NIM : 1765342015
KEBIJAKAN PUBLIK
Model Elitis
Thomas Dye dan Harmon Ziegler dalam The Irony of Democracy memberikan suatu
ringkasan pemikiran menyangkut model ini, sebagai berikut:
Model kebijakan elitis menuai banyak kritik. Salah satu di antaranya adalah
yang dilontarkan oleh Park. Menurutnya, jika dikatakan benar bahwa kebijak publik
tidak merefleksikan tuntutan-tuntutan dari masyarakat luas, namun justru mereflisikan
nilai-nilai elite yang berlaku, pertanyaan kritis lain adalah siapa yang memainkan peran
penting? Teori-teori elitisme berdampak pada perumusan kebijakan mempunyai
validitas dalam proposisi mereka, tetapi proposisi bahwa masyarakat luas mempunyai
pengaruh kecil atau bahkan tidak ada dalam perumusan kebijakan sangat sulit diterima.
Sementara itu Anderson berpendapat kurang lebih sama dengan apa yang
dikatakan Park. Anderson mengatakan walaupun model ini dapat berguna untuk
menjelaskan kebijakan yang berlangsung di negara-negara otoriter, tetapi model ini
bersifat agak provokatif. Dalam pandangan model ini, kebijakan merupakan produk
elite, mereflesikan nilai-nilai mereka dan membantu tujuan-tujuan mereka. Walaupun
salah satu dari tujuan-tujuan itu mungkin merupakan keinginkan untuk memberikan
kesejahteraan massa.
Dalam Who Governs, yang ditulis oleh Dahl (1961), dia melakukan modifikasi
terhadap pandangannya terkait dengan pluralisme. Modifikasi ini kemudian
membedakan pandangan pluralisme awal, dengan pluralisme baru atau neopluralisme.
Menurut Dahl, nilai dan prinsip yang dianut oleh kaum pluralis terbukti lebih kokoh
(kerangka normatif), namun kerangka analisisnya memasukkan sejumlah kritik dari
kaum Marxis maupun kaum elitis pada era tahun 1960-an. Selain Dahl, sebagai
pendukung utama “neo-pluralisme” adalah Charles Lindblom. Menurut Lindblom,
pembuatan kebijakan publik harus dikaitkan dengan konsep “pemecahan” atau
“muddling through”.
a. Intelegensi
b. Rekomendasi
c. Preskripsi
d. Permohonan
e. Aplikasi
f. Penilaian
g. Terminasi
Dengan analisis ini mempunyai beberapa keuntungan. Pertama, desain ini tidak
terikat pada lembaga-lembaga atau peraturan-peraturan politik khusus. Kedua, desain
analisis ini memberi keuntungan untuk analisis komparasi pembentukan kebijakan.
Teori peran serta warga negara didasarkan pada harapan-harapan yang tinggi
tentang kualitas warga negara dan keinginan mereka untuk terlibat dalam kehidupan
publik.
5. Pendekatan Psikologis
Semakin banyak negara yang terdesak untuk menerima kekuatan global untuk
membentuk opsi kebijakan, semakin besar pula kemungkinan negara-negara
mempertahankan atau memperoleh kemampuan mereka untuk menjadi berbeda.
Akibatnya, globalisasi mungkin menghasilkan lebih banyak pembuat keputusan.