Ca Nasofaring
Ca Nasofaring
PENDAHULUAN
daerah nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung). Karsinoma ini
(International Agency for Research on Cancer) 2012, terdapat 87.000 kasus baru
nasofaring muncul setiap tahunnya (dengan 61.000 kasus baru terjadi pada laki-
laki dan 26.000 kasus baru pada perempuan) dengan 51.000 kematian akibat KNF
(36.000 pada laki-laki, dan 15.000 pada perempuan).1,2 KNF terutama ditemukan
pada pria usia produktif (perbandingan pasien pria dan wanita adalah 2,18:1) dan
jarang ditemukan di daerah Eropa dan Amerika Utara dengan angka kejadian
salah satu jenis keganasan yang sering ditemukan, berada pada urutan ke-4 kanker
terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara, kanker leher rahim, dan kanker
paru.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nasofaring merupakan bagian yang terdapat pada belakang rongga hidung dan
diatas orofaring. Ukuran nasofaring sekitar 2-3 cm depan ke belakang dan sekitar
3-4 cm atas ke bawah. Bagian atap dan dinding belakang dibentuk oleh basis
sphenoid, basis occiput dan ruas pertama tulang belakang. Bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana. Orificium dari tuba eustachius
berada pada dinding samping dan pada bagian depan dan belakang terdapat
ruangan yang disebut dengan torus tubarius. Bagian atas dan samping dari torus
tubarius merupakan reses dari nasofaring yang disebut dengan fossa rosenmuller.
sehingga berperan dalam kejadian dan prognosis KNF. Tepat di atas apeks dari
fossa russenmuller terdapat foramen laserum, yang berisi arteri karotis interna
dengan sebuah lempeng tipis fibrokartilago. Lempeng ini mencegah penyebaran
KNF ke sinus kavernosus melalui karotis yang berjalan naik. Tepat di anterior
russenmuller terdapat foramen jugulare, yang dilewati oleh nervus kranial IX-XI,
Fossa russenmuller yang terletak di apeks dari ruang parafaring ini merupakan
Lokasi fossa russenmuller yang demikian itu dan dengan sifat KNF yang invasif,
klinis.5
Lapisan mukosa daerah nasofaring dilapisi oleh mukosa dengan epitel kubus
berlapis bersilia pada daerah dekat koana, sedangkan pada daerah posterior dan
inferior nasofaring terdiri dari epitel skuamosa berlapis. Daerah dengan epitel
transisional terdapat pada daerah pertemuan antara bagian atas nasofaring dan
arteri faringeal asendens, arteri palatina asendens, arteri palatina desendens, dan
cabang faringeal arteri sfenopalatina. Semua pembuluh darah tersebut berasal dari
Daerah nasofaring dipersarafi oleh pleksus faringeal yang terdapat di atas otot
konstriktor faringeus media. Pleksus faringeus terdiri dari serabut sensoris saraf
glossofaringeus (IX), serabut motoris saraf vagus (X) dan serabut saraf ganglion
servikalis simpatikus. Sebagian besar saraf sensoris nasofaring berasal dari saraf
pertama adalah kelompok nodul pada daerah retrofaringeal yang terdapat pada
fasia prevertebra. Pada dinding lateral terutama di daerah tuba Eustachius paling
kaya akan pembuluh limfe. Aliran limfenya berjalan ke arah anterosuperior dan
masing-masing sisi rantai kelenjar spinal dan jugularis interna, rantai kelenjar ini
kelenjar dari rantai jugular letaknya sangat dekat denan saraf-saraf kranial terakhir
yaitu saraf IX,X,XI,XII. Metastase ke kelenjar limfe ini dapat terjadi sampai
dengan 75% penderita KNF, yang mana setengahnya datang dengan kelenjar
limfe bilateral.5
Gambar 4. Sistem limfatik
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel
2.2.2 Epidemiologi
Cancer) 2012, terdapat 87.000 kasus baru nasofaring muncul setiap tahunnya
(dengan 61.000 kasus baru terjadi pada laki-laki dan 26.000 kasus baru pada
perempuan) dengan 51.000 kematian akibat KNF (36.000 pada laki-laki, dan
15.000 pada perempuan). KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif
(perbandingan pasien pria dan wanita adalah 2,18:1) dan 60% pasien berusia
Guangxi Cina Selatan yaitu mencapai lebih dari 50 per 100.000 orang/tahun.
Etnis Cina yang bermigrasi ke luar negeri juga mempunyai angka insiden yang
tinggi, tetapi etnis Cina yang lahir di Amerika Utara, mempunyai angka
insiden yang rendah dibandingkan dengan yang lahir di Cina. Temuan ini
15-20 kasus per 100.000 orang per tahun. Angka insiden sedang ditemukan
pada daerah Afrika Utara dan Asia Tenggara (Vietnam, Indonesia, Thailand,
Filipina) yaitu antara 3-8 per 100.000/tahun. Dan jarang terjadi pada negara
penduduk.3
merupakan salah satu jenis keganasan yang sering ditemukan, berada pada
2.2.3 Etiologi
Penyebab dari karsinoma nasofaring adalah infeksi virus Epstein-Barr
(VEB), karena pada semua pasien kanker nasofaring didapatkan titer anti virus
EB yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor
ganas leher dan kepala lainnya, tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada
1. Jenis Kelamin
Karsinoma nasofaring lebih sering terjadi pada pria daripada wanita dan
lain.
2. Ras
Kanker nasofaring dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering
Bahan kimia yang dilepaskan dalam uap saat memasak makanan, seperti
paparan bahan kimia ini pada usia dini, lebih dapat meningkatkan risiko.
5. Genetik
6. Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap
2.2.5 Patogenesis
kanker nasofaring salah satunya dipengaruhi faktor risiko yang sudah sering
terkait EBV masih belum sepenuhnya jelas.9 Selain itu, meski kanker
dibutuhkan infeksi laten dan litik EBV yang diduga disokong oleh perubahan
itu infeksi laten dan litik terjadi dan menghasilkan produk-produk tertentu,
menjadi sel kanker. Selain faktor genetik, faktor lingkungan berupa konsumsi
akumulasi dari lesi genetik dan peningkatan risiko kanker nasofaring. Selain
nasofaring.10
Seperti yang telah dijelaskan, setelah faktor genetik dan lingkungan
keadaan epitel tersebut. Virus EBV menginfeksi sel nasofaring secara laten.
Virus ini kemudian memasuki fase infeksi litik yang produktif. Tumor
memiliki peran sentral. LMP1 disekresi melalui eksosom dan masuk ke dalam
primer yang dapat meniru fungsi salah satu reseptor TNF, yakni CD40.
proses EMT, sel-sel karsinoma akan menurunkan penanda epitel tertentu dan
karena itu, LMP1 juga berperan dalam menimbulkan sifat metastasis dari
kanker nasofaring. Peningkatan EMT oleh LMP1 ini diikuti dengan ekspresi
Gambar 5.
Patogenesis KNF
nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau
gejala dileher. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan
hidung, untuk itu nasofaring harus diperiksa secara cermat, kalau perlu dengan
tumbuh ata tumor tidak tampak karena masih terdapat dibawah mukosa
(creeping tumor). 11
Gangguan pada telinga merupakan gejala dini karena tempat asal tumor
tinnitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia).
Tidak jarang pasien dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
beberapa lobang, maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai
mengenai saraf otak ke III, IV, VI dan dapat pula ke V, sehingga tak jarang
Neuralgia trigeminal merupakan gejala yang sering ditemukan oleh ahli saraf
Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan
XII jika penjalaran melalui foramen jugulare, yaitu suatu tempat yang relative
jauh dari nasofaring. Gangguan ini sering disebut sindrom Jackson. Bila sudah
mengenai selurih saraf otak disebut sindrom unilateral. Dapat pula disertai
dengan destruksi tulang tengkorak dan bila sudah terjadi demikian, biasanya
prognosisnya buruk. 11
lain. Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau
LHN telah diteliti di Cina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring,
mukosistis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun-
2.2.7 Diagnosis
Persoalan diagnostik sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan CT-
Scan daerah kepala dan leher, sehingga pada tumor primer yang tersembunyi
pun tidak akan terlalu sulit ditemukan. Pemeriksaan foto tengkorak potongan
tulang di daerah fossa serebri media. Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati,
Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk infeksi virus
Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung atau dari mulut.
Biopsi dari hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsi).
dimasukkan melalui hidung dan ujung kateter yang berada didalam mulut
mole tertarik keatas. Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring.
Biopsi dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai
lebih jelas. Biopsi tumor nasofaring umumnya dilakuan dengan anestsi topical
dengan Xylocain 10%.Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang
menguji area kepala ataupun leher. Apabila endoskopi telah digunakan untuk
2.2.8 Stadium
T3 Tumor melibatkan struktur tulang dari basis kranii dan atau sinus
paranasal
supraklavikula
Tis T1 T2 T3 T4
N0 0 I II III IVA
N1 II II III IVA
M0
Stadium I : Radioterapi
1. Terapi
gelombang atau partikel energi radiasi tinggi yang dapat menembus jaringan
kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus. emua pengobatan tambahan ini
Kemoterapi dapat menjalar melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker
dimanapun di dalam tubuh. Kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan
sehat, terutama sel sehat dalam lapisan mulut dan sistem gastrointestinal,
benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul
kembali setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah
sisa tumor induk (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering
2. Perawatan paliatif
Mulut rasa kering disebakan oleh keusakan kelenjar liur mayor maupun minor
untuk makan dengan banyak kuah, membawa minuman kemanapun pergi dan
merangsang keluarnya air liur. Gangguan lain adalah mukositis rongga mulut
karena jamur, rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat
lengkap dimana tumor tetap ada (residu) akan kambuh kembali (residif).
Dapat pula timbul metastasis jauh pasca pengobatan seperti ke tulang, paru,
hati, otak. Pada kedua keadaan tersebut diatas tidak banyak tindakan medis
kualitas hidup pasien. Pasien akhirnya meninggal dalam keadaan umum yang
buruk , perdarahan dari hidung dan nasofaring yang tidak dapat dihentikan dan
3. Dukungan nutrisi
dan malnutrisi berat kaheksia pada kanker kepala-leher (termasuk KNF) dapat
kualitas hidup dan survival rate pasien. Pasien KNF juga sering mengalami
efek samping terapi, berupa mukositis, xerostomia, mual, muntah, diare, dan
anak. Para penderita perlu mendapatkan edukasi dan terapi gizi untuk
Rekomendasi tingkat A
2.2.10 Follow Up
Tidak seperti keganasan kepala leher yang lainnya, KNF mempunyai resiko
tersering terjadi kurang lebih 5 tahun, 5-15% kekambuhan sering terjadi pada 5-10
terapi.11
2.2.11 Pencegahan
dengan risiko tinggi. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta mengubah
cara memasak makanan untuk mencegah kesan buruk yang timbul dari bahan-
bahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,
2.2.12 Prognosis
yang satu dengan subkelompok yang lain. Penelitian tentang faktor-faktor yang
(pemeriksaan fisik maupun penunjang). Sampai saat ini belum ada uji meta
analisis yang menggabungkan angka survival rate dari berbagai studi yang telah
ada. Prognosis pada pasien keganasan paling sering dinyatakan sebagai survival
rate 5 tahun. Menurut AJCC tahun 2010, survival rate relatif 5-tahun pada pasien
dengan KNF Stadium I hingga IV secara berturutan sebesar 72%, 64%, 62%, dan
38%.1
BAB V
KESIMPULAN
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel
jenis keganasan yang sering ditemukan, berada pada urutan ke-4 kanker terbanyak
di Indonesia setelah kanker payudara, kanker leher rahim, dan kanker paru.
karena pada semua pasien karsinoma nasofaring didapatkan titer anti virus EB
yang cukup tinggi. Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang
nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau
Stadium KNF dibuat berdasarkan klasifikasi TNM dari AJCC (American Joint
penyakit.
Tidak seperti keganasan kepala leher yang lainnya, KNF mempunyai resiko
terhadap KNF ini bisa dilakukan dengan pemberian vaksin, penyuluhan tentang
survival rate relatif 5-tahun pada pasien dengan KNF Stadium I hingga IV secara
at:http://www.headandneckcancerguide.org/adults/introduction-to-head-
and-neck-cancer/throat-cancer/nasopharyngeal-cancer/anatomy/
WHO classification of tumours: head & neck tumours. Lyon: IARC Press.;
2005. p. 81 - 106.
10. Tsao SW, Yip YL, Tsang CM, Pang PS, Lau VMY, Zhang G, et al.
8:19-12.
http://www.cancer.org/cancer/nasopharyngealcancer/detailed
guide/nasopharyngeal-cancer-survival-rates.