Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes melitus adalah sindroma yang ditandai oleh kadar glukosa darah
yang tinggi (hiperglisemia) menahun karena gangguan produksi, sekresi
insulinmaupun resistensi insulin. Saat ini diduga secara global jumlah penderita DM
adalah 200 juta orang. Di Amerika Serika, kurang lebih 650.000 kasus diabetes
mellitus baru didiagnosis setiap tahunnya (Healthy People 2000, 1990). Setengah dari
jumlah kasus Diabetes Mellitus (DM) tidak terdiagnosa karenapada umumnya
diabetes mellitus tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi
penyakit diabetes mellitus meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan
jumlah kalori yang dimakan, kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya jumlah
populasi manusia usia lanjut.
Diabetes mellitus terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu
yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6 % menderita diabetes mellitus tipe II. Di
Amerika Serikat, diabetes mellitus merupakan penyebab utama kebutaan diantara
penduduk berusia 25 tahun hingga 74 tahun akibat retinopati diabetik dan juga
menjadi penyebab utama amputasi diluar trauma kecelakaan. Pada usia yang sama,
penderita diabetes mellitus paling sedikit 2,5 kali lebih sering terkena serangan
jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes mellitus.
75% penderita diabetes mellitus akhirnya meninggal karena penyakit vascular.
Serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangrene adalah komplikasi yang paling
utama. Selain itu, kematian janin intrauterine pada ibu-ibu yang menderita diabetes
mellitus tidak terkontrol juga meningkat. Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah
penderita DM sekitar 1,5% dari jumlah penduduk (Marwani Bratasaputra, 2000).

Melihat pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020 nanti
akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi
prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta pasien Diabetes
Mellitus, suatu jumlah yang besar untuk dapat ditanggani sendiri oleh para ahli DM.
Oleh karena itu antisipasi untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya ledakan
pasien DM ini harus sudah dimulai dari sekarang. Untuk itu perlu dilakukan
penanganan serius terpadu agar tidak menjadi masalah kesehatan nasional di
kemudian hari. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu diet,
latihan, pemantauan, terapi (jika diperlukan), dan pendidikan. Diet dan pengendalian
berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes mellitus. Begitu pula
dengan latihan sangat penting untuk menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi
faktor risiko kardiovaskuler.

Penanganan pertama yang harus dilakukan agar klien mampu melakukan kelima
komponen tersebut dengan baik adalah dengan memberikan health education
mengenai pengontrolan gula darah agar mencegah terjadinya komplikasi pada
penderita DM dan pencegahan DM pada orang yang belum terdiagnosis diabetes
melitus serta orang beresiko tinggi menderita DM. Penyuluhan merupakan dasar
utama untuk pengobatan diabetes mellitus bagi pasien dan juga pencegahan diabetes
bagi keluarga pasien serta masyarakat.

Diet bagi pasien DM merupakan komponen yang sangat penting dalam


mengontrol gula darah agar tetap dalam batas normal dan stabil. Untuk itu, penting
untuk dilakukan edukasi kepada penderita beserta keluarganya akan pentingnya
pendidikan akan nutrisi makanan dan cara menerapkan resep-resep masakan yang
sehat di dalam keluarga dengan memperhatikan jumlah kalori yang dibutuhkan,
jadwal, dan jenis makanan yang baik dikonsumsi, untuk menanamkan pola makan
sehat kepada penderita diabetes beserta anggota keluarga.

B. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan pasien dan
keluarga dapat memahami tentang DM.

C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit tentang DM, keluarga
dan klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian Diabetes Mellitus
2. Menyebutkan penyebab Diabetes Mellitus
3. Menyebutkan klasifikasi Diabetes Mellitus
4. Menjelaskan gejala klinis Diabetes Mellitus
5. Menjelaskan penatalaksanaan terkait Diit Diabetes Mellitus
BAB II
MATERI PENYULUHAN
A. Defenisi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi
insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism
karbohidrat,protein,lemak (Billota,2012).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
duanya.
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolute maupun relative (Arisman dan soegondo,2009).

B. Etiologi
Secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel
beta pankreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi / kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini
ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human
Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat
faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini
yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin. (Sujono & Sukarmin, 2008).
b. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi
pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada
penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak. (Sujono
& Sukarmin, 2008).
c. Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar
non identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar
daripada subjek (dengan usia dan berat yang sama) yang tidak memiliki
riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes tipe 1, penyakit
ini tidak berkaitan dengan gen HLA. Penelitian epidemiologi menunjukkan
bahwa diabetes tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif,
masing-masing memberi kontribusi pada risiko dan masing-masing juga
dipengaruhi oleh lingkungan. (Robbins, 2007).
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh
besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin. ( Smeltzer
and Bare, 2008).
C. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus sebagai berikut :
1. Tipe I
Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM). Dahulu dikenal dengan nama
Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk
mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup.
2. Tipe II
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM). Dahulu dikenal
dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD), terbagi dua yaitu :
 Non obesitas
 Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi
biasanya karena resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
3. Diabetes mellitus tipe lain
 Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
lain-lain.
 Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia antara lain : Furasemid,
thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM/diabetes selama kehamilan) karena
intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM.
Pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan
hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus. (Suddarth, Brunner, 2015).
D. Tanda dan Gejala
Gejala klinis DM yang klasik : mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi.
Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi
Pankreas, yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan polifagi.
Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut pula “Trias Sindrom Diabetes Akut”
bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan
ketoasidosis diabetik. Gejala kronis DM yang sering muncul adalah lemah badan,
kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang
sering berubah, sakit sendi dan lain-lain (Tjokroprawiro, 2007 )

E. Komplikasi
Menurut Tarwoto (2012) komplikasi yang berkaitan dengan diabetes
melitus digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dalam glukosa darah, yaitu : hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, sindrom
hiperglikemik hiperosmolar non-ketotic (HHNK).
a. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita
merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam
(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat,
sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi
kerusakan otak dan akhirnya kematian.
Menurut Depkes (2009), serangan hipoglikemia pada penderita
diabetes umumnya terjadi apabila penderita:
1) Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
2) Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau
ahli gizi .
3) Berolah raga terlalu berat
4) Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada
seharusnya.
5) Minum alkohol
6) Stress.
7) Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko.
b. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non- ketotic
HHNK terjadi pada manula, penyandang diabetes dengan obesitas,
seringkali adanya diabetes tidak terdiagnosis sebelumnya. Seringkali
ditemukan faktor pencetus seperti infark miokard, stroke, atau infeksi.
Onsetnya lambat dengan poliuri selama 2-3 minggu dan dehidrasi progresif.
Kadar glukosa darah tinggi (sering di atas 45,0 mmol/L) dan osmolalitas
(seringkali di atas 400 mmol/L). Bikarbonat plasma biasanya normal tanpa
disertai ketonuria. Jika kadar bikarbonat plasma rendah, pikirkan asidosis
laktat. Pasien ini memrlukan cairan dalam jumlah banyak (10 liter) yang
diberikan dalam bentuk Nacl 0,9 % (David. dkk, 2011).
2. Komplikasi kronis
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan, yaitu : makrovaskuler,
mikrovaskular, dan penyakit neuropati.
a. Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, nefropati, dan
neuropati merupakan kelainan yang lebih sering timbul setelah pubertas,
namun juga dapat terjadi selama periode prepurbertas memberikan efek yang
tidak sama pada masing-masing individu dalam hal komplikasi.
b. Neuropati
sistem saraf sentral dan perifer juga terkena oleh diabetes. Pola
keterlibatan yang paling sering adalah neuropati perifer simetris di
ekstremitas bawah yang mengenai, baik fungsi motorik maupun sensorik,
terutama yang terakhir. Walaupun gejala klinis kelainan saraf pada anak dan
remaja jarang didapatkan namun keberadaan kelainan subklinis sudah
didapatan. Evaluasi klinis dari pemeriksaan saraf perifer harus meliputi :
1) Anamnesis timbulnya nyeri,parestasia,maupun rasa tebal.
2) Penentuan sensasi vibrasi.
c. Komplikasi makrovaskuler
Penelitian tentang penebalan intima-media pada karotis merupakan
tanda yang sensitif untuk timbulnya komplikasi makrovaskuler yaitu penyakit
jantung koroner dan penyakit serebro vaskuler.
F. Pencegahan
Menurut Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di
Indonesia (2011) pencegahan pada pasien dengan DM yaitu menerapkan pola hidup
sehat seperti:
1. Diet dan Pola Makan
Tidak hanya bagi orang yang memiliki tubuh gemuk yang memerlukan diet
untuk melangsingkan tubuhnya, untuk penderita DM juga sangat penting. Ada 4
hal yang setidaknya diperhatikan di dalam program diet bagi penderita diabetes.
a. Banyak Mengonsumsi bahan makanan mengandung karbohidrat dan kaya
serat diantaranya beras merah, sayur-sayuran segar, oat dan Sorghum. Nasi
putih tidak dianjurkkan sebaiknya diganti oleh beras merah atau nasi merah.
b. Daging dengan kadar lemak rendah. Daging hanya sebagai varian saja untuk
program diet yang sedang dilakukan. Tidak hanya ini, buah-buahan segar
juga sangat diperlukan. Susu, sebaiknya untuk mengonsumsi jenis susu skim
fat karena berpengaruh terhadap program diet.
c. Konsumsi bawang putih, bawang merah dan Buncis.
d. Menghindari makanan yang mengandung kadar sodium yang tinggi dan
makanan-makanan kaleng.

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan


anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada
penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
a. Karbohidrat
 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
 Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
 Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi.
 Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat
makan sama dengan makanan keluarga yang lain
 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
 Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake)
 Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam
sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau
makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
b. Lemak
 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
 Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
 Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh
(whole milk).
 Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
c. protein
 Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
 Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu, dan tempe.
 Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya
bernilai biologik tinggi.
d. Serat
 Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta
sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin,
mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
 Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.

 Pemberian diit pada DM dengan memperhatikan prinsip 3 J yaitu:


1. Jenis bahan Makanan
2. Jadual makanan
3. Jumlah makanan

Diit pada Dm adalah:


→Tinggi karbohidrat →tinggi serat, →rendah lemak, → rendah protein
 Tujuan Pemberian Diit pada DM:
1. Mempertahankan kadar gula agar normal
2. Mempertahankan BB yang seimbang
3. Mencegah Komplikasi akut dan kronik

Makanan yang harus dihindari


1. Gula
2. Susu
3. Madu
Makanan yang mengandung karbohidrat yang boleh dimakan
1. Nasi
2. Kentang
3. Roti
4. Singkong

Bahan makanan yang mengandung protein hewan yang boleh di


makan :
1. Ikan segar
2. Ayam
3. Telur Ayam
4. Udang
Bahan makanan yang mengandung protein nabati yang boleh dimakan
seperti:
1. Tahu
2. Tempe
3. Kacang tanah
4. Kacang hijau
5. Kacang merah
Sayuran yang bebas dimakan
1. Kangkung
2. Tomat
3. Terong
4. Ketimun
5. Kol
6. Sawi
7. Gambas

Sayuran yang boleh dimakan tapi dibatasi:


1. Buncis
2. Daun singkong
3. Kacang panjang
4. Kembang Kol
5. Bayam
Buah yang bebas dimakan tanpa dibatasi
1. Jambu air
2. Jambu biji
3. Pepaya

Buah yang boleh dimakan tapi dibatasi


1. Pisang, kecuali pisang ambon dan pisang hijau
2. Jeruk
3. Mangga
4. Nanas
Buah yang tidak boleh dimakan, seperti;
1. Nangka
2. Durian
3. Sawo
4. Lecy
5. Apel merah

Kebutuhan Kalori
Misalnya
Data Tinggi badan = 150 cm BB Total = 150 -100
= 50 kg (a)
Jenis Kelamin = Wanita (kurus)
Kalori Basal = Laki laki = 30 Kal/Kg, Wanita 25 Kal/Kg ( c)
= 50 x 25
= 1250 (c)
Aktifitas = Sedang
Umur = 58 tahun
Perhitungan Kalori
Kalori Basal = a x b = 50 x 25 = 1250 kalori (c)

Koreksi
Umur 40 tahun - 5 % x c = -5/100 x 1250 = - 62,5 kalori
Aktifitas sedang + 30 % x c = + 30/100 x 1250 = 375 kalori
Kurus + 20 % x c = +20/100 x 1250 = 250 kalori +

Total kebutuhan 1812,5 kalori


2. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki
ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan (lihat
tabel 4). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk
mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,
sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.

G. Penatalaksanaan sesudah terkena komplikasi


1. Komplikasi akut

Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah


ketoasidosis diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar
(SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada
KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya
tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus
segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.
Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut
DM, di mana terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL.
Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami
keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling
sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau
pasien tidak makan setelah minum obat atau menyuntik insulin.

Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar,


gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang
kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan
minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak
membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah
sakit untuk penanganan dan pemantauan selanjutnya.

2. Komplikasi kronik

Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama


akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh
darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni
pembuluh darah besar dan kecil. Yang termasuk dalam pembuluh darah
besar antara lain:

 Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan


penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak
 Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan
menyebabkan luka iskemik pada kaki
 Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan
stroke

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya


mengenai pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan.
Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan
menyebabkan nefropati diabetikum.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang
menyebabkan perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa
kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak
menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi
luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan
amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa
terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta
kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan
saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai perawatan kaki yang
memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.

H. Peran pelayanan kesehatan


1. Memberikan terapi insulin bagi penderita diabetes
Biasanya untuk membantu para penderita diabetes untuk hidup
lebih sehat dan mengontrol makanannya. Selain itu pemberian
terapi insulin ini bisa memperbaiki konsumsi penggunaannya pada
sirkulasi darah dan otot. Perawat harus menerapkan terapi dan
latihan ini secara rutih untuk melawan serangan mematikan
penyakit diabetes dan meningkatkan ketahanan tubuh untuk
menambah kemampuan mengelola proses metabolism.
2. Mengatur pola makan penderita diabetes
Perawat harus memberikan penjelasan mengenai penyakit
diabetes secara detail, meliputi makanan yang diperbolehkan dan
dilarang, terapi dan latihan untuk mengurangi kadar gula dalam
darah.
Makanan atau cemilan dengan kandungan 15 gr karbohidrat bisa
dikonsumsi sebagai pengganti buah.
3. Menyuntikkan insulin pada tubuh penderita diabetes mellitus
Peran perawat adalah memantau kondisi tubuh pasien
penderita diabetes. Selain itu perawat harus memberikan suntikan
hormone insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah. Perawat
harus memberikan informasi terlebihdahulu kepada pasien dan
keluarga penderita bagaimana cara tepat dalam pemberian suntikan
insulin. Lakukanlah penyuntikan insulin secara teratur dan rutin
agar kadar gula dalam darah bisa terpantau dan terkontrol.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Pokok Bahasan : DM

Sub Pokok Bahasan : 1. Definisi DM


2. Etiologi DM
3. Klasifikasi DM
4. Tanda dan Gejala DM
5. Penatalaksanaan DM

Waktu : 10.00 WIB


Hari, Tanggal : April 2019

Sasaran : Pasien dan Keluarga penderita DM

Tempat : Rawat Inap Puskesmas

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan di ruangan rawat inap
puskesmas selama 1 x 30 menit diharapkan pasien dan keluarga dapat
mengetahui tentang konsep DM.

2. Tujuan Instrruksional Khusus


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit tentang
DM, keluarga dan klien mampu :
a) Menjelaskan pengertian DM
b) Menyebutkan penyebab DM
c) Menjelaskan klasifikasi DM
d) Menyebutkan tanda dan gejala DM
e) Menyebutkan penatalaksanaan DM
B. MATERI PENYULUHAN
1. Definisi DM
2. Etiologi DM
3. Klasifikasi DM
4. Tanda dan Gejala DM
5. Pencegahan DM
6. Penatalaksanaan DM
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. MEDIA/ALAT
1. Lembar balik
2. Leaflet
E. Pengorganisasian
1. Moderator & Pemateri : Siti Hartini
2.
F. Uraian Tugas
1. Moderator
a. Pada acara pembukaan (5 menit)
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu dan bahasa
5) Menjelaskan tata tertib penyuluhan
b. Kegiatan Inti (15 menit)
1) Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasan yang
tidak dipahami
2) Memberikan kesempatan pada pemateri untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan peserta
c. Pada acara penutup (10 menit)
1) Menyimpulkan dan menutup diskusi
2) Mengucapkan salam
2. Pemateri
a. Mempresentasikan materi
b. Mengevaluasi peserta tentang materi yang diberikan

G. SETTING TEMPAT

Bed pasien

Pemateri

dan akademik

H. SUSUNAN KEGIATAN

Tahap
No Penyuluh Peserta Metode Media
Kegiatan

1 Pembukaan 1. Membuka Ceramah Lembar


(5 menit) pertemuan balik
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan Mendengarkan dan
diri memperhatikan

2. Menyampaikan Mendengarkan dan


judul materi memperhatikan
3. Menjelaskan Memperhatikan
tujuan Penyuluhan
4. Melakukan kontrak Menyetujui kontrak
waktu waktu yang telah
ditentukan
2 Penyajian 1. Menggali Pasien Ceramah Lembar
(15 menit) pengetahuan pasien menyampaikan dan balik
terkait penyakit yang diketahuinya Tanya
DM jawab
2. Memberikan
reinforcement
3. Penyampaian
Materi : Memperhatikan dan
a. Menggali memahami yang
pengetahuan disampaikan
pasien tentang penyuluh
pengertian DM
b. Memberikan Pasien
reinforcement mengutarakan
c. Menyampaikan pendapat
materi
penyuluhan
tentang
pengertian DM Memperhatikan dan
d. Menggali memahami yang
pengetahuan disampaikan
pasien tentang penyuluh
etiologi DM
e. Memberikan Pasien
reinforcement mengutarakan
f. Menyampaikan pendapat
materi
penyuluhan
tentang etiologi
DM Memperhatikan dan
g. Menggali memahami yang
pengetahuan disampaikan
pasien tentang penyuluh
klasifikasi DM
h. Memberikan
reinforcement Pasien
i. Menyampaikan mengutarakan
materi pendapat
penyuluhan
tentang
klasifikasi DM
j. Menggali Memperhatikan dan
pengetahuan memahami yang
pasien tentang disampaikan
cara tanda dan penyuluh
gejala DM
k. Memberikan Pasien
reinforcement mengutarakan
l. Menyampaikan pendapat
materi
penyuluhan
tentang tanda
dan gejala DM
m. Menggali
pengetahuan Memperhatikan dan
pasien tentang yang disampaikan
penatalaksanaan penyuluh
DM
n. Memberikan
reinforcement
o. Menyampaikan
materi
penyuluhan
tentang
penatalaksanaan
DM.
3 Penutup 1. Memberikan Pasien bertanya Tanya Lembar
(10 menit) kesempatan pada jawab, balik/leaflet
pasien untuk ceramah
bertanya tentang
materi penyuluhan
2. Menjawab Pasien
pertanyaan yang memperhatikan
diajukan pasien
3. Menanyakan Pasien menjawab
kembali materi yang
telah dijelaskan
4. Menyimpulkan hasil Pasien
penyuluhan bersama mendengarkan
pasien
5. Memberikan leaflet
6. Mengucapkan Pasien
terimakasih atas mendengarkan
peran serta audiens
yang hadir dalam
penyuluhan
7. Memberikan salam Menjawab salam
penutup
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. Position statement: Standards of Medical Care in


Diabetes 2010. Diab Care.
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC
Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi
keperawatan. Jakarta : EGC.
Kumar V., Cotran R.S., dan Robbins S.L., 2007. Buku Ajar Patologi Robbins
Edisi ke 7, Volume 1 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer S.C & Bare, Brunner &Suddarth., 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8 Volume 2.Jakarta : EGC.
Sukarmin, Sujono Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : graha Ilmu
Tapan, E. 2005. Penyakit degeneratif. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Tartowo. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta
Tjokroprawiro, Askandar. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya :
Airlangga University Press.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus di Indonesia. 2011

Anda mungkin juga menyukai