PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pentingnya gaya isotropik menjadi jelas bila kita menganggap gaya berbagai jenis
yang ada di alam, untuk contoh: (1) gaya gravitasi yang menggambarkan gerakan planet, (2)
2
gaya coulomb atau gaya elektrostatik (tolak dan menarik) yang, disamping aplikasi lainnya,
mengarah pada perumusan model Rutherford dan Bohr dari atom, (3) gaya antar molekul
yang disebut van der Walls gaya, dijelaskan oleh:
𝐾 𝐾
𝐹(𝑟) = 𝑟 131 − 𝑟 52 (A.3)
dalam hal ini 𝑘1 dan 𝑘2 adalah konstan. Persamaan (A.3) disebut persamaan
Lennard-Jones.
4. Atom dalam kubik kristal yang berosilasi harmonik ditentukan dengan gaya
sentral.
5. Gaya inti yang ditampilkan oleh Yukawa dituliskan sebagai berikut:
𝑘 𝑘2
F(r) = ( 𝑟1 − ) 𝑒 −𝑘3 𝑟 (A.4)
𝑟2
dan didapatkan
𝑥 𝑦 𝑧
Fx = 𝑟 F(r) ; Fy = 𝑟 F(r) ; Fz = 𝑟 F(r) (A.7)
Persamaan ini akan benar apabila tiga komponen tersebut sama dengan nol, sebagai contoh
𝜕𝐹 𝜕𝐹
(∇𝑥𝐹̅ )𝑥 = 𝑧 − 𝑦 (A.9)
𝜕𝑦 𝜕𝑧
3
𝜕𝐹𝑧 𝜕 𝑧 𝜕 𝐹(𝑟) 𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕 𝐹(𝑟)
= 𝜕𝑦 [𝑟 𝐹(𝑟)] = z𝜕𝑟 [ ] 𝜕𝑦 = z𝜕𝑦 𝜕𝑟 [ ] (A.10)
𝜕𝑦 𝑟 𝑟
𝜕𝑟 𝑦 𝜕𝑟 𝑧
= 𝑟 dan =𝑟 (A.13)
𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝜕 1 𝜕 1 𝜕
= 𝑟̂ 𝜕𝑟 + 𝜃̂ 𝑟 𝜕𝜃 + 𝜑̂ 𝑟𝑆𝑖𝑛𝜑 𝜕𝜑 (A.18)
oleh karena fungsi energi potensial (V) merpakan fungsi jarak r , maka V = V(r), dan besaran
𝜃, dan 𝜑 tidak memberikan pengaruh pada persamaan (17) tersebut sehingga,
𝜕𝑉
𝐹̅ = −∇V = − 𝜕𝑟 𝑟̂ (A.19)
4
2.2.1 Bersifat Konservatif
Gaya konservatif adalah gaya yang dapat menerima kembali usaha yang telah
dilakukan. Gaya konservatif yang beraksi pada sistem tertutup memiliki sebuah kerja
mekanis terkait yang memperkenankan energi untuk mengubah hanya antara bentuk kinetik
atau potensial. Hal ini berarti bahwa untuk sistem tertutup, energi mekanis netto adalah kekal
kapan pun gaya konservatif beraksi pada sistem. Gaya, oleh karena itu, terkait secara
langsung dengan perbedaan energi potensial antara dua lokasi berbeda dalam ruang dan dapat
ditinjau sebagai artifak, benda (artifact) medan potensial dalam cara yang sama bahwa arah
dan jumlah aliran air dapat ditinjau sebagai artifak pemetaan kontur (contour map) dari
ketinggian area. Gaya konservatif meliputi gravitasi, gaya elektromagnetik, dan gaya pegas.
Tiap-tiap gaya ini, oleh karena itu, memiliki model yang gayut pada posisi seringkali
diberikan sebagai vektor radial eminating dari potensial simetri bola.
Tenaga kinetik benda telah diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha
karena adanya gerak. Jelas bahwa setelah perjalanan pulang pergi dalam gambar berikut.
Kemampuan melakukan usahanya tetap sama, kemampuannya kekal (converse). Gaya elastik
yang dilakukan oleh pegas ideal ini, dan gaya lain yang berlaku serupa, disebut bersifat
konservatif. Gaya gravitasi juga konservatif; jika sebuah bola dilemparkan vertikal keatas, ia
akan kembali ke tangan kita dengan tenaga kinetik yang sama seperti ketika ia lepas dari
tangan kita (dianggap hambatan udara diabaikan).
Gaya konservatif dapat didefenisikan lewat pandangan lain, yaitu melalui usaha yang
dilakukan oleh gaya tersebut pada partikel. Dalam contoh pertama di atas, usaha dilakukan
oleh gaya elastik pegas pada balok ketika pegas tertekan. Usaha ini harganha negatif, karena
gaya yang dikenakan pada balok oleh pegas (ke kiri dalam gambar diatas) arahnya
berlawanan dengan arah pergerseran (ke kanan dalam gambar). Ketika pegas memanjang
5
kembali, usaha yang dilakukan oleh gaya pegas pada balok berharga positif (gaya dan
pergeseran berarah sama). Dalam contoh kita yang pertama, usaha netto yang dilakukan pada
balok oleh gaya pegas untuk satu putaran penuh, atau pulang-pergi, sama dengan nol.
(Pantur Silaban dan Erwin Sucipto, 1978)
Gaya sentral terhadap posisi dan bersifat konservatif, sehingga bisa ditentukan fungsi
energy potensial V(r) jika memenuhi ;
Curl F= ∇ x 𝑭 = 0
Persamaan tersebut dapata ditulis dalam komponennya yakni,
𝑭 (𝒓)
F= î𝑭𝑥 +ĵ 𝑭𝑦 + ḱ𝑭𝑧 = ( î𝑥 +ĵ𝑦 + ḱz), didapatkan
𝐫
𝑥 𝑦 𝑧
Fx = F(r) ; F𝑦 = 𝑟 𝐹(r) ; Fz = F(r), sehingga dapat dituliskan persamaan
𝑟 𝑟
𝝏𝑭𝑧 𝝏𝑭𝑦 𝝏𝑭𝑥 𝝏𝑭𝑧 𝝏𝑭𝑦 𝝏𝑭𝑥
∇ x𝑭 = î( − ) + ĵ( − )+ḱ( − ) = 0, persamaan ini benar jika
𝝏𝒚 𝝏𝒛 𝝏𝒛 𝝏𝒙 𝝏𝒙 𝝏𝒚
d𝑳 𝑑 d d𝑳
τ = 𝒅𝒕 = (𝒓x𝒑)= ( r x mv ), dengan τ = = 0 dan momentum sudutnya L = r x
𝑑𝑡 𝒅𝒕 𝒅𝒕
p = konstan.
Jika momentum angular L dari massa µ adalah konstan, maka besar dan arahnya
tertentu dalam ruang sehingga vector r dan p harus berada bidang yang tegak lurus dengan L,
dan gerak partikel dengan massa µ terbatasan pada bibang yang tegak lurus L.
z
L
O Y
p
6
2.2.3 Momentum Angular dan Energi konstan
Untuk menentukan energy gerak partikel maka ditinjau momentum sudut dari suatu
partikel bermassa µ yang berada pada r , sehingga L rp rV r (r) , oleh karena L
1 2
2
r r 2 L 2 V (r )
2 r
1 2 L2
E r 2 2 V (r )
2 r
1 2 L2
r V (r ) kons tan
2 r 2
2.3 Aplikasi Gaya Sentral
2.3.1 Gerak Planet (Hukum Kepler)
Dalam gerak planet, perputaran dan prinsip pergerakannya dianalisis menggunakan
prinsip pada hukum kepler.
Hukum Kepler I (Hukum Ellips):
“The orbit of every planet is an ellipse with the sun at one of two foci” (Suripto,
Probo: 1986), artinya: Orbit setiap planet adalah ellips dengan matahari sebagai titik
fokus. Fokus itu terletak pada sumbu panjang. Animasi gerakan planet ini dapat
dilihat berikut:
keterangan:
a : sumbu Panjang
b : sumbu pendek
ae : eksentrisitas atau perbandingan
jarak antara titik fokus pertama dan
kedua. 0≦e<1, jika nilai e=0, maka
orbit berbentuk lingkaran
r0 : Semi-latus rectum, jari-jari yang
sejajar dengan sumbu pendek dari
titik fokus kedua.
r : Jarak matahari dan planet
M : Matahari, dimana massa (M>m)
m : Planet
7
Semakin dekat fokus-fokus ellips maka ellips semakin mendekati bentuk lingkaran.
Penyimpangan ellips dari lingkaran diukur dengan eksentrisitas yaitu perbandingan jarak
antara kedua fokus dengan diameter panjang. Eksentrisitas sebuah lingkaran adhalah nol,
oleh karena ini syarat ellips adalah nilai e>0.
Akibat pergerakan planet-planet dalam lintasan yang ellips, maka jarak antara
matahari dan planet berubah dari waktu ke waktu selama berputar mengelilingi matahari atau
berevolusi. Bila planet berada dalam jarak terdekat dengan matahari disebut perihelion,
sedangkan jika planet berada dalam jarak terjauh disebut aphelion. Dalam kasus bumi, bumi
berada pada jarak perihelion (91.5 juta mil) pada bulan Januari dan aphelion dalam bulan Juli
(94.5 juta mil). Jarak rata-ratanya adalah 93.0 juta mil atau sekitar 150 juta kilometer, atau 1
SA (Satuan Astronomi) atau Astronomical Unit (AU).
Di dalam lintasan planet yang berbentuk ellips tersebut hubungan yang berlaku
dirumuskan dalam persamaan berikut :
𝑟 𝑟0 𝑎 (1−𝑒 2 )
𝑎 = 1−𝑒0 2 ; 𝑏 = √1−𝑒 2
; 𝑟= 1+𝑒 cos 𝜑
Hukum Kepler II
Hukum kedua Kepler menyatakan tentang pergerakan planet:
“The line joining the planet to the Sun sweeps out equal areas in equal intervals of time”.
8
Maksudnya adalah planet-planet akan menyapu luas yang sama dalam waktu yang sama.
Gambar 4. Hukum area sama dalam waktu
yang sama
Dalam gambar di atas, M adalah matahari, misalkan sebuah planet B bergerak dari B1
ke B2 dalam waktu sebulan ketika berada di lintasan yang dekat dengan matahari, maka
ketika jauh dari matahari dalam waktu sebulan pula planet B akan menempuh jarak dari B3
ke B4. Luas daerah B1-M-B2 akan sama dengan luas daerah B3-M- B4.
Jika sebuah planet bergerak dari B1 ke B2 menempuh waktu t = 1 bulan, maka
bergerak di sepanjang lintasannya dengan kecepatan sedemikian, sehingga dalam waktu
yang sama garis sinar matahari membentuk sudut dengan luas yang sama.
𝑑𝑆
Rumusan hukum Kepler kedua ini: = 𝐶 (𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛)
𝑑𝑡
9
W12 : W2 2 = d13 : d2 3 atau W12 : d13 = W2 2 : d2 3
Jadi bagi tiap-tiap planet berlaku rumus W 2 : d 3 = C
C adalah bilangan tetap yang yang besarnya tergantung pada satuan-satuan ukuran yang
dipergunakan.
Contoh: Menghitung jarak planet mars dan matahari:
Jarak bumi ke matahari = 1 AU (astronomical unit = 1 satuan astronomi) dengan
waktu edar = 1 tahun. Jarak rata-rata Mars matahari = d2 dan waktu revolusi Mars = 1,88
tahun. Jarak Mars Matahari adalah:
Rumus ini digunakan untuk mengitung jarak dari planet ke matahari, serta waktu
peredarannya, dengan membandingkannya dengan bumi, yang jarak (d) dan waktunya
(w) diketahui.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Gaya sentral adalah gaya yang bekerja pada sebuah partikel yang selalu mengarah
pada satu titik yang dinamakan pusat(asal) dari gaya. Jadi aksi gaya sentral pada
partikel yang berjarak r dari pusat gaya, dapat dinyatakan sebagai: 𝐹̅ (r) = F(r)𝑟̂
2. Contoh gaya sentral yakni: Gaya gravitasi (tarik), gaya coulumb atau gaya
elektrostatik (tarik dan tolak), gaya tarik dalam molekul (intermolekuler) atau gaya
Van Der Walls, atom dalam kubik kristal yang berosilasi harmonik, gaya inti yang
ditampilkan oleh Yukawa.
3. Apabila sebuah benda memperoleh gaya sentral sehingga bergerak, maka gerakanya
bersifat: konservatif, gerak partikel selalu pada bidang yang tegak lurus, momentum
anguler konstan, energy konstan
11
DAFTAR PUSTAKA
Givental, Alexander. 2016. Kepler’s Laws and Conic Sections. Institute for Mathematical
Sciences (IMS), Stony Brook University, NY. DOI 10.1007/s40598-015-0030-6
Hal.139–148
Ningsih Ayi. 2011. Potensi Energi Arus Laut Untuk Pembangkit Tenaga Listrik . Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 1, Hal. 13-25,
Riza, Ibnu Adam. 2017. Perpaduan Metode Newton-Raphson Dan Metode Euler Untuk
Menyelesaikan Persamaan Gerak Pada Osilator Magnetik. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Keilmuan . Vol. 3 No (1) hal 13-18
Ray, Subhankar. 2003. Orbits in a central force field: Bounded orbits. Dept of Physics,
Jadavpur University
12