Disusun Oleh :
15150129
DESAIN INTERIOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat waktu. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah memenuhi tugas
perkuliahan Ergonomi semester genap dari Ibu Putri Sekar Hapsari, S.Sn.
Makalah ini berisi tentang hasil observasi lapangan mengenai Aksesibilitas Toilet
Umum Paturasan di Manahan. Makalah ini dibuat secara sistematis dan dengan bahasa yang
mudah dipahami sehingga penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca.
Dalam penulisan ini penulis sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini
mempunyai kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
dari pembaca guna perbaikan makalah selanjutnya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana
mestinya, khususnya bagi yang membuat dan umumnya bagi yang membaca.
(Penulis)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I – Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan 2
BAB II – Pembahasan 3
2.1. Aksesibilitas 3
2.2. Toilet 3
2.3. Toilet Umum 4
2.4. Toilet Umum Paturasan 5
2.5. Site Plan 5
2.6. Difabel 6
2.7. Hasil Observasi 7
2.8. Hasil Wawancara 12
BAB III – Penutup 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
Manusia memiliki bentuk tubuh yang berbeda-beda dan perbedaan itulah yang
menjadikan perbedaan dalam setiap perlakuan. Difabel atau disabilitas adalah
ketidakmampuan melaksanakan suatu aktifitas/kegiatan tertentu sebagaimana
layaknya orang normal,yang disebabkan oleh kondisi kehilangan atau ketidakmampuan
baik psikologis, fisiologis maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis3. Disabilitas
adalah ketidakmampuan melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana
layaknya orang normal yang disebabkan oleh kondisi impairment (kehilangan
atau ketidakmampuan) yang berhubungan dengan usia dan masyarakat (Glosarium
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial | 2009) dalam jangka waktu lama, dimana ketika
ia berhadapan dengan berbagai hambatan yang dapat menyulitkannya untuk
berpartisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesamaan hak4. Dahulu
1.3 Tujuan
5Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of
Persons with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah observasi untuk melakukan
pengukuran toilet umum paturasan di Manahan dan keterkaitan toilet tersebut dengan
penyandang disabilitas terhadap data pengukuran Julius Panero.
BAB II
Pembahasan
2.1 Aksesibilitas
2.2 Toilet
Toilet dibagi menjadi 2 berdasarkan fungsingnya yakni toilet pribadi dan toilet
umum. Ruangan toilet kadang dirancang khusus untuk memudahkan orang yang
memiliki keterbatasan fisik. Biasanya toilet semacam itu cukup luas untuk dapat
Penataan toilet tidak lepas dari prinsip ergonomis. Segala kegiatan yang
berlangsung di sana harus diperhitungkan. Toilet diperlukan ukuran yang sesuai
dengan lubang yang sesuai dengan struktur tubuh dan tempat pembuangan. Wastafel
juga sebaiknya dibuat tidak terlalu tinggi supaya mudah dijangkau dan tidak terlalu
rendah supaya efisiensi dari pengguna lebih maksimal.
Ada pula toilet umum yang dapat dipindahkan sehingga bisa ditempatkan
bilamana dan di mana diperlukan, misalnya pada suatu konser musik di tempat
terbuka.
Toilet umum juga dapat berada dalam kendaraan umum. Biasanya terdapat
toilet dalam pesawat terbang, kereta, kapal laut, dan sering pula pada bus dan kapal
feri jarak jauh, namun tidak dalam angkutan dalam kota seperti kereta bawah tanah,
trem, dan bus kota.
Toilet umum paturasan yakni toilet umum yang hanya dapat digunakan untuk
buang air besar dan air kecil. Sama halnya dengan fungsi sebuah kloset. Toilet umum
ini mempunyai fungsi hampir sama dengan toilet umum pada umumnya. Disebut
paturasan karena istilah tersebut merupakan istilah toilet dalam bahasa Jawa. Toilet
umum paturasan tidak dapat dipindah-pindahkan karena bukan merupakan toilet
portable.
Toilet ini dibangun Pemerintah Kota Surakarta dan dikelola oleh DKP
Surakarta.Setiap harinya toilet ini dijaga kebersihan dan kenyamanannya oleh petugas
DKP Surakarta.
Site plan adalah rencana tapak. Pengertian Site plan adalah gambar dua
dimensi yan menunjukan detail dari rencana yang akan dilakukan terhadap sebuah
kaveling tanah, baik menyagkut rencana jalan, utilitas air bersih , listrik, dan air kotor,
fasilitas umum dan fasilitas sosial. Siteplan dalam dunia properti mungkin juga
mencakup serta cluster- cluster perumahan yang direncanakan12.
11 http://netcj.co.id/public-affairs/video/166450/kota-solo-punya-paturasan-yang-bersih-dan-nyaman, pada
tanggal 12 April 2016 pukul 15.35
12 artikel2.com/site-plan/, pada tanggal 12 April 2016 pukul 15.53
Berikut merupakan site plan toilet umum paturasan di Jl. MT. Haryono
( Manahan, depan SMP N 1 Surakarta )
Source from : google maps.
2.6 Difabel
- Tampak Luar
Keterangan
Data Lapangan Data Julius Panero Selisih
Sesuai Tidak Sesuai
Menggunakan
ramp sepanjang
Dari Tanah 92 cm 9m dengan - - √
kemiringan 10
derajat.
Jika dilihat dari medan sekitar toilet umum Paturasan di Manahan. Toilet ini
tidak dapat digunakan oleh penyandang disabilitas dikarenakan medan yang tidak
memungkinkan.
Supaya toilet umum ini juga dapat digunakan oleh penyandang disabilitas
sebaiknya toilet ini menggunakan ramp/tanjakan yang memudahkan pengguna kursi
roda atau penyandang cacat lainnya masuk ke dalam toilet.
Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi rasio 1:12,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan/ akhiran ramp(curb
ramps/landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan adalah
1:15 atau kemiringan ramp standartnya adalah 10 derajat.
Maksimum panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 1:12) tidak
boleh lebih dari 900 cm. Ramp dengan kemiringan yang lebih rendah bisa menjadi
lebih panjang. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm. Untuk ramp yang juga
digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus
dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk
kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.
Untuk ramp atau ramp dengan fungsi ganda melayani angkutan barang, harus
diperhitungkan secara tersendiri.
Landing atau muka datar pada awalan atau akhiran ramp dari suatu ramp harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan, sekurang-kurangnya untuk memutar kursi
dengan ukuran minimum 150 cm.
Permukaan datar dari landing (baik awalan atau akhiran ramp) harus memiliki
tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan atau tidak. Pembatas rendah pinggir
ramp (low curb) dirancang untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok
atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan
umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan
umum.
Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup yang akan membantu
penggunaan ramp saat malam hari. Penerangan khususnya disediakan pada bagian-
bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-
bagian yang membahayakan. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan (handrail)
yang dijamin kekuatannya dan dengan ketinggian yang sesuai untuk pengguna ramp.
Saran :
Ukuran Tinggi kloset ini tidak sesuai dengan data Julius Panero karena ukurannya
lebih rendah dari ukuran yang ditentukan. Kloset ini TIDAK bisa digunakan oleh
penyandang disabilitas.
- Pintu Toilet
Ukuran lebar Pintu ini tidak sesuai dengan data pengukuran Julius Panero. Ukuran
lebar pintu ini lebih kecil dari yang ditentukan oleh Julius Panero.
Ukuran tinggi Pintu ini tidak sesuai dengan data pengukuran Julius Panero. Ukuran
tinggi pintu ini lebih kecil dari yang ditentukan oleh Julius Panero.
Pintu ini susah di masuki oleh orang normal dan TIDAK bisa digunakan oleh
penyandang disabilitas
2.8 Hasil Wawancara
1 Kenyamanan 1
2 Keamanan 2
3 Kebersihan 2
4 Aksesibilitas 2
Keterangan :
1. Kurang
2. Cukup
3. Baik
“Saya jarang menggunakan toilet ini,
saya disini hanya menemani suami saya menjaga
toilet. Toilet ini cukup ramai pengunjung. Untuk
keamanan di kawasan ini kurang karena sering
hilangnya lampu di toilet dan terkadang ada
tangan jahil yang mencoret-coret toilet.”
Penutup
Keterangan
Tempat Data Lapangan Data Julius Panero Selisih Tidak
Sesuai
Sesuai
Menggunakan ramp
Dari Tanah 92 sepanjang 9m
Tangga - - √
cm dengan kemiringan
10 derajat.
Tinggi
Toilet dudukan 40 Tinggi 38,1 cm 1,9 cm - √
cm
Lebar
Lebar 58 cm Lebar 81,3 cm 23,3 cm
Pintu - √
Tinggi 165 cm Tinggi 220 cm Tinggi
55 cm
3.1 Kesimpulan
Tabel 3.1.1
Tabel 3.1.2
Keterangan
K = Kurang
C = Cukup
N = Nyaman
2. Sebaiknya ruangan dirancang lebih luas, supaya tidak menyulitkan ruang gerak
orang yang sedang berada di dalam toilet dan tidak membuat toilet terasa pengap.
4. Menurut data Julius Panero lebar pintu bagi penyandang disabilitas sebaiknya
berukuran 81,3 cm dan Tinggi 220 cm.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Surabaya, Guna Widya
2. Zelnik, Martin dan Julius Panero. 1979. Human Dimension and Interior, Jakarta,
Erlangga
3. Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta.
PT Pertja
4. Dra. Sunarmi, M.Hum. Ergonomi dan Aplikasinya pada Interior
5. World Health Organization (WHO)
6. http://www.kemenpppa.go.id/index.php/data-summary/profile-perempuan-
indonesia/641-penyandang-disabilitas
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi
mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
8. https://id.wikipedia.org/wiki/Aksesibilitas, pada tanggal 9 April 2016 pukul 10.45
9. https://idtesis.com/pengertian-aksesibilitas-adalah/, pada tanggal 9 April 2016 pukul
11.00
10. https://id.wikipedia.org/wiki/Toilet, pada tanggal 10 April 2016 pukul 21.15