PENDAHULUAN
pengurangan masa prostat (prostatektomi) dengan tujuan urinasi pada pasien yang
mengalami Benign Prostate Hyperplasia (BPH) stadium moderat atau berat selain
open prostatectomy (Lucia, 2013). Pada operasi ini dilakukan dengan alat
sumbatan yang menetap, progresif akibat pembesaran prostat, atau tidak dapat
diobati dengan terapi obat lagi, gejalagejala dari sedang sampai berat, volume
prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi
bakteri pada prostat (2%), persistent urinary retention ketika pulang dari rumah
sakit dengan terpasang kateter (2.5%), stricture bladder (2- 10%), striktur uretra
Sindrom ini disebabkan oleh post TUR tumor kandung kemih, diagnostik penyakit
1
penyerapan cairan irigasi TURP, terbukanya sinus pada prostat, tingginya tekanan
cairan irigasi, waktu operasi > 60 menit (Gravenstein D, 1997, Moorthy, 2002,
Hawary, 2009). Prevalensi kasus ini di Inggris selama dua puluh tahun terakhir
dengan angka kematian 0,2% hingga 0,8%. Sedangkan untuk kategori berat
Muhammadiyah Yogyakarta adalah 4,7 % dari 168 tindakan TURP (Data Rekam
Medis PKU I Yogyakarta, 2013) Patofisiologi dari sindrom ini dimulai ketika
absorpsi cairan irigasi melalui sinus prostatik selama TURP. 1 liter cairan irigasi
konsentrasi natrium 5 hingga 8 mmol/L. Maka dari itu salah satu etiologi dari
takikardi, suara paru ronchi, kadar ureum dan kreatinin meningkat, kadar natrium
menurun (< 120 mmol/L), gangguan kadar kalium, koma, takipnue, fungsi
sindrom TURP sangat cepat, dapat terjadi 15 menit setelah operasi selesai hingga
24 jam (Swaminathan and Tormey, 1981). Oleh karena itu penting untuk
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari buli-buli,
(Purnomo, 2012).
jaringan ikat prostat sebagai bagian fascia pelvis visceralis. Pada bagian
Agur, 2002).
3
Kelenjar prostat terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang mulai
kemih, uretra, vas deferens, dan vesikula seminalis. Prostat terletak di atas
terobek bersama diafragma bila terjadi cedera. Prostat dapat diraba pada
cukup banyak jaringan fibrosa dan jaringan otot polos. Kelenjar ini ditembus
oleh uretra dan kedua duktus ejakulatorius, dan dikelilingi oleh suatu pleksus
dan arteria rectalis media, cabang arteria iliaca interna. Vena-vena bergabung
Plexus venosus prostaticus yang terletak antara kapsula fibrosa dan sarung
prostat, ditampung oleh vena iliaka interna. Plexus venosus prostaticus juga
Pembuluh limfe terutama berakhir pada nodi lymphoidei iliaci interni dan
4
2.1.2 Fisiologi Prostat
dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah jumlah semen lebih banyak lagi.
Sifat cairan prostat yang sedikit basa mungkin penting untuk keberhasilan
fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam
sitrat dan hasil akhir metabolisme sperma, dan sebagai akibatnya, akan
menghambat fertilisasi sperma. Selain itu, sekret vagina bersifat asam (pH
meningkat menjadi 6−6,5. Akibatnya, cairan prostat yang sedikit basa mungkin
dapat menetralkan sifat asam cairan seminalis lainnya selama ejakulasi, dan juga
5
meningkatkan motilitas dan fertilitas sperma (Guyton & Hall, 2008; Sherwood,
2011).
2.2 TURP
pada prostat dan memungkinkan absorbsi sistemik dari cairan irigasi. Absorbsi
dari cairan dalam jumlah yang besar (2 liter atau lebih) menghasilkan konstelasi
1. Hiponatremia
2. Hipoosmolaritas
3. Overload cairan
4. Gagal jantung kongestif
5. Edema paru
6. Hipotensi
7. Hemolisis
8. Keracunan cairan
9. Hiperglisinemia
10. Hiperamonemia
11. Hiperglikemia
12. Ekspansi volume intravaskular
6
Selama Operasi Pasca Bedah Pasca Bedah Lanjut
Striktur uretra
2.2.2 Epidemiologi
endoskopi urologi. Insiden sindrom TURP mencapai 20% dan membawa angka
2,5%-20 % pasien yang mengalami TURP menunjukkan satu atau lebih gejala
cairan irigasi agar daerah yang di irigasi tetap terang dan tidak tertutup oleh
darah5. Cairan elektrolit / ionik tidak bisa digunakan untuk irigasi saat TURP
hantaran saat operasi. Syarat cairan yang dapat digunakan untuk TURP adalah :
disterilisasi dan tidak mahal. Akan tetapi sayangnya cairan yang memenuhi syarat
7
Untuk TURP biasanya menggunakan cairan nonelektrolit hipotonik
sebagai cairan irigasi seperti air steril, Glisin 1,5% (230 mOsm/L), atau campuran
Sorbitol 2,7% dengan Mannitol 0,54% (230 Osm/L). Cairan yang boleh juga
dipakai tapi jarang digunakan adalah Sorbitol 3,3%, Mannitol 3%, Dekstrosa 2,5-
cairan irigasi yang ideal, kerugian dalam penggunaannya adalah air dapat
gagal ginjal serta syok. Air / Akuades (H20) menunjukkan visibilitas yang bagus
karena air dengan sifat hipotonisnya melisis sel darah merah, tetapi absorbsi yang
tidak semurah air steril, isotonik dengan plasma hanya pada konsentrasi 2,2%
namun efek samping glisin pada konsentrasi ini lebih banyak. Osmolaritas glisin
lebih banyak akibat hipotonisitasnya sehingga tidak dapat lagi digunakan sebagai
8
cairan irigasi. Keuntungan glisin 1,5% bila dibandingkan dengan air steril adalah
c. Mannitol 3%
namun dapat mendorong air keluar dari sel sehingga dapat menyebabkan overload
Ekskresinya melalui ginjal sehingga akan menurun pada pasien dengan gangguan
fungsiginjal.
d. Dekstrosa 2.5% - 4%
dalam sirkulasi. Juga tidak disukai karena membuat lengket instrumen dan sarung
e. Cytal
Cytal adalah campuran dari Sorbitol 2.7% dan Mannitol 0.54% banyak
digunakan di Amerika Serikat sebagai cairan irigasi, namun tidak popular di India
karena harganya yang mahal dan tidak tersedia secara luas. Didalam tubuh,
f. Urea 1%
Urea dapat menyebabkan kristalisasi pada intrumen selama reseksi maka dari itu
9
Berdasarkan keuntungan dan kerugian tersebut diatas maka glisin 1,5% dan air
steril yang paling sering digunakan sebagai cairan irigasi pada operasi urologi
endoskopi.
gejala sakit kepala, kelelahan terus menerus, confusion, sianosis, dispnea, aritmia,
hipotensi dan seizure. Selain itu bisa berakibat lebih parah yaitu bisa
sebagai cairan irigasi. Sindrom TURP bisa terjadi setiap saat dan telah diobservasi
awal setelah pembedahan dimulai dan beberapa jam setelah pembedahan selesai
beberapa faktor yaitu : tekanan hidrostatik dari cairan irigasi, jumlah venous sinus
yang terbuka, lama reseksi / paparan dan perdarahan vena yang terjadi. Tekanan
hidrostatis cairan irigasi yang rendah, semakin banyaknya vena yang terbuka saat
reseksi dan semakin lama waktu reseksi meningkatkan absorbsi air ke dalam
sistem sirkulasi.
1. Overload Sirkulasi
Uptake dari sejumlah kecil cairan irigasi dapat ditunjukkan pada setiap
operasi TURP melalui venous netwok of prostatic bed. Absorbsi cairan diteliti
dengan cara memeriksa udara ekspirasi dari etanol setelah penambahan etanol
sampai dengan konsentrasi lebih dari 1% ke dalam cairan irigasi. Uptake dari 1
liter cairan dalam satu jam yang berkaitan dengan penurunan akut dari konsentrasi
10
natrium serum 5-8 mmol/liter adalah jumlah volume yang secara statistic
cairan irigasi diserap / diabsorbsi selama operasi TURP. Karena volume sirkulasi
yang meningkat, volume darah akan meningkat, tekanan sistolik dan diastolik
protein serum dan menurunkan tekanan onkotik darah. Hal ini bersamaan dengan
absorbsi langsung ke dalam sirkulasi, hampir lebih dari 70% cairan irigasi
100 ml cairan yang memasuki ruangan interstisial 10-15 mEq Na ikut masuk ke
dalamnya.
Morbiditas dan mortalitas ditemukan lebih tinggi pada operasi dengan waktu lebih
terjadi apabila berat dari prostat lebih dari 45 gr. Faktor penting lainnya adalah
tekanan hidrostatik dari prostatic bed. Tekanan ini dipengaruhi ketinggian kolom
cairan irigasi dan tekanan dalam kandung kemih saat pembedahan. Tinggi yang
ideal dari cairan adalah 60 cm sehingga kira-kira 300 ml cairan dapat dihasilkan
2. Water Intoxication
11
Beberapa pasien dengan sindrom TURP menunjukkan gejala intoksikasi
air dan kelainan neurologis disebabkan karena peningkatan jumlah air dalam
otaknya. Pasien awalnya menjadi somnolen, inkoheren dan gelisah. Kejang dapat
berkembang menjadi koma dalam posisi deserebrasi. Terdapat klonus dan respon
Babinski positif. Papiledema, yaitu pupil yang terdilatasi dan bereaksi lambat
dapat terjadi. EEG menunjukkan tegangan rendah bilateral. Gejala ini muncul
apabila level Natrium turun sampai di bawah 15-20 mEq / liter di bawah level
normal.
3. Hyponatremia – Hiperosmolaritas
Natrium penting dalam fungsinya untuk eksitasi sel, terutama pada jantung
dan otak. Hiponatremia dapat terjadi pasien yang mengalami TURP melalui
berbagai mekanisme :
retroperitoneal
12
4. Jumlah besar glisin menstimulasi pelepasan atrial natriuretik peptida pada
kejang. Ketika Na serum turun sampai di bawah 120 mEq / liter, hipotensi dan
perluasan dari kompleks QRS pada EKG dapat terjadi, ektopik ventrikuler dan
inversi gelombang T dapat terjadi. Di bawah 100 mEq / liter maka kejang umum,
Seperti yang kita tahu bahwa sawar darah otak bersifat impermeabel terhadap
4. Glycine Toxicity
dan retina dan dapat menyebabkan hiperammonia. Pada pasien glisin 1,5%
berhubungan efek subakut dari miokardium, muncul sebagai depressi atai inverse
gelombang T. pada EKG 24 jam setelah pembedahan. Absorbsi lebih dari 500 ml
13
menunjukkan dua laki resiko jangka panjang acute myocardial infarction. ini yang
open prostatectomy masih diperdebatkan oleh urologis hingga saat ini. Dilutional
di absorbsi. Namun kalsium dijaga tetap normal secara cepat dengan mobilisasi
kalsium dari tulang. Glisin adalah asam amino yang berperan sebagai
neurotransmitter utama pada system saraf pusat. Tempat kerja glisin adalah
terutama pada batang otak dan medulla spinalis berbeda dengan neurotransmitter
lainnya yaitu GABA yang bekerja pada area subkortikal dan kortikal area. .
efek pada sistem saraf pusat dan gangguan penglihatan. Glycolic acid, formal dan
formaldehyde adalah metabolit lain dari glisin yang juga menyebabkan gangguan
respirasi lambat, kejang, spell apneoea dan sianosis, hipotensi, oligouria, anuria
dan kematian.
Nilai normal glisin pada pria adalah 13-17 mg / liter. Glycine toxicity
jarang pada pasien TURP mungkin karena hampir seluruh glisin yang diabsorbsi
ditahan pada ruang periprostatik dan retroperitoneal yang tidak memiliki efek
sistemik.
5. AmmoniaToxicity
ammonia yang tinggi menekan pelepasan norepinefrin dan dopamine dalam otak.
14
Hal ini menyebabkan encephalopati TURP syndrome. Namun hal ini jarang
terjadi pada manusia. Karakteristik toksisitas yang terjadi adalah satu jam setelah
pembedahan. Pasien tiba-tiba mual dan muntah dan menjadi koma. Ammonia
darah meningkat menjadi 500 mikromol / liter (nilai normal : 11-35 mikromol /
liter). Hyperammonemia dapat bertahan sampai lebih dari 10 jam paska operasi
tubuh tidak dapat memetabolisme glisin secara sempurna melalui glisin cleavage
system., citric acid cycle dan konversi glycolic dan glioxylic acid.
normalnya diubah menjdi urea dalam hati melalui ornithine cycle. Arginin adalah
6. Hipovolemi, Hipotensi
sebagai cairan irigasi,terdiri dari transient arterial hipertension, yang bisa tidak
15
kalenjar prostat yang direseksi, lamanya pembedahan dan skill dari operator.
Rata-rata kehilangan darah saat TURP adalah 10ml/gram dari reseksi prostat.
7. Gangguan Penglihatan
pandangan berkabut, dan melihat lingkaran disekitar objek. Pupil menjadi dilatasi
dan tidak merespons. Lensa mata normal. Gejala bisa muncul bersamaan dengan
gejala lain dari Sindom TURP atau bisa juga menjadi gejala yang tersembunyi.
Karena itu persepsi dari cahaya dan refleks mengedipkan mata dipertahankan dan
respon pupil terhdap cahaya dan akomodasi hilang pada kebutaan TURP, tidak
8. Perforasi
Perforasi dari kandung kemih bisa terjadi saat TURP berkaitan dengan
instrumen pembedahan, pada reseksi yang sukar, distensi berlebihan dari kantung
kemih dan letusan didalam kantung kemih. Perforasi instrumen dari kapsul
prostatik telah diestimasi terjadi pada 1% dari pasien yang melakukan TURP.
Tanda awal dari perforasi, yang sering tidak diperhatikan adalah penurunan
kembalinya cairan irigasi dari kantung kemih. Dan diikuti oleh nyeri abdomen,
distensi dan nausea. Bradikardi dan hipotensi arterial juga ditemukan. Juga ada
berkembang lebih cepat. Nyeri alih bahu yang berkaitan dengan iritasi pada
16
muntah dan hipotensi bisa terjadi. Perforasi ekstraperitonial, pergerakan refleks
dari ekstemitas bawah bisa terjadi. Letusan didalam kantung kemih jarang terjadi.
Kauter dari jaringan prostat dipercaya bisa membebaskan gas yang mudah
terbakar. Secara normal, tidak cukup oksigen yang terdapat didalam kantung
kemih agar bisa terjadi letusan. Tetapi jika udara masuk bersama dengan cairan
9. Koagulopati
dengan pelepasan partikel prostat yang kaya akan jaringan thrombopalstin menuju
memperbusuk situasi. DIC bisa dideteksi pada darah dengan timbulnya penurunan
jumlah platelet, FDP (Fibrin Degradation Products) yang tinggi (FDP > 150
Sekitar 30% dari semua pasien TURP memiliki urin yang terinfeksi saat
preoperatif. Ketika prostat sinus vena terbuka dan digunakan irigasi dengan
tekanan tinggi, maka bakteri akan masuk menuju sirkualsi. Pada 6% pasien,
toksin dari koagulasi jaringan akan berakibat keadaan toksik pada pasien
postoperatif. Gemetar yang parah, demam, dilatasi kapiler dan hipertensi bisa
11. Hipotermia
17
Hipotermia merupakan observasi yang selalu dilakukan pada pasien yang
akan dilakukan TURP. Penurunan dari suhu tubuh akan mengubah situasi
oksigen. Irigasi kandung kemih merupakan sumber utama dari hilangnya panas
dan penggunaan cairan irigasi pada suhu ruangan menghasilkan penurunan suhu
tubuh sekitar 1-2oC. Ini diperburuk oleh keadaan ruangan operasi yang bersuhu
otonom. Vasokonstriksi dan asidosis bisa berefek pada jantung dan berkontribusi
terhadap manifestasi sistem saraf pusat. Menggigil juga bisa diperparah oleh
18
Gambar 3. Skema Patofisiologi sindrom TURP
2.2.5 Diagnosis
pengaruh anastesi umum, diagnosis Sindrom TURP sukar dan sering ditunda.
Tanda umum adalah peningkatan yang tidak bisa dijelaskan, kemudian tekanan
darah menurun dan terjadi bradikardia refrakter. Perubahan dalam EKG seperti
ritme nodal, perubahan ST, gelombang U dan pelebaran kompleks QRS dapat
19
diobservasi. Pengembalian dari anestesi umum dan penggunaan pelemas otot bisa
tertunda.
1. Manifestasi awal dari Sindrom TURP lebih bisa dideteksi pada pasien
yang sadar
sirkulasi.
Ketika dalam pengaruh anastesi regional, maka satu dari empat tanda
mayor ini dapat muncul. : peningkatan tekanan darah sistolik dengan sedikit
aktivitas saraf pusat (seperti kebingungan, semicoma, gelisah, nyeri kepala, mual,
muntah). Kongestif paru dengan tanda dyspnea, sianosis dan wheezing. Denyut
jantung menurun.
Jika tidak diterapi secara cepat, maka pasien bisa mengalami sianotik dan
hipotensi dan menjadi henti jantung. Beberapa pasien muncul dengan gejala
neurologikal. Pasien menjadi lemah kemudian tidak sadar. Pupil dilatasi dan
lambat beraksi terhadap cahaya. Ini bisa diikuti dengan episode singkat dari
kejang tonik - klonik sebagai awal dari keadaan koma. Tetapi kemungkinan
20
fluktuasi hemodinamis yang tiba-tiba dari anestesia spinal atau epidural sebaiknya
Gejala sistem saraf pusat tidak ditemukan sampai pasien dibwawa ke ruang
pemulihan. Tanda respirasi tidak terlihat akibat ventilasi kendali atau assisted sera
tersadar dari pengaruh anestesia ia akan merasa sangat mengantuk, bingung, koma
karena intoksikasi air dalam otak atau peningkatan amonia dari metabolisme
glisin.
harus dimulai sebelum tejadi komplikasi sistem saraf pusat dan jantung yang
mencegah efek yang fatal bagi pasien yang mengalami pembedahan endoskopik.
Hiponatremia yang terjadi sebelum operasi harus dikoreksi terutama pada pasien
untuk pasien dengan penyakit jantung. Tinggi ideal cairan irigasi adalah 60 cm.
21
Untuk mengurangi timbulnya sindroma TURP operator harus membatasi diri
untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam. Di samping itu beberapa operator
mengurangi penyerapan air ke sistemik. Untuk kasus dengan operasi lebih dari
satu jam staging TURP harus dilakukan. Kapsul prostat harus dijaga dan distensi
salin hipertonis 3-5% secara lambat dan tidak lebih dari 0,5 meq/per 1 jam atau
tidak lebih cepat dari 100 ml/jam. Tepatnya 200 ml salin hipertonis diperlukan
mengakibatkan edema paru dan central pontine myelinolysis. Dua pertiga dari
meredistribusi air dari sel menuju ruang ekstraseluler, dimana akan diterapi
dipertanyakan karena meningkatkan ekskresi natrium. Oleh sebab itu 15% manitol
disarankan sebagai pilihan, dalam kaitan dengan kerjanya yang bebas dari
100% oksigen. Gas darah, hemoglobin dan serum sodium dinilai. Kalsium
intravena bisa digunakan untuk merawat gangguan gangguan jantung akut saat
22
barbiturat / dilantin aau penggunaan pelemas otot tergantung dari tingkat
dengan dosis kecil dari midazolam (2-4 mg), diazepam (3-5 mg), thiopental (50-
100 mg). Kehilangan darah diterapi dengan transfusi PRC. Pada kasus dengan
DIC, maka fibrinogen 3-4 gram sebaiknya diberikan secara intravena diikuti
dengan infus heparin 2000 unit secara bolus ( dan kemudian diberikan 500 unit
tiap jam). Fresh Frozen Plasma (FFP) dan platelet juga bisa digunakan tergantung
Arginin dapat diberikan sebagai tambahan infus glisin untuk menurunkan efek
status mental pasien menjadi normal. Jumlah dan kadar salin hipertonik (3-5 %)
yang didasarkan konsentrasi serum sodium pasien. Solusi salin hipertonis harus
tidak diberikan dengan kecepatan tidak lebih dari 100 ml/jam sehingga tidak
dan menggunakan cairan irigasi dan intravena yang telah dihangatkan sampai
suhu 370 C. Manajemen pasien yang mengalami koma harus meliputi oksigenasi,
terapi infeksi, menjaga keseimbangan asam basa dan elektrolit dan suhu tubuh.
23
Pemantauan yang dilakukan glukosa, elektrolit (Na, K, Ca,. Cl, CO3, PO4), urea
kreatinin, osmolaritas, glisin, dan amonia. Pemeriksaan gas darah dapat melihat
PH, PO2, PCO2, dan karbonat. Perlu juga dilakukan EKG untuk memonitor
fungsi kardiovaskular.8
24
BAB III
KESIMPULAN
pengurangan masa prostat (prostatektomi) dengan tujuan urinasi pada pasien yang
mengalami Benign Prostate Hyperplasia (BPH) stadium moderat atau berat selain
open prostatectomy.
2. Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari buli-buli,
gejala sakit kepala, kelelahan terus menerus, confusion, sianosis, dispnea, aritmia,
uretra.
5. Sindrom TURP ini dimulai ketika absorpsi cairan irigasi melalui sinus
prostatik selama TURP. 1 liter cairan irigasi yang terserap ke pembuluh darah
mmol/L. Maka dari itu salah satu etiologi dari sindrom ini adalah lamanya waktu
harus dimulai sebelum tejadi komplikasi sistem saraf pusat dan jantung yang
diakhiri secepatnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Moore KL, Dalley AF, Agur AM, Moore ME, 2014. Anatomi berorientasi
Jakarta: EGC.
3. Sherwood, L., 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
4. Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &
EGC.
7. Cooperberg M. R., Presti J. C., Shinohara K., Carrol P. R. Neoplasms of the
prostate gland. In: McAninch J. W., Lue T. F., Editors. Smith & Tanagho’s
1-4
9. (Krieger dkk, 2008).
10. Franco G, De Nunzio C, Leonardo C, Tubaro A, Ciccariello M, De Dominicis
EGC.
12. Roehrborn, C. G., 2012. Benign Prostate Hyperplasia. In: Campbell-Walsh
27