Anda di halaman 1dari 25

PILIHAN DAN BENTUK SINERGITAS DAN KERJASAMA ORGANISASI

KEMASYARAKATAN DALAM RANGKA MEMBANGUN KEMITRAAN


DENGAN PEMDA SULAWESI TENGAH
Rizali Djaelangkara

DERIVASI DAN KONSEP ORGANISASI KEMASYARAKATAN


MANUSIA= ZOON POLITICON (Sebagai Mahluk Sosial)

 Salah satu bentuk dari perwujutan zoon politicon tersebut adalah lahirnya
organisasi-organisasi sosial baik dalam level terendah (masyarakat) maupun pada
level tertinggi dalam bentuk organisasi negara.

 Terminologi istilah dalam organisasi masyarakat sangat luas dan pada batas-batas
tertentu mencerminkan nilai kompetitif. Dalam bahasa Inggris meliputi beberapa
istilah yaitu voluntary agencies/organisations, non-government organisation
(NGO), private voluntary organization (PVO), community (development)
organization, ‘social action groups, non-party group, micro or people’s movement.

 Organisasi kemasyarakatan dapat diartikan sebagai tempat berkumpulnya


orang-orang dengan pandangan yang sama dalam rangka berapresiasi dalam
berbagai kegiatan sosial di tengah masyarakat
PENGERTIAN DAN SIFAT ORMAS
MENURUT PERATURAN
• Dalam Undang-Undang Nomor Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Perpu
No. 2 Tahun 2017 mengenai Perubahan UU No. 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan menjadi UU, pada pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud
dengan ormas adalah Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara
sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan,
kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

• Sedangkan Sifat Ormas (pasal-4) adalah bersifat sukarela, sosial, mandiri,


nirlaba, dan demokratis. Sedangkan menurut pasal 10, bentuk ormas terdiri dari
: a. badan hukum; atau. tidak berbadan hukum. Serta dapat dapat berbasis
anggota; atau tidak berbasis anggota.

• Berdasarkan data Terakhir Tahun 2018, terdapat sebanyak 394.250 jumlah


Ormas yang terdaftar di Kementrian Dalam Negeri. Dilihat dari jumlah ini, maka
keberadaan ormas sangat strategis sebagai salah satu aktor utama dalam
pembangunan bangsa. Olehnya dalam konteks tata kelola pemerintahan/publik,
pelayanan publik, dalam pembangunan ekonomi, sosial budaya dan politik serta
hankamnas. Karenanya upaya-upaya pemerintah dalam memfasilitasi dan
menciptakan kondisi tumbuh, berkembang dan berkualitasnya peran aktif Ormas
sebagai mitra Negara adalah sebuah keniscayaan.
CIRI-CIRI ORMAS
Secara Umum, organisasi kemasyarakatan memiliki
ciri-ciri utama sebagai berikut:
1. Organisasi di luar organisasi pemerintahan
2. Tidak bermotif keuntungan dalam kegiatannya
3. Lebih melibatkan anggota dalam kegiatannya
4. Hasil kegiatan lebih dinikmati anggota/atau kelempok
layanan tertentu atau masyarakat
5. Keanggotaan bersifat massa
6. Melakukan kegiatan politik disamping perjuangan
teknis keorganisasian
7. Cukup berkepentingan akan ideologi.
KONSEP HAKIKIH KEMITRAAN
• Kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari
kata partnership dan berakar dari kata partner. Partner
dapat diterjemahkan sebagai pasangan, jodoh, sekutu,
kompanyon, sedangkan partnership diterjemahkan sebagai
persekutuan atau perkongsian. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan
kerja, rekan. Sementara kemitraan artinya perihal hubungan
atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Berdasarkan
terjemahan dari asal katanya, kemitraan dapat dimaknai
sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau
lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar
kesepakatan dan rasa saling membutuhkan. Kerjasama
tersebut terjalin dalam rangka meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan
tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik;
DEFINSI TERPILIH TENTANG KEMITRAAN
• Ros Carnwell and Alex Carson, (2009) menjelaskan bahwa kemitraan
adalah sebagai komitmen bersama, di mana semua mitra memiliki hak
dan kewajiban untuk berpartisipasi dan akan dipengaruhi secara setara
oleh manfaat dan kerugian yang timbul dari kemitraan.

• Sedangkan menurut OECD (1990) Kemitraan adalah Sistem kerjasama


formal, didasarkan pada ikatan secara hukum atau kesepakatan
informal, adanya hubungan kerjasama dan rencana yang diadopsi
bersama di antara sejumlah institusi. Di mana di dalamnya melibatkan
kesepakatan tentang kebijakan dan program, tujuan dan pembagian
tanggung jawab, sumber daya, risiko dan manfaat selama periode waktu
tertentu
• Badan Pembangunan Jerman (GIZ/2017) memberikan pengertian
tentang Kemitraan merujuk kepada “relasi kerja sama sukarela di antara
berbagai pihak di mana semua peserta sepakat untuk bekerja bersama
untuk mecapai tujuan bersama atau untuk menjalankan tugas tertentu
dan membagi risiko, tanggung jawab, sumber daya dan manfaat.”
PRINSIP UTAMA KEMITRAAN (Crawford, 2003)
mencakup:
• 1. Reciprocity (berbalasan)
• 2. Accountability (akuntabel/tanggung gugat)
• 3. Join decision making (pembuatan keputusan
bersama)
• 4. Respect (penghormatan)
• 5. Trust (kepercayaan)
• 6. Transparency (transparansi)
• 7. Sustainability (keberlanjutan)
• 8. Mutual interest (kepentingan bersama)
Bentuk Struktur Kemitraan

1.Subordinate union of partnership
• Kemitraan atas dasar penggabungan dua pihak atau lebih yang berhubungan
secara subordinatif. Kemitraan semacam ini terjadi antara dua pihak atau lebih
yang memiliki status, kemampuan atau kekuatan yang tidak seimbang satu sama
lain. Dengan demikian hubungan yang tercipta tidak berada dalam suatu garis
lurus yang seimbang satu dengan lainnya, melainkan berada pada hubungan atas
bawah, kuat-lemah. Oleh karena kondisi demikian ini mengakibatkan tidak ada
sharing dan peran atau fungsi yang seimbang.
2. Linear union of partnership
• Kemitraan dengan melalui penggabungan pihak-pihak secara linear atau garis
lurus. Dengan demikian pihak-pihak yang bergabung untuk melakukan kerjasama
adalah organisasi atau para pihak yang memiliki persamaan secara relatif.
Kesamaan tersebut dapat berupa tujuan, atau misi, besaran/volume usaha atau
organisasi, status atau legalitas.
3. Linear collaborative of partnership
• Dalam konteks kemitraan ini tidak membedakan besaran atau volume,
status/legalitas, atau kekuatan para pihak yang bermitra. Yang menjadi tekanan
utama adalah visi-misi yang saling mengisi satu dengan lainnya. Dalam hubungan
kemitraan ini terjalin secara linear, yaitu berada pada garis lurus, tidak saling
tersubordin
TIPE DAN BENTUK IDEAL KEMITRAAN
tipe dari Kemitraan yang umum berdasarkan komitmen yang ditempuh oleh
para pihak mencakup
• Project partnership
• Problem oriented partnerships
• Ideological partnerships
• Ethical partnerships

Mengenai bentuk ideal suatu kemitraan, menurut Snape and Stewart


(1996) terdapat 3 bentuk ideal dari kemitraan yaitu:
• facilitating partnerships,( which manage long-standing, strategic policy
issues;
• co-ordinating partnerships, (which are concerned with the management
and implementation of policy based on broadly agreed priorities;
• implementing partnerships, which are pragmatic, and concerned with
specific, mutually beneficial projects
SPEKTRUM DAN RAGAM KEMITRAAN
MENURUT UNDESA (2018)
• Berdasarkan kajian Global yang dilakukan oleh lembaga PBB UNDESA Tahun 2018 (Bappenas
2018), berdasarkan spektrum aktivitas kemitraan multipihak secara global dapat dibagi
dalam tiga (3) tipe yaitu:
• Pertama: Tipe Memanfaatkan/Pertukaran (leverage/exchange); di mana Partner bekerjasama
saling bertukar sumberdaya; salah satu partner berkontribusi pada aktivitas partner lainnya
untuk mencapai tujuan bersama., Pertukaran pengetahuan dan funding; melalui negosiasi,
Berlaku saat masing-masing partner memiliki sumberdaya yang lebih bernilai daripada lainnya.
• Kedua: Penggabungan/Integrasi (combine/integrate). Di mana sedikitnya dua partner
menggabungkan sumberdaya untuk mencapi tujuan yang tidak mungkin dicapai secara
individual; Co-generation, mutual accountability, dan pendekatan inovatif; melalui
brainstorming; • Berlaku saat partners berkontribusi sumberdaya yang saling melengkapi dan
menciptakan pendekatan inovatif.
• Ketiga: Transformasi (transform). Di mana partner bekerja sama secara kolektif untuk
mengatasi permasalahan kompleks melalui transformasi system ; Membutuhkan dialog antar
pihak dan engagement untuk melaksanakan intervensi ; Berlaku saat permasalahan yang
dihadapi sangat kompleks.
Dari berbagai kajian Kemitraan Ragam Pihak tersebut, sesuai dengan tujuan dan fokus
kerjanya, maka kemitraan multipihak digolongkan ke dalam sekurang-kurangnya tiga ragam.
Pertama, kemitraan untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang tertentu (knowledge
partnership). Kedua, kemitraan untuk melakukan standardisasi (partnership for setting
standardization). Ketiga, kemitraan dalam pelaksanaan agenda tertentu
(implementation/service partnership).
KUNCI SUKSES DAN MASALAH KEMITRAAN
Kunci Sukses Keberhasilan Kemitraan menurut Hutchinson and Campbell adalah:
• Partnership Motives : Objectives Urgencies, Political Streaming, Issue streaming
• A clear strategic focus
• Strategic leadership and support
• The importance of trust, organisations and people in partnerships
• Capacity for co-operation and mutualism
• Organisational complementarity, co-location and coterminosity
• Incentives for partners and ‘symbiotic inter-dependency’
• The value of action and outcome-oriented procedures

Keterbatasan dan Masalah Kemitraan yang sering dijumpai dalam sebuah kemitraan di
antaranya:
• Conflict over goals and objectives
• Resources costs
• Accountability
• Impacts upon other services
• Organisational difficulties
• Capacity building and gaps
• Differences in philosophy among partners
• Power relations
Konteks Kemitraan multipihak Layak/Tidak
Layak Dicoba
: Konteks di Mana Kemitraan multipihak Tidak Layak Dicoba:

• Tujuan atau hasil akhir dapat dicapai oleh satu pihak atau satu lembaga;
• Masalahnya memerlukan tindakan cepat – pertolongan bencana alam, wabah penyakit,
pertolongan darurat kepada pengungsi;
• Telah ada lembaga dan organisasi/kemitraan dalam bidang tersebut;
• Kurangnya kepercayaan antar-lembaga--masih butuh waktu untuk meyakinkan perlunya
kemitraan;
• Lembaga dan para pihak berisiko dikooptasi ketimbang kerja sama kemitraan yang setara;
• Kemitraan tidak akan mencapai hasil. Tidak ada mekanisme yang
• kuat/ketat untuk memproduksi hasil hasil dan kegiatan.

Konteks di Mana Kemitraan multipihak Layak Dicoba:


• Tujuan dan hasil akhir Kemitraan Multipihak adalah mengatasi masalah yang kompleks atau
sistemik. Satu pihak saja tidak akan mampu mengatasinya: kemiskinan, perubahan iklim,
korupsi;
• Tambahan pemangku kepentingan yang aktif akan sangat berarti dan berdampak;
• Hasil akhir akan lebih berkelanjutan karena hasil itu dilandasi konsensus para pemangku
kepentingan yang lebih luas;
• Kerja sama antar-pihak membawa manfaat juga pada level kegiatan-kegiatan lain;
• Dapat dipastikan bahwa kerja sama itu akan membawa manfaat. Tetapi “teori perubahan”
yang melandasi Kemitraan Multipihak dan mekanisme untuk mencapainya perlu diperiksa
dengan saksama dan teliti.
Kondisi Kekinian Kemitraan di Indonesia
Lingkup
• Secara empiris penerapan kemitraan di Indonesia sudah cukup banyak dan
meluas baik secara derivasi Traditional Cultural, terutama berkaitan dengan
peran kelembagaan-kelembagaan lokal (adat) dalam mengurus sebagai tata
kelola publik di wilayah-wilayah tertentu, maupun konteks manajemen publik
oleh negara, kemitraan boleh dikatakan mencakup hampir semua sektor
seperti: Pertanian, Kehutanan, Perikanan/Kelautan, Ksenian, kebudayaan,
pendidikan, pertahanan/keamanan, ekonomi, sosial politik, hukum dll.
Kinerja
• Dilihat dari kualitas Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat (secara umum) dapat
dilihat dari perspektif Inisiasi, apakah kemitraan itu bersumber secara top-
dawn atau bersifat bottom-up, pihak ketiga atau gabungan di antaranya.
Sedangkan dilihat dari kulitas intensitas kutub garis kontinum kemitraan bisa
dinilai apakah berada pada level Pelibatan, Kolaborasi, Partisipasi, atau real
Partnership.
• Berdasarkan pengamatan penulis, kondisi selama ini masih banyak bersifat top-
dawn dan inisiasi pihak ketiga serta intensitasnya masih dominan bersifat level
pelibatan, kolaborasi.
TANTANGAN DAN POTENSI PENGEMBANGAN/IMPLEMENTASI
KERJASAMA DAN SYNERGITAS ORGANISASI
KEMASYARAKATAN

• Lahirnya Negara Republik sekarang ini tidak lepas dari peran


Organisasi Kemasyarakatan yang sangat besar dalam pergerakan
dan perjuangan kemerdekaan, artinya sebelum ada NKRI, ormas
telah ada lebih dahulu dan berperan besar dalam pendirian NKRI.
Oleh karena itu sudah seharusnya Ormas akan tetap berperan
besar secara berkelanjutan dalam mengisi pembangunan baik
nasional maupun di Daerah. Sesuatu yang aneh dan memilukan
jika dalam situsi kekinian justru perna Ormas semakin berkurang
atau ada upaya meriduksi peran dan ruang gerak Ormas Seperti
Adanya NU, Budi Utomo, Muhammadiyah, SI dll.
• besar tidaknya peran Ormas dalam konteks kekinian sangat
ditentukan oleh empat (4) hal: 1) Komitmen dan Kapasitas
Ormas itu sendiri, 2) Komitmen dan Fasilitasi oleh Negara, 3)
Respek dan Penilaian masyarakat terhadap manfaat nyata
Ormas.4) Peran Serta Aktif Ormas dalam Tata Kelola Publik.
Beberapa Isu Kekinian yang menjadi Tantangan dan Perhatian dalam
melihat relevansi dan Urgensi Peran Ormas dalam pembangunan Bangsa
Indonesia dan Sulawesi Tengah
– Uni Polar-Uni Polar-Multi Polar
– Isu Benturan Peradaban
– Global Radicalism/Terrorism (ISIS, State Terrosism)
– Untouch Socities (mobile societies)
– Isu Proxi War dan Ancaman Perang Non Tradisional (Andrew Mumford)
– Isu Inovation/Disruption Technology/Revolusi Industri Generasi-4
– Hoaks, Intolerans, Persekusi
– Disparitas wilayah dan Masalah Tenaga Kerja Asing
– Patologi Birokarsi dan Politik
– Trend Paradigmatik tata Kelola Pemerintahan
– Isu Global Scape
– Pemilu dan Demokrasi Prosedural Vs Demokrasi Subtantif
– Daerah Rawan Bencana
– Jalur Sutra Asia - Pasifik
– Tantangan Government-3.0
– Tantangan Generasi Milenia (Teori Generasi X,YZ)
– Indonesia Bubar 2030
– GHOST FLEET A Novel of the Next World War P. W. Singer and August Cole
PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI
PERAN ORMAS SESUAI ISU KEKINIAN
• Peranan Sosial sebagai bagian dari fungsi sosial masyarakat yang
dilaksanakan oleh orang atau kelompok tertentu menurut pola
kelakukan lahiriah dan batiniah yang telah ditentukan.

• Peranan Sosial sebagai Konsep yang menunjuk apa yang dilakukan


oleh seseorang atau organisasi tertentu. Jenis-jenis peranan terdiri
dari: (1) Peranan yang diharapkan dan peranan yang disesuaikan,
(2) Peranan Bawaan dan Peranan Pilihan, (3) Peran Kunci dan Peran
Tambahan, (4) Peranan Golongan dan Peranan Bagian, (5) Peranan
Tinggi, menengah dan Rendah.

• sebagai institusi sosial yang tumbuh sebelum dan berkembang


bersama sejak lahirnya Republik Indonesia, sangat besar harapan
masyarakat terhadap peran Ormas.
PERAN ORMAS SECARA KONSEPSIONAL
DAN NORMATIF
Setiap Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan yang
didirikan memiliki sasaran yang ingin dicapai secara
maksimal. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah:
1. Organisasi berorientasi pada pelayanan (service organizations), yaitu
organisasi yang berupaya memberikan pelayanan yang profesional
kepada anggotanya maupun pada kliennya. Selain itu siap membantu
orang tanpa menuntut pembayaran penuh dari penerima servis.
2. Organisasi yang berorientasi pada aspek ekonomi (economic
organizations), yaitu organisasi yang menyediakan barang dan jasa
sebagai imbalan dalam pembayaran dalam bentuk tertentu.
3. Organisasi yang berorientasi pada aspek religius (religious organizations)
4. Organisasi-organisasi perlindungan (protective organizations)
5. Organisasi-organisasi pemerintah (government organizations)
6. Organisasi-organisasi sosial (social organizations)
7. Organisasi-organisasi politik (Political Organizatiions)
Secara Normatif tujuan dan fungsi Ormas, sesuai UU
Nomor 17 Tahun 2013, Pasal 3 UU Nomor 17 Tahun 2013,
Ormas bertujuan untuk:

• meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat;


• memberikan pelayanan kepada masyarakat;
• menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa;
• melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika,
dan budaya yang hidup dalam masyarakat;
• melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
• mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong,
dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat;
• menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa; dan/atau
• mewujudkan tujuan negara
Sedangkan fungsi ormas sesuai Pasal 3 UU Nomor 17
Tahun 2013 sebagai sarana:

• penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota


dan/atau tujuan organisasi;
• pembinaan dan pengembangan anggota untuk
mewujudkan tujuan organisasi;
• penyalur aspirasi masyarakat;
• pemberdayaan masyarakat;
• pemenuhan pelayanan sosial;
• partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau
• pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dapat dirangkum bahwa peran praxis dan urgensi dari Peranan
Sosial Ormas adalah:

• Pemenuhan kebutuhan sosial


• Sarana berserikat, berkumpul dan kebebasan berpendapat.
• Partisipasi masyarakat.
• Pengoganisasian masyarakat.
• Pengkaderan dan memperkuat identitas kebangsaan.
• Penyalur aspirasi.
• Pemberdayaan masyarakat (profesi/non profesi).
• Penyediaan jasa dan pelayanan
• Pelembagaan kontrol masyarakat
• Menjaga nilai-nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa;
• Melestarikan budaya, sumber daya alam, dan lingkungan hidup;
• Memperkuat persatuan bangsa; dan/atau
• Mewujudkan tujuan negara.
C. ALTERNATIF PERAN KEMITRAAN YANG DAPAT DILAKUKAN
OLEH ORMAS
1. Potensi Lokus Peran
• Peran ormas dalam Proses Pembangunan
• Peran ormas dalam penciptaan pemerintahan yang amanah
• Peran Ormas dalam revolusi mental dan pembangunan karakter
bangsa
• Peran Ormas dalam Pencegahan Konflik dan membangun budaya
perdamaian
• Peran ormas dalam pencegahan paham radikalism dan Teorisme
• Peran ormas dan perlindungan dan pengembangan budaya
• Peran ormas dalam melaksanakan nilai Bhineka Tunggal Ika
• Peran ormas dalam pengembangan Inovasi
• Perna ormas dalam pemberantasan KKN
• Peran ormas dalam pembangunan Politik dan demokrasi
• Peran ormas dalam pembangunan hukum dan Ham penegakan
keadilan
• Peran ormas dalam pengembangan daya saing bangsa.
FOKUS DAN PILIHAN STRATEGI PERAN KERJASAMA MELALUI
KEMITRAAN YANG DAPAT DIEMBAN OLEH ORMAS

1. Sebagai pelaku pembangunan


2. Sebagai Pendukung Pembangunan
3. Sebagai Penghubung Pembangunan
4. Sebagai fasilitator
5. Sebagai Inovator
6. Sebagai kekuatan moral
7. Sebagai kontrol sosial, Early Warning system dan Social
Wistleblower
8. Sebagai agen perubahan dan Pembangunan Demokrasi
9. Sebagai agen dalam menciptakan dan membangun
Budaya Keberagaman dan Perdamaian
10. Sebagai salah satu Pusat Social Role Model/Tauladan
LIMA (5) LANGKAH PEMBENTUKAN KEMITRAAN
ORMAS DAN PEMERINTAH DAERAH
• Insiasi , Adalah tahap memulai/merintis/Penjajagan proses dan
persiapan pembentukan Kemitraan. langkah penting yang dilakukan
mencakup:
Pertemuan/Komunikasi informal/formal lintas pemangku kepentingan
Penyamaan Persepsi dan Ruang Lingkup Kemitraan
Pemetaan Urgensi/Relevansi Pembentukan Kemitraan (Tabel pemetaan)
• Pembentukan, adalah tahapan pelembagaan komitmen kemitraan
dengan struktur dan tata kerja dan kelola yang bdisepakati bersama
• Pelaksanaan, fungsionalisasi dari kelembagaan kemitraan yang telah
dibentuk diarhkan untuk mencapai tujuan/sasaran kemitraan
• Penilaian, evaluasi formatif dan sumatif hasil kemitraan berdasarkan
tahapan dan periode waktu tertentu.
• Pengembangan, upaya keberlanjutan, lesson learned, perluasan,
modifikasi/kodifikasi kemitraan yang telah dilakukan dan peluang
penerapan pada sektor lainnya.

Anda mungkin juga menyukai