1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Batasan Masalah
5. Dasar Teori
6. Metodologi
7. Data dan Perhitungan
8. Analisa Perhitingan Manual (Teoritis)
9. Kesimpulan dan Saran
10. Daftar Pustaka
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugsa penunjang pada proses pembelajaran MataKuliah Perpindahan
Panas, Teknik Mesin, Universitas Jendral Achmad Yani (UNJANI), dengan Yth Bapak Damawidjaya
Biksono, MT . sebagai dosen pembina.
Ide pembuatan makalah ini berasal dari kutipan jurnal mengenai “EFFICIENCY IMPROVEMENT OF
BOILERS”.
LATAR BELAKANG
Boiler adalah bejana tertutup yang digunakan sebagai sarana untuk pemanasan yang akan di transfer ke air
sehingga menjadi air panas atau uap, air panas dan uap dibawah tekanan tersebut digunakan untuk
memindahkan panas ke suatu proses, ketika air dipanaskan menjadi uap, maka volume air akan bertambah
meningkat sekitar 1600 kali, hal ini yang menjadikan boiler adalah komponen yang berbahaya yang harus di
operasikan secara hati hati.
Efisiensi boiler adalah sebuah besaran yang menunjukkan hubungan antara supply energi masuk ke dalam
boiler dengan energi keluaran yang dihasilkan oleh boiler. Namun demikian, efisiensi pada boiler dapat
didefinisikan ke dalam tiga cara yaitu 1.Efisiensi Pembakaran, 2.Efisiensi Termal, 3.Efisiensi Bahan Bakar-
Uap Air (Fuel-to-Steam).
Efisiensi Pembakaran Boiler secara umum menjelaskan kemampuan sebuah burner untuk membakar
keseluruhan bahan bakar yang masuk ke dalam ruang bakar (furnace) boiler. Efisiensi tipe ini dihitung dari
jumlah bahan bakar yang tidak terbakar bersamaan dengan jumlah udara sisa pembakaran (excess air).
Pembakaran boiler dapat dikatakan efisien apabila tidak ada bahan bakar yang tersisa di ujung keluaran
ruang bakar boiler, begitu pula dengan jumlah udara sisa.
Untuk mendapatkan efisiensi pembakaran yang tinggi, burner dan ruang bakar boiler harus didesain
seoptimum mungkin. Di sisi lain perbedaan penggunaan jenis bahan bakar juga mempengaruhi efisiensi
pembakaran. Diketahui bahwa bahan bakar cair dan gas (seperti LNG dan HSD) menghasilkan efisiensi
pembakaran yang lebih tinggi jika dibandingkan bahan bakar padat seperti batubara.
Efisiensi Termal Boiler menunjukkan bagaimana performa boiler dalam hal fungsinya sebagai heat
exchanger. Perhitungan efisiensi ini akan menunjukkan seefektif apa perpindahan energi panas dari proses
pembakaran bahan bakar ke air. Namun perhitungan efisiensi ini tidak terlalu akurat, karena ia tidak
memperhitungkan kerugian panas radiasi maupun konveksi yang tidak terserap oleh air. Selain itu,
perhitungan efisiensi termal boiler tidak bisa digunakan untuk analisa ekonomis, sebab perhitungan ini tidak
memperhatikan secara teliti jumlah bahan bakar yang dikonsumsi. Atas dasar inilah kita tidak akan
membahas lebih dalam mengenai perhitungan efisiensi termal boiler.
Oleh karean itu makalah ini dibuat untuk mengetahui efisiensi dari boiler dengan melakukan analisa dari
type boiler yang digunakan.
RUMUSAN MASALAH
- Bagaiman cara menentukan efisiensi dari boiler.
- Faktor apa saja yang di butuhkan untuk meningkatkan efisiensi dari suatu boiler.
- Bagaimana cara menentukan design boiler yang agar memiliki efisiensi yang baik.
TUJUAN
- Mengetahui kinerja dari boiler.
- Mengetahui design boiler agar memiliki efisiensi yang baik.
- Mengetahui jenis boiler yang memiliki efisiensi dengan baik.
BATASAN MASALAH
- Analisa penentuan efisiensi boiler hanya pada design type boiler.
DASAR TEORI
Boiler merupakan mesin kalor (thermal engineering) yang menstransfer energi –energi kimia atau energi
otomis menjadi kerja (usaha) (Muin 1988:28). Boiler atau ketel steam adalah suatu alat berbentuk bejana
``
tertutup yang digunakan untuk menghasilkan steam. Steam diperoleh dengan memanaskan bejana yang
berisi air dengan bahan bakar (Yohana dan Askhabulyamin 200:13).
Boiler mengubah energi – energi kimia menjadi bentuk energi yang lain untuk menghasilkan kerja.
Boiler dirancang untuk melakukan atau memindahkan kalor dari suatu sumber pembakaran, yang
biasanya berupa pembakaran bahan bakar.
Boiler terdiri dari 2 komponen utama, yaitu :
1. Furnace (ruang bakar) sebagai alat untuk mengubah energi kimia menjadi energi panas.
2. Steam Drum yang mengubah energi pembakaran (energi panas) menjadi energi potensial steam (energi
panas).
Boiler pada dasarnya terdiri dari drum yang tertutup ujung dan pangkalnya dan dalam perkembangannya
dilengkapi dengan pipa api maupun pipa air. Banyak orang yang mengklasifikasikan ketel steam
tergantung kepada sudut pandang masing – masing (Muin 1998 :8).
2. Boiler pipa-air (Water Tube Boiler) adalah boiler dengan pipa-pipa berisikan air tersirkulasi, yang
dipanaskan oleh api di sisi luar pipa. Boiler pipa-air memiliki desain berkebalikan dengan boiler pipa-
api. Boiler ini mensirkulasikan air melewati saluran-saluran pipa dengan sumber panas berasal dari
ruang bakar (furnace). Pipa-pipa yang menjadi saluran sirkulasi air-uap air ini, berada di dalam
selimut api ruang bakar hingga saluran gas panas hasil pembakaran. Pada boiler-boiler pipa-air
modern dengan beban produksi besar, ada beberapa bagian pipa-pipa air yang didesain menjadi
dinding dari ruang bakar boiler. Pipa-pipa tersebut biasa kita kenal dengan istilah wall-tube.
``
Desain boiler pipa-air modern, dilengkapi dengan pipa-pipa air yang didesain menjadi dinding ruang
bakar (wall-tube). Air dari steam drum turun melewati pipa bernama downcomer ke sebuah pipa
header yang terhubung dengan semua ujung bawah pipa wall-tube. Ujung wall-tube yang lain yang
berada di bagian atas ruang bakar terhubung langsung dengan steam drum. Di bagian wall-tube inilah
terjadi perubahan fase dari air menjadi uap air. Sistem pipa-air ini menghasilkan sirkulasi air tertutup
antara steam drum-downcomer-wall-tube- dan kembali ke steam drum. Dari steam drum hanya uap
air basah saja yang akan keluar. Pada boiler superheater, uap air basah keluaran steam drum akan
dipanaskan lebih lanjut menjadi superheated steam (uap panas lanjut/kering).
Boiler pipa-air sekalipun memiliki desain yang sedikit lebih kompleks daripada boiler pipa-api,
namun boiler pipa-air cenderung lebih mampu menghasilkan kualitas uap air yang lebih tinggi (lebih
superheated), serta kapasitas yang jauh lebih besar. Oleh karena itulah boiler pipa-air lebih cocok
diaplikasikan pada industri-industri besar yang lebih menuntut kuantitas, sekaligus kualitas uap air
tinggi seperti pembangkit listrik tenaga uap.
METODOLOGI
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa efisiensi kinerja boiler dengan berbagai type serta desain
yang sesuai. Metode yang dipakai adalah dengan perhitungan manual dengan rumus-rumus yang sudah
tersedia, dengan membaca grafik dan tabel-tabel yang ada di buku-buku. Metode yang dipakai adalah
metode observasi dan literatur. Data kemudian diolah dan dianalisa
``
= 2.88
26 is the closest value in TEMA, so take nt = 26
Shell ID = 8 inch according to TEMA book
To calculate velocity of fluid through the tube,
Fig – 1: Parallel flow heat exchanger
Water preheater:
Input data:
T1 = 212 Where,
T2 = 146 = Reynolds Number
t1 = 102 = mass flow rate of cold water
t2 = 145
=no. of passes = 2
Assume,
Outer dia of tube = 0.019m (14BWG) =no. of tubes
Internal dia of tube = 0.014m
0.025m inch square pitch Take FT = = inner diameter of the tube
0.8 =Dynamic Viscosity
Velocity =
=
= 1.98 m/s
So the fluid velocity through the tube is in the optimum
condition. So the best design parameters for tubes of water
= 23.18 preheater is,
= 296.33K
¾ inch Od of tube.
Determining heat transfer coefficient,
Length of tube = 6 m
Internal diameter(ID) = 0.584 inch
A= Number of tube = 26
U = 2200W/m2K Shell id = 8 inch
Q = m×Cp×Δt
jH =
=
= 1.033m2
Calculating no. of tubes,
jH = 42
Where,
42 =
-Number of tubes hi = 2296W/m2K
Shell side assumption
25% cut segment baffles
Baffle spacing, B=0.5”
Ds (Half of shell diameter)=4 inch 130 =
= 191.93 W/m2K
Equivalent diameter for the shell side, Heat transfer coefficient of shell side = 191.93 W/m2K
Pressure drop calculation of tube side,
De =
Pt = pitch of tube (1 inch)
At =
De = =
= 0.024m
= 2.21×10-3 m2
Shell side cross flow area As = Tube side mass velocity Gt,
=
= 120.6 kg/m2s
=
= 0.017 Pascal
C = tube clearance
= Pt – Do Return loss, = 1.334*10-13*(2nP-1.5)
=1–¾ = Negligible value (2 pass)
= 0.25 inch = 0.00635m Total tube side pressure drop,
ΔPt = ΔPtf + ΔPrt
= 0.017 Pascal
As =
= 5.13×10-3 m2 Shell side pressure drop calculations,
Mass velocity of shell, Tube clearance, C = 0.25
Spacing B = 15.5 inch
Gs = As = 5.13×10-3 m2
Mass velocity Gs = 114.23 kg/m2s
Re = 181192
=
= 114.23kg/m2s
No. of baffles =
Re = =
= 15.26 ͌16
Shell side frictional pressure drop,
=
= 181557.6> 104
Assume jH = 130 for Re = 181557.6 ΔPf =
=
jH =
= Negligible value
ANALISA PERHITUNGAN
Input data,
T1 = 212°C
T2 = 111°C
t1 = 27°C
t2 = 110°C
Mass flow rate of steam = 0.294 kg/sec Mass flow rate of air = 6.54 kg/sec
LMTD =
=
= 35.24 °C
= 308K
A=
U of air = 25 W/m2K Assume fouling factor FT = 0.8
Q = ms*Cs*(T1-T2)
A=
= 44.26m2
Calculating no. of tubes,
Nt =
=
= 92.68
So take nt = 97 (according to TEMA book)
Reynolds no. of the fluid through the pipes,
Re =
np = No. of pass
nt = No. of tubes
Di = internal dia of shell = 13.25 inch(0.336m)
= 20.59×10-6 Ns/m2
Re =
= 12408.5
Velocity of the fluid through the tube,
=
= 0.73 m/s
KESIMPULAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi keseluruhan dan analisis termodinamika boiler.
Ada banyak faktor, yang mempengaruhi efisiensi boiler. Bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran,
jenis boiler, beban yang bervariasi, usia pembangkit listrik dll. Sebagian besar penurunan efisiensi pada
boiler ini dikarenakan keausan mekanis pada berbagai komponen yang mengakibatkan hilangnya panas.
Oleh karena itu, perlu untuk memeriksa semua peralatan secara berkala. Selain itu, perhatikan bahwa
efisiensi keseluruhan boiler apapun tergantung pada kesulitan teknis dalam kondisi yang tidak dapat
diprediksi. Oleh karena itu, penelitian yang layak dilakukan untuk menilai kinerja instalasi boiler dalam
konteks ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] F.William Payne and Richard E. Thompson “efficient boiler operations’’ in Efficient Boiler Operations
Sourcebook, Fourth Edition
[2] Durgesh Bhatt and Priyanka M Javhar “Shell and Tube Heat Exchanger Performance Analysis” in the
International Journal of Science and ResearchVolume 3 Issue 9, September 2014, 1872-1881
[3] Manoj Kumar Gupta,” Power Plant Engineering” (PHI Learning Private Limited, New Delhi, 2012.)