Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN

”MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN


PETERNAKAN”

OLEH :

NAMA : RISKA RUSNI


NIM : I111 16 333
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : NAJMUSSALAM

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan

hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

Pengertian peternakan tidak hanya pada pemeliharaaan saja, memelihara hewan

dengan jumlah sedikit dan peternakan yang jumlah hewannya lebih banyak,

perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah

mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-

faktor pemeliharaan hewan ternak yang telah dikombinasikan secara optimal.

Musyawarah mencakup berbagai aspek dan unsur-unsur interaksi individu.

Hal ini, dapat dijelaskan bahwa abstraksi historis komunikasi memberikan suatu

perspektif bahwa pengekangan proses Musyawarah tercermin dari sikap perilaku

penguasa, yaitu pemerintah. Pemerintah merupakan pranata yang mengatur

aktivitas masyarakat. pranata tersebut terdiri dari lembaga-lembaga pemerintah

negara atau daerah, dan untuk melaksanakan aktivitas tersebut pada intinya

dilakukan oleh pejabat dan pegawai pemerintah.

Pengembangan peternakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

mendukung upaya penyediaan bahan pangan hewani, karena menghasilkan

protein bernilai gizi tinggi yang permintaannya akan terus meningkat seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya nilai gizi. maka dari itu dibutuhkan peternak yang

memiliki potensi yang lebih dalam mengembangkan peternakan. Hal inilah yang
melatarbelakangi dibuatnya laporan Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan

Peternakan mengenai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Peternakan.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan khusunya

mengenai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Peternakan adalah agar kita

dapat mengetahui perencanaan pembangunan, penganggaran, dan kinerja

anggaran.

Tujuan dari Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan khusunya

mengenai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Peternakan adalah untuk

mengetahui aspek-aspek perencaan pembangunan.


TINJAUAN UMUM

Tinjauan Umum Perencanaan Pembangunan Peternakan

Perencanaan pembangunan adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk

mengidentifikasi kondisi dan permasalahan riil yang dihadapi, mengantisipasi

perkembangan lingkungan strategik, mengembangkan berbagai skenario

mengenai berbagai kemungkinan yang terjadi, mendapat solusi atas masalah –

masalah yang dihadapi bangsa dan berbagai alternative kebijakan untuk

mewujudkan cita – cita dan tujuan bernegara, maka keberadaan dan perannya

sangat diperlukan dalam penyelenggaran Negara dan pembangunan bangsa

(Nugroho, 2014).

Perencanaan pembangunan di era otonomi daerah telah memberikan

kewenangan yang luas untuk membangun wilayahnya sesuai dengan kemampuan

daerah. Perencanaan di peternakan sebagai sektor strategis untuk mendukung

perencanaan pembangunan nasional harus melibatkan pemangku kepentingan dari

pemerintah, swasta dan masyarakat. Keterlibatan ini dalam gambaran good

governance akan memastikan perencanaan berdasarkan potensi yang tersedia,

proses perencanaan yang tepat dan mengetahui hambatan yang ada, sehingga pada

akhirnya akan menghasilkan rencana sesuai dengan kebutuhan di daerah itu

sendiri (Suwarjo, 2012).

Peternakan sebagai salah satu sub sektor dalam sektor pertanian

merupakan bagian integral dari keberhasilan petanian di indonesia. Oleh karena

itu pembangunan sektor peternakan diarahkan untuk menigatkan pendapatan

petani peternak, mendorong diversifikasi pangan dan perbaikan kualitas gizi

masyarakat serta pengembangan eksport. Adanya perbaikan tingkat pendapatan


dan kesejahteraan rakyat, konsumsi protein hewani diperkirakan akan terus

meningkat disamping peluang dan potensi pasar domestik, komoditas peternakan

juga mempunyai potensi pasar ekspor yang cukup besar. Pembangunan produksi

peternakan menjadi penting sebagai bagian dari upayah-upayah untuk

menciptakan dari suatu pembangunan yang baik dan perlu mendapat perhatian

yang serius dari berbagai unsur yang ada. Peran pemerintah lebih banyak kepada

peran-peran stimulasi, dinamisasi, regulasi dan fasilitasi bagi masyarakat dan

pelaku usaha peternakan. Sedangkan partisipasi masyarakat perlu terus didorong

dan diberi tempat sejak perencanaan hingga pengawasan untuk berkelanjutan

pembangunan (Sirajuddin dan Nurlaelah, 2014).

Tinjauan Umum Musyawarah Rencana Pembangunan Peternakan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar

pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana

pembangunan daerah. Musrenbang dilaksanakan dimulai dari tingkat

desa/kelurahan yang disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tingkat

Desa/Kelurahan (Musrenbang Desa/Kelurahan) (Nurfitri 2008).

Perencanaan pembangunan peternakan merupakan salah satu kegiatan

masyarakat baik dengan skala kecil atau menengah dan juga merupakan mata

pencaharian hidup selain bertujuan untuk bisnis atau investasi, yang melibatkan

masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, adanya keterbukaan dalam

proses pengelolaan pembangunan dengan menetukan perencanaan dalam jangka

panjang, menengah dan tahunan (Anggraini, 2003).

Proses perencanaan bidang peternakan yang sudah mengacu pada regulasi

dengan melibatkan dinas peternakan, swasta, dan peternak. Dinas peternakan


selaku stakeholder utama yang merupakan representasi pemerintah paling

dominan perannya dalam penyusunan perencanaan. Sektor swasta yaitu

pengusaha pengiriman ternak belum berperan dalam pengembangan ternak karena

masih profit oriented sehingga cenderung merugikan peternak. Sedangkan peran

partisipasi peternak yang masih bersifat pasif bukan aktif menjadi kendala sendiri

yang harus dicarikan solusi untuk mengatasinya. dilakukan melalui dua jalur yaitu

musrenbang dan disampaikan melalui reses DPRD (Sujarwo, 2012)..

Sedangkan proses teknokratik dan politik merupakan tahapan perencanaan

yang masih menjadi kebiasaan selaku principal dan agen dalam transaksi

penentuan anggaran. Dana aspirasi anggota DPRD sebesar 250 juta per anggota

dewan membuktikan premis ini. Pemanfaatan politis tanpa disertai pertimbangan

teknis yang matang memungkinkan kesalahan dalam proses perencanaan bidang

peternakan di kabupaten. Jenis perencanaan bidang peternakan di kabupaten yang

masih di dominasi top down planning memberikan peluang miss program dan

kegiatan bidang peternakan. Jika dibandingkan kondisi masyarakat peternak dan

pemerintah memang sangat dimungkinkan terjadinya peran lebih dominan

pemerintah. Peran dominan council dan mayor menjadi penyebab masyarakat

cenderung pasif daripada aktif. (Sujarwo, 2012).

Peranan Musyawarah Pembangunan dan Pengembangan Bidang Peternakan

Peternakan mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan

setidak-tidaknya dalam 4 hal strategis yaitu : 1) Peternakan untuk menyediakan

pangan terutama untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan protein hewani, 2)

Peternakan untuk sumber pendapatan dan kesempatan kerja, 3) Peternakan untuk


usaha pertanian yang berkelanjutan dan perbaikan lingkungan hidup, dan 4)

Peternakan untuk pengentasan masyarakat dari kemiskinan (Subekti, 2008).

Namun pada kenyataannya bidang peternakan sekarang ini belum mampu

secara optimal dalam menjalankan peran strategis seperti yang telah dijelaskan

diatas. Hal ini dikarenakan kebanyakan usaha peternakan masih dikelola secara

tradisional sehingga belum mampu memberikan kesejahteraan yang memadai dan

juga belum mampu mencukupi kebutuhan protein hewani yang terjangkau oleh

masyarakat, karena sebagian besar sumber protein hewani terutama daging dan

susu masih inpor sehingga harganya relatif tinggi (Subekti, 2008).

Berbagai permasalahan dalam pengembangan sapi potong yaitu : 1) Usaha

bakalan kurang diminati para pemilik modal, 2) Keterbatasan pejantan unggul, 3)

Ketersediaan pakan tidak kontinyu, 4) Pemanfaatan limbah pertanian dan

perkebunan kurang efektif, 5) Efisien reproduksi masih rendah dengan jarak

beranak yang panjang (Pohan, 2004).

Tingkat produksi rendah akibat faktor tujuan pemeliharaan dan

penggunaan bibit belum memadai, serta pakan yang tersedia. Pada umumnya

ternak sapi yang dipelihara terdiri dari beberapa tujuan sehingga produksi ternak

sapi per unit rendah, hal ini menyebabkan ternak sapi yang dipelihara terus

sampai umur tua, kasus ini akan menyebabkan penundaan pemotongan ternak,

terlebih lagi sampai saat ini petani masih menggunakan ternak sapi sebagai

tenaga kerja sehingga tidak dapat dipastikan sampai kapan sapi tidak

dipergunakan untuk tenaga kerja (Purbowati, 2009).


Peranan Pemerintah dalam Pengembangan Peternakan

Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik

dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar -

benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu terjadi,

khususnya pembangunan perdesaan, mutlak diperlukan pemberdayaan masyarakat

desa mulai dari keikutsertaan perencanaan sampai pada hasil akhir dari

pembangunan tersebut (Turambi, 2015).

Dalam upaya mempertahankan dan me-ningkatkan kesejahteraan produsen

peternakan melalui penguatan daya saing pasar (Competition power). Pemerintah

mengarahkan agar para pela-ku agribisnis peternakan untuk saling menjalin

kerjasama kemitraan. Karena kemitraan difor-mulasikan sebagai kerjasama antara

usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar, yang disertai

adanya pembinaan dan pendampingan oleh usaha menengah dan atau usaha besar

dengan memperhatikan prinsip saling memperkuat, saling menghidupi dan harus

saling menguntungkan (Rinaldi, 2014).

Sementara itu, anggaran pembangunan peternakan yang disediakan

Pemerintah melalui Departemen Pertanian sangat tidak memadai untuk

membiayai pelaksanaan pembangunan pada sektor per-tanian. Sehingga secara

keseluruhan petani-peternak menghadapi kesulitan untuk mem-pertahankan

investasi dengan tidak mendapat solusi pelayanan yang cepat dan tepat dari

pemerintah (Turambi, 2015).


Rencana Strategi dalam Pengembangan Peternakan

Pada umumnya ternak sapi selama ini belum melakukan perhitungan –

perhitungan kebutuhan input dan kelayakan usaha terhadap usaha ternaknya dan

strategi dalam pengembangannya. Keberhasilan menjalankan usaha, tidak terlepas

dari pengaruh input produksi, di mana input tersebut merupakan syarat mutlak

yang harus tersedia. Input produksi tersebut berupa jumlah bibit, pakan ternak,

jumlah tenaga kerja, dan penggunaan obat –obatan yang tepat dapat meningkatkan

produksi secara optimal (Mubyarto, 2012).

Untuk mentransformasikan sistem peternakan tersebut maka setiap strategi

pembangunan sekurang-kurangnya mencakup dua dimensi prima yaitu dimensi

teknisekonomi dan dimensi sosio-kultural. Dimensi teknis-ekonomi menyangkut

proses peningkatan pengetahuan dan keterampilan berusaha para peternak,

sementara dimensi sosio-kultural berintikan proses pentransformasian sikap

mental, nilai-nilai, dan pola interpretasi peternak ke arah yang makin dinamis.

Kedua dimensi tersebut saling terkait dan memiliki logika tersendiri sehubungan

dengan elemen-elemen yang mendukungnya (Suryana, 2009).

Ada beberapa pertimbangan perlunya mengembangkan usaha ternak sapi

potong, yaitu: 1) budi daya ternak sapi potong relatif tidak tergantung pada

ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, 2) memiliki

kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes, 3) produksi sapi potong

memiliki nilai elastisitas terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, dan dapat

membuka lapangan pekerjaan (Mersyah, 2005).

Dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan peternak

mempunyai arti penting karena pengetahuan peternak dapat mempertinggi


kemampuannya untuk mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika

pengetahuan peternak tinggi dan petani/peternak bersikap positif terhadap suatu

teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan

menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih

memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Pembangunan peternakan

(sebagai bagian dari pertanian) pada hakekatnya berusaha mentransformasikan

sistem peternakan tradisional menjadi sistem peternakan modern yang maju

(Suryana, 2009).
METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktek lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan mengenai

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Peternakan dilaksanakan pada tanggal

19 sampai dengan 21 Oktober 2018. Bertempat di Desa Bulue, Kecamatan

Marioriawa, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam praktik lapang perencanaan

pembangunan peternakan yaitu :

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data data yang terbentuk pernyataan atau kalimat

menggambarkan, yang menjelaskan indikator dari presepsi masyarakat berbasis

komoditi peternakan yang diamati.

b. Data Kuantitatif

Data kauntitatif adalah data-data yang dinyatakan dalam bentuk angka dan

merupakan hasil perhitungan dan pengukuran .

Sumber data yang digunakan pada prkatik lapang ini adalah :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang bersumber dari hasil wawancara

langsung dengan masyarakat di Dusun Tampanine, Desa Patampanua, Kecamatan

Marioriawa, Kabupaten Soppeng.


b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen, buku dan

laporan-laporan yang berkaitan dengan paraktik lapang perencanaan

pembangunan peternakan yaitu keadaan umum suatu wilayah.

Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan cara :

a. Observasi

Observasi yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan

langsung terhadap objek yang teliti.

b. Wawancara

Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak

masyarakat mengenai variable-variabel praktek lapang dan menggunakan bantuan

kuisioner.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu berdasarkan bebrapa buku sebagai literature dan

landasan teori yang berhubungan dengan praktik lapang ini.

Metode Kegiataan yang Dilakukan

a. FGD (Foccus Grup Discussion)

FGD (Focus Group Discussion)

Foccus Grup Discussion (FGD). Di Desa Bulue Kecamatan Marioriawa

Kabupaten Soppeng dengan tema focus diskusi adalah pembuatan feed complete

serta pembuatan umb dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 20 Oktober , pukul

15:00 WITA bertempat di Kantor Kecamatan Marioriawa dengan pemateri dari


dinas Pendidikan daerah yaitu bapak Haerul, S.Pt M. Si dan dosen unhas yaitu Dr

Ir. Nuraini Sirajuddin, S.Pt. M,Si. dan Dr. Ir. Ikrar Muh Saleh. Pemateri pertama

di paparkan oleh bapak Haerul dimana beliau membahas tentang teknologi

pengolahan pakan yang diberikan kepada ternak.. Dalam diskusi ini ada

pertanyaan dari masing-masing kelompok.

b. Kuisioner

Kegiatan yang dilakukan hari ini adalah melakukan wawancara dengan

beberapa penduduk Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa. Responden pertama

bernama Jamaluddin, berumur 35 tahun berjenis kelamin laki-laki, pendidikan

terkahir adalah SD, pekerjaan utama yaitu Bertani, beralamat di Desa Bulue,

Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng. Jenis lahan yang dimiliki adalah

padi. Pengalaman bertaninya sudah 32 tahun. Beliau juga memiliki pekerjaan

sampingan sebagai peternak dan memiliki jumlah ternak sebanyak 3. Responden

yang kedua bernama Sari Bulan, berumur 52 tahun, berjenis kelamin perempuan

dengan pendidikan terakhir SD. Pekerjaan utama sebagai Ibu Rumah Tangga

(IRT), beralama di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng,

beliau memiliki pekerjaan sampingan yaitu beternak ayam, pekerjaan

sampingannya ini sudah ditekuni selama 32 tahun. Responden ketiga yaitu

bernama Hadija berumur 60 tahun berjenis kelamin perempuan dengan

pendidikan SD, pekerjaan utamanya yaitu IRT dan pekerjaan sampingannya yaitu

beternak ayam. Responden keempat yaitu bernama Yuni berumur 35 tahun,

berjenis kelamin perempuan dan Pendidikan terakhirnya SMA. Pekerjaan utama

sebagai IRT dan pekerjaan sampingannya yaitu beternak sapi sebanyak 5 ekor.

Responden kelima yaitu bernama Muh. Amin, berumur 65 tahun, berjenis kelamin
laki-laki dengan Pendidikan terakhir SD. Pekerjaan utama yaitu Wiraswasta

selama 30 tahun dan pekerjaan sampingannya sebagai peternak itik selama 1

bulan terakhir, jumlah ternak yang dimiliki sebanyak 50 ekor itik. Beliau juga

memiliki lahan pertaniam seluas 2 hektar. Responden keenam yaitu bernama Ani,

berumur 39 tahun, berjenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir yaitu SD.

Pekerjaan utamanya yaitu jualan dan pekerjaan sampingannya beternak dan

bertani. Beliau beternak ayam sebanyak 20 ekor dan luas lahan pertaniannya yaitu

1 hektar. Responden ketujuh bernama Andi Nur Alam, berumur 30 tahun, berjenis

kelamin perempuan, Pendidikan terakhir yaitu SMA. Pekerjaan utamanya sebagai

honorer wisata dan pekerjaan sampingannya bertani padi. Luas lahan pertaniannya

yaitu 1 hektar. Responden kedelapan bernama Haryanto, berumur 25 tahun,

berjenis kelamin laki-laki dengan Pendidikan terakhir SMA. Pekerjaan utamanya

yaitu sebagai MMP dan pekerjaan sampingannya bertani dan beternak, jenis

ternak yang dimiliki yaitu sapi sebanyak 10 ekor.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

Keadaan umum lokasi di Desa Bulue dapat dilihat dari luas wilayah

menurut penggunaannya yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Keadaan Umum Lokasi


Luas Wilayah Menurut Penggunaan Luas Tanah
Luas tanah sawah 524, 69 Ha
Luas tanah kering 20,00 Ha
Luas tanah basah 0,00 Ha
Luas tanah perkebunan 0,00 Ha
Luas tanah fasilitas umum 45,00 Ha
Luas tanah hutan 9,593 Ha
TOTAL 10.182,69 Ha
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di Desa Bulue Kecamatan

Marioriawa Kabupaten Soppeng pada tahun 2018 tentang keadaan umum lokasi

dapat dilihat dari tabel diatas terdapat luas wilayah menurut penggunaan terdapat

dua jenis luas tanah yang memiliki luas 0,00 Ha yaitu luas tanah basah dan luas

tanah perkebunan, luas tanah sawah 524,69 Ha, luas tanah kering 20,00 Ha luas

tanah fasilitas umum 45,00 Ha, dan luas tanah hutan 9,593 Ha. Jadi, total luas

keseluruhan tanah adalah 10.182,69 Ha.

Tabel 2. Luas Lahan Sawah


Tanah Sawah Luas Tanah
Sawah irigasi teknik 0,00 Ha
Sawah irigasi ½ teknis 402,60 Ha
Sawah tadah hujan 122,00 Ha
Sawah pasang surut 0,00 Ha
TOTAL 524,69 Ha
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di Desa Bulue Kecamatan

Marioriawa Kabupaten Soppeng pada tahun 2018 tentang luas lahan sawah dapat
dilihat dari tabel diatas terdapat beberapa jenis tanah sawah yang memiliki luas

tanah 0,00 Ha yaitu sawah irigasi teknik dan pasang surut, kemudian luas tanah

irigasi ½ teknis dan sawah pasang surut yaitu 402,69 Ha dan 122,00 Ha. Total

luas tanah sawah tersebut 524,69 Ha.

Tabel 3. Luas Lahan Tanah Kering


Tanah Kering Luas Tanah
Tegal/lenglang 0,00 Ha
Pemukiman 0,00 Ha
Pekarangan 20,00 Ha
TOTAL 20,00 Ha
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di Desa Bulue Kecamatan

Marioriawa Kabupaten Soppeng pada tahun 2018 tentang luas tanah kering dapat

dilihat terdapat satu tanah kering yang memiliki luas tanah 20,00 Ha yaitu tanah

kering pekarangan, sedangkan luas tanah pemukiman dan pekarangan masing-

masing 0,00 Ha jadi total keseluruhan luas tanah adalah 20,00 Ha.

Keadaan Geografis

Secara administratif Desa Bulue merupakan salah satu desa dari 10 desa

yang berada di Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng. Jarak Desa Bulue

dari ibukota kecamatan adalah 8 kilometer. Luas wilayah yaitu 124,36 kmp/km2 .

Desa Bulue memiliki batas-batas wilayah yaitu:

 Sebelah utara berbatasan dengan Desa Laringgi Kabupaten Sidrap.

 Sebelah selatan berbatasab dengan Desa Patampanua, Kecamatan Donri-Donri.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Barru.

 Sebelah Timut berbatasan dengan Tellu Limpoe, Kelurahan Manorang Salo.

Desa Bulue terdiri dari 3 dusun yakni Dusun Mario, Dusun Mattirobulu,

dan Dusun Kanyuara. Secara umum keadaan topografi yang tinggi, berdasarkan
daerah topografi, Desa Bulue sangat cocok untuk tanah persawahan, peternakan,

dan perkebunan. Oleh karena itu, Desa Bulue sanagat berpotensi sebagai

penghasil padi dan kakao. Juga diperkaya dengan hutan tanaman rakyat dengan

berbagai komoditi tanaman kayu dari hasil hutan sampai kemiri dan lebah hutan.

Adapun iklim Desa Bulue sebagai kelurahan lain dari wilayah Indonesia yaitu

beriklim tropis dengan musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Penggunaan Lahan

Dilihat dari kondisi penggunaan lahan yang meliputi topografi dan kondisi

fisik lainnya, penggunaan lahan di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa,

Kabupaten Soppeng dapat dibedakan dari sektor pertanian dan perkebunan.

Tanaman yang dapat ditanam yaitu, ubi jalar, tomat, kacang tanah, kacang

panjang, cabe, dan kemiri. Disektor perkebunan yaitu kelapa, kopi,cokelat, dan

cengkeh.

Tabel 4. Sektor Pertanian


Tanaman Luas Produksi Hasil Produksi
Jagung 5,00 Ha 0,00 ton/Ha
Ubi jalar 0,50 Ha 0,00 ton/Ha
Terong 0,50 Ha 0,00 ton/Ha
Cabe 3,00 Ha 0,00 ton/Ha
Kacang Panjang 0,50 Ha 0,00 ton/Ha
Kacang tanah 1,50 Ha 0,00 ton/Ha
Tomat 0,50 Ha 0,00 ton/Ha
Padi 402,69 Ha 6,50 ton/Ha
Ubi Kayu 6,50 Ha 0,00 ton/Ha
JUMLAH 100,00 Ha 6,50 ton/Ha
Sumber: Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh tentang keadaan pertanian di Dusun

Bulue Desa Bulue Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng, dapat diketahui

bahwa sektor pertanian terdiri dari 9 yaitu jagung, ubi jalar, terong, cabe, kacang

panjang, kacang tanah, tomat, padi, dan ubi kayu. Luas produksi tanaman jagung
adalah 5,00 Ha, ubi jalar, terong, kacang panjang, dan tomat masing-masing 0,50

Ha, cabe 3,00 Ha, padi 402, 69 Ha dan ubi kayu 6,50 Ha, jadi total luas produksi

adalah 100,00 Ha. Sedangkan hasil produksi tanaman jagung, ubi jalar, terong,

cabe, kacang panjang, kacang tanah, tomat, dan ubi kayu masing-masing 0,00

ton/Ha, sedangkan hasil produksi padi 6,50 ton/Ha. Jadi total hasil produksi

adalah 6,50 ton/Ha.

Tabel 5. Sektor Perkebunan


Tanaman Swasta/Negara Rakyat
Luas Hasil Luas Hasil
Kelapa 0,00 Ha 0,00 ton/Ha 80,00 Ha 0,00 Ha
Kopi 0,00 Ha 0,00 ton/Ha 5,00 Ha 0,00 Ha
Cengkeh 0,00 Ha 0,00 ton/Ha 125,00 Ha 0,00 Ha
Tebu 0,00 Ha 0,00 ton/Ha 150,00 Ha 0,00 Ha
Sumber: Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh tentang keadaan perkebunan di

Dusun Bulue Desa Bulue Kecamatan Marioriawa kabupaten Soppeng, dapat

diketahui bahwa sektor perkebunan terdiri dari 4 yaitu kelapa, kopi, cengkeh, dan

tebu. Luas dan hasil produksi swasta/negara yaitu 0,00 Ha sedangkan luas

produksi rakyat yaitu kelapa sebanyak 80,00 Ha, Kopi 5,00 Ha, cengkeh 125,00

Ha, tebu 150,00 Ha. Sedangkan hasil rakyat yaitu 0,00 Ha.

Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di Desa Bulue ini sudah banyak pengangguran.

Adapun jumlah pengangguran di Desa Bulue mulai dari yang bekerja dan

sekarang menjadi pengangguran sangat banyak, yaitu sebagai berikut :


Tabel 6. Jumlah Pengangguran
Pengangguran Jumlah
Jumlah angkatan kerja (penduduk usia18-56 tahun) 1512 orang
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masih sekolah dan tidak 155 orang
bekerja
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumah 761 orang
tangga
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak penuh 339 orang
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu 232 orang
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak bekerja 9 orang
Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja 16 orang
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh tentang keadaan perkebunan di

Dusun Bulue Desa Bulue Kecamatan Marioriawa kabupaten Soppeng, dapat

diketahui bahwa jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja ( penduduk

usia 18-56 tahun) sebanyak 1512 orang, jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang

masih bersekolah dan tidak bekerja sebanyak 155 orang, jumlah penduduk usia

18-56 tahun yang menjadi ibu rumah tangga sebanyak 761 orang, Jumlah

penduduk usia 18-56 tahun yang tidak bekerja penuh sebanyak 339 orang, Jumlah

penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu sebanyak 232 orang, Jumlah

penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak bekerja sebanyak 9 orang,

Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja sebanyak 16 orang.

Tabel 7. Kesejahteraan keluarga


Keluarga Jumlah
Jumlah keluarga prasejahtera 64 keluarga
Jumlah keluarga sejahtera 1 202 keluarga
Jumlah keluarga sejahtera 2 336 keluarga
Jumlah keluarga sejahtera 3 282 keluarga
Jumlah keluarga sejahtera 4 35 keuarga
TOTAL 919 keluarga
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh tentang kesejahteraan keluarga di

Dusun Bulue Desa Bulue Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng, dapat

diketahui bahwa kesejahteraan keluarga terdiri dari prasejahtera berjumlah 64


keluarga, keluarga sejahtera 1 berjumah 202 keluarga, keluarga sejahtera 2

berjumlah 336 keluarga, keluarga sejahtera 3 berjumlah 282 keluarga, dan

keluarga sejahtera 4 berjumlah 35 keluarga, jadi total keluarga berjumlah 919

keluarga.

Jumlah penduduk di Desa Bulue dapat dibedakan menjadi dua yaitu laki-

laki dan perempuan, adapun sebagai berikut:

Tabel 8. Jumlah Penduduk


Jumlah Jenis kelamin
Laki laki Perempuan
Jumlah penduduk tahun ini 1378 orang 1357 orang
Jumlah penduduk tahun lalu 1384 orang 1329 orang
Presentase perkembangan 0,43% 2,11 %
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh tentang jumlah penduduk di Dusun

Bulue Desa Bulue Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng, dapat diketahui

bahwa jumlah penduduk tahun ini yang berjenis kelamin laki-laki sebnayak 1378

orang dan perempuan sebanyak 1357 orang, sedangkan jumlah penduduk tahun

lalu yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1384 orang dan perempuan

sebanyak 1329 orang. Jadi, jumlah presentase perkembangan dengan jenis

kelamin laki-laki adalah 0,43% dan jenis kelamin perempuan adalah 2,11%.

Jumlah keluarga di Desa Bulue dari tahun ke tahun sangat berkembang

banyak yaitu sebagai berikut:

Tabel 9. Jumlah Keluarga


Jumlah KK laki-laki KK Perempuan Jumlah Total
Jumlah kepala keluarga 769 KK 119 KK 888 KK
tahun ini
Jumlah kepala keluarga 765 KK 84 KK 849 KK
tahun lalu
Presentase 0,52% 41,6%
perkembangan
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh tentang jumlah keluarga di Dusun

Bulue Desa Bulue Kecamatan Marioriawa kabupaten Soppeng, dapat diketahui

bahwa jumlah kepala keluarga tahun ini yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak

769 orang dan kepala keluarga yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 119

orang dengan jumlah total kepala keluarga tahun ini sebanyak 888 KK.

Sedangkan jumlah kepala keluarga tahun lalu yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 765 orang dan kepala keluarga yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 84 orang dengan jumlah total kepala keluarga tahun lalu sebanyak 849

KK. Jadi, presentasi perkembangan jumlah kepala keluarga yang berjenis kelamin

laki-laki adalah 0,52% dan yang berjenis kelamin perempuan adalah 41,6%.

Jumlah berdasarkan mata pencaharian di Desa Bulue ada beberapa jenis

pekerjaan yang berprofesi ada 2 yaitu yaitu laki-laki dan perempuan, sebagai

berikut:

Tabel 10. Mata Pencaharian


No. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
1. Petani 331 orang 0 orang
2. Buruh Tani 197 orang 0 orang
3. Buruh Mirgan 3 orang 0 orang
4. Pegawai Negeri Sipil 30 orang 12 orang
5. Pengrajin 7 orang 0 orang
6. Pedagang Barang Klontog 4 orang 35 orang
7. Peternak 8 orang 1 orang
8. Nelayan 2 orang 0 orang
9. Monitor 2 orang 0 orang
10. Perawat Swasta 2 orang 2 orang
11. Ahli Pengobatan 1 orang 0 orang
12. TNI 1 orang 0 orang
13. POLRI 1 orang 0 orang
14. Pengusaha kecil, menengah, dan besar 4 orang 0 orang
15. Guru Swasta 1 orang 5 orang
16. Pedagang Keliling 1 orang 0 orang
17. Tukang Kayu 3 orang 0 orang
18. Tukang Batu 8 orang 0 orang
19. Pembantu Rumah Tangga 0 orang 1 orang
20. Karyawan Perusahaan Swasta 14 orang 8 orang
21. Karyawan Perusahaan Pemerintah 7 orang 3 orang
22. Wiraswasta 83 orang 14 orang
23. Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap 104 orang 28 orang
24. Belum Bekerja 209 orang 159 orang
25. Pelajar 311 orang 300 orang
26. Ibu Rumah Tangga 0 orang 755 orang
27. Purnawirawan/Pensiunan 26 orang 24 orang
28. Perangkat Desa 5 orang 3 orang
29. Sopir 8 orang 0 orang
30. Tukang Jahit 0 orang 1 orang
31. Karyawan Honorer 4 orang 6 orang
32. Pialang 1 orang 0 orang
Total Penduduk 2.735 orang
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh tentang Mata Pencaharian di Dusun

Bulue Desa Bulue Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng, dapat diketahui

bahwa terdapat 32 jenis mata pencaharian yang dilakoni oleh penduduk.

Diantaranya jenis mata pencaharian sebagai petani yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 331 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 0 orang.

Jenis mata pencaharian buruh tani yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 197

orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 0 orang. Mata pencaharian

buruh migran yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang dan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 0 orang. Mata pencaharian pegawai negeri sipil

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang dan yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 12 orang. Mata pencaharian pengrajin yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 7 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 0

orang. Mata pencaharian pedagang barang klontong yang berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 4 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang.

Mata pencaharian peternak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 orang dan

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1 orang. Mata pencaharian nelayan


yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang dan yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 0 orang. Mata pencaharian monitor yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 2 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 0

orang. Mata pencaharian perawat swasta yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak

2 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang. Mata

pencaharian ahli pengobatan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 orang dan

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 0 orang. Mata pencaharian TNI yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 orang dan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 0 orang. Mata pencaharian POLRI yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 1 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak orang. Mata

pencaharian pengusaha kecil, menengah, besar yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 4 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 0 orang. Mata

pencaharian guru swasta yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 orang dan

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang. Mata pencaharian pedagang

keliling yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 orang dan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 0 orang. Mata pencaharian tukang kayu yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang dan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 0 orang. Mata pencaharian tukang batu yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 8 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 0 orang. Mata

pencaharian pembantu rumah tangga yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 0

orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1 orang. Mata pencaharian

karyawan perusahaan swasta yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang

dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang. Mata pencaharian

karyawan perusahaan pemerintah yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7


orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang. Mata pencaharian

wiraswasta yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 83 orang dan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 14 orang. Tidak mempunyai pekerjaan tetap yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 104 orang dan yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 28 orang. Belum bekerja yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 209 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 159 orang.

Sebagai pelajar yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 311 orang dan yang

berjenis kelamin perempuan sebanyak 300 orang. Ibu rumah tangga sebanyak 755

orang. Mata pencaharian purnawirawa/pensiunan yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 26 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang.

Mata pencaharian perangkat desa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5

orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang. Mata pencaharian

sopir sebanyak 8 orang. Mata pencaharian penjahit sebanyak 1 orang yang

berjenis kelamin perempuan. Mata pencaharian karyawan honorer yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 4 orang dan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 6 orang. Dan yang bermata pencaharian pialang sebanyak 1 orang yang

berjenis kelamin laki-laki. Jadi total penduduk adalah 2.735 orang.

Sarana Pendidikan di Desa Bulue sangat baik, adapun tingkatan

pendidikan responden sebagai berikut:

Tabel 11. Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan
Usia 3-6 tahun yang masuk TK 61 orang 53 orang
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/playgroup 17 orang 16 orang
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 215 orang 214 orang
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 39 orang 45 orang
Usia 18-56 tahun yang pernah SD tapi tidak 133 orang 97 orang
Tamat
Tamat SD/sederajat 404 orang 392 orang
Tamat SMP/sederajat 83 orang 90 orang
Tamat SMA/sederajat 105 orang 100 orang
Tamat D-1/sederajat 1 orang 1 orang
Tamat D-2/sederajat 1 orang 4 orang
Tamat D-3/sederajat 2 orang 10 orang
Tamat S1/sederajat 38 orang 37 orang
JUMLAH 2.153 orang
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh tentang tingkat pendidikan di

Dusun Bulue Desa Bulue Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng, dapat

diketahui bahwa tingkat pendidikan dengan usia 3-6 tahun yang belum masuk TK

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 61 orang dan perempuan 53 orang. Usia 3-6

tahun yang sedang TK berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang dan

perempuan sebanyak 16 orang. Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 215 orang dan perempuan sebanyak 214 orang. Usia

18-56 tahun yang tidak pernah sekolah yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak

39 orang dan perempuan sebanyak 45 orang. Usia 18-56 tahun yang pernah SD

tapi tidak tamat berjenis kelamin laki-laki sebanyak 113 orang dan perempuan

sebanyak 97 orang. Tingkat pendidikan yang tamat SD/sederajat berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 404 orang dan perempuan sebanyak 392 orang. Tamat

SMP/sederajat berjenis kelamin laki-laki sebanyak 83 orang dan perempuan 90

orang. Tamat SMA/sederajat berjenis kelamin laki-laki sebanyak 105 orang dan

perempuan sebanyak 100 orang. Tamat D1 berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1

orang dan perempuan sebanyak 1 orang. Tamat D2 berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 1 orang dan perempuan sebanyak 4 orang. Tamat D3 berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 2 orang dan perempuan sebanyak 10 orang. Dan yang tamat S1

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 38 orang dan perempuan sebanyak 37 orang.


Jadi, jumlah total penduduk dengan tingkat pendidikan adalah sebanyak 2.153

orang.

Subsektor peternakan di Desa Bulue adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Subsektor Peternakan


Jenis Produksi Hasil Nilai Nilai bahan Jumlah
Produksi Produksi penolong ternak
(Rp) yang (ekor)
digunakan
Madu 1500 Gbz 100000 0 0
Sumber : Data Sekunder Profil Desa Bulue 2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di Dusun Bulue Desa Bulue

Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng diketahui bahwa jenis produksi

adalah madu, hasil produksi sebesar Rp 100.000, nilai bahan baku yang digunakan

Rp 0, nilai bahan penolong yang digunakan Rp 0, dan jumlah ternak 0 ekor.


Kondisi Umum Responden

Identifikasi Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan

mengenai Musrembang diperoleh data mengenai keadaan umum responden

berdasarkan umur di Desa Bulue Kecamatan Marioriawa pada tabel 13 yaitu

sebagai berikut:

Tabel 13. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur


No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 20-25 tahun 1 12,5
2 26-35 tahun 3 37,5
3 36-45 tahun 1 12,5
4 >46 tahun 3 37,5
Jumlah 8 100
Sumber : Data Primer, Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng,
2018.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa Identifikasi Responden

Berdasarkan Umur di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng

yaitu penduduk berumur 20-25 tahun dan 36-45 tahun memiliki frekuensi 1

dengan persentasi 12,5 %, sedangkan penduduk yang berumur 26-35 tahun dan

>46 tahun memiliki frekuensi 3 dengan persentasi 37,5%. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rumata (2013) yang menyatakan bahwa umur mempengaruhi bentuk

partisipasi yang diberikan dimana responden 32-48 tahun memiliki persentase

lebih besar, hal ini menunjukkan bahwa responden pada usia produktif lebih

banyak berpartisipasi dalam tahap perencanaan musrembang desa.

Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan

mengenai Musrembang diperoleh data mengenai keadaan umum responden


berdasarkan jenis kelamin di Desa Bulue Kecamatan Marioriawa pada tabel 14

yaitu sebagai berikut:

Tabel 14. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki-laki 3 37,5
2. Perempuan 5 62,5
Jumlah 8 100%
Sumber: Data Primer, Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng,
2018.

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa Identifikasi Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten

Soppeng yaitu responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 3 orang dengan

persentasi 37,5 % dan perempuan berjumlah 5 orang dengan persentasi 62,5% hal

ini disebabkan karena rata-rata penduduk yang berjenis kelamin laki-laki tidak

berada dirumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendri (2014) yang menyatakan

bahwa keterlibatan perempuan cukup tinggi meskipun harus diakui kontribusi

mereka masih dinilai rendah.

Identifikasi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan

mengenai Musrembang diperoleh data mengenai keadaan umum responden

berdasarkan mata pencaharian di Desa Bulue pada tabel 15 yaitu sebagai berikut:

Tabel 15. Identifikasi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian


No Mata Pencaharian Frekuensi Persentasi (%)
1 Bertani 2 25
2 Wiraswasta 2 25
3 Honorer Wisata 1 12,5
4 IRT 2 25
5 MMP 1 12,5
Jumlah 8 100
Sumber : Data Primer, Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng,
2018.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa penduduk menjadikan IRT

sebagai pekerjaan utama tapi tak sedikit yang menjadikan bertani menjadi

pekerjaan sampingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Luanmase (2011) yang

menyatakan bahwa semakin banyak ternak yang dipelihara maka akan

meningkatkan pendapatan, sebaliknya semakin sedikit jumlah pemeliharaan

ternak sapi potong, maka pendapatan yang diperoleh semakin kecil. Kepemilikan

ternak berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha tani-ternak.

Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan

mengenai Musrembang diperoleh data mengenai keadaan umum responden

berdasarkan umur di Desa Bulue Kecamatan Marioriawa pada tabel 16 yaitu

sebagai berikut:

Tabel 16. Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan


No Pendapatan Frekuensi Persentasi (%)
1 Rp.0 – Rp.500.000 2 25
2 Rp.500.000 – Rp. 1000.000 6 75
3 Rp.1000.000 – Rp 1.500.000
- -
4 >Rp.1.500.000
- -
Jumlah 8 100
Sumber: Data Primer, Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng,
2018.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di Dusun Bulue Desa Bulue

Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng yaitu responden yang berpendapatan

0-500 memiliki frekuensi 2 dengan presentase 25%. Responden dengan

pendapatan 500-1.00.000 memiliki frekuensi 6 dengan presentase 75%. Hal ini

sesuai dengan pendapat Ghazali (2012) yang menyatakan bahwa faktor yang

menentukan tingkat perbedaan upah tenaga kerja diukur dari, antara lain,
lama seseorang menempuh pendidikan formal/non formal, Kelas pekerja

(lembaga pemberi kerja atau upah berserikat atau tidak), Industri (besar dan

kecilnya suatu perusahaan atau instansi), Jabatan (posisi di dalam perusahaan),

Waktu (curahan bekerja secara penuh atau paruh waktu), Kesehatan pekerja

(kondisi kesehatan secara fisik, sehat atau tidak), Migrasi (lama tinggal dilokasi

kerja, kurang atau lebih dari lima tahun bertahan tanpa pindah tempat), Status

perkawinan (sebagai suami atau istri, menikah atau belum), Ukuran wilayah

(luas daerah dengan skala interval tertentu), Daerah (klasifikasi daerah/lokasi

industri dalam suatu negara atau populasi).

Kajian Foccus Group Discussion

FGD (Focus Group Discussion) adalah suatu proses pengumpulan dimana

yang didatangkan pemateri dan dihadiri oleh peserta yang membahas suatu

permasalahan atau sebuah informasi tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi

kelompok di suatu tempat tertentu. Focus Group Discussion (FGD) dengan tema

Perencanaan Pembangunan Peternakan di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa,

Kabupaten Soppeng. Adapun pemateri Bapak Khairuddin S,Pt. M,Si selaku

Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Kabupaten Soppeng yang

memfasilatorkan pembahasan tersebut. Focus Group Discussion (FGD)

membahas tentang bagaimana program perencanaan pembangunan peternakan di

Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng melalui musrembang

yang dimana apa yang di inginkan masyarakat disampaikan melalui musrembang

serta pembinaan melalui penyuluhan.

Selain itu, Focus Group Discussion (FGD) membahas tentang pentingnya

potensi peternak dalam pengembangan usaha sapi potong. Potensi peternak yang
tinggi maka dapat memanfaatkan pakan dan lahan yang ada. Namun di Desa

Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng kebanyakan lahannya

merupakan hutan lindung sehingga tidak dimanfaatkan untuk ditanami hijauan.

Namun saat ini Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng telah

bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin, yang dimana terdapat 200 hektar

lebih untuk ditanami hijauan. Dengan bekerja sama dengan Universitas

Hasanuddin maka sangat membantu dalam teknologi-teknologi peternakan karena

peternak tidak kekurangan hijaun segar lagi. Namun yang menjadi kendala disini

adalah ketika musim kemarau, peternak kekurangan pakan. Masyarakat di Desa

Bulue, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng masa bodoh dan tidak mau

membuat pakan fermentasi padahal telah dilakukan penyuluhan walaupun

penyuluhannya tidak merata. Mereka tidak ingin membuat lagi sesuatu yang

gagal. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa pakan fermentasi baik dari rumput

gajah maupun bahan lainnya dapat menjadi stok apabila musim kemarau tiba.

Di Desa Bulue kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng sering

didatangkan penyuluh tetapi tidak menyuluruh serta upaya yang telah dilakukan

yakni pembagian Ayam Buras dan pembibitan sapi. Jumlah Sapi yang ada di

Kabupaten Soppeng tercatat sebanyak 49.621 ekor.

Masalah dan Prospek Pengembangan Peternakan di Desa

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa responden diperoleh hasil

bahwa, perencanaan pembangunan peternakan di Desa Bulue Kecamatan

Marioriawa Kabupaten Soppeng, masih kurang, salah satu faktor yang

menyebabkan kurangnya perencanaan pembangunan, yaitu rendahnya tingkat

pendidikan peternak dan teknologi serta masyarakat kurang peduli akan


perubahan-perubahan yang akan terjadi kedepannya jika menerapkan suatu sistem

Musrembang. Hal ini Sesuai pendapat Azhar (2015) yang menyatakan bahwa

dalam proses musrenbang partisipasi masyarakat masih terlihat kurang baik,

pelaksanaan musrenbang masyarakat menjadi penentu bagi keberhasilannya.

Akan tetapi yang terjadi masyarakat minim untuk berperan langsung dalam proses

pelaksanaannya.hal tersebut dikarenakan problem kemiskinan yang terjadi di

masyarakat.

Peranan Pemerintah dalam Pengembangan Usaha Peternakan

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa responden diperoleh hasil

bahwa peranan dinas terkait dalam melakukan penyuluhan untuk pengembangan

peternakan misalnya sapi potong itu tidak merata dan pembagian bibit sapi potong

tidak merata, jadi beberapa peternak/petani tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini

menyebabkan potensi peternak tidak meningkat, dari tahun ke tahun masih seperti

itu. Mereka tidak mau membuat membuat fermentasi agar dapat menjadi stok

apabila musim kemarau tiba, dan ada juga yang tidak tahu bagaimana cara

pembuatannya karena penyuluhannya tidak merata. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suresti (2012) yang menyatakan bahwa kelemahan dalam

pengembangan peternakan pada suatu daerah adalah keterbatasan jangkauan

pelayanan sistem kelembagaan bagi masyarakat, Terbatasnya Sumber daya

manusia (SDM) peternakan (penyuluh peternakan) baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya, Rendahnya pengetahuan dan keterampilan peternak,

Keterbatasan modal, Keterbatasan sarana dan prasarana, Minimnya perusahaan

sarana produksi.
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktek lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan

mengenai Musyawarah Pembangunan Peternakan yang telah dilakukan di Desa

Bulue Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng dapat disimpulkan bahwa, ada

beberapa masyarakat yang menjadikan Beternak atau Bertani sebagai pekerjaan

sampingan. Desa Bulue sangat berpotensi untuk pengembangan sapi potong

dengan memperhatikan lahan yang masih tersedia. Banyak dari masyarakat di

Desa Bulue belum mengetahu Musrembang sebab kurangnya informasi atau

informasi yang diberikan tidak tersebar secara menyeluruh, jadi hanya beberapa

warga saja yang mengetahui Musrembang.

Saran

Saran untuk pemerintah yaitu sebaiknya peranan pemerintah dalam

memberikan bantuan berupa pelatihan dapat merata kesetiap wilayah. Adapun

saran untuk peternak yaitu sebaiknya peternak harus mengubah pola pikir untuk

mau membuat pakan fermentasi, agar dapat menjadi stok apabila musim kemarau

tiba dan saran untuk peternakan kedepannya yaitu sebaiknya kita sebagai salah

satu peternak harus mengerti dan menyadari kewajiban masing-masing agar

pembangunan peternakan semakin baik kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, W. 2003. Analisis usaha peternakan sapi potong rakyat berdasarkan


biaya produksi dan tingkat pendapatan peternakan menurut skala usaha.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Azhar, F. 2015. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan musyawarah perencanaan
pembangunan peternakan (MUSRENBANG) di Kelurahan Pegirian
Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Jurnal kebijakan dan Manajemen
Publik. 3 (2): 63-70.
Hendri, E., Purnaningsih, N., Saleh, A. 2014. Analisis efektivitas Musyawarah
Perencanaan Pembangunan. Jurnal Komunikasi Pembangunan. 12 (2): 60-
79.
Mersyah, R. 2005. Desain system budi daya sapi potong berkelanjutan untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nugroho, A. 2014. Musyawarah rencana pembangunan desa dalam pembangunan
yang partisipatif di Tiyuh Daya Asri Kecamatan Tumjijar Kabupaten Tulang
Bawang Barat. Fakultas Hukum. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Pohan, A. C. 2004. Tampilan Reproduktivitas Ternak Sapi Bali pada Dua Musim
yang Berbeda di Timor Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa
Tenggara Timur.
Purbowati, E dan Rianto, E. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rumata, R. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa
Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Subekti, E. 2008. Peranan bidang peternakan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Mediagro. 4 (2): 32-38.
Suresti, A, Wati, R. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong
di Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Peternakan Indonesia.14 (1)
Suryana. 2009. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis
dengan pola kemitraan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jurnal
Litbang Pertanian. 28 (1): 29-37.
Sujarwo. 2012. Perencanaan bidang peternakan dalam perspektif Good
Governance. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik. 13 (2): 247-254.
Turambi, M. C. 2015. Peran pemerintah kota Tomohon dalam pengembangan
usaha peternakan ayam. Jurnal Eksekutif. 1 (7): 1-14.
LAMPIRAN

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai