Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut post
partum (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Post partum atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh
alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3
bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Post partum adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagaian besar menganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun masa yang relative tidak komplek
dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan
fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit menggagu
ibu, walaupun komplikasi serius juga sering terjadi (Cunningham, F Garry, 2013).
Jadi dapat disimpulkan bahwa post partum atau post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti
semula tanpa adanya komplikasi.
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a. Teori penurunan hormone
1.2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot
–otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.

b. Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
3. Patofisiologi
Masa post partum atau post masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mammae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala.

4. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-
kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.

Tabel 1. TFU menurut masa involusi (Bobak, 2004)

INVOLUSI TFU BERAT UTERUS


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir  2 cm di bawah umbilicus  1000 gram
dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilikus 500 gram
dan simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50.60gram

b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut
yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum,
selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta.
d. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit
berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis :

a) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
b) Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
c) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning
cair dan tidak berdarah lagi.
d) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit
yang telah mati.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
f) Lochiostasis : lochia tidak lancar keluar
e. Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap ke ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak
akan semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan
tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi
FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hami.
4. Sistem urinarius Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai 8 minggu
supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal
kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri
bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar
48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum
lahir.
b. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah
yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi
umum (Bowes, 1991).

c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan
darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar
empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).

Tabel 2. Tabel Perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal


Tanda-tanda Tekanan darah < 140/90 Tekanan darah > 140/90
vital mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.

Suhu tubuh < 38 0 C


Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-80 x/menit
Denyut nadi: > 100 x/menit

8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang
dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.

10. Sistem integumen


Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.
11. Sistem Hormon
a. Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada
otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi
oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin
beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat
perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang
memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi
oxytoxin dimana keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan
pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,
progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.

b. Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14
sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH
disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang
menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar
normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.
c. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu
ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik
dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya
sendiri.

5. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama +- 6-8 minggu
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.

6. Komplikasi Post Partum


1) Pembengkakan payudara
2) Mastitis (peradangan pada payudara)
3) Endometritis (peradangan pada endometrium)
4) Post partum blues
5) Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selama
persalinan atau sesudah persalinan.

7. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum


Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004).
Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
1. Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
2. kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasaldari perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004).
Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :

1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.


2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekanpada
mukosa vagina.
8. Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap
9. Penatalaksanaan medis/perawatan masa nifas
Menurut Rustam (1998) & Manuaba (2002), setelah melahirkan, ibu
membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah
proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Persalinan merupakan proses yang melelahkan. Itulah mengapa ibu
disarankan tak langsung turun dari tempat tidur setelah melahirkan karena
dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum
berjalan baik. Namun setelah istirahat 8 jam, mobilisasi sangat diperlu
agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu
bahkan mencegah terjadinya tromboemboli.
Mobilisasi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya
cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari
tempat tidur dan berdiri. Khusus bagi ibu yang menjalani Caesar
dianjurkan untuk turun dari tempat tidur setelah beristirahat selama 24
jam. Setelah itu, ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu, sirkulasi
darah di tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tak diinginkan
pun bisa dihindari.
Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor
berikut ini :
a. Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan ibu
terjatuh. Khususnya jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki
penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan
juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ
tubuh, aliran darah tersumbat, terganggunya fungsi otot, dan lain-lain.
b. Yakinlah ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
c. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika ibu melakukan mobilisasi dengan
benar dan tepat. Tidak hanya itu, sistem sirkulasi di dalam tubuh pun
bisa berfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan, penelitian
menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa
mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa
menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein
Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi.
d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa
membebani jantung.
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin (Manuaba, 1998).
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi (Manuaba, 1998):

Fisik : Tekanan darah, nadi dan suhu

Fundus uteri : Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

Payudara : Puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI

Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,


lochia alba

Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah


ada tanda-tanda infeksi.

5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah :


a. Diet
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran
dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak
akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang
menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun
didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari
sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila
klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan
setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah
atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok memakai sabun dan
luka bisa diberi betadin.
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat
laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk
kekebalan tubuh bayi.
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat individu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6
bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti
hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2
bulan setelah melahirkan.
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada
umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
(Doenges,2000; Carpenito,2001). Hal-hal yang perlu dikaji yaitu :
1. Identitas pasien dan penanggung.
2. Keluhan utama : pada pasien post partum keluhan utama yang biasa
muncul nyeri pada alat kelaminnya karena luka bekas episiotomi.
3. Riwayat menstruasi : hal yang biasa dikaji adalah umur menarche, siklus
haid, keadaan darah, seperti warna, bau, kosistensi, disertai disminorhoe
atau tidak, haid pertama, haid terakhir (HPHT) dan tafsiran partus.
4. Riwayat perkawinan : hal yang dikaji perkawinan yang ke berapa, usia
menikah dan lamanya kawin.
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
a. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas terdahulu
Hal yang perlu dikaji adalah jumlah kehamilan, jumlah kelahiran,
umur kehamilan terakhir, tempat bersalin, jalannya persalinan, berat
badan bayi saat lahir, umur anak, jenis kelamin apakah anak hidup atau
mati dan bagaimana keadaan ibu dan anak.
b. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas sekarang
Hal yang perlu dikaji pemeriksaan rutin selama kehamilan berapa
kali,imunisasi TT berapa kali,apakah pernah melakukan pemeriksaan
USG,selama hamil apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan selain
yang diberikan oleh bidan atau dokter serta minum-minumam keras
dan jamu-jamuan dan yang terakhir proses jalannya persalinan.
6. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Kaji apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang
digunakan, rencana menggunakan alat kontrasepsi apa dan pengetahuan
tentang alat kontrasepsi.
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Kaji pada pasien penyakit apa yang pernah diderita yang dapat
mempengaruhi kehamilan.
8. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti riwayat
penyakit TBC, jantung, hipertensi, AIDS, diabetes militus, asma, penyakit
hubungan seksual (seperti shipilis,gonorhoe) dan apakah dalam keluarga
ada riwayat gemeli.
9. Data biologis
a. Bernafas :
Ada keluhan/kesulitan dalam bernafas baik saat menghirup atau
menghembuskan nafas terutama pasca pembedahan.
b. Makan dan minum
Makan :
Makan lebih dari jumlah biasanya karena untuk memenuhi nutrisi bagi
bayi saat menyusui.
Minum :
Minum lebih dari 8 gelas per hari untuk memenuhi kebutuhan cairan
karena menyusui.
c. Eleminasi
BAK :
Kaji adanya keluhan rasa perih saat berkemih karena adanya luka
episiotomi.
BAB :
Biasanya ibu takut BAB karena takut jahitan luka robek.
d. Istirahat :
Bagaimana kebiasaan dan masalah apa yang dapat mengganggu
istirahat dan tidur pasien.
e. Gerak dan aktivitas :
Setelah persalinan biasanya hati- hati dalam bergerak karena nyeri
pada luka jahitan akan bertambah saat bergerak.
f. Kebersihan diri :
Kebiasaan menjaga kebersihan diri terutama payudara dan vulva.
g. Berpakaian :
Kebiasaan mengganti pakaian.
h. Pengaturan suhu tubuh
10. Data psikologis
a. Rasa nyaman : Biasanya ibu setelah persalinan mengeluh
nyeri pada luka jahitan dan merasa mulas pada perutnya karena
kontraksi uterus.
b. Rasa aman : Biasanya ibu setelah persalinan mengeluh takut dan cemas
karena kelahiran anaknya, bertanya-tanya tentang keadaanya.
11. Data sosial
a. Sosial : Mencakup hubungan pasien dengankeluarga, perawat, dan
tenaga medis lainnya.
b. Bermain dan rekreasi : Kaji tentang kebiasaan pengisianwaktu luang.
c. Prestasi : Kaji hal-hal yang membanggakandari pasien yang ada
hubungannyadengan kondisinya.
d. Pengetahuan : Kaji tingkat pengetahuan pasiententang perawatan
post partum,seperti perawatan payudara, caracebok yang benar,
memandikan bayi,merawat tali pusat dan caramenyusui yang benar.
12. Data spiritual
Kaji tingkat keyakinan pasien terhadap Tuhan dan agama yang dianutnya.
13. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum pasien : suhu, nadi, tekanan darah, respirasi, berat
badan, tinggi badan.
b. Pemeriksaan muka: adanya cloasma gravidarum.
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: bibir kering,kebiruan
e. Pemeriksaan buah dada: bentuk simetris tidak, keadaan puting susu,
hiperpigmentasi areola lecet atau luka, pembengkakan buah dada,
kebersihan, keluar colostrum, produksi ASI.
f. Pemeriksaan abdomen : Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi uterus,
relaksasi otot perut, distensi kandung kemih.
g. Pemeriksaan genetalia dan anus : pengeluaran seperti lochea seperti
warna, jumlah, kosistensi, bau, kebersihan, luka, episiotomi dan
heamoroid.
14. Pemeriksaan penunjang
Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan pasien seperti
data laboratorium.
15. Data bayi
Yang dicantumkan pada data bayi adalah tanggal dan waktu bayi
lahir,APGAR Score, berat badan lahir, panjang badan, kelainan-kelainan
yang terdapat pada bayi, termasuk therapy yang didapat oleh bayi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan, luka episiotomi.
2. Menyusui tak efektif berhubungan dengan suplai ASI tidak adekuat.
3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder
terhadap episiotomi dan pengeluaran lochea.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
masukan atau pergantian tidak adekuat peningkatan keluaran urine dan
kehilangan kasat mata meningkat, misalnya perdarahan.
6. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang pengetahuan,ketidakefektifan dan tidak tersedia model peran.
7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan post partum dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan post
partum,kesalahan interpretasi,dan tidak mengenal sumber-sumber.
8. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
transisi atau kontak personal.
3 . Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Nyeri (akut) berhubungan Setelahdiberikanasuhankeperawata 1. Observasi tingkat perkembangan 1. Membantu dalam mengidentifikasi
dengan trauma jaringan, nselama…x… jam diharapkan nyeri seperti, keluhan nyeri, derajat ketidaknyamanan
luka epsiotomi Nyeri berkurang atau perhatikan lokasi, lainnya dan
terkontroldengankriteriahasil : instensitasnya (skala 0-10).
1. Pasien mengatakan nyeri 2. Beri posisi yang nyaman seperti 2. Pilihan posisi penting untuk mengurangi
berkurang. semi fowler atau posisi miring nyeri, dimana otot otot menjadi rileks
2. Skala nyeri 1- 2 dari 10 skala pada pasien dan memperlancar peredaran darah ke
yang diberikan . jaringan tubuh
3. Nadi 60-80 x/ menit. 3. Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri
3. Ajarkan teknik distraksi
yang dirasakan
(mengobrol)
4. Dapat membuat otot-otot menjadi rileks
4. Ajarkan teknik relaksasi pada
sehingga nyerri pasien berkurang.
pasien seperti menarik nafas dalam
saat nyeri timbul
5. Perubahan vital sign terutama nadi
5. Observasi vital sign setiap enam
merupakan salah satu indikator
jam
perubahan tingkat nyeri pasien.
6. Analegetik bekerja pada pusat otak lebih
6. Kolaborasi dalam pemberian tinggi untuk menurunkan persepsi nyeri.
analgetik

2 Menyusui tidak efektif Setelahdiberikanasuhankeperawata 1. Observasi pengetahuan ibu tentang 1. Mengetahui pemahaman ibu mengenai
berhubungan dengan ASI nselama …x… jam laktasi laktasi
yang tidak adekuat diharapkanmenyusuiefektifdengank 2. Ajarkan ibu cara menyusui yang 2. Meningkatkan pengetahuan tentang cara
riteriahasil: benar menyusui
1. PengeluaranASIpadapasien 3. Beri penjelasan tentang pentingnya 3. Laktasimeningkatkanasupannutrisi yang
lancer laktasi adekuat
2. Tidak ada pembengkakan 4. Ajarkanmengenaiperawatanpayudar 4. Membersihkan putting
pada payudara ibu a susudanmelancarkanpengeluaranASI

3 Perubahan eliminasi urine Setelahdiberikanasuhankeperawata 1. Observasi masukan dan haluaran 1. Persalinan lama dan pergantian cairan
berhubungan dengan nselama…x… jam urine yang tidak efektif dapat mengakibatkan
trauma mekanis diharapkandapatBAKsecara normal dehidrasi dan menurunkan haluaran
dengankriteriahasil: urine
1. Pasien dapat berkemih 2. Kandung kemih penuh mengganggu
dengan lancar. 2. Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam mobilitas dan involusi uterus
2. Tidak ada distensi kandung pasca partum 3. Trauma kandungkemihatauuretradan
kemih 3. Observasi adanya edema pada luka edema dapatmengganguberkemih
episiotomi 4. Membantumencegahdehidrasidanmengg
4. Anjurkan minum 6-8 gelas per hari anticairan yang
hilangpadawaktumelahirkan

4 Resiko infeksi berhubungan Setelahdiberikanasuhankeperawata 1. Observasi tanda-tanda vital setiap 8 1. Peningkatan tanda vital menunjukkan
dengan masuknya organism nselama…x… jam jam (khususnya suhu) terjadinya infeksi
sekunder terhadap diharapkaninfeksitidakterjadidenga 2. Observasi pengeluaran lochea 2. Lochea secara normal mempunyai bau
episiotomi dan pengeluaran nkriteriahasil: beserta karakteristiknya amis namun apabila lochea purulen dan
lochea 1. Tidak ada tanda- tanda berbau busuk menandakan adanya
infeksi seperti infeksi.
dolor,kalor,rubor, tumor dan 3. Dengan observasi tanda infeksi dapat
fungsiolaesa. 3. Observasi tanda-tanda infeksi seperti diketahui secara dini adanya tanda
2. Suhu 36-370C. rubor, kalor, tumor, dolor dan infeksi dan dapat dicegah secara dini
3. Pengeluaran lochea lancar fungsiolaesa 4. Diharapkan pasien mengetahui tanda
dan tidak berbau busuk. 4. Jelaskan kepada pasien tanda-tanda infeksi dan melaporkannya jika terjadi
infeksi seperti rubor, kalor, dolor, infeksi
tumor dan fungsiolaesa 5. Diharapkan dapat mencegah
5. Anjurkan untuk melakukan vulva perkembangan bakteri sehingga infeksi
hygiene 2 kali sehari dan mengganti tidak terjadi
pembalut 3 kali sehari, apabila 6. Antibiotik diberikan untuk mencegah
dirasa penuh serta cebok yang benar. terjadinya infeksi
6. Delegatif dalam pemberian
antibiotic 7. WBC merupakan salah satu faktor
7. Kolaborasi dalam pemantauan hasil penunjang untuk mengetahui infeksi
laboratorium terutama WBC.
77

5 Resiko tinggi kekurangan Setelahdiberikanasuhankeperawata 1. Observasiadanya rasa haus. 1. Cara homeostasis dari penggantian
volume cairan berhubungan nselama…x… jam diharapkan cairan
dengan penurunan masukan masukan cairan dan haluaran urine 2. Observasi masukan cairan dan 2. Membantudalammenganalisakeseimban
atau penggantian tidak adekuatdengankriteriahasil: haluaran urine gancairan
adekuat peningkatan 1. Cairan masuk sama dengan 3. Observasi turgor kulit, kelembaban 3. Merupakan indicator
haluaran urine dan cairan keluar. membran mukosa (bibir). langsungdarikeadekuatancairan
kehilangan kasat mata 2. Tidak ada tanda-tanda 4. Anjurkan pasien untuk minum ± 4. Pemenuhankebutuhandasarcairanmenur
meningkat misalnya dehidrasi. 2500 cc/hari unkanresikodehidrasi
pendarahan 5. Observasi lokasi dan kontraksi 5. Uterus yang rileks atau menonjol
uterus, jumlah lochea setelah 2 jam dengan peningkatan aliran lochea dapat
pada 8 jam pertama. diakibatkan dari kelelahan miometrium
atau tertahannya jaringan plasenta
6 Resiko tinggi terhadap Setelahdiberikanasuhankeperawata 1. Observasi kekuatan, kelemahan, 1. mengidentifikasikan faktor-faktor resiko
perubahan menjadi orang nselama…x… jam diharapkan klien usia, status perkawinan, ketersediaan potensial dan sumber-sumber
tua yang berhubungan dapat beradaptasi dengan peran pendukung pendukung peran menjadi orang tua
2. Peran menjadi orang tua dapat dipelajari
dengan kurang barunya sebagai orang 2. Evaluasi sifat menjadi orang tua
dan individu memakai peran orang tua
pengetahuan, tuadengankriteriahasil: secara emosi dan fisik yang pernah
merekasendiri sebagai model peran
ketidakefektifan dan tidak 1. Ibu dapat menerima dirinya dialami oleh pasien.
3. Kejadian seperti persalinan praterm,
tersedianya peran model sebagai orang tua 3. Evaluasi status fisik masa lalu dan
infeksi atau adanya komplikasi ibu dapat
2. Ibu mengerti tentang peran saat ini.
mempengaruhi kondisi psikologis pasien
menjadi seorang ibu 4. Memudahkan kedekatan, membantu
4. Berikan rawat bersama dan privasi mengembangkan proses pengenalan
untuk kontak diantara ibu, ayah dan
bayi.

7 Kurang pengetahuan Setelahdiberikanasuhankeperawata 1. Observasi tingkat pengetahuan 1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat
perawatan post partum, nselama…x… jam diharapkan tentang perawatan post partum. pengetahuan klien tentang post partum
2. Membantu menjamin kelengkapan
kesalahan intervensi, tidak pengetahuan pasien 2. Berikan rencana penyuluhan tertulis
informasi yang diberikan kepada orang
mengenal sumber sumber meningkatdenganKriteriahasil: dengan menggunakan format
tua oleh perawat
1. Pasien mengatakan distandarisasi
3. Menambah pengetahuan klien tentang
mengerti akan penjelasan 3. Berikan penyuluhan yang
perawatan post partum seperti:
yang diberikan. berhubungan dengan perawatan post
perawatan payudara, merawat tali pusat,
2. Pasien dapat partum seperti : cara perawatan
memandikan bayi dan cara mencebok
mendemonstrasikan apa payudara, merawat tali pusar,
yang benar.
yang diberikan memandikan bayi dan cara cebok
4. Didemontrasikan akan lebih
yang benar
mengingatkan klien lebih jelas
4. Demonstrasikan cara perawatan
payudara, merawat tali pusar,
5. Untuk mengetahui sejauh mana
memandikan bayi dan cara cebok
pemahaman klien tentang penjalasan
yang benar.
yang telah diberikan
5. Evaluasi kembali penjelasan yang
6. Dapat meningkatkan rasa percaya diri
telah diberikan pada pasien tentang
klien.
perawatan post partum.
6. Libatkan keluarga dalam perawatan
post partum
8 Ansietas berhubungan Setelahdiberikanasuhankeperawata 1. Observasi tingkat ansietas pasien 1. Mengetahui tingkat kecemasan klien
dengan krisis situasi, nselama…x… jam diharapkan dan sumber dari masalah
2. Membantu memfasilitasi adaptasi yang
2. Bantu pasien dalam
ancaman pada konsep diri, ansietas berkurang sampai hilang
positif terhadap peran baru, mengurangi
mengindentifikasi mekanisme
transmisi atau kontak dengan kriteria hasil:
ansietas
koping yang lazim
personal 1. Pasien mengatakan tidak 3. Kurangnya informasi dan
3. Beri informasi yang akurat tentang
cemas lagi. kesalahpahaman dapat meningkatkan
keadaan pasien dan bayi
2. Ekspresi wajah tidak tegang. ansietas
4. Kolaborasi dengan keluarga untuk 4. Ditemani oleh keluarga serta mendapat
3. Nadi 60-80 x/menit
selalu mendukung dan mendamping dukungan dari keluarga akan
klien meningkatkan rasa percaya dii klien
4. Implementasi
Melakukan intervensi keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi dibuat berdasarkan data fokus dari pasien setelah intervensi disesuaikan pada kriteria hasil yang ingin dicapai
27

Anda mungkin juga menyukai