KMB Ii
KMB Ii
Nim : (012016038)
Tingkat : II-A
KMB II
1. Lama pengalaman
2. Kekuatan dan ketahanan fisik
3. Keterampilan
4. Sikap profesional
5. Pengetahuan
1. Membasahi tangan dengan air mengalir, dimulai dari ujung jari sampai 2 cm
diatas siku.
5. Kedua telapak tangan, jari -jari sisi dalam dari kedua tangan saling menggosok
dan mengait dilanjutkan dengan membersihkan kedua ibu jari dan ujung kuku
jari bergantian.
9. Kuku dengan gerakan tegak searah dari atas ke bawah pada kedua tangan.
10. Jari-jari seakan mempunyai empat sisi, sela jari, secara urut mulai dari ibu jari
sampai dengan kelingking.
12. Daerah pergelangan tangan atas sampai dengan siku dengan gerakan melingkar.
15. Lakukan sekali lagi menyikat tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian
16. Kuku dengan gerakan tegak searah dari atas ke bawah pada kedua tangan
17. Jari-jari seakan mempunyai empat sisi, sela-sela jari, secara urut mulai dari ibu
jari sampai dengan kelingking
19. Daerah pergelangan tangan atas sampai dengan siku dengan gerakan melingkar
dilakukan selama 2 menit.
21. Mengeringkan menggunakan handuk steril yang dibagi 2 bagian, satu bagian
untuk tangan kiri dan bagian yang lain untuk tangan kanan, memutar dari jari-
jari tangan ke arah siku.
Sebelum dan sesudah melakukan hand hygiene, ada hal hal yang harus diperhatikan
agar tujuan hand hygiene dapat tercapai, diantaranya adalah :
Kuku tangan harus dalam keadaan bersih dan pendek. Kuku yang panjang dapat
menimbulkan potensi akumulasi bakteri patogen yang terdapat di bawah kuku.
Tidak diperkenankan menggunakan perhiasan pada pada area tangan seperti cincin,
karena adanya resiko akumulasi bakteri patogen pada perhiasan yang dipakai.
3.Kosmetik
Kosmetik yang dipakai petugas kesehatan, seperti cat kuku, dapat menyimpan bakteri
patogen, juga dapat terlepas dari tangan dan berpindah saat melakukan kontak dengan
pasien. Hal ini sangat berbahaya dan disarankan untuk tidak dilakukan.
Pemberian posisi merupakan suatu kebutuhan yang dapat mendukung keamanan pasien
selama pembedahan perawat perioperatik adalah menager utama dalam
pemberian posisi pasien untuk melakukannya di perlukan keterampilan
pengamatan yang cerdasdi tambah dengan keberanian dan motivasi
Tujuan dan keriteria hasil
Hasil yang di harapkan dari management pemberian posisi bedah adalah
tercapainya kondidsi posisi biologis dan terhindar dari cedra, dengan kriteria:
Kepatenan jalan nafas terjaga dengan gerakan pernafasan dan pertukaran udara
yang optimal ;
Status sirkulasi dan akses vaskular yang ade kuat ;
Tidak ada penekanan berlebihan pada area super fisial dan tonjolan tulang;
Kepala mendapat sokongan yang ade kuat, dan kondisi mata terlindung dari
abrasi, tekanan, dan cairan iritatik ;
Ekstremitas terlindung, mendapat sokongan, dan terhindar dari keadaan fleksi,
ekstensi, atou rotasi bagian tubuh yang berlebihan
2. pengkajian yang harus dilakukan selama proses pre-operatif
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari atau unit
gawat darurat di lakukan secara komprehensif dimana seluruh hal yang berhubungan
dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara seksama.
Identitas pasien
Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat
penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain
itu juga, untuk memperkuat identitas pasien. Perawat perioperatif harus mengetahui
bahwa faktor usia baik anak-anak maupun lansia dapat meningkatkan resiko
pembedahan pengetahuan tersebut akan membantu perawat perioperativ untuk
menentukan tindakan pencegahan untuk dimasukan kedalam rencana asuhan
keperawatan.
Bayi dan anak-anak. Bayi dan anak-anak berhubungan dengan status psiologis yang
masih imatur atau mengalami penurunan. Bayi yang menjalani pembedahan,
kemampuan pertrahanan suhunya masih belum optimal. Reflex menggil pada bayi
belum berkembang dan sering terjadi berbagai pariasi suhu. Bayi juga mengalami
kesulitan untuk mempertahankan volume sirkulasi darah normal. Volume total darah
bayi dianggap kurang dari anak-anak atau orang dewasa. Kehilanmgan darah walaupun
jumlah darah kecil dapat menjadi hal yang serius. Penurunan volume sirkulasi
menyebabkan bayi sulit merespon terhadap kebutuhan untuk meningkatkan oksigen
selama pembedahan. Dengan demikian, bayi menjadi sangat rentan mengalami
dehidrasi. Namun jika darah atau cairan terlalu cepat maka akan menimbulkan
operhidrasi. Aspek penting lainnya pada perawatan bedah anak meliputi menejemn
jalan nafas mempertahankan keseimbangan cairan, serta tersedianya peralatan dan obat-
obatan untuk situasi kegawat daruratan.
Lansia. Seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk beradaptasi
dengan stress pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya beberapa fungsi tubuh
tertentu. Individu lansia yang menghadapi operasi bisa mempunyai suatu kombinsi
penyakit kronis dan masalah kesehatan selain masalah kesehatan yang mengindikasikan
pembedahan. Secara umum lansia memiliki resiko sikap pembedahan yang lebih buruk
dibandingkan pasien yang lebih muda. Cadangan jantung menurun, fungsi ginjal dan
hepar menurun dan aktifitas gastrointestinal tampak berkurang dehidrasi, konstipasi,
dan malnutrisi juga mungkin terjadi. Keterbatasan sensorik seperti gangguan
penglihatan dan pendengaran, keadaan mulut juga penting untuk dikaji sebab sering kali
ditemukan adanya karies gigi atau gigi palsu. Penurunan produk si keringat mengarah
pada kulit yang kering dan gatal-gatal. Kulit yang rapuh tersebut mudah mengalami
abrasi, sehingga tindakan kewaspadaan yang lebih tinggi harus diterapkan ketika
memindahkan pasien lansia. Penurunan lemah subkutan membuat individu lansia lebih
rentan terhadap perubahan suhu tubuh.
Sebelum dilakukan operasi sebaiknya pasien dan keluarga sudah mendapat penjelasan
dan impormasi terkait masalah vinansial hal ini diperlukan akan setelah operasi nanti
tidak ada complain atau ketidakpuasan pasien terhadap keluarga.
Persiapan umum
Persiapan ini dilakukan sebelum dilaksanakannya tindakan, psien dan keluarga harus
mengetahui hal tersebut perihal prosedur operasi, jenis operasi dan prognosis hasil
pembedahan. Peran perwat disini adalah bertanggung jawab memastikan bahwa psien
dan keluarga dan dokter sudah menandatangani isi dari informedconsent.
Persiapan alat dan obat yang akan digunakan selama pembedahan, harus dilakukan
secara optimal sesuai dengan kebijakan institusi. Beberapa RS memberlakukan
kebijakan bahwa persiapan alat dan obat harus dilakukan sebelum pasien masuk kamar
operasi. Beberapa RS lainnya mensyaratkan persediaan darah untuk persiapan transfuse
harus dilakukan oleh pihak keluarga.
Persiapan lainnya yang bersifat umum seperti pencalonan pasien yang akan dilakukan
pembedahan dari ruang rawat inap, unit gawat darurat, unit perwatan intensif ke kamar
unit dimana pasien akan dilakukan pembedahan.
Pengalaman bedah selanjutnya dapat memengaruhi respon fisik dan psikologis pasien
terhadap prosedur pembedahan. Jenis pembedahan sebelumnya, tingkat rasa
ketidaknyamanan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah faktor
faktor yang mungkin akan diingat kembali oleh pasien.
Di unit bedah sehari, riwayat byang perlu dikaji biasanya lebih singkat daripada riwayat
yang seharusnya dikumpulkan. Pengkajian hanya dilakukan pada saat pasien dirawat di
rumah sakit dan sore hari sebelum pembedahan dilakukan karena terbatasnya waktu.
Pada pasien gawat darurat yang memerlukan pembedahan cito, pengkajian riwayat
kesehatan dilakukan secara ringkas terkait faktor faktor pembedahan dan anestesi
umum. Pasien dikaji tentang badanya riwayat hipertensi, DM, tuberkolosis paru, dan
berbagai penyakit kronis yang akan berdampak pada peningkatan resiko komplikasi
intraoperatif.
Riwayat Alergi
Peraway harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin
diberikan selama fase intraoperatif , apabila mendapatkan akergi pasien perlu mendapat
pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan tangan sebelum menjalani
pembedahan atau penulisan symbol alergi yang tertulis jelas pada status pasien.
Pasien perokok memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami konflikasi paru paru
pasca operasi daripada pasien bukan perokok. Perokok kronik mengalami ketebalan
sekresi lendir pada paru parunya. Anestesi umum akan meningkatkan iritasi jalan nafas
dan merangsang sekresi pulmonal. Setelah pembedahan, pasien perokok mengalami
kesulitan yang lebih besar dalam membersihkan jalan nafasnya dari sekresi lendir.
Pengkajian Nyeri
Perawat perlu mengkaji pengalaman nyeri pada pasien, metode pengontrolan nyeri yang
digunakan, sikap pasien dalam menggunakan obat obatan penghilang rasa nyeri, respon
perilaku terhadap nyeri pengetahuan pasien, harapan, dan metode manejemen nyeri
yang dipilih karena akan memberi dasar bagi perawat dalam memantau perubahan
kondisi pasien.
Perawat harus mempelajari cara verbal dan non verbal pasien dalam mengomunikasikan
dalam kenyamanan. Pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif biasanya
membutuhkan perhatian khusus selama melakukan pengkajian seperti pada pasien anak
– anak , pasien yang menderita psikosis , pasien kritis, pasien yang mengalami
dimensia, dan pasien yang tidak bisa berbicara Indonesia butuh pendekatan yang
berbeda.
Keluhan dari pasien tentang nyeri yang dirasakan meruapakan indicator utama yang
paling dapat di percaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan. Nyeri bersifat individual, sehingga pengkajian
karakteristik nyeri membantu perawat membentuk pengertian pola nyeri dan tipe
menejemn nyeri yang digunakan untuk mengtasi nyeri. Pendekatan pengkajian
karakteristik nyeri dengan menggunakan metode PQRST dapat mempermudah perawat
perioperatif dalam melakukan pengkajian nyeri yang dirasakan pasien secara ringkas
dan dapat digunankan dalam kondisi praoperatif yang singkat itu.
Pengkajian psikososiospiritual
Kecemasan praoperatif
Ketakutan memiliki objek yang jelas dimana seseorang dapat mengidentifikasikan dan
menggambarkan objek ketakutan. Ketakutan melibatkan penilaian intelektual terhadap
stimulus yang mengancam sedangkan kecemasan merupakan penilaian emosional
terhadap penilaian itu. Ketakutan itu diakibatkan oleh paparan fisik maupun psikologis
terhdap situasi yang mengancam
Berbagai dampak psiologis yang dapat muncul adalah ketidkatahuan akan pengalaman
pembedahan yang dapat mengakibatkan kecemasan yang terekspresi dalam berbagai
bentuk seperti marah, mengelak atau apatis terhadap kegiatan perawatan.
Bagian terpenting dari pengkajian kecemasan praoperatif adalah untuk menggali peran
orang terdekat, baik dari keluarga atau sahabta pasien. Adanya sumber dukungan orang
terdekat akan menurunkan kecemasan.
Perasaan
Perawat dapat mendeteksi perasaan pasien tentang pembedahan dari perilaku dan
perbuatannya. Pasien yang merasa takut biasny akan sering bertanya merasa tidak
nyaman jika ada orang asing memasuki ruangannya atau secar aktif mencari dukungan
dari teman dan keluarga.
Perasaan sering kali susah dikaji secara keseluruhan jika pasien akan menjalani bedah
sehari. Biasanya perawat hanya memiliki waktu yang singkat untuk membina hubungan
dengan pasien. Di RS perawat harus memilih waktu diskusi yaitu setelah melengkapi
prosedur kedatangan pasien ke RS atau setelah melengkapi pemeriksaan diagnostic.
Perawat harus menjelaskan bahwa rasa takut dan khawatir merupakan perasaan yang
normal. Kemampuan pasien mengungkapkan perasaanya bergantung pada keinginan
perawat untuk mendengar, memberi dukungan dan membenarkan konsep yang salah.
(Stuart, 1999)
Konsep diri
Pasien dengan konsep diri positive lebih mampu menerima operasi yang dialaminya
dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien dengancara meminta pasien
mengidentifikasi kekuatan an kelemahan dirinya. Pasien yang cepat mengkritik atau
merendahkan karakter dirinya mungkin mempunyai harga diri yang rendah atau sedang
menguji pendapat perawat tentang karakter mereka. Konsep diri yang buruk
mengganggu kemampuan beradaptasi dengan stress pembedahan dan memperburuk rasa
bersalah atau ketidakmampuannya.
Citra diri
Seringkali pembedahan mengubah aspek fisik atau fsikologis seksual pasien. Perawat
harus mendorong pasien untuk mengekspresikan khawtiran mereka tentang seksualitas.
Pasien yang menghadapi disfungsi seksual yang bersifat sementara memerlukan
pemahaman dan dukungan. Diskusi tentang seksualitas klien harus dilakukan dengan
pasangan seksual mereka, sehingga mereka dapt saling memahami cara mengatsi
keterbatasan fungsi seksual yang terjadi.
Sumber koping
Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri akan membantu perawat menentukan
kemampuan pasien dalam mengatasio stress akibat pembedahan. Perawat juga bertanya
tentang manajemen stress yang biasa dilakukan pasien sebelumnya, apabila pasien
pwernah menjalani pembedahan maka perawat perioperatif perlu menentukan perilaku
yang dapat membantu pasien dalam menghilngkan ketegangan atau kecemasannya.
Perawat dapat menginstruksikan pasien untuk melakukan latihan relaksasi untuk
membantu mengontrol ansietas.
Kepercayaan spiritual
Informed consen
Adalah suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela oleh pasien sebelum
suatu pembedahan dilakukan. Izin tertulis tersebut dapat melindungi pasien dari
kelalaian dalam prosedur pembedahan dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari
suatu lembaga hukum. Demi kepentingan bersama semua pihak yang terkait perlu
mengikuti prinsip medikolegal yang baik ( Potter, 2006)
Sebelum pasien menandatangani infor consen ahli bedah harus memberikan penjelasan
yang jelas dan sederhana tentang apa yang akan diperlukan dalam pembedahan. Ahli
bedah juga harus menginformasikan pasien tentang alternative yang ada, kemungkinan
resiko, komplikasi, perubahan bentuk tubuh, menimbulkan kecacatan dan juga tentang
apa yang diperkirakan terjadi pada periode pasca operatif awal dan lanjut.
Pasien secara pribadi menandatangani konsen tersebut jika dia telah mencapai usia yang
ditentukan dan mampu secara mental. Bila psien dibwah umur, tidak sadar atau tidak
kompoten maka izin harus didapat dari anggota keluarga yang bertanggung jawab atau
wali yang sah. Pada kasus kedaruratan penting bagi ahli bdah untuk mengambil
tindakan yang bersifat penyelamtan tanpa inform consen dari pasien. Namun upoaya
untuk menghubungi pihak keluarga harus terus dilakukan.
Jika psien ragu-ragu dan tidak sempat mencari pengobatan alternative maka opini orang
orang kedua dapat diminta. Tidak ada psien yang boleh dipaksa untuk menandatangani
izin operasi. Penolakan terhadap prosedur pemebahan adalah hak hukum dan hak
istimewa seseorang. Proses penandatanganan inform consen ini dapat dilengkapi dengan
penjelasan dan harus dipastikan bahwa pasien dapat memahami dan mengerti isi atau
maksud dari inform consen tersebut. Formulir yang sudah di tandatangani di letakan di
rekam medic pada posisi yang mudah di lihat.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan TTV
Pada pengkajian keadaan umum secara ringkas perawat melakukan surpey keadaan
umum untuk mengobservasi penampilan umum pasien. Pengkajian yang berhubungan
dengabn pra operatif meliputi elem-elemen berikut ini:
1. Usia
2. Tanda distress
3. Jenis tubuh
4. Postur
5. Gerakan tubuh
6. Kebersihan diri dan bau badan
7. Afek dan alam perasaan
8. Bicara
Pada keadaan emergency kondisi pasien dan waktu untuk melakukan data penilaian
tingkat kesadran sangat terbatas. Oleh karena itu, skala koma glasglow ( glasglow coma
scale atau GCS) dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna. Skala tersebut
memungkinkan pemeriksa untuk membuat peringkat 3 respon utama psien terhadap
lingkungan yaitu: membuka mata, mengucapkan kata dan gerakan. Nilai total
maksimum untuk sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3 menandakan
pasien tidak memberikan respon. Jika nilai keseluruhan adalah 8 atau dibawahnya maka
berhubungan dengan koma yang jika bertahan dalam waktu yang lama mungkin dapat
menjadi suatu tanda akan buruknya pemulihan fungsi.
Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan berat dan tinggi badan merupakan
indicator dan status nutrisi yang penting. Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan
mengukur TB dan BB, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah, dan
keseimabngan nitrogen. Segala bentuk difisensi nutrisi harus dikoreksi sebelum
pembedahan untuk memberikan proitein yang cukup guna perbaikan jaringan.
Perbaikan jaringan normal dan resistensi terhadap infeksi bergantung pada status nutrisi
yang cukup. Pembedahan akan meningkatkan kebutuhan nutrisi. Setelah pembedahan,
pasien membutuhkan minimal 1500 kkal/hari untuk memperthankan cadangan energy.
Peningkatan protein, vit A dan C serta zat besi akan memepercepat penyembuhan luka.
Pasien malnutrisi cenderung mengalami penyembuhan luka yang kurang baik,
berkurangny6a penyimpanan energy, dan infeksi setelah operasi. Apabila pasien
menjalani pembedahan elektif, maka ketidakseimbangan nutrisi dapat diperbaiki
sebelum pembedahan. Namun jika pasien malnutrisi harus menjalani prosedur darurat,
maka upaya perbaikan nutrisi dilakukan setelah pembedahan.
Pemeriksaan TTV
TTV diukur untuki menentukan status kesehatan atau untuk menilai respon pasien
terhadap stress terhadap intervensi pembedahan. Pemeriksaan TTV meliputi
pengukuran suhu, nadi, TD dan frekuensi pernafasan. Sebagai indicator dari status
kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keepektifan sirkulasi, RR, serta fungsi
neurologis dan endokrin tubuh. Karena sangat penting, maka disebut tanda vital.
Pengkajian TTV pra operatif memberikan data dasar yang penting untuk dibandingkan
dengan perubahan TTV yang terjadi selama dan setelah pembedahan. Pengkajian TTv
praoperatif juga penting untuk menuntukan adanya abnormalitas cairan dan elektrolit.
Peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena volume caioran plasma,
kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dank eras, hal
tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia jantung
umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit.
Tanda vital meruapkan cara yang cepat dan efesien untuk memantau kondisi pasien,
mengidentifikasi masalah, dan mengevaluasi respon pasien terhadap intervensi.
Pengkajian tanda vital memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosis
keperwatan, mengimpolementasikan rencana intervensi, dan mengevalusi keberhasilan
bila tanda vital di kembalikan pada batas nilai yang dapat diterima.
Kepala dan leher
Survey kepala
Perawat mulai dengan menginfeksi posisi kepala dan gambaran wajah pasien. Posisi
kepala normalnya tegak dan stabil. Perawat mengobservasi gambaran wajah pasien,
melihat kelopak mata, alis, lipatan nasolabial, dan mulut untuk mengetahui bentuk dan
kesimetrisannya.
Mata
Observasi gambaran kesimetrisan mata kanan dan kiri. Kesimetrisan wajh pasien dikaji
untuk melihat apakah kedua mata terletak pada jarak yang sama. Perawat memeriksa
apakah salah satu mata lebih besar atau lebih menonjol kedepan melalui pemeriksaan
posisi istirahat dan garis mata atas.
Kelopak mata di insfeksi warna, keadaan kulit dan ada atau tidak adanya bulu mata
serta arah tumbuhnya. Terkadang pada praktur dasar tengkorak diposa anterior, darah
dapat merembas dari rebokan dura hingga ke rongga orbita. Hematoma yang terjadi
menyebabkan gambaran mata hitam yang dikenal sebagai raccoon eyes.
Mata dan kelopak mata orang yang kekurangan nutrisi atau dehidrasi Nampak seperti
membelah atau tenggelam atau cekung karena lemak dan cairan yang tersimpan di
belakang bola mata hilang.
Sclera di kaji warnanya, bias any berwarna putih warna kekuningan merupakan indikasi
ikterus atau masalh sistemik. Pada individu yang berkulit hitam, sclera normal juga bisa
terlihat kuning terdapat titik kecil, gelap dan berpigmen. Pemeriksaan konjungtiva
praoperatif akan memberikan data dasar untuk intervensi.
Pupil
Normalnya berbentuk bulat, terletak di tengah, dan memiliki ukuran yang sama antara
kiri dan kanan (isokor). Ukuran pupil bervariasi pada tiap indiviodu yang terpapar
cahaya dalam jumlah yang sama. Pupil yang lebih kecil ditemukan lansia. Individu
dengan myopia (hanya dapat melihat dengan dekat) mempunyai pupil yang lebih besar
sedangkan individu hipertropi (hanya dapat melihat jauh) mempunyai pupil yang lebih
kecil.
Perawat mwngkaji reaksi pupil terhadap sinar dengan menganjurkan pasien untuk
melihat lurus kedepan sambil secara cepat membawa sinar senter dari samping dan
mengarahklan ke pupil mata kanan. Pada kondisi hapankia (tidak adanya lensa mata),
pupil berwarna hitam sedangkan pada kondisi katarak pupil berwarna putih atau
leukoporia.
Lakukan inspeksi palatumole dan sinus nasalis dengan tujuan untuk mengkaji drainase
sinus yang menggambarkan adanya infeksi sinus atau pernafasan.
Kondisi membrane mukosa mulut menunjukan status hidrasi. Pasien dehidrassi beresiko
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang serius selama pembedahan.
Pada pasien yang mempunyai riwayat trauma atau praktur mandibula akan ditemukan
pergeseran gigi dan gusi.
Pemeriksaan leher
Pemeriksaan leher yang lazim dilakukan adalah memeriksa nodus limpatik dan kelenjar
tiroid. Nodus limpatik diperiksa dengan cara palpasi menggunakan jari tengah dan
gerakan memutar nodus limpatik normalnya tidak mudah di palpasi. Pada saat nodus
yang membesar itu ditemukan perawat harus mengeksplorasi area dan wilayah
sekitarnya yang memperoleh drainsa dari nodus tersebut untuk adanya melihat tanda
infeksi atau keganasan. Nyeri tekan biasanya terjadi akibat implamasi.
Kelenjar tiroid
Berada di leher bawah anterior, didepan dan di kedau sisi trakea. Perawat berdiri di
depan pasien dan menginfeksi area leher bawah, memeriksa kelenjar tiroid dan
memriksa adanya masa yang terlihat, kesimetrisan dan kesempurnaan bentuk di bagian
dasar leher. Perawat menawarkan segelas air dan kemudain meminta pasien untuk
menelannya sambil memperhatikan apakah ada kelenjar yang menonjol. Normalnya
kelenjar tirroid tidak dapat di lihat.
System saraf
Pasien yang akan menjalani pembedahan Karen apenyakit neorologis misalnya: tumor
otak atau struk pendarahan kemungkinan menunjukan gangguan tingkat kesadaran atau
perubahan perilaku. Tingkat kesadaran dapat berubah karena snestesi umum. Namun
setelah efek anestesi menghilang tingkat respon pasien akan kembali pada tingkat
respon sebelum operasi. Jika pasien akan mendaptkan anestesi spinel, maka pengkajian
praoperatif terhadap fungsi dan kekuatan motrik kasar penting dilakukan. Anestesi
spinal menyebabkan ekstremitas bawah mengalami paralisis sementara. Pengkajian
skesibilitas pra bedah sangat bermanfaat sebagai bahan evaluasi pada saat pasca
anestesi di ruang pemulihan.
Sistem endokrin
Secara umum, resiko pembedahan bagi pasien dengan DM yang tidak terkontrol tidak
lebih besar dari pasien non diabetes. Namun pemantauan kadar gula darah secar rutin
penting dilakukan sebelum, selama dan setelah pembedahan. Pasien yang mendapat
kortikostiroid beresiko mengalami insufisensi adrenal, oleh karena itu penggunaan
medikasi steroid untuk segala tujuan selam tahun-tahun sebelumnya harus dilaporkan
pada ahli anestesi dan ahli bedah.
Payudara
System pernafsan
Pemeriksaan pra operatif system pernafsan dapat menjadi data besar rencana intervensi
pasca operatif. Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan umum system pernafsan
dan tanda-tanda abnormal seperti sisnosis, pucat, kelelahan, sesak nafas, batuk,
penilaian porudksi sputum dan lainnya. Karena harus melakukan pengkajian fisik secara
infeksi maka perawat harus memahami kondisi system pernafasan dalam rongga thorak
secara imaginer. Penilaian bentuk dada secara infeksi dilakukan untuk melihat seberapa
jauh kelainan yang terjadi pada pasien. Bentuk dada normal pada orang dewasa adalah
diameter anteropsoterior dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2. Kondisi
yang tidak normal, seperti barrelces akan meningkatkan resiko pembedahan dan
memberikan inflikasi pada penyuluhan pre operasi tentang latihan batuk efektif dan
latihan nafas diafragma.
Perawat kemudian melakukan palpasi untuk menilai adanya kelainan pada dinding
thoraks dan merasakan perbedaan getaran suara nafas. Kelainan yang mungkin
didapatkan pada pemeriksan ini sperti: nyeri tekan, adanya empisema subkutan, atau
terdapat penurunan getaran suara nafas pada satu sisi akibat adanya cairan atau udara
pada rongga pleura.
Perkusi pada paru yang normal menimbulkan nada sonor, sedangkan perkusi pada
struktur yang berongga seperti usus atau peneumothoraks menimbulkan nada
hipersonor. Pemeriksaan auskultasi pra operatif ditujukan untuk menilai atau mengkaji
aliran udara melalui cabang bronkus dan mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi
padat dalam struktur paru. Jika perawat mengenal bunyi mengi saat mengauskultasi
jalan nafas pada pemeriksaan pra operatif meaka hal ini menunjukan bahwa psien
beresiko mengalami penyempitan jalan nafas yang lebih lanjut selama pembedahan.
System kardiovaskuler
Apabila pasien mempunyai penyakit jantung, maka perawt harus mengkaji karakter
denyut jantung apical. Setelah pembedahan, perawta harus membandingkan prekuensi
dan irama nadi dengan dat yang diperoleh sebelum operasi. Obat-obatan anestesi,
perubahan keseimbangan cairan, dan stimulasi respon stress akibat pembedahan dapat
menyebabkan disritmia jantung. Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian
kapiler, dan warna serta suhu ekstremitas untuk menentukan status sirkulasi pasien.
Pasien yang mengalami hipopolemik atau perubahan elektrolit pra operatif yang serius
mempunyai resiko yang signifikan selama dan setelah pembedahan. Misalnya,
kelebihan atau kekurangan kalium akan meningkatkan peluang terajdinya disritmia.
Apabila pasien sebelumnya telah mempunyai gangguan pada ginjal, gastrointestinal,
atau kardiovaskuler maka resiko terjadinya perubahan volume cairan dan elektrolit akan
semakin besar.
Pemeriksaan sekilas dalam infeksi tulang belakang yang penting adalah penilaian
kurfatula atau lengkung dari tulang belakang. Jika dilihat dari samping lengkung
kolumna vertebralis memperlihatkan 4 kurfa atau lengkung anterior posterior, yaitu
lengkung ventrikal pada daerah leher melengkung kedepan, daerah torakal melengkung
kebelakang, daerah lumbal melengkung kedepan, dan daerah pelvis melengkung
kebelakang.
Deformitas tulang belakang yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan pra operatif
meliputi skoliosis yaitu pembengkokan pada tulang belakang kea rah lateral dan kiposis
yaitu kenaikan kurfatura tulang belakang bagian dada yang akan menurunkan
kemampuan pemngembangan paru secara maksimal sehingga menambah resiko
pembedahan.
Perawat mengkaji ukuran bentuk kesimetrisan dan distensi abdomen. Apabila psien
akan menjalani bedah abdomen maka perwawt harus sering melakukan pengkajian
pasca operatif pada insisi abdomen dan membandingkan hasilnya dengan data yang
diperoleh pada fase pra operatif. Distensi menunjukan adanya perubahan fungsi
gastrointestinal pada fase pasca operatif. Perawta hars mengetahui apakah abdomen
pasien menonjol atau mengalami distensi setelah pembedahan.
System pencernaan
Pengkajian bising usus pada fse pra operatif berguna sebagai data dasar. Perawat juga
menentukan apakah pergerakan usus pasien teratur. Apabila pembedahan memerklukan
manipulasi saluran gastrointestinal atau pasien diberikan anastesi umum maka
peristaltic tidak akan kembali normal dan bsising usus akan hilang atau berkurang
selama beberapa hari setelah operasi.
System perkemihan
Ginjal terlibat dalam eksresi obat-obat anastesi dan metaboliknya. Status asam basa dan
metabolisme merupakan pertimbangan penting dalam pemberian anestesi. Pembedahan
dikontraindikasikanj bila pasien menderita nepritis akut, insufisiensi renal akut, dengan
oliguri atau anuri, atau masalh-masalah renal akuut lainnya, kecuali kalau pembedahan
merupakan satu tindakan penyelamat hidup atau amat penting untuk memperbaiki
fungsi urinary seperti pada obstruksi nuropati.
System integument
Perawta menginfeksi kulit di selruh peemukaan tubuh secara teliti. Perhatian utama
ditujukan pada daerah tonjolan tulang seperti siku, sacrum dan scapula. Selama
pembedahan, psien harus berbaring pada satu posisi tertentu dan bisanya sampai
beberapa jam. Dengan demikian pasien rentan mengalami ulkus tekan atau dekubitus
terutaam jika kulit pasien tipis, kering dan turgor kulitnya buruk. Lansia beresiko
mengalami gangguan integritas kulit akibt posisi dan pergeseran diats meja ruang
operasi yang dapat menyebabkan kulit lecet dan tertekan. Lakukan palpasi dengan
mencubit kulit untuk menentukan tingkat hidrasi tubuh.
Kaji kondisi jari untuk meniali adanya tanda sianosis perifer. Perwat juga perlu
mengakji adanya jari tabuh pada kuku jari tangan pasien, yang mengindikasikan adanya
penyakit paru dan mungkin apat menimbulkan kesulitan setelah pasien diberikan
anastesi.
System musculoskeletal
Periksa adanya depormitas atau kelainan bentuk pada seluruh ektremitas, meliputi
adanya benjolan ketidak sejajaran pada seluruh fungsi skeletal danj kemampuan dalam
melakukan rentang gerak sendi. Periksa adanya kondisi kelemahan atau kelumpuhan
dari fungsi seluruh ektermitas. Ditemukannya kelainan akan memberikan data dasar
untuk pemenuhan informsi pasca bedah terutama dalam melakukan latihan p[ergerakn
sendi pasca bedah.
Pemeriksaan diagnostic
Sbelum pasien mengalami pembedahan dokter bedh akan meminta pasien untuk
menjalani pemeriksaan diagnostic guna memeriksa adanya kondisi yang tidak normal.
Seperti EKG, dan foto dada tidak lagi di lakukan secara rutim untuk pasien yang
menjalani bedah sehari karena biaya yang harus di keluarkan untuk pemeriksaan
tersebut tidak efektif jika psien sehat dan tidak menunjukan gejala yang tidak normal (
Rothrock, 2000). Pemeriksaan skrining rutin terdiri dari pemeriksaan darah lengkap,
analisis elektrolit serum, koagulasi, kreatinin serum dan urinalisis. Apabila pemeriksaan
diagnostic menunjukan masalh yang berat maka ahli bedah dapat membatalkan
pembedahan sampai kondisi pasien stabil. Perawat juga harus mengkaji kembali hsil
pemeriksaan diagnostic yang perlu diketahui dokter untuk membantu merencakan terapi
yang tepat.
Apabila pasien berusia lebih 40 tahun atau mempunyai penyakit jantung, maka dokter
akan meminta psien untuk menjalani pemeriksaan sinar X dada atau EKG. Pada
beberapa prosedur bedah tertentu seperti bedah saraf, jantung, dan urologi diperluikan
pemeriksaan canggih untuk menegakan diagnosis pra bedah, misalnya: MRI, CT-scan,
USG Doppler ipv dan lainnya sesuai dengan kebutuhan diagnostic pra bedah.
3.PENGKAJIAN POST OPERATIF SEGERA
3. Anesthetik dan medikasi lain yang digunakan (mis : narkotik, relaksan otot,
antibiotik)
4. Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan yang sekiranya dapat
mempengaruhi perawatan pasca-operatif (Ex : hemorrhagi, syok, dan henti jantung)
8. Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anesthesia yang akan diberitahu
11. Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan berespon terhadap perintah.
Status Pernafasan
Kesulitan pernafasan berkaitan dengan tipe spesifik anesthesia. Pasien yang menerima
anesthesia lokal atau oksida nitrat biasanya akan sadar kembali dalam waktu beberapa
menit setelah meninggalkan ruang operasi. Namun, pasien yang mengalami anesthesia
general/lama biasanya tidak sadar, dengan semua otot-ototnya rileks. Relaksasi ini
meluas sampai ke otot-otot faring, oleh karenanya ketika pasien berbaring terlentang,
rahang bawah dan lidahnya jatuh ke belakang dan menyumbat jalan udara. Tanda-
tandanya :
- tersedak
Cara untuk mengetahui apakah pasien bernafas atau tidak adalah dengan menempatkan
telapak tangan di atas hidung dan mulut pasien untuk merasakan hembusan nafas.
Gerakan thoraks dan diafragma tidak selalu menandakan bahwa pasien bernafas.
1. Bersihan jalan nafas in-efektif b.d efek depresan dari medikasi dan agen anesthetik
6. Perubahan eliminasi urinarius (retensi urine) b.d penurunan aktivitas, efek medikasi,
dan penurunan masukan cairan
7. Konstipasi b.d penurunan motilitas lambung dan usus selama fase intra operatif
8. Kerusakan mobilitas fisik b.d efek depresan dari anesthesia, penurunan intoleransi
aktivitas dan pembatasan aktivitas yang diprogramkan
9. Ansietas tentang diagnosis pasca operatif
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Membersihkan sekresi dari jalan nafas : membalikkan pasien dari satu sisi ke sisi
lainnya, membuka mulut pasien secara manual tetapi hati-hati dengan menggunakan
spatel lidah, bila pasien muntah balikkan badan klien dalam posisi miring, bila perlu
lakukan suction untuk membersihkan lendir atau sisa muntahan
2. Pengaturan posisi : temapt tidur dijaga agar tetap datar sampai pasien kembali sadar,
lutut difleksikan dan bantal diletakkan di antara tungkai
1. Meredakan nyeri : teknik relaksasi, teknik distraksi, anagetik oral / IV / IM, therapi
kognitif
(bunyi koarse), akibat dari vibrasi pita suara yang tertutup ketika udara secara
mendadak masuk ke dalam paru-paru. Terbukti bahwa sebenarnya tidak ada tindakan
yang paling efektif untuk mengatasi cegukan. Remedi paling tua dan sederhana adalah
dengan menahan nafas, terutama pada saat minum. Selain itu penggunaan medikasi
fenotiasin, dengan menekankan jari tangan pada kelopak mata yang tertutup selama
beberapa menit dan dengan merangsang muntah dapat berhasil pada beberapa kasus.
7. Menghindari cedera : restrain boleh digunakan hanya bila keadaan pasien benar-benar
mendesak untuk menggunakannya. Meski begitu, penggunaan restrain harus diawasi
jangan sampai mencederai pasien, mengganggu terapi IV, selang dan peralatan
pemantau. Apabila kegelisahan disebabkan oleh nyeri, maka dianjurkan penggunaan
analgesik dan sedatif.
8. Mempertahankan status nutrisi yang normal : makin cepat pasien dapat mentoleransi
diet yang biasa, makin cepat fungsi GI tract yang normal akan pulih kembali. Ambulasi
dini dan latihan di tempat tidur dapat membantu memperlancar kembalinya fungsi GI
tract. Cairan merupakan substansi pertama yang dapat ditoleransi oleh pasien. Jus buah
dan teh dapat diberikan sebagai asupan selanjtnya jika tidak terjadi mual dan muntah
(bukan es atau cairan hangat). Setelah itu makanan secara bertahap diberikan mulai dari
yang paling lunak sampai pada makanan padat biasa sesuai dengan toleransi pasien.
9. Meningkatkan fungsi urinarius yang normal : membiarkan air mengalir di kran dan
kompres hangat pada perineum merupakan upaya yang dianjurkan untuk merangsang
eliminasi pasien. Masukan dan haluaran harus terus dicatat.
11. Memulihkan mobilitas : pasien dengan mobilitas terbatas harus dibalik dari posisi
satu ke posisi lainnya setiap 2 jam.
12. Ambulasi dini : ditentukan oleh kestabilan sistem CV dan neuromuskuler pasien,
tingkat aktivitas fisik pasien yang lazim, dan sifat pembedahan yang dilakukan.
Ambulasi dini dapat menurunkan insiden komplikasi pasca operasi. Ambulasi dini tidak
diperkenankan melebii toleransi pasien. Kondisi pasien menjadi faktor penentu dan
kemajuan langkah diikuti dengan memobilisasi pasien : pasien diminta untuk bergerak
secara bertahap dari posisi berbaring ke posisi duduk dampai semua tanda pusing telah
hilang (dengan menaikkan bagian kepala temapt tidur), pasien dapat dibaringkan
dengan posisi benar-benar tegak dan dibalikkan sehingga kedua tungkai menjuntai di
atas tepi tempat tidur dan setelah persiapan ini, pasien dapat dibantu untuk berdiri di sisi
tempat tidur.
13. Pengaturan posisi : posisi telentang tanpa menaikkan kepala, berbaring miring ke
salah satu sisi dengan lengan atas ke depan, posisi fowler –
posisi paling umum tetapi juga merupakan posisi yang paling sulit untuk dipertahankan.
16. Bila memungkinkan, cuci muka dan tangan klien untuk menyejukkan perasaan klien
yang baru dioperasi. Basahi bibirnya bila belum diperbolehkan untuk minum.
INTERVENSI KOLABORATIF
Tanda dan gejala : penurunan tekanan darah, saturasi O2 yang tidak adekuat, pernafasan
cepat atau sulit, peningkatan frekuensi nadi, gelisah, respon melambat, kulit dingin-
kusam-sianosis, denyut perifer menurun atau tidak teraba, haluaran urine kurang dari 30
ml/jam.
Selama fase intra operatif, kehilangan cairan yang berlebihan banyak terjadi bersamaan
dengan pembedahan sebagai akibat meningkatnya perspirasi, sekresi mukus dalam paru-
paru, dan kehilangan darah.
Tindakan :
Penggantian cairan dan elektrolit per IV
Penggantian cairan per oral secara bertahap setelah mual-muntah menghilang dan bising
usus terdengar
3. Pencegahan infeksi
Kebanyakan infeksi terjadi pada salah satu dari empat tempat anatomi : luka bedah,
saluran kemih, aliran darah atau saluran pernafasan. Infeksi dapat terjadi karena adanya
hal-hal berikut :
Penggunaan selang dan kateter, proses penyakit, atau oleh prosedur pembedahan
Efek ansethesia dan bedah mengurangi daya tahan tubuh terhadap infeksi
Pasien dapat terpajan pada agen infeksius selama hospitalisasi
Organisme yang ditemukan pada infeksi yang didapat di RS menyebar luas dan resisten
(kebal) terhadap antibiotik
Terjadi pelanggaran dalam teknik aseptik dan praktik mencuci tangan yang tidak baik.
Tindakan pengendalian :
Dorongan kepada pasien untuk batuk dan nafas efektis serta sering mengubah posisi
Penggunaan peralatan steril
Antibiotik dan antimikroba
Mempraktikkan teknik aseptik
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Pencegahan kerusakan kulit
Pantau tanda-tanda hemorrhagi dan drainage abnormal
Pantau adanya perdarahan
Perawatan insisi dan balutan
Penggantian selang intravena dan alat invasif lainnya sesuai program.
EVALUASI
1. Syok
Pencegahan :
Terapi penggantian cairan
Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum
Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan
menggunakan narkotik secara bijaksana
Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)
Ruangan tenang untuk mencegah stres
Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi
Pemantauan tanda vital
Pengobatan :
Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
Pemantauan status pernafasan dan CV
Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika
diindikasikan
Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah,
albumin, plasma atau pengganti plasma)
Penggunaan beberapa jalur intravena
Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi
retensi cairan dan edema)
2. Hemorrhagi
Jenis :
H. Primer : terjadi pada waktu pembedahan
H. Intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke
tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari
pembuluh darah yang tidak terikat
H. Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh
darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang
drainage.
Tanda-tanda :
Gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat,
suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien
melemah.
Penatalaksanaan :
Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
Inspeksi luka bedah
Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
Transfusi darah atau produk darah lainnya
Observasi VS.
Merupakan trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan superfisial.
Manifestasi klinis :
Nyeri atau kram pada betis
Demam, menggigil dan perspirasi
Edema
Vena menonjol dan teraba lebih mudah
Pencegahan :
Latihan tungkai
Pemberian Heparin atau Warfarin dosis rendah
Menghindari penggunaan selimut yang digulung, bantal yang digulung atau bentuk lain
untuk meninggikan yang dapat menyumbat pembuluh di bawah lutut
Menghindari menjuntai kaki di sisi tempat tidur dalam waktu yang lama
Pengobatan :
Ligasi vena femoralis
Terapi antikoagulan
Pemeriksaan masa pembekuan
Stoking elatik tinggi
Ambulasi dini.
4. Embolisme Pummonal
Terjadi ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dan dengan sempurna
menyumbat arteri pulmonal.
5. Retensi urine
Paling sering terjadi setelah pembedahan pada rektum, anus dan vagina.
6. Delirium
Penurunan kesadaran dapat terjadi karena toksik, traumatik atau putus alkohol.
DAFTAR PUSTAKA