lo = panjang mula-mula (m) kerja kelompok
yang harus ΔL = pertambahan panjang
dimiliki peserta (m) Sistem sosial:
didik dalam ΔT = selisih suhu awal dan Kerja sama
menyelesaikan akhir (oC atau oK) dalam
masalah adalah α = koefisien muai panjang (oC- kelompok
sebagai berikut 1 atau oK-1) Toleransi dalam
: kerja kelompok
Menurut Young b. Pemuaian Luas
dan Freedman Adanya prinsip-
(2012: 3) prinsip reaksi:
menjelaskan
78
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
menyelesaikan Memberikan
soal fisika ada penilaian dan
empat langkah refleksi terhadap
yang dilakukan hasil praktikum
meliputi: Keterangan : Memberikan
- Pertama, pujian terhadap
mengidentifikas AT = Luas total (m2) siswa yang aktif
i konsep Ao = luas mula-mula (m2) Memberikan
relevan ΔA = pertambahan luas (m2) reward kepada
(identify). ΔT = selisih suhu awal dan kelompok yang
Pada langkah akhir (oC atau oK) paling aktif
ini siswa β = koefisien muai luas (oC-
1
menggunakan atau oK-1) Sistem pendukung:
kondisi yang Alat peraga
dinyatakan c. Pemuaian Volume bahan ajar berupa
dalam masalah LKPD
untuk alat dan bahan
menentukan untuk praktikum
konsep fisika
yang relevan
dan Keterangan :
mengidentifikas
i variabel yang VT = Volume total (m3)
dicari seperti Vo= volume mula-mula (m3)
membuat daftar ΔV = pertambahan volume (m3)
besaran yang ΔT = selisih suhu awal dan
79
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
diketahui dan akhir (oC atau oK)
menentukan γ = koefisien muai volume (oC-
1
besaran ditanya. atau oK-1)
- Kedua, set up
the problem dimana :
Pada langkah
ini menentukan
persamaan yang
sesuai untuk
memecahkan
masalah, 2. Pemuaian Zat Cair
membuat sketsa
mendeskripsika Pada zat cair terjadi Pemuaian
n masalah. volume
- Ketiga, execute
solusi.
Pada langkah
ini
menggunakan
persamaan, Keterangan :
mensubtitusika
n nilai yang VT = Volume total (m3)
diketahui ke Vo= volume mula-mula (m3)
persamaan dan ΔV = pertambahan volume (m3)
melakukan ΔT = selisih suhu awal dan
operasi akhir (oC atau oK)
80
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
matematika γ = koefisien muai volume (oC-
1
menemukan atau oK-1)
solusi.
- Keempat, 3. Pemuaian Zat Gas
evaluasi
jawaban(evalua Pada zat gas terjadi pemuaian
si). Peserta volume
didik mengecek
satuan dan
mengecek
kesesuaian
dengan konsep.
Keterangan :
D. Perpindahan Kalor
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
1. Konduksi
Konduksi merupakan
perpindahan kalor tanpa disertai
perpindahan partikel-
partikelnya.
Keterangan :
2. Konveksi
82
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
Konveksi merupakann
perpindahan kalor dengan
disertai perpindahan partikel-
partikelnya.
Keterangan :
3. Radiasi
Kompetensi Indikator Tujuan Karakter yang Karakteristik Materi (Fakta, Model Anjuran Model yang
Dasar Pembelajaran Harus Dimiliki Konsep, Prinsip, Prosedur) Kurikulum 2013 Dipilih
Keterangan :
Prosedur
Percobaan perpindahan
kalor
Percobaan azas black
83
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran fisika adalah sebagai kerangka konseptual dalam
keseluruhan alur atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran fisika yang
tergambar secara sistemik, dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru atau
perancang pembelajaran fisika dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran
2. Pemilihan model pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik materi
Fisika yang akan diajarkan. Karakteristik materi Fisika terdiri dari fakta,
konsep, prinsip, prosedur, hukum, postulat, dan teori Fisika.
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik untuk selanjutnya.
84
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Doughlas. C.. 2012. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. 2013. Diklat Pendidik Dalam Rangka Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta : Kemendikbud
Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kemendikbud.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta
Sudibyo, Bambang. 2006. Undang-Undang Repubkik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.
Sutrisno. 2006. Fisika dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia
Qodir, Abdul. 2012. Konsep Teori, Model, dan Hukum Fisika. [online]:
http://aqodirt.blogspot.com/2012/02/konsep-teori-model-dan-hukum-
fisika.html?m=1
Young, Hugh D. dan Freedman, Roger A., 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/01/pengelompokkan-model-
pembelajaran.html