Anda di halaman 1dari 11

DEMOKRASI PANCASILA

Septivia Paula Putri Rahmasari (P17210173039)

A. Pengertian Demokrasi Pancasila


demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:
1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan
dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang
mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran,
kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan
berkesinambungan.
2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan
oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak,
tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan
dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan.

B. Dasar Hukum Demokrasi Pancasila


Dasar hukum demokarasi pancasila adalah sebagai berikut:
1. kedaulatan rakyat seperti tercantum dalam pembukaan UUD 45
Alenia 4. Pelaksanaan dasar pasal ini terdapat dalam pasal 1, ayat (2),
UUD 45 yang berbunyi “Kedaulatan adalah tangan rakyat dan
dilakukan sepenhnya oleh Majelis Permusyawarahan Rakyat”
2. Asas demokrasi demokrasi pancasila terdapat dalam sila keempat
pancasila yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan /perwakilan”

C. Perbedaan demokrasi antara Orde lama, Orde baru, dan Reformasi


a. Pada masa Orde Lama
Pada masa orde lama ada dua pelaksanaan yaitu
1. Masa demokrasi liberal
Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau
demokrasi liberal. Demokrasi pada masa itu telah dinilai gagal
dalam menjamin stabilitas politik.
Ketegangan politik demokrasi liberal atau parlementer
disebabkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dominanya politik aliran maksudnya partai politik yang
sangat mementingkan kelompok atau alirannya sendiri dari pada
mengutamakan kepentingan bangsa
2. Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah
3. Tidak mempunyai para anggota konstituante bersidang
dalam menentukan dasar negara.
Presiden sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
berisi 3 keputusan yaitu:
1) Menetapkan pembubaran konstituante
2) M kunya UUDS 1950
3) Pembentukan MPRS dan DPRS
Dengan turunnya dekrit presiden berakhirkan masa demokrasi
parlementer atau demokrasi liberal.

Pada massa ini kekuatan demokrasi belum tampak karena


demokrasi dan pemerintahan masih berpusat pada bangsawan dan
kaum terpelajar,sehingga rakyat kebanyakan tidak mengerti apa
itu demokrasi,mengingat usia kemerdekaan Indonesia yang masih
muda saat itu dan keadaan sosial politik yang belum stabil setelah
penggantian konstitusi,maka tak ayal banyak rakyat Indonesia
yang terutama berada di bawah garis kemiskinan lebih
memikirkan kelangsungan hidupnya daripada harus memikirkan
tentang demokrasi dan pemerintahan.
2. Masa demokrasi terpimpin
Demokrasi terpimpin merupakan kebalikan dari demokrasi liberal
dalam kenyataanya demokrasi yang dijalankan Presiden
Soekarno menyimpang dari prinsip-prinsip negara demokrasi.
Penyimpanyan tersebut antara lain:
1. Kaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai
politik
2. Peranan parlemen yang lemah
3. Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah
4. Terjadinya sentralisasi kekuasaan pada hubungan antara
pusat dan daerah
5. Terbatasnya kebebasan pers sehingga banyak media masa
yang tidak dijinkan terbit.
Akhirnya dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya
pemberontakan G 30 S / PKI pada tanggal 30 September 1965.
Demokrasi terpimpin berakhir karena kegagalan presiden
Soekarno dalam mempertahankan keseimbangan antara kekuatan
yang ada yaitu PKI dan militer yang sama-sama berpengaruh.
b. Masa Orde Baru
Pelaksanaan demokrasi masa Orde Baru ditandai perbedaan, yaitu
dilaksanakan pemilihan umum dengan asas langsung, umum, bebas,
dan rahasia lebih dari lima kali untuk memilih anggota DPRD tingkat
I, DPRD tingkat II, dan DPRD. Pemilihan tersebut kemudian
membentuk MPR yang bertugas menetapkan GBHN dan memilih
Presiden dan Wakil Presiden. Dari hasil pemilu 1971 sampai pemilu
1997, pucuk pemerintahan tidak pernah mengalami pergantian, hanya
pejabat setingkat menteri yang silih berganti.Pucuk kekuasaan tidak
pernah digantikan orang lain,Soeharto menjabat 32 tahun karena pada
massa itu belum dikenal adanya pembatasan kekuasaan presiden
tentang periode jabatan.
Kekuasaan Orde Baru sampai tahun 1998 dalam ketatanegaraan
Indonesia tidak mengamalkan nilai-nilai demokrasi. Praktik
kenegaraan Orde Baru dijangkiti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dengan demikian dapaat dikatakan bahwa demokrasi pada masa orde
baru hanya sekedar formalitas belaka.
c. Masa Reformasi
Gerakan reformasi membawa perubahan-perubahan dalam bidang
politik dan usaha penegakkan kedaulatan rakyat, serta meningkatkan
peran serta masyarakat dan mengurangi dominasi pemerintah dalam
kehidupan politik.Dengan pengangkatan BJ Habibie sebagai presiden
baru berubah juga pola otoriter penguasa yang selama 32 tahun kita
rasakan ketika massa pemerintahan Soeharto.
Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi pada dasarnya adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada UUD 1945 yang telah
diamandemen oleh MPR. Dengan penyempurnaan pelaksanaannya,
meningkatkan peran lembaga-lembaga negara dengan menegakkan
fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip
pemisahan kekuasaan, (check and balance system ) yang jelas antar
lembaga-lembaga eksekutif, legislative, dan yudikatif dan yang lebih
jelas tidak ada kekuasaan berlebih pada salah satu lembaga.

D. Tujuan Demokrasi Pancasila


Tujuan demokrasi pancasila adalah untuk menyeimbangkan bagaimana
bangsa Indonesia mengatur kehidupannya dan bagaimana cara untuk
bersikap demokratis. Mengatur norma kesopanan supaya tidak terjadi
adanya pelanggaran norma.

E. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila


ciri-ciri demokrasi pancasila adalah sebagai berikut:
1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat.
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.
6. Menghargai hak asasi manusia.
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan
disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya
demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
10. Mengandung sistem mengambang.
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.

F. Sendi Pokok dalam Demokrasi Pancasila


Dalam sistem pemerintahan demokrasi pancasila terdapat tujuh sendi
pokok yang menjadi landasan, yaitu:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum
Seluruh tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum. Persamaan
kedudukan dalam hukum bagi semua warga negara harus tercermin di
dalamnya.

2. Indonesia menganut sistem konstitusional

Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak


bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem
konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan
konstitusi.

3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan


tertinggi negara.

Sebelum amandemen, seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2


UUD 1945 pada halaman terdahulu, bahwa (kekuasaan negara
tertinggi) ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR.
Dengan demikian, MPR adalah lembaga negara tertinggi sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi MPR mempunyai


tugas pokok, yaitu:

1. Menetapkan UUD
2. Menetapkan GBHN
3. Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden

Wewenang MPR, yaitu:

a. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh


lembaga negara lain, seperti penetapan GBHN yang
pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden
b. Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai
pelaksanaan GBHN
c. Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan
Wakil Presiden
d. Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa
jabatannya apabila presiden/mandataris sungguh-sungguh
melanggar haluan negara dan UUD;
e. Mengubah undang-undang.

Setelah amandemen, bunyi pasal 1 ayat 2 UUD 1945 menjadi,


“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.”

4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintahan tertinggi di bawah


MPR

Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara


tertinggi. Presiden selain diangkat oleh majelis juga harus tunduk dan
bertanggung jawab kepada majelis. Presiden adalah Mandataris MPR
yang wajib menjalankan putusan-putusan MPR.
5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi


pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh
presiden dan DPR harus saling bekerja sama dalam pembentukan
undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan undang-undang,
presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR di bidang
legislatif ialah hak inisiatif, hak amendemen, dan hak budget.

Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:

a) Hak tanya/bertanya kepada pemerintah


b) Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan
kepada pemerintah
c) Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah
d) Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal
e) Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada
pemerintah

6. Menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung


jawab kepada DPR

Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan


memberhentikan menteri negara. Menteri ini tidak bertanggung jawab
kepada DPR, tetapi kepada presiden. Berdasarkan hal tersebut, berarti
sistem kabinet kita adalah kabinet kepresidenan/presidensiil.

Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden,


tetapi mereka bukan pegawai tinggi biasa, menteri ini menjalankan
kekuasaan pemerintah dalam praktiknya berada di bawah koordinasi
presiden.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas

Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan


diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan
sungguh-sungguh suara DPR. Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat
dibubarkan oleh presiden dan semua anggota DPR merangkap menjadi
anggota MPR. DPR sejajar dengan presiden.

G. Contoh Kasus Pengingkaran demokrasi Pancasila

Hari ini di 1998, Empat Mahasiswa Trisakti Ditembak

REPUBLIKA.CO.ID,Hari ini di 1998 terjadi penembakan terhadap empat


mahasiswa Trisakti. Penembakan ini dilakukan terhadap mahasiswa pada
saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini
menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia
serta puluhan lainnya luka.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978 – 1998), Heri
Hertanto (1977 – 1998), Hafidin Royan (1976 – 1998), dan Hendriawan
Sie (1975 – 1988). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena
peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.

Saat itu ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang
terpengaruh oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997 – 1999. Mahasiswa
pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR,
termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung


Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade
dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba
bernegosiasi dengan pihak Polri.

Pada pukul 5.15 sore hari, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti
bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai
menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan
bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun
aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan,
dan dilarikan ke RS Sumber Waras.

(sumber:http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/05/12/mmn
xc5-hari-ini-di-1998-empat-mahasiswa-trisakti-ditembak )

 Alasan Kasus trisakti mengingkari demokrasi Pancasila:

Kasus ini melanggar hak dalam kebebasan menyampaikan


pendapat, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat di
Muka Umum Dalam pasal 1 ayat (1), undang-undang tersebut
menyatakan bahwa “Hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya
secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”Hak menyampaikan pendapat
adalah kebebasan bagi setiap warga negara dan salah satu bentuk
dari pelaksanan sistem demokrasi pancasila di Indonesia.
Peristiwa ini menggoreskan sebuah catatan kelam di sejarah
bangsa Indonesia dalam hal pelanggaran pelaksanaan demokrasi
pancasila.

 Solusi untuk menangani masalah ini

Agar masalah ini dapat cepat diselesaikan, diperlukan partisipasi


masyarakat untuk ikut turut serta dalam proses penuntasan kasus
ini. Para masyarakat dan Mahasiswa dapat melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan yang tidak adil dan tidak sesuai dengan
kehendak rakyat. Untuk peran mahasiswa tak dapat dipungkiri
akan semakin besar karena di pundak mereka ada sebuah beban
tanggung jawab dimana para mahasiswa dituntut harus
membentuk pemimpin-pemimpin yang cakap untuk mengelola
Indonesia yang lebih baik di masa depan. Agar peristiwa ini tak
kembali terulang, Hak kebebasan berpendapat setiap warga negara
benar-benar harus ditegakan.
DAFTAR PUSTAKA

https://rineksag.wordpress.com/2014/10/21/demokrasi-pancasila-pelaksanaan-
dasar-hukum/
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Pancasila
http://fadlyknight.blogspot.co.id/2011/10/demokrasi-pancasila.html
http://www.matadunia.id/2016/12/perbedaan-pelaksanaan-demokrasi-orde.html
http://www.informasi-pendidikan.com/2017/08/prinsip-prinsip-tujuan-dan-
fungsi.html
https://virgiantputrisavira.wordpress.com/2014/03/09/220/
https://www.scribd.com/document/327023746/Faktor-Penyebab-Tragedi-Trisakti

Anda mungkin juga menyukai