Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka

kematiannya sangat tinggi, tidak hanya dinegara berkembang, tetapi terdapat di

negara maju seperti Amerika, Kanada, dan di negara Eropa lainnya. Pneumonia

bukan saja dikenal sebagai mordilitas yang tinggi dengan angka kejadian 4 juta

kasus pertahun mengenai 12 orang dewasa per 1000 orang dewasa per tahun,

dengan lebih dari 600 ribu penderita rawat inap pertahun (Susanto dkk, 2010).

Angka kejadian pneumonia di Indonesia pada tahun 2008 meningkat hingga

mencapai 49,45 persen, tahun 2009 49,43 persen, dan tahun 2010 menurun 39,35

persen. Di provinsi Jawa prevalensi penderita pneumonia 2010 mencapai 26,76

persen, sedangkan dipuskesmas Mijen di kota Semarang, tahun 2011 kasus

pneumonia pada balita usia 12-48 bulan, prosentasenya 8,02 persen, dan pada

bulan januari sampai maret 2012 sebesar 0,02 persen (Rachmawati, 2013).

Peneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycoplasama

Pneumoniae sebagai salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut (Helmi, 2005).

Pneumonia adalah penyakit peradangan perankim paru yang disebabkan oleh

mikroganisme bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia juga disebabkan

oleh bahan kimia atau paparan fisik seperti suhu dan radiasi. Berdasarkan lokasi

anatominya, pneumonia dapat terbatas segmen, lobus, atau menyebar (diffuse).

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 1


Jika hanya melibatkan lobulus, pneumonia sering mengenai bronkus dan

bronkiolus sehingga disebut broncopneumonia (Djojodibroto, 2012).

B. Metode Penyusunan dan Pengumpulan Data

Dengan melaksanakan praktek ini memperoleh data-data yang sangat

berguna dalam penyusunan laporan ini, data-data tersebut diperoleh dengan cara

sebagai berikut :

1. Interview ( wawancara )
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara bertatap muka secara langsung

dengan pasien dan keluarga yang ada hubungannya dengan masalah kesehatan

pasien.
2. Observasi - partisipatif( pengamatan )
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik secara

langsung dan melakukan pengamatan kepada pasien yang sedang sakit. Dengan

maksud untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan terperinci tentang

penyakit pasien.
3. Study literatur
Sumber – sumber komunikasi suatu data, melihat data – data yang datanya harus

lengkap dan juga harus dipercaya. Oleh sebab itu, para penulis hendaklah

berusaha memperoleh data – data yang sama dari beberapa sumber.

C. Sistematika Penyusunan laporan kasus

BAB 1 PENDAHULUAN YANG TERDIRI DARI :

A. Latar Belakang Pemilihan kasus


B. Metode Penyusunan dan Pengumpulan Data
C. Sistematika Penyusunan laporan kasus.
BAB II TINJAUAN UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN :
A. Latar Belakang PKL
B. Pengertian PKL Dalam Pola PSG
C. Defisini Istilah

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 2


D. Maksud dan Tujuan PKL
E. Manfaat Prakerin

BAB III TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit


B. Struktur Organisasi
C. Ruang Lingkup Rumah Sakit

BAB IV TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

B. Etiologi

C. Patofisiologi

D. Manifestasi klinis

E. Komplikasi

F. Pencegahan

G. Pemeriksaan penunjang

H. Penatalaksanaan medis

I. Asuhan keperawatan teoritis

1. Pengkajian umum

2. Diagnosa keperawatan

3. Intervensi/Rasional

BAB V TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

B. Data fokus

C. Analisa data

D. Diagnosa data

E. Rencana keperawatan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 3


F. Tindakan keperawatan

G. Evaluasi

H. Resume

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran – saran
C. Kesan – kesan

LAMPIRAN – LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Latar Belakang PKL

Pada dasarnya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) dalam pola pendidikan

sistem ganda (PSG) dimaksud untuk menerapkan apa yang telah diajarkan dan

didapatkan di sekolah baik teori maupun praktek. Maka sekarang ini pemerintah

menggalakan masalah keterampilan di bidang asisten perawat yang bisa

diandalkan. Kemudian dengan didirikannya SMK, maka kita dapat mewujudkan

generasi muda yang terampil.

Dengan diadakannya praktek kerja lapangan dapat menambah ilmu

pengetahuan bagi siswa, bagaimana dapat menciptakan tenaga kerja yang

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 4


bermutu, terampil, disiplin, serbaguna dan dapat diandalkan bagi dunia kesehatan.

Dan diharapkan Rumah Sakit dapat bekerja sama dalam mewujudkan Sumber

Daya Manusia( SDM )yang terlatih.

B. Pengertian PKL Dalam Pola PSG

Praktek kerja Lapangan yang disingkat dengan “PKL” merupakan bagian dari

program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di Dunia

kerja, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan system pendidikan di SMK yaitu

Pendidikan System Ganda (PSG). Program PKL disusun bersama diantara sekolah

dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai

kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK.

Dengan PKL peserta didik dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek yang

dituntut kurikulum, dan disamping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang

menjadi dunianya kelak setelah menamatkan pendidikanya.

C. Defisini Istilah

Dalam menyusun Laporan ini kami menentukan istilah kata dan kami

berusaha untuk memberikan penjelasan tentang istilah tersebut. Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan ( PKL ), arti dari istilah itu sendiri adalah pelaksanaan

dari pada teori yang sudah dipelajari di sekolah.

Istilah Pendidikan Sistem Ganda ( PSG ) yaitu pendidikan yang dilakukan

dua kali lipat atau ganda yaitu di sekolah dan di dunia usaha/kerja.

D. MAKSUD DAN TUJUAN PKL

1. Pemenuhan kopetensi sesuai tuntutan kurikulum.


Penguasaan kopetensi dengan pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh

fasilitas pembelajaran kopetensi di luar sekolah (Dunia Kerja Mitra).

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 5


Keterlaksanaan pembelajaran kopetensi tersebut bukan diserahkan

sepenuhnya ke Dunia Kerja, tetapi sekolah perlu memberi arahan tentang apa

yang seharusnya dibelajarkan kepada peserta didik.


2. Implementasi kopetensi ke dalam dunia kerja.
Kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki peserta didik, melalui latihan

dan praktik di sekolah perlu diimplementasikan secara nyata sehingga tumbuh

kesadaran bahwa apa yang sudah dimilikinya berguna bagi dirinya dan orang

lain. Dengan begitu peserta didik akan lebih percaya diri karena orang lain

dapat memahami apa yang dipahaminya dan pengetahuannya diterima oleh

masyarakat.
3. Penumbuhan etos kerja/pengalaman kerja .
SMK sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan dapat mengantarkan

tamatannya ke dunia kerja perlu memperkenalkan lebih dini lingkungan sosial

yang berlaku d Dunia Kerja.Pengalaman berinteraksi dengan lingkungan

Dunia Kerja dan terlibat langsung didalamnya, diharapkan dapat membangn

sikap kerja dan kepribadian yang utuh sebagai pekerja.


4. Desain program / Pelaksanaan PKL
Perencanaan program PKL tidak terlepas dari implementasi silabus ke dalam

pembelajaran, yang membutuhkan metode, strategi dan evaluasi pelaksanaan

yang seesuai.
Rancangan PKL sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan kearsipan

Dunia Kerja mitra dalam melaksanakan pembelajaran kopetensi tersebut. Hal

ini diperlukan agar dalam melaksanakannya, penepatan peserta didik untuk

PKL tepat sasaran sesuai dengan kopetensi yang akan dipelajari.

E. MANFAAT PKL

Adapun beberapamanfaat diadakannya pendidikan system ganda (PSG) adalah

sebagai berikut :

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 6


1. Bagi Siswa

1.1. Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas

serta menambah pengalaman dan wawasan tentang dunia usaha.


1.2. Dapat memperoleh suatu keterampilan dan keahlian melalui
Kegiatan bekerja langsung di dunia usaha.
1.3. Dapat mengetahui perkembangan Rumah sakit dan Kesehatan.

2. Bagi Sekolah
2.1. Mampu menghasilkan kualitas siswa dan siswi yang professional

sesuai dengan yang diharapkan.


2.2. Memberi kemungkinan siswa untuk mengembangkan pengetahuan.
2.3. Meningkatkan kualitas kerja siswa yang baik antara SMK

KESEHATAN TRIPLE “J” dengan lembaga kesehatan.

3. Bagi Rumah Sakit


3.1. Menghasilkan tenaga kerja yang bermutu dan serbaguna sebagai

pengetahuan yang luas sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh

lapangan kerja.
3.2. Dapat membantu pekerjaan di Rumah Sakit.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 7


BAB III

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Sejarah RSUD CIBINONG

Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat

pakar, dan padat moral. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit

yang menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, dan penelitian, serta

mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin, sehingga rumah sakit mampu

melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang teknis maupun administrasi

kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu rumah sakit harus mempunyai

suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu disemua tingkatan (Ery

Rustiyanto. 2009).
RSUD Cibinong berdiri pada tahun 1982 dengan luas tanah 41.974 m 2 dan luas

bangunan hanya 415 m2. Pelayanan yang tersedia masih terbatas pada poliklinik

umum. Demikian pula tenaga medis dan paramedic yang bertugas masih sangat

sedikit.
Tahun 1985 mulai dibuka poliklinik Gigi dan poliklinik spesialis Mata. Pelayanan

persalinan dan perawatan pasca persalinan oleh bidan juga mulai dilaksanakan.

Pada tahun 1986 dilakukan penyerahan RSUD Cibinong oleh Kakandep Provinsi

Jawa Barat kepada Bupati DT II Kabupaten Bogor. Serah terima ini tertuang

dalam Berita Acara Serah Terima No. 95/Kanwil/TU/III/86.


Setahun setelah serah terima dilaksanakan, RSUD Cibinong mulai

memberikan pelayanan rawat inap untuk perawatan umum. Kapasitas tempat tidur

yang disediakan sebanyak 10 tempat tidur.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 8


Pada perkembangannya, RSUD Cibinong menambah jenis pelayanan

poliklinik spesialis dalam, poliklinik spesialis anak, dan poliklinik spesialis

kebidanan dan kandungan pada tahun 1989. Pada tahun yang sama pula RSUD

dapat melayani pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu pemeriksaan

penunjang.
Kemudian menyusul dibukanya beberapa poliklinik spesialis baru untuk

melengkapi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pada poliklinik spesialis

yang baru dibuka adalah poliklinik spesialis bedah pada tahun 1993, poliklinik

spesialis paru 1994, THT (1994), Akupuntur (1996), Kulit-Kelamin (1997),

Rehabilitasi medik (1998), Syaraf (1999), Bedah Othopedi (2003), Gizi klinik

(2003), spesialis Gigi Orthodonti (2005), Urologi ( juni 2008), Edukasi Diabetes

(2008), dan poliklinik DOTS (2009). Untuk pelayanan penunjang diagnostic juga

disediakan pemerikasaan radiologi pada awal tahun 1993.


Selain poliklinik spesialis, RSUD juga membuka klinik gizi pada tahun

2003, klinik Edukasi Diabetes (2008), serta menyelenggarakan senam bagi para

penderita diabetes sejak bulan april tahun 2009. Senam dilaksanakan pada setiap

hari sabtu pagi.


Pelayanan gawat darurat 24 jam mulai beroperasi sejak tahu 1994. Sejalan dengan

bertambah lengkapnya pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit kepada

masyarakat, jumlah tempat tidur rawat inap juga mengalami pertambahan yang

signifikan. Tempat tidur untuk pasien rawat inap bertambah hingga menjadi 101

pada tahun 2000, kemudian berkembang menjadi 116 tempat tidur pada akhir

tahun 2002. Pada pertengahan tahun 2003 menjadi 128 tempat tidur, dan awal

tahun 2004 menjadi 179 tempat tidur. Pertambahan tempat tidur sejalan dengan

penambahan ruang rawat inap VIP dan beroperasinya ruang ICU (Intensive Care

Unit) pada tahun 2004. Pada tahun 2005 RSUD menambah tempat tidur menjadi

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 9


200 tempat tidur, dan pada tahun 2008 menjadi 210 tempat tidur. Kemudian ruang

rawat inap VIP menambah 6 tempat tidur sehingga pada tahun 2009 total

kapasitas tempat tidur menjadi 216.


Pada akhir tahun 2012 RSUD Cibinong menambah total kapasitas tempat tidur

menjadi 203 tempat tidur rawat inap. Hal ini dimungkinkan karena adanya

penambahan satu gedung perawatan baru. Keseluruhan 233 tempat tidur tersebut

diruang Melati/Anak 27 TT, ruang Anggrek/Kebidanan 27 TT, ruang Flamboyan


26 TT, ruang Bougenvil/Bedah 29 TT, ruang Wijaya Kusuma 10 TT, ruang
Raflesia/VIP 15 TT, ruang Seruni 40 TT, ruang Teratai 17 TT, ruang
Dahlia/Perinatologi 30 TT, ruang ICU 4 TT, di ruang Transit 8 TT.
Sejak bulan Oktober 2006 lahan rumah sakit bertambah seluas 9.815 m2.
Sehingga luas lahan rumah sakit keseluruhan menjadi 51. 789 m2. Dengan
bertambah luasnya lahan, sejak tahun 2009 mulai dilaksanakan pembangunan

gedung kantor dan satu gedung Rawat Inap dengan dua lantai. Pada tahun 2010

dilaksanakan pula pembangunan poliklinik Rawat Jalan.


Tahun 2002 RSUD Cibinong lulus akreditasi dengan status Akreditasi penuh

Tingkat Dasar melalui keputusan Menteri Kesehatan RI No. YM.00.03.2.2.69.

Akreditasi mencakup lima jenis pelayanan yang terdiri dari Manajemen

Administrasi RS, Pelayanan Medik, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, dan

IGD.
Peningkatan kelas RSUD Cibinong dari tipe C menjadi tipe B Non Pendidikan

terjadi pada tahun 2003 dan dikukuhkan dengan Kepmenkes RI Nomor


1046/Menkes/SK/II/03 dan SK Bupati Bogor Nomor 445/Kpts/Huk/2004. Pada

tahun yang sama RSUD Cibinong berubah menjadi Badan Rumah Sakit Daerah

melalui Peraturan Daerah Nomor 34 tahun 2002. Akhirnya, pada tahun 2009

sesuai dengan SK Bupati No 445/338/Kpts/Huk/2009, RSUD Cibinong ditetapkan

sebagai satuan kerja perangkat daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan Layanan Umum Daerah ( PPK-BLUD ), diharapkan dengan menjadi

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 10


BLUD, RSUD Cibinong dapat meningkatkan kinerjanya dalam melayani

masyarakat.
Menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008, Rekam medis

adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien. Data pelayanan kesehatan yang tertera dalam dokumen rekam

medis, baik data sosial pasien dan data medis dapat menghasilkan informasi yang

sangat penting bagi pengembangan rumah sakit dan bagi pasien sendiri.
Tata kerja rekam medis di rumah sakit bertujuan untuk terlaksananya peraturan

kegiatan rekam medis dengan tepat, cepat dan benar. Proses kegiatan

penyelenggaraan rekam medis dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah

sakit, dilanjutkan dengan kegiatan pencatatan data medis pasien oleh dokter dan

dokter gigi atau tenaga kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan kesehatan

langsung pada pasien. Selama pasien itu mendapat pelayanan medis di rumah

sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi

penyelenggaraan penyimpanan (filling) dan pengambilan kembali (retrieval)

berkas penyimpanan rekam medis dari rak penyimpanan berkas rekam medis yang

diperlukan untuk melayani permintaan/peminjaman karena pasien datang berobat,

dirawat, atau untuk keperluan lainnya, serta dilakukannya evaluasi dan pelaporan.

Semua kegiatan harus berkesinambungan jika tidak kegiatan rekam medis suatu

rumah sakit tidak akan mencapai suatu tujuan.


Salah satu kegiatan dalam rekam medis yaitu penyimpanan, sistem

penyimpanan itu sendiri adalah sistem yang digunakan pada penyimpanan berkas

rekam medis agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan

dengan cepat bila dibutuhkan ( Indah Kristin. 2011. ).

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 11


Penyimpanan berkas rekam medis yang telah tersistematis, menjadikan rekam

medis tersebut mudah dan cepat diolah, dalam pengolahan data rekam medis

menjadikan informasi dalam bentuk laporan-laporan berupa statistik

perkembangan pelayanan kesehatan maupun statistik penyakit, namun apabila

data/berkas rekam medis tidak disimpan dengan baik dan benar maka akan

menyulitkan petugas rekam medis dalam pengambilan kembali (retrieval) saat

melayani permintaan peminjaman berkas rekam medis dan akan menurunkan

pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut dalam segi pelayanan non medis.

B. Visi dan Misi RSUD Cibinong

1. Visi Rumah Sakit

RSUD Cibinong diandalkan dan dipercaya di Jawa Barat

2. Misi Rumah Sakit

2.1. Meningktakan performa Rumah Sakit


2.2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
2.3. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit

3. Moto Rumah Sakit

“Kesembuhan Anda Kebahagiaan Kami”.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 12


C. Struktur Organisasi

1. Struktur Organisasi RSUD CIBINONG

KELOMPOK
JABATAN WADIR WADIR
FUNGSIONAL ADMINISTRASI PELAYANAN

BAGIAN TATA BAGIAN BIDANG BIDANG


USAHA KEUANGAN MEDIK PERAWATAN

SUB. BAGIAN SEKSI SEKSI


SUB. ANGGARAN PELAYANAN ASUHAN
BAGIAN
UMUM MEDIK DAN DAN MUTU
SUB. BAGIAN PENGEMBANGA KEPERAWAT
SUB. PEMBENDAHARAAN N MEDIK AN
BAGIAN
KEPEGAWA SEKSI PENUNJANG SEKSI
IAN
WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA)
MEDIK 13
PENUNJA
NG
KEPERAW
ATAN
Ka. Ru. Rafesia
Anggrek
Flamboy
Bougenvil
Seruni
Wijaya K. Perawat pelaksana
Perawatan III

Ka. Instalasi R. Inap


(Logistik) Ka. Ru. Teratai Perawat pelaksana
Kasie.
Ka. Ru. Dahlia Perawat pelaksana
Ka. Ru. ICU Perawat pelaksana

14

TENAGA NON PROFESI


Pengawas Kontrol

Perawat Jaga
Keperawatan

Perawatan II

(Askep)
Kepala

Kasie.

Perawatan I
INSTALASI

(SDM )

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA)


Kasie.
Ka. Fisiotherapy Petugas pelaksana

Ka. Instalasi R. Jalan


VERIFIKASI DAN

Ka. Pol. 24 jam Perawat pelaksana


SUB. BAGIAN

LAPORAN

TENAGA NON PROFESI


Ka. Laboratorium petugas pelaksana
Ka. Poli. Gigi Perawat pelaksana
Ka. Radiologi Petugas pelaksana
BAGIAN
REKAM
MEDIK
Ka. Kmr. Operasi Perawat pelaksana
SUB. Ka. Apotik Petugas pelaksana
D. Ruang Lingkup Kegiatan RSUD.Cibinong

Gedung Perawatan Anak, Gedung Perawatan Penyakit Dalam, Gedung

Perawatan Bedah, dan Gedung Kebidanan.


1. Fasilitas Pelayanan Dokter
Spesialis Anak, Spesialis Bedah, Spesialis Kebidanan dan Kandungan,

Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Paru, Spesialis Mata, Spesialis THT,

Spesialis Saraf, Spesialis Kulit dan Kelamin, Spesialis Rehab Medik Gigi,

Spesialis Bedah Orthopedi, Spesialis Patologi Klinik, Spesialis Urotologi,

Spesialis Radiologi, Anaesthesi serta Orthodensia.


2. Fasilitas Peralatan Kesehatan Canggih
2.1. USG 3 Dimensi, EEG 3 Chanel, Traedmill, Endoscopy, Dentral

Unit, Elektrocutter
2.2. Pelayanan OK tersedia Ventilator dan Anaesthesi Unit
2.3. Pelayanan bayi atau NICU tersedia Vantilator Bayi>200 Gram

berat badan
2.4. Infant warmer dan incubator baby (servo sustem)

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 15


2.5. Rontgen 500 mA
2.6. Laboratorium dan dan operasionalisasi: Radiologi, CT Scan dan

Blood Gas Analizer


2.7. Hermodialosa
2.8. Revitalisasi Gedung IGD Ponek RSUD Cibinong

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 16


BAB IV

TINJAUAN TEORITIS

Asuhan Keperawatan Pneumonia Di ruang Flamboyan

A. Definisi

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan

pengisian alveoli dengan cairan. Penyebabnya karena agen infeksi, irirtan kimia

dan terapi radiasi. bakterinya bernama pneumococcal pneumonia.( Doenges,

Marilynn E., 1999)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran

gas setempat. (zul, 2001)

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (fkui).

B. Etiologi dan Faktor Resiko

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara

primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia

bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 17


menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan

streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia,

demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh

virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif

sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan

beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap

acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia

yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu

yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit

pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap

pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena

muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi

individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan

pneumonia, bukan mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi

peradangan.

Etiologi:

1) Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus

2) Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus

3) Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,

cryptococosis, pneumocytis carini

4) Aspirasi : Makanan, cairan, lambung

5) Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas

Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 18


1) Virus sinsisial pernafasan

2) Hantavirus

3) Virus influenza

4) Virus parainfluenza

5) Adenovirus

6) Rhinovirus

7) Virus herpes simpleks

8) Sitomegalovirus.

9) Virus Influensa

10) Virus Synsitical respiratorik

11) Adenovirus

12) Rubeola

13) Varisella

14) Micoplasma (pada anak yang relatif besar)

15) Pneumococcus

16) Streptococcus

17) Staphilococcus

Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain Infeksi Saluran Nafas Atas

(ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2

bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 19


mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang

tidak memadai.

Patofisiologi

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau

kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru, penyebaran bisa juga melalui

darah dari luka di tempat lain misalnya di kulit, jika melalui pernapasan/saluran

pernapasan, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawani oleh berbagai sistem

pertahanan tubuh manusia. Misalnya dengan batuk-batuk atau pertahanan oleh

sel-sel pada lapisan lendir tenggorok, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia)

untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar, tentu itu semua tergantung

besar kecilnya ukuran penyebab tersebut (keperawatan medikal bedah Barbara C.

Long).

Pneumonia bakteri menyerang baik ventilasi maupun difusi, serta reaksi inflamasi

yang dilakukan oleh pneumotoraks terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat,

yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah

putih kebanyakan neutrofil juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang

yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme, menyebabkan

oklusi parsialbronki atau alveoli yang mengakibatkan penurunan tahanan oksigen

alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang

terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada

pokoknya, darah terpiraudari sisi kanan ke sisi jantung. Percampuran darah yang

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 20


teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia

arterial.

Sindrom pneumonia atipikal, pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma,

fungus, klamidia demam dan penyakit legionnaires; pneumocyistcarnill, dan virus

termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.

Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling

umum. Mikoplasma adalah organisme yang kecil di kelilingi oleh membran

berlapis tiga tanpa dinding sel, organisme ini tumbuh pada media kultur khusus

tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-

anak yang sudah kesat dan dewasa muda.

Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi,

melalui kontak individu ke individu, pasien dapat diperiksa terhadap antibodi

mikoplasma.

Inflamasiinfiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar, pneumonia ini

menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus, secara umum,

pneumonia ini mempunyai ciri bronkopneumonia, sakit telinga dan meningitis

bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan

masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan

dalam pneumonia bakterial (Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).

C. Manisfestasi Klinis

Pneumonia bacterial (pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan

menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5o-40,5o) (101oF-105oF). dan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 21


nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk.

Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25-45x/menit) disertai

pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung dan penurunan otot-otot

aksesori pernapasan.
Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya tergantung pada organisme

penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti

nasal, sakit tenggorok) dan awitan gejala pneumonia bertahap.


Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tinggi rendah, nyeri pleuritis,

miamia, ruam dan faringitis, setelah beberapa hari, sputum mukola atau

mukopurulen dikeluarkan. Nadi cepat dan bersambungan (bounding) nadi

biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat

celcius.
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran pernapasan.

Saluran napas atau akut selama beberapa hari selain didapatkan menggigil, suhu

tubuh meningkat dapat mencapai 40oC, sesaknafas, nyeri dada dan batuk dengan

dahakkental terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian

penderita ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makandan sakit

kepala.
Tanda dan gejala berupa :
1. Batuk non produktif.
2. Ingus (nasal discharge)
3. Suara napas lemah
4. Retraksiintercosta
5. Penggunaan otot bantu napas
6. Demam
7. Ronchii
8. Cyanosis
9. Thorak photo menunjukkan infiltrasimelebar
10. Batuk
11. Sakit kepala
12. Kekakuan dan nyeri otot
13. Sesak nafas
14. Menggigil
15. Berkeringat

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 22


16. Lelah

D. Komplikasi

1. Efusi pleura

2. Hipoksemia

3. Pneumonia kronik

4. Bronkaltasis

5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru

yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).

6. Komplikasi sistemik (meningitis).

E. Pencegahan
Seringlah mencuci tangan, terutama setelah menggunakan toilet,

mengganti popok, menyiapkan atau makan makanan, atau membuang lendir dan

kotoran dari hidung.


* Jangan merokok.
* Dapatkan vaksinasi untuk pneumonia dan flu.
* Anak-anak juga harus mendapatkan vaksin Hib.
* Pada beberapa anak yang berusia kurang dari 24 bulan, obat palivizumab dapat

diresepkan untuk membantu mencegah pneumonia sebagai komplikasi dari

masalah pernapasan lainnya.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah menunjukkan leokasistosis dan predominanPMH atau dapat

ditemukan leukoponia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan

anemia ringan/sedang.
2. Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi :
2.1. Bercak konsolidasi merata pada bronco pneumonia.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 23


2.2. Gambaran bronco pneumonia difusi atau infiltrate, interstisialis pada

pneumonia statipilokok.
2.3. Bercak konsolidasi satulobus pada pneumonia lobaris.
2.4. Pemeriksaan cairan pleura.
2.5. Pemeriksaan mikrobiologik, specimen usap tenggorok, sekresinasofaring

balasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea.

G. Penatalaksanaan Medis

Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45°. Kematian

sering kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan

penekanan susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan

keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa dengan baik, pemberian O2 di

alveoli-arteri, dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2 sebaiknya dalam

konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk mempertahankan PO2 arteri

sekitar 60-70 mmHg dan juga penting mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.

Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk

mencegah penurunan volume cairan tubuh secara umum. Bronkodilator seperti

Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase sekret dan distribusi

ventilasi. Kadang-kadang mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama

jika pneumonia mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika

hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia arteri dengan cara memperbaiki volume

intravaskular dan melakukan dekompresi lambung. Kalau hipotensi tidak dapat

diatasi, dapat dipasang kateter Swan-Ganz dan infus Dopamin (2-5µg/kg/menit).

Bila perlu dapat diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri pleura.

Pemberian antibiotik terpilih seperti Penisilin diberikan secara intramuskular 2 x

600.000 unit sehari. Penisilin diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 24


sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari dan tidak ada

komplikasi lain. Klien dengan abses paru dan empiema memerlukan antibiotik

yang lama. Untuk klien yang alergi terdapat Penisilin dapat diberikan Eritromisin.

Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena banyak resisten.

Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terhadap Penisilin

karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe

anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian penisilin, suhu, denyut nadi,

frekuensi pernafasan menurun serta nyeri pleura menghilang. Pada ±20% klien,

demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi (Arif

Muttaqin, 2008: 105)

H. Penatalaksanaan Keperawatan

Pengkajian Lengkap
1. Identitas Klien
Biodata meliputi dari nama, umur, suku bangsa, status perkawinan, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.
2. Biodata Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh dengan keluhan demam beserta batuk dan flu,

sakit kepala, klien tanpak gelisah, sesaknafas dan nyeri dada, tidak nafsu

makan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan

sebelumnya juga pernah dirawat.


c. Riwayat Kesehatan
Apakah ada anggota keluarga lainnya menderita penyakit yang sama

ataupun mempunyai penyakit keturunan/penyakit menular lainnya.


1) Aktivitas/istirahat

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 25


Gejala:Kelemahan,kelelahan,insomnia.

Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.


2) Sirkulasi

Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.


Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
3) Integritasego
Gejala:Banyaknya stresor, masalah finansial.
4) Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes

melitus.
Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering

dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi).


5) Neurosensori

Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza).


Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).
6) Nyeri/keamanan
Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk;

nyeri dada substernal(influenza),mialgia,artralgia.


Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada

sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).


7) Pernapasan
Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret,

takpnea, dispnea progresif, pernapasaan dangkal, penggunaan otot

aksesoris, pelebaran nasal.


Tanda:
Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas

area yang
konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan

konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak

ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna: pucat

atau sianosis bibir/kuku.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 26


8) Keamanan

Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS,

penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi,


ketidakmampuan umum, demam (mis: 38,5-39,6C).
Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
Penyuluhan/pembelajaran

Gejala :Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alcohol

kronis.
Pertimbangan :DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6,8hari.
Rencana pemulangan : Bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diperlukan bila ada kondisi

pencetus.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.

Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.

Intervensi :

1.1. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering

terjadi

karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.

1.2. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi

napas adventisius, mis: krekels, mengi.

R/ Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area

konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 27


ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan

spasme jalan napas/obstruksi.

1.3. Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari

melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi

duduk tinggi.

R/ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas

lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami,

membantu untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan

menurunkan ketidak nyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan

upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.

1.4. Lakukan penghisapan sesuai indikasi.

R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada

pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau

penurunan tingkat kesadaran.

1.5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).

Tawarkan air hangat daripada dingin.

R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan

sekret.

1.6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator, analgesik.

R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.

Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan

ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat

menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 28


2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.

Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.

Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea,sianosis.

Intervensi :

2.1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.

R/ Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

2.2. Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis

perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).

R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap

demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan

kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.

2.3. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk

menurunkan demam dan menggigil, mis: selimut tambahan, suhu

ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin.

R/ Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat

meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan

mengganggu oksigenasi seluler.

2.4. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi (fowler atau semi

fowler), napas dalam dan batuk efektif.

R/ Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 29


2.5. Berikan terapi oksigen dengan benar, mis: dengan nasal

2.6. prong,masker,maskerVenturi.

R/ Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60

mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman

tepat dalam toleransi pasien.

2.7. Awasi GDA, nadi oksimetri.

R/ Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap

pneumonia.

Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang

dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital

dalam rentang normal.

Intervensi :

3.1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,

peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan

setelah aktivitas.

R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan

intervensi.

3.2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut

sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang

tepat.

R/ Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 30


3.3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat.

R/Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan

kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons individual pasien

terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.

3.4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur.

R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau

menunduk ke depan meja atau bantal.

3.5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan

peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.

Intervensi :

4.1. Tentukan karakteristik nyeri, mis: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki

perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri.

R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia,

juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan

endokarditis.

4.2. Pantau tanda vital.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 31


R/Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien

mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital

telah terlihat.

4.3. Berikan tindakan nyaman, mis: pijatan punggung, perubahan posisi,

musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.

R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat

menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi

analgesik.

4.4. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.

R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan

mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.

4.5. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode

batuk.

R/ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara

meningkatkan keefektifan upaya batuk.

4.6. Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.

R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/paroksismal

atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat

umum.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder

terhadap demam dan proses infeksi.

Tujuan: Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/

meningkatkan berat badan, menyatakan perasaan sejahtera

Intervensi:

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 32


5.1. Pantau: presentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan,

timbang BB tiap hari, hasil pemeriksaan protein total, albumin dan

osmolalitas.

R/ Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang

diharapkan.

5.2. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.

Bartikan/bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol

dan drainase postural, dan sebelum makan.

R/ Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan

dapat menurunkan mual.

5.3. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas.

R/ Ahli diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi yang dapat membantu

pasien memilih makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan

kebutuhan nutrisi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi dan berat

badannya.

5.4. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan

makanan yang menarik untuk pasien.

R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan dan memerlukan lebih

sedikit energi.

Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan

(demam, berkeringat banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 33


Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter

individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik,

pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

5.5.Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan

(demam, berkeringat banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).

BAB V
TINDAKAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur :17 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan :SMA

Pekerjaan :-
Agama : islam
Suku/bangsa :-
Status perkawinan : belum menikah
Alamat : Cimanggu, gang kamboja RT04/07
Tgl masuk : 21 febuari 2013
Diagnosa medis : pneumonia

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 34


2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. A
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : -
Pendidikan :-
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Cimanggu, gang kamboja RT 04/07
Hubungan dengan pasien : Ayah

3. RIWAYAT PENYAKIT
3.1. KELUHAN UTAMA
Sesak napas hilang timbul, demam, mual dan muntah
3.2. RIWAYAT PENYAKIT
Pasien datang dengan keluhan sesak napas hilang timbul, demam, mual

dan muntah
3.3. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu
3.4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga

4. PEMERIKSAAN FISIK
4.1. KEADAAN UMUM PASIEN
Penampilan : Rapih
Kesadaraan : Compos mentis
Vital Sign :
TD 100/80mmgh, Resp 28x/menit, Suhu 380C, Nadi 78x/menit
4.2. KEPALA
Bentuk kepala : simetris/tidak, ada ketombe/tidak,ada kotoran pada kulit

kepala/tidak, pertumbuhan rambut merata/tidak, ada lesi/tidak, ada nyeri

tekan/tidak
4.3. KULIT
Warna kulit (sawo matang), turgor kulit cepat kembali/tidak, ada lesi/tidak, ada

oedema/tidak, ada peradangan/ tidak


4.4. PENGELIHATAN

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 35


Bola mata simetris/tidak, pergerakan bola mata normal/tidak, refleks pupil

terhadap cahaya normal/ tidak, kornea bening/ tidak, konjungtiva anemis/ tidak,

sclera ada ikterik/tidak, ketajaman pengelihatan normal/tidak


4.5. PENCIUMAN/PENGHIDUNGAN
Bentuk simetris/tidak, fungsi penciuman baik/tidak, peradangan (ada/tidak) ada

polip/tidak
4.6. PENDENGARAN/ TELINGA
Bentuk daun telinga simetris/tidak, letaknya simetris/tidak,
Peradangan(ada/tidak), fungsi pendengaran baik/tidak, ada serumen/tidak, ada

cairan/tidak

4.7. MULUT
Bibir (warnanya pucat), kering/tidak, pecah/tidak, gigi bersih/tidak, gusi (ada

berdarah/tidak, tonsil (radang/tidak),


lidah tremor/tidak,kotor/tidak, fungsi pengecapan baik/tidak, mucosa mulut ( ),ada

sitomatitis/tidak
4.8. LEHER
Benjolan/massa(ada/tidak), ada kekakuaan/tidak), ada nyeri tekan/tidak,

pergerakan leher(ROM): bisa bergerak/tidak, tenggorokan: ada nyeri/tidak, tonsil

membesar/tidak, gangguan bicara (ada/tidak)


4.9. DADA/PERNAFASAN
Bentuk (simetris/tidak), bentuk dan pergerakan dinding dada (simetris/ada),

pernapasan seperti: teratur/tidak, napas cepat/normal/lambat bunyi jantung

seperti: irama jantung teratur/tidak, ada bunyi tambahan/tidak, irama jantung

cepat/normal/lambat
4.10. ABDOMEN
Bentuk simetris/tidak, datar/tidak, ada nyeri tekan pada epigastris/tidak, ada

peningkatan peristaltic usus/tidak, ada nyeri tekan pada daerah suprapublik/tidak,

ada oedema/tidak
4.11. SISTEM REPRODUKSI
Ada radang pada genetalia eksternal/tidak, ada lesi/tidak, ada pengeluaran

cairan/tidak

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 36


4.12.EKSTRIMITAS ATAS/BAWAH
Ada pembatasan gerak/tidak, ada oedema/tidak, varises ada/tidak, tromboplebitis

ada/tidak, nyeri/kemerahan (ada/tidak), tanda-tanda infeksi(ada/tidak), ada

kelemahan tungkai/tidak

5. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL


5.7. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Tidur siang ada/tidak (1 jam), tidur malam (7 jam), ada penurunan aktivitas/tidak,

merasa cepat lelah/tidak, suka terbangun tengah malam/susah tidur/tidak


5.2. PERSONAL HYGIENE
Mandi berapa kali , bisa mandi/tidak, bisa sikat gigi/tidak, kuku bersih/tidak,

penampilan rapi/tidak, raambut sering keramas/tidak


5.3. NUTRISI
Napsu makan menurun/tidak (3 kali sehari, ½ porsi), suka makan makanan

tambahan/tidak, suka makan sayuran/tidak, suka minum susu/tidak, sering minum

air putih/tidak
5.4. ELIMINASI
BAB (1 kali sehari, waktu 24 jam) konsistensi fases normal, warna norma , bau

(normal/tidak) BAK (3 kali sehari), warna kuning, bau (normal/tidak)


5.5. SEKSUALITAS
Status (menikah, lajang, usia 17 tahun, sudah menaupause/belum

5.6. PSIKOSOSIAL
Hubungan dengan keluarga baik/tidak, suka berinteraksi dengan lingkungan

sekitar/tidak, sering suka acara-acara di lingkungan tempat tinggal/tidak


5.7. SPIRITUAL
Ketaatan dalam menjalankan ibadah berkurang/tetap, menjalankan shalat

terhambat/tidak, suka baca-baca keagamaan/tidak

6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DARAH LENGKAP
Leukosit : 8.900 (N : 3.500 – 10.000/uL)
Eritrosit : 4.89 (N : 1.2 juta – 1.5 juta/uL)
Trombosit : 378 (N : 150.000 – 350.000/uL)
Haemoglobin : - (N : 11.0 – 16.3 gr/dl)
Haematokrit : 37.8 (N : 35.0 – 50 gr/dl)

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 37


KIMIA DARAH
Ureum : 28 (N : 10 - 50 mg/dl)
Creatinin : 1.1 (N : 07 – 1.5 mg/dl)
SGOT : 13 (N : 2 – 17 )
SGPT : 14 (N : 3 – 19 )

Anamnase
Tn. I datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas hilang timbul, demam,

serta mual dan muntah

B. DATA FOKUS

DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF


Tn. I terlihat sesak napas Resp Tn. I mengatakan sesak napas hilang

28x/menit timbul
Tn. I terlihat demam dengan suhu Tn. I mengatakan demam

tubuh 380C

Tn. I terlihat tidak napsu makan dan Tn. I mengatakan mual dan muntah

muntah dengan porsi makan ½ porsi

Tabel 5.1

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 38


C. ANALISIS DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI

1 Ds : Tn. I mengatakan Gangguan pertukaran Sesak napas

sesak napas O2

Do : Tn. I terlihat sesak

napas

2 Ds : Tn. I mengatakan Peningkatan suhu tubuh Proses terjadinya

demam infeksi

Do : Tn. I terlihat demam

dengan suhu tubuh 380C

Ds : Tn. I mengatakan Resiko kekurangan Mual dan muntah

mual dan muntah nutrisi

Do : terlihat tidak napsu

makan dan muntah

Tabel 5.2

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 39


D. DIAGNOSA DATA

No DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TGL

DITEMUKAN TERATASI

1 Gangguan pertukaran O2 b.d. 21 febuari 2013 23 febuari 2013

sesak napas

2 Peningkatan suhu tubuh b.d. 21 febuari 2013 23 febuari 2013

proses terjadinya infeksi

3 Resiko kekurangan nutrisi b.d. 21 febuari 2013 23 febuari 2013

mual dan muntah

Tabel 5.3

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 40


E. RENCANA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. I NAMA SISWA : Wahyu Diah Oktaviani

NO. REKAM MEDIS: 10794019 NIS : 10110014

RUANG RAWAT : flamboyan

NDX DAN DATA TUJUAN DAN RENCANA


TGL RASIONAL
PENUNJANG KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
21/02/2013 Dx.I Tujuan : melancarkan -observasi - kelainan bunyi napas dapat

Ds : pasien mengatakan pernapasaan pernapasaan dan mengidentifikasikan adanya

sesak napas (18-20x/menit) catat adanya kelainan perubahan pola pernapasaan

Do : pasien terlihat sesak KH : pasien dapat bunyi napas

napas dengn resp : 28x bernapas dengan -observasi/catat -memantau kelainan

normal dan tidak respirasi respirasi bila danya kelainan

sesak napas kembali respirasi diidentifikasikan

(18-20x/menit) kebutuhan oksigen

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 41


- kaji pasien untuk - pasien merasa nyaman

posisi yang nyaman memungkinkan untuk proses

dan berikan posisi respirasi

semi flower

-kolaborasi

pemberian obat anti

sesak dengan dokter

RENCANA
NDX DAN DATA TUJUAN DAN
TGL RASIONAL
PENUNJANG KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
21/02/2013 DX II Tujuan : menormalkan - Observasi TTV - Mengetahui perkembangan TTV
DS : pasien mengatakan
suhu tubuh menjadi pasien,
demam - Kompres dengan khususnya suhu tubuh pasien
Do : pasien mengatakan (35,6 – 36,50C) air hangat - Agar suhu tubuh dapat menormal

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 42


demam dengan suhu tubuh Kriterian hasil : suhu - Menganjurkan - Suhu tubuh yang
meningkat sehingga perlu di
0
38 C tubuh kembali normal banyak meminum air imbangi dengan asupan cairan yang
(35,6 0 36,50C) putih 8 gelas/hari
banyak
- Anjurkan pasien - Agar mengurangi rasa
gerah/panas
menjadi pakaian yang

menyerap keringat
- Kolaborasi

pemberian obat
paracetamol

RENCANA
NDX DAN DATA TUJUAN DAN
TGL RASIONAL
PENUNJANG KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
21/02/2013 DX III Tujuan : Anjurkan untuk Dengan menganjurkan meminum air
Ds : pasien mengatakan Mual dan muntah meminum air
hangat/teh hangat hangat agar tidak terjadi dehidrasi
mual dan muntah dapat berkurang Memakan makanan
Do : pasien terlihat tidak Kriteria hasil : dalam porsi kecil tapi Dengan menganjurkan makan dalam
Rasa mual dan muntah sering
napsu makan dengan Anjurkan menjaga porsi kecil tapi sering agar dapat
dapat hilang dan kebersihan mulut terpenuhi
porsi makan ½ porsi dan pasien dapat tenang
kebutuhan nutrisinya

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 43


muntah Menghilangkan rasa
tidak enak pada
mulut/lidah sehingga napsu makan
bertambah
Tabel 5.4

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 44


F. TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL KODE NDX JAM TINDAKAN

KEPERAWATAN DAN
HASIL

22/02/2013 DX I 10.00 WIB Observasi TTV


TD : 100/80 mmgh
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37,50C
RR : 25x/menit
Hasil :
- pasien masih demam
- rasa sesak napas sudah

berkurang

DX I 11.30 WIB Memberikan posisi semi

flower
Hasil : rasa sesak napas

sedikit berkurang
23/02/2013 DX III 18.05 WIB Kolaborasi pemberian obat

ranitidine
Hasil : rasa mual dan

muntah berkurang
DX I 19.07 WIB Memasang nasal kanul
Hasil : rasa sesak napas

berkurang
DX II 18.05 WIB Kolaborasi pemberian obat
WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 45
paracetamol
Hasil : suhu tubuh sudah

kembali normal (36,50C)


Tabel 5.5

G. CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Tn. I NAMA SISWA: Wahyu Diah Oktaviani

NO. REKAM MEDIS: 10794019 NIS : 10110014

RUANG RAWAT : flamboyan

TGL KODE NDX JAM EVALUASI/SOAP


22/02/2013 DX. II 18.08WIB S : pasien mengatakan

demam masih ada


O : pasien terlihat masih
demam dengan suhu tubuh
37,50C
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Menganjurkan untuk di
kompres air hangat

DX. I 11.38 WIB S : pasien mengatakan

masih sesak napas


O : pasien terlihat masih

sesak napas dengan RR :

25x/menit

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 46


A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Memasangkan nasal kanul
DX. III 14.00 WIB S : pasien mengatakan

masih mual dan muntah


O : pasien terlihat tidak

napsu makan dengan porsi

½ makan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Menganjurkan makan
dalam porsi kecil tapi
sering

TGL KODE NDX JAM EVALUASI/SOAP

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 47


23/02/2013 DX.III 18.10 WIB S : pasien mengatakan

masih mual dan muntah


O : pasien terlihat tidak

napsu makan dan muntah


A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian obat
analgetik

DX. II 19.15 WIB S : pasien mengatakan

masih sesak napas


O : pasien terlihat sesak

napas dengan RR :
25x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan
DX 1 18.10 WIB S : pasien mengatakan

sudah tidak demam


O : pasien terlihat sudah

tidak demam dengan suhu

tubuh 36,50C
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Tabel 5.6

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 48


H. RESUME KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. I NO REKAM MEDIS :10794

UMUR : 17 tahun RUANG RAWAT : Flamboyan

J. KELAMIN : Laki-laki TGL. MASUK : 21 febuari 2013

AGAMA : Islam TGL. KELUAR : 23 febuari 2013

ALAMAT : Cimanggu, gang kamboja RT04/04

1. Masalah keperawatan pada saat pasien dirawat:


 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan sesak napas
 Peningkatan suhu tubuh b.d. proses terjadinya infeksi
 Resiko kekurangan nutrisi b.d. mual dan muntah

2. Tindakan keperewatan selama dirawat :


 Observasi TTV
 Memberikan posisi semi flower
 Kolaborasi pemberian obat ranitidine
 Memasang nasal kanul
 Kolaborasi pemberian obat paracetamol

3. Evaluasi :
22/02/2013
DX. II S : pasien mengatakan demam masih ada

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 49


O : pasien terlihat masih demam dengan suhu tubuh 37,50C
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
DX. I S : pasien mengatakan masih sesak napas
O : pasien terlihat masih sesak napas dengan RR : 25x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
DX. III S : pasien mengatakan masih mual dan muntah
O : pasien terlihat tidak napsu makan dengan porsi ½ makan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
23/02/2013
DX. III S : pasien mengatakan masih mual dan muntah
O : pasien terlihat tidak napsu makan dan muntah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
DX. II S : pasien mengatakan masih sesak napas
O : pasien terlihat sesak napas dengan RR : 25x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan
DX. II S : pasien mengatakan sudah tidak demam
O : pasien terlihat sudah tidak demam dengan suhu tubuh 36,50C
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

4. Nasehat pada pasien pulang :


a. Pasien harus banyak istirahat
b. Pasien harus hidup sehat

BAB IV

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 50


PENUTUP

Demikian laporan ini dapat diselesaikan , tentunya masih banyak kekurangan

dan kelemahannya,karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau

referensi yang ada hubungannya dengan laporan ini.


Penulis banyak berharap para pembaca dapet memberika kritik dan saran

yang membangun kepada penulis demi sempurnanya laporan ini di kesempatan-

kesempatan berikutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis juga para

pembaca pada umumnya.

A. Kesimpulan

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkimparu distal dari

bronkiolusterminalis yang mencakup bronkulusterminalis dan alveoli serta


menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

pada umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dengan gejala dan tanda batuk

non produktif, ingus, suara nafas lemah, demam ronchi, dll.


Pada penyakit ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah

radiologi, pemeriksaan cairan pleura dan pemeriksaan biologi.


Penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian nomor tiga di

Indonesia sehingga pada penanganan perawatannya harus dilakukan asuhan

keperawatan dan keperawatan harus baik dan benar sehingga dapat menekan jumlah

kematian pada penyakit pneumonia dan pembangun kesehatan dapat terwujud.

B. SARAN-SARAN

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 51


Berdasarkan data-data yang diperoleh dan disimpulkan secara keseluruhan,

maka penulis mempunyai saran-saran yang ingin disampaikan kepada pihak Rumah

Sakit yaitu :

1. Rumah sakit lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kepada pasien

2. Perawat lebih sabar dalam mengajarkan siswa untuk melakukan tindakan

3. Perlunya kepercayaan yang lebih kepada siswa untuk melakukan tindakan

4. Setiap ruangan memiliki barang-barang yang dibutuhkan lebih lengkap

5. Penulis berharap agar pihak rumah sakit dapat lebih memperhatikan klien lagi

dan lebih mengutamakan visi, misi dan moto yang telah ada dalam rumah sakit

tersebut. Semoga rumah sakit menjadi yang terbaik dimata klien dan selalu bertuju

pada rumah sakit itu lagi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan disimpulkan secara keseluruhan, maka

penulis mempunyai saran-saran yang ingin disampaikan kepada pihak sekolah yaitu:

1. Penulis berharap agar sekolah lebih memajukan lagi kualitas anak didik serta anak

praktik kera lapangan agar sekolah dapat bangga dengan siswa/i didiknya dimasa

yang akan datang. Semoga sekolah menjadi yang terbaik untuk kedepannya dan

memberikan kualitas yang sangat berguna untuk dimasa yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA

1. .http://www.klikpdpi.com/konsensus/pnenosokomial/pnenosokomial.html.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 52


2. http://www.researchgate. net/publication/42321159_Pneumonia_Atipik

3. http://wildanprasetya.blog.com/

4. http://nabilladream.blogspot.com/2012/05/laporan-pendahuluan-

pneumonia.html

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 53

Anda mungkin juga menyukai